NovelToon NovelToon

SKENARIO DARI TUHAN

Prolog

Syahira Anastasya adalah seorang gadis cantik nan pintar yang terlahir dilingkungan keluarga yang cukup harmonis. Ayah yang penyayang, ibu yang baik hati, dan juga seorang kakak yang selalu melindunginya.

Hidup Syahira begitu sempurna, kebahagiaan selalu terjadi setiap detik dalam kesehariannya. Sampai-sampai ia tidak menyadari bahwa hidup tak hanya tentang sebuah kebahagiaan tapi juga ada sepercik kecewa dan kesedihan.

Dan akhirnya tibalah dimana Tuhan tidak lagi mengizinkan senyum itu terus terpancar diwajahnya. kejadian-kejadian yang tak diinginkan mulai terus datang menghampirinya, hingga sebuah RAHASIA yang selama ini tersimpan rapat pun akhirnya terbongkar.

...****************...

" APA! "

Refleks aku berteriak karena terkejut. Apa maksud Nada? Bahkan semuanya baik - baik saja sebelum aku tinggal pergi ke sekolah. Lalu, kenapa sekarang dia bilang seperti itu.

" please Nad gak usah bercanda deh, gak lucu. Ulang tahun aku tuh masih lama tahu, jadi ngeprank nya nanti aja ya jangan sekarang." Ucapku tak percaya padanya karena merasa apa yang dikatakannya barusan adalah bercandaan seperti yang sering ia lakukan saat aku ulang tahun.

" Syah aku gak bercanda." Ucapnya dengan diiringi tetesan air mata.

'Ck! Jago juga nih aktingnya Nada biasanya juga gak nyampe nangis-nangis kayak gitu.'

" iya bukan bercanda tapi ngejailin gitu kan" jawabku.

" Syah, aku serius. " ucapnya masih dengan meneteskan air mata.

" Ayolah Nad udah nangisnya, gak usah prank - prank aku, gak mempan udah kebal." Ucapku berusaha untuk menyudahi acara prank-prankngan ini. Masalahnya ini sangat gak berpaedah apalagi menyangkut keluargaku. Ayolah ini sungguh tidak lucu.

Namun tiba- tiba Nada mengencangkan tangisannya membuatku menjadi panik dan sedikit ada rasa yang tiba-tiba sulit aku jelaskan didalam sana.

" Syah aku gak bercanda kali ini, ini beneran serius syah. Hiks..hiks..I..hikks.ib...ibu ka..mu..." ia tak melanjutkan ucapannya dan malah kembali menangis histeris dipangkuanku. Membuat perasaanku menjadi bertambah tak karuan. Apakah benar???

" Syahira " sebuah suara memanggilku dari belakang, membuatku harus melepaskan pelukanku dari nada.Aku berbalik dan mencari sumber dimana suara tadi berasal dan terlihat dari kejauhan pak Dony tetanggaku berlari tergopoh-gopoh sambil meneriaki namanku.

Ada apa? Itulah pertanyaan yang muncul dari otakku pertama kali, pasalnya tak ada urusan yang mengharuskan pak Dony sampai mencariku. Atau, jangan-jangan si Jago mencuri sandal pak Dony lagi ? Ah sepertinya tidak, karena tadi pagi aku tak melihatnya saat memberi makan si jago. Lalu...apakah Jago mencuri celana kayak tetangga sebelah?? Ah tapi mana mungkin, jago kan ayam hahahaha. Ah udah ah aku tuh mikir apa coba.

" Syah ayo cepat pulang. Ibu mu..." ucap pak Dony membuyarkan lamunan gaje ku.

" HAH!! Ibu! ada apa dengan ibu? "

" Jangan-jangan...."

Belum selesai pak Dony mengucapkan maksud kedatangannya, aku sudah berlari pergi menuju rumahku meninggalkan Nada yang dari tadi memanggil-manggil namaku.

Aku hanya ingin memastikan bahwa apa yang diucapkan oleh Nada adalah sebuah gurauan, dan semoga saja pak dony barusan bukanlah untuk membicarakan perihal yang sama dengan Nada.

" Gak! gak mungkin, itu semua pasti gak mungkin kan. " batinku dalam hati. Aku menggeleng - gelengkan kepala berusaha untuk menyingkirkan semua pikiran negatif yang terlintas dibenakku.

......................

#Author pov.

Sekuat tenaga syahira berlari dengan harapan ia bisa cepat sampai dirumahnya. Namun rasanya alam tidak mendukung syahira karena yang ia rasakan saat ini adalah bahwa jalan yang biasa ia lewati hanya dengan menghabiskan waktu lima belas menit saja berubah menjadi seperti lima belas jam.

Air mata terus mengalir tanpa ada yang meminta, mengiringi setiap langkah yang syahira lalui. Hal itu membuatnya sesekali terjatuh dan tersungkur sebab setiap air mata yang jatuh menghalangi penglihatannya sehingga jalan yang dilaluinnya tidak begitu terlihat.

Semua roknya kotor terkena cipratan genangan air bekas hujan semalaman dan sikunya pun sedikit sobek akibat tergores besi dijalan ketika ia terjatuh tadi. Namun ia tak peduli, yang ia pikirkan saat ini adalah dirinya harus cepat sampai dirumah.

Kini dia telah sampai dipersimpangan jalan dan sebentar lagi syahira akan sampai ke tujuannya. Namun langkah syahira tiba-tiba terhenti ketika melihat ustadzah aisyah (guru ngajinya) berhenti didepan dirinya.

" ya ampun syah, kenapa baju kamu kotor sekali? Ini kenapa tangan kamu juga berdarah gini?" Ucap ustadzah aisyah khawatir melihat keadaan syahira yang benar-benar terlihat kacau.

" umi,,,apa benar kalo ibu.." ucapan syahira terhenti akibat pelukan ustazdah aisyah.

" yang sabar ya sayang, semuanya akan baik baik saja. Ini adalah takdir allah kamu harus ikhlas ya nak." Ujar ustadzah aisyah sambil mengelus puncak kepala syahira mencoba menenangkan.

'Deg'

Runtuh sudah pendirian syahira setelah mendengar penuturan dari guru ngajinya itu. Pasalnya apa yang diucapkan olehnya pastilah benar. Mati matian ia menolak semua perkataan yang diucapkan Nada disekolah  karena merasa bahwa sahabatnya itu hanya sedang bercanda, tapi sekarang. Ahh sudah lah tak bisa lagi ia menyangkal.

Tangisan syahira pecah seketika, mengalir deras sampai membasahi baju ustadzah aisyah yang memang sejak tadi tengah memeluk syahira.

" sudah ya nak, jangan nangis. Kamu harus ikhlas. Yuk sekarang kita pulang yang lain udah nunggu kamu dari tadi." Ajak ustadzah aisyah.

Kemudian ia pun membawa syahira pulang.

......................

#Syahira pov.

Aku menangis tersedu-sedu setelah mendengar penuturan dari umi ( guru ngajiku ). Dunia ini terasa hancur, udara di sekeliling ku pun terasa habis hingga menyebabkan dada ini sesak.

kini aku tengah berjalan menuju rumahku dengan dipapah oleh umi, pasalnya tubuh ini tak bisa lagi aku kendalikan, dengan sendirinya luruh seperti tak ada tulang.

10 menit berlalu dan sampailah aku dirumah.

'Bendera kuning' apa semua ini benar? kenapa kamu harus bertengger dirumahku. Tak bisakah dirumah orang lain saja, atau bahkan jangan sampai ada saja karena kehadiranmu membuat hati setiap orang sesak seperti yang aku rasakan saat ini.' Batinku berteriak.

Segera aku melepaskan rangkulan umi dan berlari cepat memasuki rumah dan 'deg' kulihat dirinya, orang yang sering aku repotkan, orang yang sering aku susahkan, dan yang terkadang aku bantah perintahnya tengah terbaring kaku dengan ditutup oleh kain kafan.

" gak, ini gak mungkin" teriakku dengan tangis yang kembali pecah.

"Ibu kenapa ibu ninggalin syahira bu hiks..hiks...,apa salah sahira bu. Bu... hiks...hiks..hiks..syahira mohon ibu bangun. BU... BANGUN BU BANGUN hiks...hiks..." Ucapku histeris sambil mengguncang badan ibu berharap bahwa ini semua hanyalah mimpi belaka bukanlah kenyataan.

Beberapa detik aku menunggu tapi ibuku tak bergerak sama sekali, membuat aku sadar bahwa ini adalah sebuah kenyataan.

" kenapa ini bisa terjadi pak, bukannya tadi pagi ibu baik baik aja lalu kenapa sekarang jadi gini?"

Bapak hanya diam tak bergeming, bahkan menoleh kepadaku pun tidak. Tampak diwajahnya semburat kesedihan dan terlihat ada sedikit amarah dimatanya, entah karena apa.

" syah sadar syah, kamu harus ikhlas. Ini semua sudah takdir allah, hidup dan mati seseorang ada ditangan Allah dek." Ucap mas Pras kakak laki-laki ku sambil menghampiri dan berniat untuk memelukku. Namun belum sempat tangannya sampai, aku segera menepisnya dan berlari pergi meninggalkan rumah.

Aku terus berlari menjauh dari rumah karena rasanya hati ini tak sanggup bila harus melihat orang yang aku sayangi pergi meninggalkan.

Aku masih tidak percaya dengan semua ini. Kenapa Allah tidak adil terhadapku, kenapa ibuku harus meninggalkanku terlebih dahulu, kenapa? Kenapa tidak aku saja?

Aku menjambak kerudungku frustasi dan terus melangkah tanpa tahu arah hingga sebuah kejadian pun terjadi.

" brukkk "

Sebuah truk dari arah kanan menghantam tubuhku dan membuatku terpelanting jauh sekitar 2 meter dari tempat kejadian. Tubuh ku melayang dan terjatuh sampai kepalaku terbentur pembatas jalan. Darah segar mengalir deras dari kepalaku layaknya sungai yang tidak ada bendungannya, luruh begitu saja. Mataku mulai memberat dan sayup - sayup terdengar suara mas pras yang memanggil namaku hingga akhirnya mataku terlelap dan hanya gelap yang dapat ku lihat.

part 1

Hai semua, kembali lagi sama aku.

semoga kalian suka ya sama ceritanya, jangan lupa vote sama follow ya.

love you all

...****************...

#Author pov.

Disebuah bangunan tinggi dengan cat putih yang menjadi simbolnya, seorang pria tengah mondar mandir didepan sebuah ruangan operasi. Wajah khawatir sangat nampak jelas terlihat, mata yang merah dan rambut yang terlihat acak - acakkan itulah hal pertama yang dapat dilihat orang jika melihatnya.

Lampu operasi pun padam, menandakan bahwa proses operasi telah selesai. Seorang dokter keluar dari ruangan dengan peluh yang bercucuran karena kecapean. Melihat sang dokter telah keluar dari ruangan sang pria pun langsung pergi menghampiri.

" Bagaimana dok, apakah operasinya berjalan lancar?" Ucap sang pria penasaran ingin mengetahui kondisi dari pasien yang baru saja dokter tangani.

" Alhamdulillah mas operasinya berjalan dengan lancar dan adik mas baik - baik saja, adik mas bisa langsung dipindahkan keruang rawat sekarang juga. Namun karena saat operasi kita menggunakan biusan secara total jadi adik mas masih belum siuman dan kemungkinan bisa siuman sekitar besok atau lusa." Terang sang dokter.

"Alhamdulillah, terima kasih ya allah" ucapnya sambil menengadahkan kedua tangan dan kemudian melakukan sujud syukur sebagai wujud terima kasih kepada sang pencipta yang telah menyelamatkan adiknya.

" Apa saya boleh melihat adik saya dok?"

" Boleh mas, tapi ingat jangan terlalu berisik ya, biarkan adik mas untuk istirahat supaya nanti ketika bangun bisa lebih fress."

" Baik dok, sekali lagi terima kasih ya dok."

" iya sama - sama, saya ke ruangan saya dulu ya mas." Pamit sang dokter.

" iya dok silahkan."

Setelah kepergian sang dokter pras pun memasuki ruangan adiknya. Ya Pras adalah pria yang sejak tadi mondar mandir didepan ruang operasi dan pasien yang telah dioperasi tadi pasti kalian sudah bisa tebakkan? betul sekali, dia adalah syahira gadis yang baru kehilangan ibunya dan kemudian tertabrak. Perlahan pras mendekati ranjang lalu duduk disamping adiknya yang tengah terbaring lemah. Dipegangnya tangan sang adik dan dielusnya dengan pelan.

" Mas tahu ini pasti berat buat kamu dek. Tapi mas mohon kamu jangan buat mas khawatir kayak gini lagi ya, cukup kali ini aja karena mas gak sanggup kalo harus liat kamu seperti ini lagi." Ucap pras yang merasa sedih melihat adiknya yang terluka dan terbaring lemah diatas ranjang. Tanpa terasa air mata jatuh mengalir dipipi pras. Ia menagis tersedu - sedu sambil menggenggam tangan syahira dan menciuminya.

Waktu terus berlalu tanpa terasa jam telah menunjukkan pukul 12 malam. Rasa lelah akibat menangis barusan dan belum istirahat semenjak selesainya acara pemakaman sang ibu karena tadi ia langsung pergi ke rumah sakit untuk melihat adiknya membuat pras mengantuk dan akhirnya tertidur.

......................

Cahaya mentari menelisik masuk melewati celah tirai jendela rumah sakit, menembus tebalnya kaca yang transparan dan menerpa setiap tempat yang dilaluinya, termasuk tempat dimana sepasang kakak adik yang masih pulas dalam tidurnya.

" tet tot tet tot...."

"EMMM" lenguh pras yang terbangun akibat mendengar suara alarm dari hp nya.

Eitt...iya betul sekali. Suara tet tot tet tot tadi itu merupakan suara alarm dari hpnya Pras ya, bukan suara klakson mobil es krim yang biasa jualan keliling kampung hahahaha.

" Sudah jam 7 rupanya, pantas matahari sudah muncul terik begini."

" Ra kamu kapan bangun. Mas kangen sama cerewetnya kamu, mas juga kangen sama senyum kamu ra." Ucap Pras sambil mengelus kepala syahira lembut.

'KRUYUKKKK.....'

Terdengar suara cacing di perut Pras yang sedang berdemo untuk minta diisi.

" Aduh aku sampai lupa dari kemarin siang belum makan gara - gara sibuk ngurusin pemakaman ibu dan khawatir soal ara. Oh iya, ara juga pasti belum makan dari kemarin dan hari ini masih aja belum siuman." Guman pras.

" Lebih baik aku cari makan dulu mumpung syahira masih belum bangun."

" Dek, mas pergi cari makan dulu ya. Nanti mas balik lagi kok."

'Cup' dikecupnya kening syahira sebelum ia pergi meninggalkan ruangan untuk mencari makan.

Lima belas menit berlalu, kini Pras telah kembali memasuki ruangan sang adik. Pras dengan setia menemani adiknya meskipun hari ini ia ada jadwal kuliah tapi ia urungkan demi menjaga adiknya. karena bagi Pras adiknya itu adalah hal yang paling berharga dari apapun bahkan ia rela harus kehilangan nyawanya jika itu bisa membuat syahira terus hidup bahagia.

Apalagi setelah ibunya meninggal, maka otomasi hanya tinggal syahiralah wanita yang harus ia lindungi.

Waktu terus berlalu dan tanpa terasa kini jam sudah menunjukkan waktu zuhur. Namun syahira masih saja belum ada tanda - tanda siuman. Akhirnya Pras pun beranjak pergi untuk mengambil whudu dan melaksanakan solat. Seusai solat ia masih belum beranjak dari sajadah tapi pras masih duduk bersila sambil berdzikir dengan khusuk, tak lupa ia berdoa supaya sang maha kuasa cepat membuka mata adiknya.

Setelah selesai dengan aktivitas solatnya Pras kembali menghampiri adiknya dan duduk disebelah ranjang.

" Kapan kamu bangun dek, Mas udah gak tahan liat kamu kayak gini terus. Mas kangen lihat senyum diwajah kamu." gumam Pras.

'Oh iya, bukannya syahira suka kalo denger aku lagi ngaji ya apalagi kalau aku ngaji surat kesukaannya Ar-Rahman pasti dia suka banget. Kalau sekarang aku ngaji syahira bisa bangun gak ya.' Batin Pras.

Akhirnya pras beranjak dari kursi dan mengambil al-qur'an yang ada diatas meja. Setelah itu ia kembali duduk dikursi.

" Dek sekarang kakak mau baca surat kesukaan kamu jadi janji kamu harus bangun ya." ucap Pras sebelum mengawali membaca al- qur'annya.

" بسم الله الر حمن الر حيم "

"  الرَّحْمَٰنُ "

" عَلَّمَ الْقُرْآنَ "

" خَلَقَ الْإِنْسَانَ "

" عَلَّمَهُ الْبَيَانَ "

" الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ بِحُسْبَانٍ "

" وَالنَّجْمُ وَالشَّجَرُ يَسْجُدَانِ "

" وَالسَّمَاءَ رَفَعَهَا وَوَضَعَ الْمِيزَانَ "

" أَلَّا تَطْغَوْا فِي الْمِيزَانِ "

" وَأَقِيمُوا الْوَزْنَ بِالْقِسْطِ وَلَا تُخْسِرُوا الْمِيزَانَ "

" وَالْأَرْضَ وَضَعَهَا لِلْأَنَامِ "

" فِيهَا فَاكِهَةٌ وَالنَّخْلُ ذَاتُ الْأَكْمَامِ "

" وَالْحَبُّ ذُو الْعَصْفِ وَالرَّيْحَانُ "

" فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ "

' hiks...hiks...hiks...' suara isak tangis terdengar membuat Pras yang tengah khusuk membaca kalam - kalam Allah berhenti seketika dan beralih mencari arah dimana datangnya suara tangis itu. Dan tanpa ia duga ternyata yang menangis adalah dia yang sejak kemarin ia tunggu.

" Dek kamu bangun dek. Alhamdulillah kamu udah siuman." Ucap Pras bahagia dan langsung memeluk adik tercintanya itu.

" kamu kenapa nangis dek, ada yang sakit ya? Mananya dek yang sakit? Tangan, kaki, ah...atau kepala kamu dek yang sakit? " Tanya pras beruntun sambil mengecek seluruh badan syahira dari ujung kepala sampai ujung kaki karena merasa khawatir takut operasi yang dijalani adiknya kemarin ternyata menimbulkan efek samping yang cukup serius.

" Ra ? Hey...jawab mas dek, mana yang sakit hemm? "

" hiks...enggak kok mas hiks.. gak ada yang sakit."

" Yakin gak ada yang sakit? Tapi kenapa kamu nangis sayang." Ucap Pras sambil menyeka air mata syahira.

" Iya mas gak ada, Ara cuma seneng aja denger mas ngaji barusan." Jawab syahira tersenyum menyembunyikan kesedihannya, karena sebenarnya ketika mendengar Pras membaca surat kesukaannya itu membuat syahira ingat akan ibunya, yang memang sama - sama menyukai surat itu.

" masa sih.... "

" Iya mas"

" Aduh...mas juga jadi seneng nih dengernya hahahaha..."

" eh..eh..eh kok malah jadi murung lagi dek, ada apa hemm ? " tanya Pras ketika melihat raut wajah syahira yang tiba - tiba murung. Baru saja ia bahagia melihat wajanya berseri karena tertawa tapi sekarang kenapa jadi murung kembali.

" Ibu..." gumam syahira lirih.

Jujur kesedihan karena kepergian orang yang disayangi membuat syahira tak kuasa menyembunyikan kesedihannya lebih lama lagi.

Pras yang mengerti dengan apa yang dirasakan adiknya pun mendekat kemudian memeluknya mencoba untuk menenangkan. Pras tahu pasti sulit bagi syahira untuk menerima kepergian ibunya karena selama ini syahira selalu dekat dengan ibu dibandingkan dengan bapak apalagi dirinya yang selama ini selalu sibuk kuliah.

" Mas kenapa ibu ninggalin kita cepet banget. Ara masih belum bisa terima ini mas."

" Udah ya dek, kamu harus ikhlas biar ibu bisa tenang dialam sana. Kamu ingatkan apa yang sering ibu ajarkan ke kita, kalau kita harus ikhlas dengan apa yang telah allah takdirkan untuk kita meski kadang itu menyakitkan. Lagian Kan masih ada mas, kamu bisa anggap mas seperti ibu, kamu bisa cerita apa aja ke mas sama kaya kamu suka cerita ke ibu." Ucap Pras mencoba menenangkan syahira.

" Iya mas, maafin Ara ya mas. Makasih mas udah ngjngetin Ara."

" Iya dek gak apa - apa mas, ngerti kok perasaan kamu gimana saat ini. Tapi mas minta kamu jangan nangis lagi ya, mas gak tega liat kamu nangis terus. Lagian kamu kalau nangis jelek tau tuh ingus nyampe bleber bleber gtu ih," ledek Pras

" apa sih mas enggak juga, mas tuh yang kalo nangis suka ingusan. Ara sih enggak blew..." ucao Syahira sambil menjulurkan lidahnya.

" hahaha....iya iya deh adek mas ini emang yang paling cantik. Tapi....kalo diliat dari sedotan hahahah...."

" Ih... mas apaan sih." Ucap syahira sambil mengerucutkan bibirnya.

" hahaha iya maaf maaf ya adik ku tersayang." Ucap Pras yang masih diiringi tawa.

" Eh mas tapi kok bapak gak keliatan, bapak mana mas ? " tanya syahira penasaran karena dari semenjak ia siuman tadi sama sekali belum melihat bapaknya.

" hah..itu bapak...bapak..." ucap pras terbata-bata dan terlihat gelisah.

Part 2

" Bapak...bapak..."

" Iya, bapak kemana mas ? " tanya syahira kesal memunggu jawaban kakaknya.

" Itu dek, emm bapak lagi pergi ke rumahnya pak broto yang ada di Sukabumi itu loh dek." Ucap pras berbohong, karena nyatanya dia sendiri pun tidak tahu bapaknya ada dimana. Bapaknya pergi begitu saja setelah pemakaman, bahkan ia tak mengucapkan sepatah katapun kepada pras.

" Oh...tapi kenapa bapak tiba - tiba ke sukabumi padahalkan ibu baru aja meninggal mas."

" Mas juga gak tau dek."

" udah sekarang lebih baik kamu istirahat aja ya, mas mau panggil dokter dulu buat periksa kamu." Lanjut pras mengalihkan perhatian syahira.

" iya mas "

' maafin mas dek, bukan maksud mas bohong. Tapi mas juga gak tau bapak kemana. ' batin pras sebelum pergi meninggalkan ruangan.

......................

" Alhamdulillah adik mas gak kenapa - kenapa, sepertinya operasi kemarin tidak mempengaruhi apapun." Ucap dokter setelah memeriksa keadaan syahira.

" Hah OPERASI ! " teriak syahira terkejut mendengar kata operasi yang dilontarkan sang dokter.

" Iya dek, kamu habis dioperasi kemarin karena tertabrak mobil, tapi alhamdulillah Allah baik sama kita dek, Allah masih memberikan kesempatan untuk kamu bertahan, meskipun kamu hampir saja kehilangan nyawa kamu dek." Jelas pras.

" Lain kali kamu jangan buat mas khawatir kayak gitu lagi ya, mas gak mau pokoknya kalo harus liat kamu antara hidup dan mati lagi." Lanjut pras.

" iya mas gak akan kok."

" Aduh....mas ini sayang banget ya sama adeknya, jarang - jarang loh ada kakak yang sayang banget sama adeknya apalagi kalo kakaknya cowok, biasanya meskipun sayang tapi gak sebesar dan seperhatian mas ke adeknya gini loh. Dan jarang juga ada kakak adik yang bisa akur banget kayak gini." Sela sang dokter menyela pembicaraan adik kakak itu, ia merasa senang melihat kedekatan dan kasih sayang yang dimiliki oleh Pras dan syahira.

" hahaha...dokter bisa aja, ya emang mas saya ini paling the best, tapi kadang - kadang ngeselin dok, jail orangnya." Jawab syahira.

" yee.....kamu kali tuh yang suka ngeselin."

" eh mas kapan ya aku ngeselin, mas kali tuh." Ucap syahira tak terima dengan perkataan kakaknya, tadikan dia yang mengatakan kakaknya ngeselin kenapa jadi balik ke dia.

" ya iyalah kamu, siapa lagi coba. Kamu itu ya udah ngeselin, cerewet pula, mas yakin deh gak bakalan ada yang mau sama cewe yang nyebelin plus cerewet kayak kamu hahaha...."

" Enggak mas bu...."

" Sudah - sudah kalian berdua ini, baru saja saya memuji kalian tapi sekarang kenapa jadi ribut begini." Lerai sang dokter.

" ya sudah karena pemeriksaannya sudah selesai, saya permisi pergi keruangan saya lagi daripada disini liat kalian berantem." Pamit sang dokter.

" hehehehe maaf dok, iya silahkan dok." Ucap pras mempersilahkan sang dokter meninggalkan ruangan.

" mas sih ada - ada aja, pake harus debat sama aku cuma gara - gara aku bilang mas ngeselin." Ucap syahira setelah kepergian sang dokter.

" Kok mas, kan kamu yang..."

" udah mas jangan dibahas lagi deh. Kalo mas ngomong lagi pasti gak bakalan selesai, pasti ujung - ujungnya debat lagi kayak tadi. Aku capek kalo harus debat sama mas lagi, aku mau istirahat aja." Potong syahira.

" ya sudah sana buruan istirahat, mas bakalan jagain kamu disini kok."

" Hemmm" deham syahira sebelum ia terlelap.

Tiga hari sudah lamanya syahira dirawat dirumah sakit, kini keadaannya sudah lebih membaik dan dokter sudah memperbolehkan syahira untuk pulang hari ini. Rencananya sebelum pulang kerumah syahira dan pras akan pergi ke pemakaman sang ibu terlebih dahulu. Namun, karena ada beberapa hal yang harus dilakukan pras dikampusnya, menjadikan apa yang sudah direncanakan tak bisa dilaksanakan. Dan karena syahira tidak boleh kecapean, pras tidak bisa mengajak syahira ke kampusnya hingga akhirnya syahira pun dibawa pulang ke rumah.

" Inget apa kata dokter, jangan sampe kecapean. Istirahat aja dulu ya, tunggu mas dirumah, mas cuma sebentar kok dikampusnya." Pesan pras

" iya siap bosque..." ucap syahira dengan tangan keatas seperti orang yang sedang hormat.

" Bagus, ya sudah mas pamit, assalamu'alaikum."

" wa'alaikumsalam " jawab syahira yang masih setia berdiri dihalaman rumah.

Motor matic hitam yang dikendarai pras mulai melaju pergi meninggalkan rumah. Setelah Pras sudah tak terlihat lagi, syahira pun mulai beranjak pergi masuk kedalam rumah. Namun, saat pintu terbuka syahira dikejutkan dengan keadaan rumah yang amat sangat berantakan. Pintu lemari tengah terbuka, kursi berantakan tidak sama seperti asalnya, taplak meja tergeletak dilantai dan terdapat serpihan kaca meja yang pecah.

" BAGUS! " sebuah suara mengagetkan syahira yang tengah mengamati keadaan rumah.

" Bapak "

" Mana cepat kesinikan surat tanah itu." Ucap seorang pria yang disebut bapak tadi.

" Maksud bapak surat tanah yang mana ? "

Syahira tidak paham dengan apa yang diucapkan bapaknya, kenapa tiba - tiba meminta surat tanah.

" Ya surat tanah ibumu lah, bapak mau jual tanah itu. Mana cepat ambil. " titahnya

" Tapi pak, ibu bilang tanah itu gak boleh dijual pak, tanah itu untuk biaya ara kuliah nanti pak. Ara gak bisa kasih surat itu ke bapak." Jawab syahira. Ia tak mau memberikan surat itu karena memang ibunya telah memberikan tanah itu untuknya sebagai bekal dan biaya untuk kuliahnya nanti.

" Hah kuliah, KAMU ? Buat apa kamu kuliah, ngabis - ngabisin duit doang. Lebih baik duitnya dipake buat yang lain saja. Lagian kamu itu perempuan buat apa sekolah tinggi - tinggi, sudah sepatutnya kamu itu diam dirumah urus rumah saja atau kalau emang mau kerja, langsung saja kerja supaya bisa ngasilin duit sendiri bukannya nyusahin pake mau kuliah segala. Udah ah mana cepet sini suratnya, bapak lagi butuh duit." Ucap sang bapak memaksa.

" Bukannya dulu bapak ya yang dukung aku buat lanjut kuliah, lalu kenapa sekarang bapak malah bilang kayak gitu ?."

" Dulu sama sekarang itu berbeda semuanya sudah tidak sama. Kini semuanya telah berubah, dan kamu, bapak sudah gak izinin kamu buat kuliah." Ucap sang bapak penuh misteri.

" Apa maksud bapak ? Apanya yang berubah pak ? Semuanya gak ada yang berubah pak masih sama, hanya kehadiran ibulah yang menjadi pembeda pak." Tanya syahira tak mengerti.

" sudahlah kamu pasti tidak akan mengerti, sekarang cepat mana suratnya ?, " ucapnya mengalihkan.

" oh pasti kamu simpan dilemari kamar kamu kan ? " ucap sang bapak dan langsung pergi menuju kamar syahira. Ia membuka pintu lemari syahira dengan kasar tanpa menggunakan kunci terlebih dahulu hingga membuat pintunya rusak. Diobrak-abriknya pakaian yang ada didalam lemari dengan asal sampai berhamburan dilantai. Isak tangis syahira dan permohonannya tak dihiraukan, ia terus fokus mencari hingga akhirnya ditemukanlah sebuah map coklat dibawah tumpukan baju paling bawah.

" Akhirnya ketemu juga." Ucap bahagia unang bapak syahira setelah ia berhasil menemukan apa yang dicarinya sejak tadi.

" Pak, jangan pak. Jangan dijual tanahnya." Ucap syahira memohon, derai air mata sudah luruh membasahi pipinya sejak tadi.

" Diam kamu ! " Bentak unang, kemudian ia mendorong syahira hingga terjatuh.

" Bapak...jangan pak. Ara mohon bapak jangan jual tanah itu." Ucap syahira sambil mengejar bapaknya yang sejak tadi beranjak pergi menuju keluar rumah. Namun, Unang tak bergeming ia terus berjalan tanpa memperdulikan syahira. Sesampainya diluar ia langsung mengendari motornya dan melesat pergi meninggalkan rumah beserta syahira yang memanggil - manggil namanya.

Luruh sudah, syahira ambruk ditanah. Air mata semakin deras turun membasahi pipinya. Sedih dan kecewa itulah yang dirasakannya saat ini. Ia tak menyangka ayahnya akan berbuat seperti ini, dengan mudahnya ia akan menjual tanah yang seharusnya menjadi bekal kuliahnya nanti. Dan yang paling membuat syahira sedih adalah perkataan ayahnya yang tidak memperbolehkannya untuk melanjutkan sekolahnya, padahal dulu beliaulah yang mendukung syahira untuk menggapai mimpinya. Tapi kenapa sekarang beliau melarang? Dengan dalih bahwa syahira adalah seorang perempuan dan sudah sepantasnya ada dirumah untuk mengerjakan pekerjaan rumah dan yang paling membuat syahira bertanya - tanya adalah karena bapaknya berkata bahwa sekarang semuanya telah berubah. Apanya yang berubah? Perubahan apa yang dibicarakan ayahnya, syahira tak mengerti karena menurut dirinya tak ada perubahan yang memungkinkan ia tidak bisa melanjutkan sekolah, yang syahira tahu perubahan yang terjadi sekarang ada 2. Pertama kehadiran sang ibu yang sudah tidak ada lagi dan yang kedua adalah yang paling membuat syahira heran, yakni sikap ayahnya yang tiba - tiba kasar terhadapnya. Tak pernah bapaknya itu berkata kasar terhadapnya tapi apa yang dilakukan bapaknya barusan? Ia bukan hanya berkata kasar tapi juga sampai mendorong syahira. Apa perubahan itu yang dimaksud bapaknya ataukah yang lain? Entahlah syahira pun tidak tau.

Awan tiba - tiba mendung dan rintik hujan perlahan mulai turun membasahi bumi, menemani syahira yang masih setia menangis dihalaman rumah. Hujan itu turun seakan mengerti dan paham apa yang dirasakan syahira saat ini.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!