Siang itu Azka menaiki motor dengan Kecepatan tinggi, tiba-tiba ada sepeda montor keluar dari gerbang, di sebelah kanannya.
" Brueoaaak "
Suara kecelakaan yang menggema dan sangat mengejutkan.
Keduanya tak sadarkan diri.
Azka dalam keadaan koma.
Walau bergelimang harta, dia adalah pria kesepian. Perpisahan kedua orang tuanya menjadikan dia pemuda yang urakan, dan hidup bebas.
Ayahnya hidup di Bogor dan Ibunya hidup di Paris Prancis.
Dia pemuda tampan kaya raya pembantunya ada sembilan orang, dan tukang rumputnya ada lima, Azka menganggap semua keluarga, Azka makan bersama pegawainya, Azka juga bukan laki-laki yang sombong.
Tiga bulan berlalu, Azka terbangun dari komanya.
"Bik..., Miah "
panggil Azka dengan suara pelan dan lemas, ke pembantu yang merawat Azka dari bayi.
"Iya den. Orang-orang aden sadar..." Teriak Bik Miah kegirangan sampai lupa itu Rumah sakit lima orang masuk sekaligus.
"Syuut. jangan masuk semua, nggak cukup!. " Ucap Azka, yang masih sedikit lemas dan pucat.
"Sangking senengnya den, nggak
semua den..., cuma sepuluh." Jelas Bik Miah.
"Saya mau istrirahat dulu, salam buat semua saya rindu." Kata Azka lalu memejamkan mata, wajahnya masih terlihat pucat.
'Walau bukan keluarga, tapi aku menyayangi mereka, mereka adalah kebahagiaanku, yang membuat aku bertahan selama ini. Mami ku tak pernah peduli dengan ku, dalam keadaan seperti ini pun, dia tidak menjengukku, kasihan anak malang ini.'
Dua hari kemudian Azka sudah boleh pulang, menatap rumah megahnya seluas empat hektare.
'Jika tidak ada mereka, aku sangat kesepian'
Batin Azka dengan melihat haru para pegawainya.
"Pak Ahmad cari tau, siapa yang tabrakan dengan saya, saya merasa tidak enak." Suruh Azka, kepada suami Miah yang bertubuh gendut dan berkumis tebal.
"Asiap Den! " Kata pak Ahmad.
Azka berjalan pelan di tuntun pak Ali, supir Ayah Azka dulu, berbadan cungkring dan berkumis.
"Maaf pak Ali saya merepotkan." Ujar Azka. Walau seperti itu Azka menghormati semua pegawai nya.
"Tidak den..." Jawab Ali
"Apa tak ada kabar, Ayah dan Mami?" Tanya Azka
Ali malah menangis " Tidak...., den he..., ehe"
"Yang sabar ya pak Ali, memang begitu, Ayah dan Mami" Tenang Azka, Ali malah tambah menangis, karna kasihan kepada Azka .
"Heh... Kasian " Kata Azka tersenyum remeh sambil duduk.
"Bagaimana bisa anak koma nggak di tunggu, jenguk juga enggak!!" Azka mengrutu.
Kekayaan Azka dari orang tuanya, sejak Azka umur delapan tahun, keduanya bercerai dan mementingkan uang dan harta, dan kebahagiaannya masing-masing.
Azka terbiasa hidup mandiri sejak umur delapan tahun, setelah Maminya meninggalkannya, dan hanya mengirim uang.
Ayahnya menikah lagi, ketika umur Azka lima belas tahun, dan tiada kabar sampai sekarang dua puluh enam tahun.
Hiburanya, ke diskotik, dugem, mabuk, adalah kebiasaan Azka.
bercanda dengan para pegawainya, sekolah sering bolos, kuliah tak lulus-lulus, karna sering bolos.
'Aku mencari sesuatu, tapi tidak tahu apa? aku gelisah dan aku hampa, pria kesepian yang malang.' Isi hatinya.
"Den...." Teriak pak Ahmad dengan nafas tersengal-sengal.
"bagaimana pak?" Tanya Azka.
"Orang yang kecelakaan sama den Azka wafat!." Beri tahu pak Ahmad.
" Ini semua kecerobohan ku." Gumam Azka terlihat menyesali kecelakaan itu.
"Ada keluarganya?" Tanya Azka penasran dan wajahnya terlihat sangat merasa bersalah.
"Aden kecelakaan di depan rumah kekasih nya, dan kekasihnya mengajar
di SMP depan, dia bernama Salwa" Jelas pak Ahmad.
"Makasih, pak!, panggil semua, ayo makan bersama, aku rindu moment bersama kalian."
Kebahagiaan Azka bersama para pembantunya, mereka makan bersama.
*****
Jam satu lebih dua menit, Azka menunggu Salwa di gerbang SMP. Tak lama ada gadis keluar dari gerbang.
"Mbak!, mbak Salwa kan?" Tanya azka mendekati, berjalan di samping gadis itu.
"Iya, ada apa!," Suara lembut Salwa. Gadis cantik dengan mata yang indah.
"Mbak saya minta maaf!" Ucap Azka
"Untuk?" Heran Salwa, dengan tatapan penuh tanda tanya.
"Saya yang mengalami kecelakaan dengan calon suami Mbak!, " Kata Azka cepat memberanikan diri.
Salwa membuang nafas,
"Kenapa minta maaf itu sudah takdir, lagian kamu juga kritis," Ucapan Salwa terlihat sudah iklas.
"Ya..., adakah...., hal yang Mbak butuhkan? Tetap saja aku tidak enak, saya Azka, dan rumah megah sebrang jalan, itu rumah saya," Tunjuk Azka ke rumahnya.
"Tolong, Mbak! agar rasa bersalahku sedikit, berkurang." Rayu Azka mencoba menebus kesalahannya dengan niatan baik.
"Aku ingin berfoya-foya, apa kau berani?" Tantang Salwa melirik ke Azka.
Azka bingung dan berfikir sejenak "Tapi mbak berjilbab?" Lanjut Azka,
"Ya sudah, kalau nggak mau!" Kata Salwa melangkahkan kaki.
"Ok Mbak!, kalau hanya dugem itu kebiasaan ku, tapi mbak nggak boleh kaget, nanti!" Kata Azka, sedikit kuatir.
"Oke. Kalau begitu tunggu aku di sini jam delapan nanti malam. " Ucap Salwa remeh lalu pergi.
"Siap Mbaknya.!." Teriak Azka 'Aneh'.
Malam tiba Azka menunggu Salwa, Salwa memakai celana jens, baju hitam ketat memaikai jilbab hitam di masukkan ke baju, lalu memakai topi rajut, walau pakai jilbab, ia seperti tidak memakainya dan terlihat aura kecantikkannya.
"Mbak gaul." Puji Azka.
mereka naik mobil mewah, setelah kecelakaan Azka trauma, menyetir.
"Apa agamamu?" Tanya Salwa.
"Islam di KTP," Jawab Azka ringan seperti bangga dengan statusnya. Setelah mobil berjalan 15 menit mobil berhenti di depan tempat maksiat itu. Salwa turun di susul Azka.
" Kita mulai dunia malam Mbak Salwa,
siapkan mental, jika Mbak belum pernah masuk, maka rasanya akan mengerikan." Kata Azka sedikit menegur.
Salwa tak menghiraukan, malah masuk duluan.
Azka berjalan di belakangnya.
belum samapai masuk Salwa keluar dengan teriak
"Oooo tidak....., Heeh hee eh" Dengan nafas tersengal-sengal seperti di kejar setan. Salwa sampai di mobil.
"Mbak, kenapa?" Tanya Azka mulai memertawakan Salwa.
"Aku tak menyangka ini , benar-benar menakut kan..!." Jawab Salwa
"Mbak..., ayo masuk lagi." Goda Azka. Salwa melotot, Azka tertawa.
"Nongkrong di rumah ku saja!" Ajak Azka kemudian, membukakan pintu mobil untuk Salwa.
"Ayo cepat-cepat, mrinding saya," Kata Salwa ketakutan.
mereka naik mobil mewah yang kira-kira harganya 2,5 M.
"Gitu mbaknya sok-sok an tadi, eh..., belum mulai malah kabur." Azka tertawa. " Lebih konyol dari aku." Lanjut Azka memuji dirinya.
"Maaf, ku kira hatiku, berani! " Jawab Salwa dengan wajah menyesal.
"Nggak papa Mbak!, berarti hati Mbak bersih, " Puji Azka.
Mereka sampai.
"Ayo mbak, silahkan." Ajak Masuk.
"Rumah segede ini!, tiga mobil mewah, kok ada dan bisa ya?." Kagum Salwa. Tolah toleh melihat rumah megah Azka.
" Ini sangat luas, kamu gak capek jalan?" Heran Salwa
"Sudah biasa, ada lima belas kamar, satu tempat solat yang mau solat. Pagawai saya ta'at beribadah, dan aku gak percaya." Santai Azka seperti tidak berdosa, mereka berjalan lagi.
" Ayo. Mbaknya nggak usah bingung, ayo ke tempat kesukaan ku," Ajak Azka.
Berjalan di depan Salwa, Salwa yang masih takjub dengan rumah besar itu memandang setiap tempat dan sudutnya.
Hiasan dan asesoris rumah sangat indah, glamor, lukisan, barang antik dan pasti mahal.
Berjalan duapuluh menit akhirnya sampai.
Ruang terbuka dengan danau buatan dan pohon sakura asli.
"Ini benar benar indah..., SubhanaAllah... " Takjub Salwa, tak mengedipkan mata.
"Tapi kehidupan ku tragis mbak!, menyedih kan!, aku anak kaya raya, tapi merana," Ucap Azka kurang jelas.
Salwa mengajaknya duduk "Ayo ngobrol sini!" Sambil menepuk kursi sampingnya.
" Bau Coffe.., eeem " Azka, mengambil kopi yang di bawa Bik Nah Chef di rumah Azka sejak 18 tahun yang lalu, ia cantik walau sudah mulai keriput.
"Makasih chef cantik ku..." Goda Azka, bik Nah tersenyum. Lalu pergi
" Silah kan mbak...., menyuprut coffe adalah sesuatu yang seru dan nikmat! " Ucap Azka dengan minum.
"Dimana orang tuamu?," Tanya Salwa ingin tau. Sambil memutar cangkir cofenya.
"Orang tuaku bercerai, sejak aku umur delapan tahun, Mamiku di Paris Prancis. Dan hanya selalu mentransfer uang.
Sementara Ayah ku menikah lagi ketika aku umur lima belas tahun.
Kehidupan ku terlalu memilukan, aku mencari tapi tak tau, apa yg ku cari?, tragis kan Mbak..! ini benar-benar memalukan dan memilukan.
Bagaimana bisa orang tua hanya
berambisi kebahagiaan yang paling utama adalah uang. Ya bisalah, buktinya aja Mami dan Ayahku." Jelas Azka dengan raut wajah sedih.
"Mungkin ada sesuatu yang di rahasiakan, yang mungkin kamu gak tau?" Salwa berusaha mendinginkan suasana.
"Itu sudah tak penting Mbak!, Aku sudah menjalani ini bertahun-tahun, kedamaian ku adalah para pendampingku,
mereka keluargaku, dan aku bersyukur memiliki mereka, aku tidak tau jadinya, aku tanpa mereka." Maksud Azka adalah para pembantu dan tukang rumput.
"Sekarang ceritakan tentang mbak. " Suruh Azka ingin tahu cerita hidup Salwa.
"Malam itu hiasan langit sangat terang, dia Zaher kekasihku, mengutarakan semua perasaan lewat WA.
Aku terpukau, aku terpesona dengan semua kata manisnya, dan aku masih ingat persis bagaimana dia mengatakannya.
Kekasihku penantian di pelaminan kurang dua hari, semoga kita dapat bersatu, jika tidak Allah lebih sayang padaku.
Kata itu membuat senang tapi juga membuat aku takut.
Aku pacaran secara islami, pacaran jarak jauh, sudah banyak pengorbanan kami, untuk memperjuangkan cinta kami.
Ayahku tak merestui, sampai akhirnya Mas Zaher membuktikan bahwa dia pria mandiri dan sukses, Ayahku lalu merestui.
Hidup memang tak terduga, manusia merencanakan, tapi jika Allah tidak menghendaki, takkan terjadi rencana manusia.
Sebelum kecelakaan ,aku di chat lewat WA. Aku ingin bertemu sebentar saja untuk melepas kerinduanku,
izinkan kekasih hati ku, satu detik saja.
Entah kenapa dengannya.
Kami bertemu di ruang tamu rumahku, padahal besok hari pernikahan kami.
Dia tidak bicara apa-apa, hanya memandang ku, tak lama hanya dua menit.
Dia pamit, aku mengantarnya ke teras, melihatnya naik motor, setelah aku balik arah suara tabrakan itu.
Aku lemas tak berdaya.
Setelah di makamkan, aku seperti hidup tapi tak hidup, aku terlalu menyakiti diriku. menyiksa diriku, aku menutup mataku,
pura-pura tuli, dan pura-pura buta.
Aku tidak bisa melanjutkan hidupku, aku marah kepada Allah." Salwa meneteskan air mata menyesali kelakuannya, Azka memberi tisu. Salwa mengambil tisu dari Azka.
" Tiga bulan aku di impus, semua keluarga tetap mempertahankan aku.
Hingga ada Dokter skeater, bernama Ridwan Asfi.
Dokter Asfi membacakan semua surat-surat Mas Zaheer. Semua isi surat-surat itu tentang keimanan dan ketaqwaan dalam berhubungan antara aku dan dia, cinta kita untuk Allah.
Aku ingat surat itu, kau ingin dengar? " Tanya ke Azka.
"Tentu," Kata Azka.
" Assalammualaikum kholili, aku merindukan mu, tapi aku akan berdosa jika bermaksiat, dengan membayangkan wajah mu,.
Salwa aku ingin kita sama-sama kuat, dunia ini hanya fana, aku mohon jangan terlalu mencintaiku, cintamu harus lebih besar kepada yang Maha Kuasa, dari pada kepada ku, jangan menduakan Allah."
Salwa menangis ,.
"Astagfirullahala'dzim.....Eh..., aku sadar aku berdosa besar kepada Allah. Eeehuh...Hiks. " Salwa menghapus air matanya.
"Lalu keluargaku semua pergi ibadah haji, dengan terpaksa dokter Asfi menikahiku secara sirri, dengan tujuan agar halal merawatku, dia bersama adiknya Laila, merawat menemaniku dengan sabar, akhirnya aku membuka mataku, bahkan untuk membuktikan dokter Asfi hanya merawatku, dia memasang CCTV, untuk di buktikan kepada keluargaku, bahwa dia tidak
macam-macam saat merawatku.
Aku sudah bisa duduk aku merindukan sesuatu yang hilang dariku, dokter Asfi membaca Al Qur'an, aku merasa tenang, dan damai, tapi aku tetap membisu.
Aku bertanya kepada diriku sendiri, siapa yang aku cari? aku merindukan siapa? dokter Asfi menjatuh kan kertas lalu menyebut Ya Allah. Itulah yang ku cari, aku membuka mulut ku dengan pelan-pelan, Allah...aku bahagia keajaiban itu nyata, perasaan yang sangat menajubkan.
Dokter Asfi mendengar ku, lalu menuntunku mengucap lafadz suci Allah.
Aku tenang dan nyaman.
Pelan-pelan Asfi dan Laila mengajak aku ketaman, ke Pantai untuk belajar berjalan. Lama kelamaan, aku jatuh cinta pada Asfi. Walau menikah siri denganku, ternyata dia punya tunangan, aku memintanya pergi dari kehidupan ku, tapi jangan menalakku.
Aku minta biarkan aku tetap jadi istri sirrinya dia mengabulkan." Salwa minum kopi.
"Ya jadi begitu.., cerita hidupku," Kata Salwa sambil memutar cangkir kopinya.
"Huuuuuh panjang...., sepanjang sepur, itu lebih mengerikan mbak!. " Ceplos Azka
"Inilah hidup Azka, harus ngeng jangan mengerem." Mantap Salwa,.
"Mbak, mau hadiah?" Tanya Azka.
"Apa?" Ingin tau Salwa mengerutkat kening.
"Mbak mau jalan-jalan ke Korea? berjalaan di bawah bunga sakura yang berguguran, aduuuuh romantisnya..!" Kata Azka lebay.
"Sama kamu? kalau sendiri tidak romantis Azka!, malah kaya orang majnun(gila). Tapi boleh lah... Siapa tau ada keajaiban, yang membuat hati berbunga-bunga seperti
mekarnya bunga sakura,." Hayal Salwa.
"Mbak halu deh...," Kata Azka.
"Tunggu! pakai apa ke Koreanya?, gaji dua tahun tidak cukup, mas brow!," Jelas Salwa
Azka ketawa.
"Pakai kertas yang bisa buat beli tiket, mbaknya. Mbak butuh berapapun aku beri, Chas tanpa kredit."Jelas Azka.
"Apa tidak mending untuk, bersedekah ?" Tanya Salwa memandang Azka.
"Itu urusanku, mbak Salwa kalau tidak mau exp looo!" Ancam Azka.
"Mau mau.., oke kapan!" Tanya Salwa terlihat senang.
" Terserah mbaknya!, aku di beri uang untuk kesenanganku, tapi memberi kesenangan untuk orang lain, aku lebih bahagia.
Mbaknya ajari aku ibadah ya.. , agar aku dekat dengan yang Maha Kuasa.
" Aku ingin merasakan kedamaian
yang mbak rasakan, mungkin itu yang selama ini aku cari." Bijak Azka mengoreksi dirinya.
Salwa tersenyum "Oke, jadi aku akan mengajarimu, jika lulus dan berhasil, aku terima pemberianmu. " Tegas salwa.
" Ini sudah jam satu malam, Azka!." Bicara dengan nada tinggi. Kaget salwa melihat jam di lengan tangannya.
"Memang mbak..., ada bencana apa memangnya mbak?" ujar Azka santay.
"Ini musibah, gadis tidak pulang semalam musibah Azka!." Bingung di sertai panik.
Salwa mengambil tas, berjalan cepat.
"Mbak Salwa, mbak!, aku punya ide." Azka menarik tangan Salwa.
" Duh Azka...." Resah Salwa.
"Mbak tidur sini saja, besok di antar bik Asih, dia asisten rumah tangga yang belanja dekat rumah mbak Salwa.
Biar dia yang alasan sama Ibu mbak!, bohong dikit lah mbak..., yang penting kita tidak macam-macam." Bujuk Azka
"Baiklah!" terpaksa salwa.
"Bik bik...!" Panggil Azka teriak.
"Heh! mereka udah pada tidur." Cegah Salwa.
"Siapa bilang , mereka nonton drakor,
nyak-nyak halu." kata ringan Azka, membuat Salwa tertawa.
"Tuh muncul satu-satu, Nyak halunya..." Kata Azka benar. Salwa tertawa
"Asisten rumah tangga yang gaul" Lanjut Azka
"Masih mau lanjut? bibik-bibik ini?" Tegur Azka " lanjutkan! " Suruh Azka, Salwa menahan tawa.
Sambil menggrutu "aneh."
"Bik... Jah antarkan, Mbak saya ke kamar, daun Bik." Suruh Azka dengan berjalan pergi.
"Siap den!, mari neng." Ajak bik Jah. Berjalan di depan Azka.
" Mbak saya, apa maksud Azka!" gumam Salwa sambil mengikuti bik Jah.
"Saya senang akhirnya, den Azka punya teman selain kami. Selama saya berkerja di sini, baru ini lo, den Azka bawa teman ke rumah.
Dia orang yang baik, tapi jika orang tak mengenalnya, ya terlihat angkuh dan acuh. Dia berjasa neng, saya berhutang kepadanya. Awal mengenalnya dia tau, anak saya punya penyakit yang parah, dia membantu biyaya oprasi, dan membangunkan rumah untuk saya. " Cerita Bik Jah, mereka sampai kamar. Salwa mengangguk-angguk mendengar cerita Bik Jah.
" Pamuda baik hati." Gumam Salwa.
"Silahkan neng!" Bik Jah membuka pintu.
Salwa masuk, sungguh senang dengan disaen kamarnya yang terlihat sejuk, dengan warna cet hijau dan hiasan bunga dan daun.
"Trimakasih bik! " Ucap Salwa, Bik Jah tersenyum.
" Istirahat ya neng !" Bik Jah pergi.
Salwa berbaring menikmati kasur empuk di rumah Azka.
...Bersambung...
Hari demi hari di lalui Azka, belajar huruf Hijaiyah, menghafal bacaan solat, dengan tulisan bahasa indonesia.
Belajar gerakan solat. Ia benar-benar berjuang ingin mengenal agama islam. Selama dua bulan terakhir ini, dia fokus ke yang dia pelajari yaitu agama islam.
" Mbak!, mbak yakin taubat saya akan di terima?, saya tukang dugem dan
mabuk mbak?" Tanya lewat sosial media WhatsApp penasaran azka.
"Allah maha pengampun, yang penting kau sungguh-sungguh dalam bertaubat, yang penting tulus karna Allah. Ada cerita, suatu ketika ada pemuda pemabuk,
dan berpas-pasan dengan sahabat Umar Bin Khotob, sahabat yang di kenal sangat menakut kan dan keras.
Pemuda pemabuk dia sangat takut kalau ketahuan, dia berdoa jika Allah menutupi rahasiannya, dan yang di pegangnya akan di tutupi Allah, maka dia berjanji kepada Allah, akan bertaubat dengan sungguh-sungguh. Dan Allah mengabulkannya, dia pun bertaubat.
Yang penting, kamu jangan mengulangi nya lagi, oke..." Tegur Salwa.
"Kalau gitu aku semangat, Allah memang is magic, i love Allah. Subahanaallah," Balas Azka mendatangkan senyum di wajah Salwa.
Salwa berhasil membuat Azka taat beribadah, Azka juga sudah bisa mengaji walau belum lancar.
Salwa memang gadis cantik, dia berhidung mancung, kulit kuning langsat, mata yang indah, dan dia sangat tegas, dan solihah. Wajar dia guru di SMP.
***
Setelah satu bulan berlalu, Azka merencanakan hal indah untuk Salwa. memberikan tiket dan menginap di Korea.
" Mbak, adalah kedamaian yang di datangkan Allah untuk menghijrahkan aku dan ragaku, aku bertrimakasih, karna Mbak membantuku menemukan sesuatu yang aku cari.
Ini hadiah yang tak seberapa dariku!, mbak , hari ini aku mengulangi semesterku dan aku berjanji, akan mendapatkan nilai yang fantastis ." Chat WA Azka ke Salwa.
Bukti transfer tiket dan uang 300 jt.
" Aku tak tau ini halal atau tidak, aku juga tidak pernah tau, Mami ku bekerja sebagai apa, katanya di perusahaan emas dan berlian, katanya dia disainer perhiasan ternama di Paris, sampai lupa anak!. Mbak pakek
IngsaAllah halal, kalau pun tidak halal aku jamin. Aku berangkat kuliah mbak."
Tiada mendung, namun langit menangis, hujan turun dengan sangat deras, Azka menoleh ke kanan di luar kaca, sebrang jalan ada gadis berdiri di Halte Bus gadis bercadar, lampu merah. Azka tak melepaskan pandangannya, lampu hijau, pandangan Azka berlalu begitu saja.
"Gadis merah jambu bercadar, kenapa denganku, ingin menatapnya, eeeh dasar aneh kau Azka!"
"Den, kalau mau bicara ajak-ajak den..." Kata pak Ahmad menjalankan mobil.
Sampai kampus.
Azka memang cukup di kagumi para wanita selain tampan dan kaya, dia memang sangat manis dan keren, namun tak ada yang berani mendekatinya karna terkenal
dingin dan angkuh.
Ia berjalan cepat ke perpus , mengambil beberapa buku, yang akan di pelajarinya.
"Ini sangat banyak Azka, jika sisa besok aku kembalikan, semangat adik ganteng ku!." Chat dari Salwa.
Azka tersenyum sendiri
"Pasti, kan mbak yang menunjukkan jalan yang benar, trimakasih, aku dari dulu memang perfek." balas chat ke Salwa.
Sambil memegang ponsel dan chattan, Azka keluar dari pintu dan tak sengaja bertabrakan dengan gadis bercadar, Azka mengambil buku-bukunya, yang berserakan.
Gadis itu juga, gadis itu berdiri, berjalan satu langkah, tak sengaja mengijak semua jari Azka yang masih mengambil buku-bukunya.
"Eih..., heh! cadaran!, hey minta maaf kamu!" Suruh Azka dengan berdiri, tangannya memerah.
" Lihat jari-jari ku! warnanya sama dengan kerudungmu, merah jambu!." Tunjuk Azka sambil mengangkat tangannya, hingga jari-jari kanannya ke depan mata gadis itu.
"Maaf saya tidak sengaja, kamu juga kan! menabrak saya tanpa minta maaf," Nyolot gadis itu.
"Oooh dasar merah jambu!" Bentak Azka
"Maaf" Gadis itu pergi.
Azka bersandar sambil tersenyum karna terpukau. Dan merasa lemas sambil.memegang dadanya.
'Ninja sang pemikat hati cihui...'
***
[ Mbak aku tertarik sama merah jambu, jatuh cinta pandangan pertama.] Chat Azka
untuk Salwa.
[ Katanya mau serius, kok udah cinta-cintaan, ini masih hari pertama lho...] Tegur Salwa.
[ Ya tidak lagi deehc, aku akan mengunci
hatiku, sampai aku benar-benar jadi kebanggan mbak Salwa.] Chat Azka.
***
Hari demi hari berlalu begitu saja.
Azka merasa pusing, ia lari sangat kencang lalu berteriak, ke lantai atas kampus
"Aaaaaaa......"
" Setidaknya menjadi ringan.
Lari ngos-ngossan hanya untuk membuang suara, sungguh tak bermanfaat! aku pria ganteng, kaya, tapi kesepian, aku kasian pada diriku sendiri. " Azka ngomong sendiri.
"Hay, jangan bunuh diri, dosa tau!" Tegur gadis merah jambu dengan nafas terputus-putus.
Azka berjalan turun kembali ke kelas, ia sama sekali tak menggubris, gadis yang
menegurnya.
"O.. ternyata gak mau bunuh diri, "Kata gadis itu di belakang Azka ia merasa malu.
"Lebih baik kamu jauh-jauh, aku tak akan naksir kamu" Ucapan yang sangat PD dari Azka.
"Nggak usah halu, ini hanya sikap kemanusiaan!." Jawab cepat gadis itu.
Azka berlalu dengan senyum dan memegang dadanya,.
'Rasanya seperti di terjang badai wurhus...'
Ponsel Azka berdering, telpon dari Salwa.
" Azka! apa kamu juga yang mengirim mas Asfi ke sini?"Tanya Salwa, dengan sedikit kesal.
"Yang mengirim Allah, berarti mbak berjodoh, jika itu kebahagiaan mbak, Goooo."Jawab Azka senang dan santai.
" Katanya mbak ingin jalan-jalan, di jalan cinta,di bawah bergugurannya bunga sakura. Lagiankan tidak pernah ada perceraian, duh...., so swet banget tuh..." Azka meledek Salwa.
" Aku di lamar, mas Asfi, ? Azka, aku harus bagai mana?, hatiku terguncang karna bahagia dan bingung. "Tanya Salwa.
" Parasaan mbak level berapa?, bingung berapa? bahagia berapa?" Balik tanya Azka.
" Entahlah, aku masih berfikir," Jawab Salwa
" Iya ini keputusan yang sangat zoom, jadi mbak harus rilex mbak ku .." Jelas Azka.
Telpon terputus. Azka melamun dan memandang langit cerah.
" Aku mencintai malam di mana terlihat terang bulan purnama, ya Allah ini
benar-benar magic." Kata Azka menatap langit luas, ponsel Azka berdering.
"Halo" sambut azka "Iya Ma!, mami transfer saja, atau lebih bermanfaat untuk anak yatim." Jawab Azka malas.
"Azka mami kangen." Ujar Maminya dengan suara lembut.
"Kalau kangen ya ke Indonesia." Saut cepat Azka ,sedikit kesal.
"Nggak bisakan? sibuk kan? tidak usah pulang Ma!, mungkin aku bukan anak yang di harapkan hingga tak ada yang merawatku, orang lain menyayangiku, jadi yang aku butuh hanya uang mami, itukan fikiran mami, kepada ku." Azka memutus telpon dan berkata.
"Heh. mengerikan, wewegombel saja ingin anak, mami ku malah menelantarkanku, hih.., untung aku tidak di culik wewegombel. Kan..., jadi tambah streskan aku!. ngomong sendiri"
azka masuk melihat bibik-bibiknya menangis, karna baper "Heee tak ada yang
menangisi ku." merengek Azka.
"Yang sabar den, suami saja di lantarkan
gara-gara, Kim bum, Kim bum apa Lee Min hoo itu!, den ajak solat witir den!, " Suruh pak Ali.
lima dari pembantu istri tukang kebun, yang empat janda.
" Lima belas menit lagi sudah selesai, nanti saya ajak solat, pak!" Azka duduk ikut nonton film salesai.
"E..., baper..., " Ucap Azka bergurau.
semua menoleh dan serempak
"Den Azka.."
"Bibik-bibik gak capek? ini sudah jam setengah dua, besok pagi , ada yang masak ada yang belanja, yang bersih-bersih, kapan tidurnya, baper sama Korea, tapi menelantarkan suami!" Ledek Azka.
"Saya tau bibik-bibik ku yang cantik-cantik sudah di siplin tapi mohon jaga kesehatan, kalian semua kesayanganku, ayo solat malam," Ajak Azka.
"Iya den," Kata para Bibik.
*****
"Mbak Salwa, pagiii morning ? " Sapa Azka di pagi hari.
berjam-jam Salwa tak menjawab, Azka pergi ke Kampus, ia duduk di serambi Masjid.
"Pria hampa!,
Meranaku menjulang setinggi menara, aduuuh. Ya Allah, setidaknya buat aku senang hari ini, ya Allah, Amiin."
berjalan malas ke kelas.
"Aku sudah tua dan masih semester satu, memalukan, kenapa aku sering ngomong sendiri" mengrutu. Menyesali bicaranya.
Azka memang terkenal acuh, dia sama sekali tak punya teman, ia kembali membaca.
[Azka..... ] Panggil di Chat .
[ Mbak bahagia?] Tanya Azka sambil tersenyum ringan membalas Chat Salwa.
[ Sangat, semoga Allah juga memberi kebahagiaan untuk mu, trimakasih Azka.] Tulisan Salwa di Chat.
Azka tak membalas, sudah enam bulan sejak koma ia tidak, dugem , "Aku ingin, tapi sudah takut kepada Allah." Azka merasa sesak.
Azka mengambil air wudlu.
Lalu kembali kekelas, setelah selesai Azka pergi ke panti.
"Pak Ahmad, uang ini nanti sumbangkan ke panti." Suruh Azka
" Iya den, " Mereka sampai.
Turun. Pak Ahmad ke panti. Azka ke danau dua ratus meter dari panti.
"Ya Allah, aku tersiksa perasaan ku sendiri, ini sesak ya Allah, " Azka menangis, dengan merunduk. Menekuk badanya seperti
orang rukuk.
Ponselnya berdering ia berdiri, ia menghapus air matanya. Lalu mengangkat telpon.
"Iya mbak...! " Jawab Azka.
" Kamu menangis?, Azka! Azka!.
Oke teriak sekencang-kencangnya, pasti akan jadi lega." Suruh Salwa
" Aku egois jika mencegah pernikahan mbak Salwa, mbak carikan aku tempat shering mbak, aku di terjang ombak kehampaan." Ungkap Azka, yang merasa dadanya sulit bernafas.
" Iya pasti, tapi kamu harus semangat , jangan nangis, pria tampan, keren, dan kaya!" Puji Salwa.
"Kalau masalah itu saya sadar mbak, memang!. Bahkan di Kampus pun saya tak punya teman, entah!, apa karna aku terlalu acuh, atau apa? pertanyaan-pertanyaan membuat aku galau,. Hiburan ku nonton film sama mak mak." Akhirnya Azka tersenyum.
"Ayo, pulang dari Korea, setelah pernikahan nonton berempat, kamu pasti suka sama Laila, dia sangat cantik, baik , anggun, dia memang masih kuliah, dia berkerja di apotik tapi berhenti karna jauh, dia mandiri, aku berharap kamu bisa akrab sama dia." Yakin Salwa.
"Mana ada yang mau berteman dengan pria malang seperti ku, mbak udah ya..." Azka menutup telpon.
Azka melihat gadis merah jambu, duduk di kursi kayu, sambil membaca dan main dengan anak-anak panti.
Azka memperhatikannya, "walau bercadar aku tertarik."
"Aden ayo pulang!." Teriak pak Ahmad.
Hujan turun tiba-tiba, Azka berlari ke mobil, seakan tak rela melepas pandangannya. Dengan terpaksa Azka membuka pintu mobil, tapi masih berdiri menatap dia si Merah jambu.
Gadis itu mengangkat wajahnya menikmati setiap tetes hujan yang jatuh di wajahnya.
"Aden..." Pak Ahmad.
"Iya pak " Ucap Azka naik mobil, mobil berjalan, tempat panti dan rumah Azka berjarak 30 KM jauhnya.
***
Membicarakan pernikahan, Azka minta, pernikahan Salwa di gelar di rumahnya.
[ Mbak, kalau mbak anggap aku adik mbak!, pernikahanya di istanaku, siapa tau setelah pernikahan mbak istanaku jadi, berkah dan melimpahkan kebahagiaan untukku, lagian bibik-bibik di rumah pasti baper, liat keromantisan Mbak dan mas Asfi, wajar mereka pengantin kadarwarsa.] Chat Azka.
[Hus! kamu itu!, bagaimana kadarwarsa?] Tanya Salwa.
[ Gara-gara drakor para suami tercampakan, walau begitu, para pria, memahami itulah hiburan para istri.] Jelas Azka.
[ Baiklah, dan segera atur pernikahan , tapi semua biyaya, aku yang nanggung.] Tegas Salwa.
[ Oklek.] singkat azka.
🌸🌸🌸🌸
Persiapan penikahan, Azka sendiri yang merancang. Dengan disain mewah namun tidak glamor.
" Dia mbak Salwa segalanya bagiku, walau bukan saudara, tapi aku menyayanginya, aku ingin melihat dia bahagia. " Gumam Azka dengan melihat dekorasi yang sudah di pasang.
Pernikahan hanya tinggal menghitung jam. Azka menyambut para tamu, Salwa terlihat sangat cantik, dengan gaun pengantin yang ia kenakan.
Keluarga Asfi datang, masuk satu-persatu.
"Lho gadis merah jambu," Gumam Azka. semuanya masuk.
Asfi mengucapkan ikrar suci dengan
bahasa arab.
"Qobiltunikahaha watazwijaha bi mahrinmadkur hallan." Suara lantang dari Asfi.
"Sah " "Sah..." Serempak para saksi.
Azka mendekati gadis yang di panggilnya merah jambu.
"Ini rumah ku..!" Beri tau Azka.
"Aku tidak tanya!" Kesal gadis itu.
"Ya aku beri tau, yang sopan!" Tegur Azka gadis itu diam.
" Heh siapa namamu?." Tanya Azka penasaran.
" Ih kepo deh..." Jawab jutek gadis itu lalu
menghindar dua langkah dari Azka.
"Aku Azka Faisal." Gadis itu mau berkata di cegah azka dengan menyaut.
"Walau kamu tidak ingin tau, aku ber tau." Azka berbicara cepat.
gadis itu diam.
Azka mulai berfikir
'Apa aku terlalu aneh, aku mencari cari alasan agar bisa dekat, dia malah diam tak bergeming'
"Azka ini Laila." Beritau Salwa.
Azka mengangguk angguk.
'Merah jambu. Laila.😊' Isi hati Azka.
"Selamat mas Asfi dan Mbak ku..."Ucap Azka menjabat tangan pengantin.
"Ngaku-ngaku adik!" Gumam Laila.
"Mbak, Mas, sudah di siapkan kamar pengantin, nanti pak Adi akan menunjukkan, dan sudah di siapkan kamar, e..., Laila juga kamarnya sudah siap. Mbak aku istirahat. "
Azka pergi ke danau buatan yang ada pohon sakura, di bagian tengah rumahnya, rumah sebesar itu, di sediakan sepeda montor, sepeda gunung, jika mau mengelilinginya.
Azka menelpon Maminya, panggilan sedang menunggu. "Aku galau karna gadis bercadar, hatiku tertarik kepada gadis merah jambu, kenapa seperti ini. Apa ini cinta pada panper(pandangan pertama)." Ucap pelan Azka Panggilan di tolak.
" Beginilah, aku yang selalu kesepian,Astagfirullah, aku lupa aku punya engkau."
Azka solat magrib sampai isya'.
Pak Ali menangis melihat keadaan Azka yang selalu seperti ini.
"Den. Aden..., sampean yang kesepian, aku yang nangis." Kata pak Ali terbata-bata.
"Eh he ..., aku sakit, hati ku perih, padahal sudah bertahun-tahun, tapi aku semakin rapuh, aku merindukan, orang yang melahirkanku , tapi dia sama sekali tidak merindukan, anak yang pernah di lahir kannya. Jika tak dirindukan kenapa di lahirkan, eh..., aku semakin dewasa, tapi aku semakin cengeng. Ayahku sudah bahagia, dan melupakan ku." Keluh Azka menyandarkan kepalanya ke Pak Ali.
Pak Ali memeluk Azka. "Den, terkadang orang tua punya alasan, kenapa melakukan itu, dan sebagai anak, aden harus mengalah, dan memaafkan. " Hibur pak Ali.
"Aku mengerti pak, tapi satu kali saja jengguk aku, dari umur aku delapan sampai duapuluh enam tahun kami tidak bertemu. Entah hukuman apa yang Mami berikan kepadaku, bahkan dalam keadaan koma pun, dia tak menjengguk, padahal anaknya di ambang kematian. Dia sama sekali tak perduli, dia mengira aku cukup bahagia dengan kehidupan mewah seperti ini. " Lanjut Azka menariki benang sarung pak Ali.
"Semua ada hikmahnya den Azka, den Azka bersedekah, menyumbang untuk anak cucu kami agar bisa sekolah. Merawat kami para pekerja, Mami Aden sayang sama Aden, hingga tak mau aden hidup susah karna, perceraiannya." Saut pak Ahmad mencoba memberi pengertian yang dari tadi duduk di belakang Pak Ali.
"Okelah..., strong!. Heh, aku mau tidur." Azka berjalan, dengan mainan HP ia masuk kamar, membuka baju karna gerah, lalu berbaring di kasur.
"Astagfirullah,!" Teriak gadis berambut panjang keluar dari kamar mandi, lalu masuk kamar mandi lagi. Azka terkejut dan tak melihat gadis itu.
" Jantungan. Maaf, aku keluar!" Azka keluar
dari pintu berpas-pasan dengan bik Jah
"Yang di dalam siapa bik Jah?" Tanya Azka.
"Neng Laila." Jawab bik Jah
"Sukurlah, dia mau di sini." Azka berjalan, namun hatinya terasa di taburi bunga-bunga, lalu melihat kamar yang di masukinya tadi, ia nabrak tembok .
"Biyooooong" Teriak Azka, membuat geger, semua keluar.
"Kenapa den?" Buru-buru pak Ahmad, pak Adi, pak Ali menghampiri Azka.
"Kejedot, siapa sih yang narok tiang besar di sini." Ceplos Azka nada tinggi sambil
menendang tembok.
"Udah dari dulu den?" Jawab serempak.
"Bilangin Azka kalau jalan jangan melamun!"
Kata Azka bikin tertawa.
"Den Azka jangan melamun!" Kata pak Ali.
"Aduh, semakin nggak genah aku, pak Adi bopong saya pusing." Suruh Azka.
Azka di gendong pak Adi yang berbadan besar dan tinggi.
Laila mengintip lalu tertawa, aneh tapi nyata, ia menutup kamar.
Hp azka berdering Maminya.
"Loha.. Halo.... " Cuek Azka.
"Kenapa kamu tadi telpon?" Acuh Maminya.
"Aku minta maaf, dulu gak minta mami, untuk tidak melahirkan aku. " Kata Azka kesal sambil melempar bola pimpong ke tembok.
"Kamu Itu! mami capek. Capek cari uang." Belum selesai bicara.
Azka menyahutnya. " Maaf Mami, aku tidak merasakan jadi Mami, tapi Mami juga tidak merasan jadi aku, aku bak price yang sengsara, maaf kan aku, aku selalu kasar sama Mami, aku terlalu keras sama Mami, ini semua salahku, "
"Azka...." Suara maminya menangis.
" Im sorry, Azka i love you, i miss you." Lalu menutup telponnya.
Azka membuang nafas yang melelahkan.
air mata kerinduan dan kebencian kepada Maminya menetes ke bantal.
Azka memejamkan mata dan tidur.
...Bersambung...
Pagi yang sangat cerah, ada gadis berteriak histeris, di rumah Azka.
"A......,a......" teriakan yang menguncangkan.
Semua kaget dan mendatanginya.
"Kenapa kamu?" ucap Azka ringan dan bersandar di pintu, ia hanya memakai boxser kartun Spongebob. Gadis itu berteriak lagi.
"Ya Allah......,tidak....." Dia jongkok menutup wajah dan ketakutan.
Salwa dan Asfi datang, berlarian.
"Laila. Kenapa? dik kenapa?" Tanya Asfi sangat khuwatir dan penasaran, ia duduk di belakang Laila.
Semua pembantu menggerubung, saling berbisik ada apa.
"Ka.., ada apa?" tanya Salwa dengan tatapan aneh ke Azka.
"Tak tau. majnun kali.." Kata Azka ringan dan tenang.
"Oh.... celana mu, ya Allah Azka..!, itu terlalu sexi dan exsotis." Tegur Salwa, Azka kabur lari terbirit-birit.
"Aduh...., Azka ini memalukan!, mau tarok dimana wajahmu, di depan cewek cantik, kau berkelakuan aneh.." Ia berjalan sambil mengomeli diri sendiri.
Sementara di kamar itu.
"Laila, kenapa?" Kata Salwa menenangkan.
"Lihat Mbak!, masak CD di pajang bak foto artis internasional." Ucap Laila dengan suara masih bergemetar.
" Kenapa aku tidak melihat dari tadi malam." Sesal Laila.
"Neng, minum dulu!. memang itu pajangan den Azka, di setiap kamar ada beberapa CD yang di figora, susah lo neng mendapatkannya, dari 16 negara!" jelas bik Miah, Salwa, Asfi tertawa mendengar petunjuk Bik Miah.
"Benar-benar aneh, dan mengerikan!" Keluh Laila.
Ia benar-benar gadis yang sangat cantik, ketika tidak memakai cadar, terlihat kecantikan yang luar biasa, tersiratmerona merah jambu pipinya.
"Teriakanmu membuat gempa rumah ini." Saut Azka, " Jika roboh kau apa bisa membangunnya?" dengan berlagak kesal dan bersuara tinggi .Azka memakai celana di bawah sedengkul.
"Azka!" tegur salwa..
"Dokter, katanya mau bulan madu ?" Kata Azka ringan, mengalihkan topik.
"Tapi bagaimana dengan Laila?...." Ucap Asfi.
"Aku pulang dong Mas!" jawab cepat Laila.
"Kalau pulang, kuliahnya kejauhan, sini aja.Lagian banyak kamar terbengkalai."
Saut Salwa.
"Apa mbak!" Kejut Azka, dalam hati 'Yes'
"Saya tidak mau banyak fitnah, apa lagi CD CD yang terpajang, ya Allah..., bagai di hujani maksiat. " Saut Laila
"Maksiat apa maksud mu?"Jawab Azka.
"Plis, jangan bertengkar, atau rumah mewah ini akan roboh seketika !" Tegur Asfi
"Lebay deh mas, udah mulai tertular Azka. " Ucap Salwa dengan mencubit lengan suaminya.
"Aduh... jangan pamer kemesraan, bikin bapar mbaknya!" Ucap Azka.
"Azka, bolehkan Laila di sini? kalau di rumah jauh, dan tidak ada yang mengantar. " Jelas dan minta Asfi.
"Saya mempersilahkan Mas. Tapi orangnya? sepertinya tidak mau! ya jangan di paksa" terang Azka lagak menolak padahal dalam hati Azka sangat ingin Laila tinggal di rumahnya.
"Dek, " Rayu Asfi..
"Baiklah." Jawab Laila sedikit kesal dan terpaksa ia masih merunduk, Azka belum melihat wajah asli Laila.
"Trimakasih adikku sayang..." ucap Asfi, Salwa bersamaan.
"Mas pakai mobil, sport warna silver, nih kuncinya, buat Mbakku bahagia, karna dialah wanita satu-satu nya..." ujar Azka, dengan memberi kunci mobil.
"Lebay." Ucap pelan Laila.
Azka pergi ke meja makan
dengan mainan ponsel.
Asfi dan Salwa mau berangkat ke Bandung, dan ke Bogor bulan madu, juga ada seminar. Azka dan Laila mengantar ke teras, mobil berlalu.
"Ingat ya..., jangan menyentuh!
barang-barangku Awes (mahal)" Tegur Azka. Laila hanya diam, ia sudah memakai cadarnya Azka berjalan di depannya.
"tunggu, tunggu! bau apa nih." Azka menoleh ke Laila, Laila malu.
"Bi..., bik Siti! " Panggil, Azka ke pembantu yang memilihkan baju untuk Azka.
"Iya den." Jawab bik Siti
"Aku gak punya baju wanita. Tapikan kamu harus kuliah, jadi pinjamin bajunya ke bibik yang langsing ini. Oke! bik carikan ya.., heh putri mendadak ikut bik Siti, cepat! Nanti terlambat. " Azka berlalu asik mainan ponsel.
Laila ikut bik Siti, berjalan sampai capek. melihat beberapa piala terpajang.
"Pialanya banyak, punya siapa bik?" Tanya Laila sambil memegang pelan.
" Lomba lari, tenis meja. Azka?" gumam Laila.
"Ya den Azka Neng!" Jawab bik Siti
"Azka..!" Laila terkejut melihat Azka berprestasi
"Mari sini, pilih baju-bajunya, adanya seperti
ini," Kata bik Siti mengambil beberapa baju miliknya.
" Tapi terkadang aneh, orang tuanya kemana? bik..." Laila mencoba mengorek dan mencari tahu cerita Azka.
"Mereka bercerai dan hidup masing masing, selalu sedih kalau membicarakan hal itu." cerita yang belum lengkap.
" O cerai? " pelan Laila.
" Dulu den Azka, sering ikut olimpiade lari,
dan tenis meja.
Ingin membuktikan kepada Papi Maminya.
Tapi setelah papi nya menikah ia menyerah. dan tak pernah ikut lagi, walau di suruh pelatih dan guru gurunya, dia sudah tidak mau neng! dan memilih hidup bebas, walau terlihat bebas, setiap malam, den Azka menangis, hingga akhirnya bertemu neng Salwa, jadi mau solat belajar ngaji. Nih, neng sepertinya pas." Jelas bik Siti, sambil memberikan beberapa baju lagi.
"Oo tak ku sangka, keren juga!" Kata pelan Laila, yang mulai kagum kepada Azka, Laila ganti baju.
"Adiknya mas asfi...., adiknya mas asfi!" Panggil teriak Azka.
Laila lari, dengan kemeja bunga bunga warna biru dan rok pisket warna hitam, ia juga terlihat cantik, walau bercadar.
Azka bengong melihat Laila, ia memalingkan dengan main ponsel.
'Ingin selalu menatap, tapi tak kuasa, kenapa ini!? '
" Ehem, kau di antar pak Adi, aku gak mau di gosipin dengan ninja!" Azka Pergi duluan.
"Trimakasih." Ucap Laila cepat.
" Apa? kalau mengucapkan sesuatu yang jelas!" lanjut Azka menghentikan langkahnya namun tak menoleh.
" Trimakasih banyak tuan Azka!" Laila memperjelas, Azka tersenyum.
" Kalau begitu kan Sweet," Ucap cepat Azka.
"Apa? Den Azka bilang apa? manis o..., sweetnya." Kata Manja Laila.
" Kata siap Asem baru bener." Azka mengelak lalu berjalan.
" Tapi tetap trimasih!" Ucap Laila dengan nada tinggi.
Azka mandengar itu lalu tersenyum.
' Aku di mabuk kepayang, rasanya hanya kata seperti itu saja langsung sejuk hatiku, seperti terguyur hujan Es batu 😊, bicapa apa kamu azka!, Azka!'
Azka membuka ponsel dan melihat Spongebob.
" Sebetulnya, aku ingin di dekatnya, mataku ingin selalu mencarinya,Ya Allah." Azka masuk mobil.
Azka sampai kampus, tak lama Laila, Laila jadi sorotan Karna naik mobil mewah, warna merah, semua heran dan menggosipin Laila.
Azka, membaca buku lalu menutupi wajah dengan buku itu, "Kenapa isi buku ini semua gambarnya, gambar ninja merah jambu, aduh..., melayang-layang bagai di maskapai penerbangan, Aduh.., gadis merah jambu..Tak pernah ku sangka hati ku terpaut seperti ini, ini rasa yang memeranakan!" Gumam Azka. teman-teman yang ada di sampingnya merasa aneh dengan tingkah Azka yang sering bicara sendiri.
Dosen memberi pelajaran Azka pun tidak bisa fokus.
.....Bersambung....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!