Cittt..
Suara dencitan ban terdengar jelas memekakkan telinga malam itu.
" Astagfirullah, apa-apaan ini? kenapa Dia sembarangan berjalan tanpa melihat sekitar. Huuft untung Aku tidak melamun tadi, kalau tidak bisa-bisa Dia sudah tertabrak." Bram menarik nafas panjang
" Itu cewek kenapa malam-malam begini berjalan sendiri? apa Dia manusia atau kah hantu?."
Bram masih terdiam dalam mobilnya sambil menyaksikan wanita yang berjalan tertatih tak jauh dari mobilnya berhenti.
Tak lama Bram menyaksikan bagaimana wanita itu terjatuh, entah pingsan atau pura-pura pingsan. Namun tanpa pikir panjang Bram langsung keluar dari mobilnya dan berlari menghampiri tubuh wanita yang tergeletak dijalanan.
" Hey, hey bangunlah." Bram menepuk-nepuk pipi wanita itu namun tidak ada tanda-tanda Dia akan membuka mata, pergerakan kecilpun tak ada terlihat dari tubuh itu.
Bram akhirnya bergegas membopong wanita itu membawanya kedalam mobil, dalam pikirannya hanya ada satu tujuan yaitu rumah sakit terdekat.
Entah mengapa tidak ada rasa was-was ataupun curiga dalam benaknya kalau-kalau ini hanya jebakan semata yang biasa dilakukan oleh orang-orang jahat demi uang.
Yang ada dibenaknya hanya rasa kasihan dan ingin menolong wanita yang nampak lemah itu.
Bram melajukan mobilnya kearah rumah sakit yang paling dekat dengan lokasinya saat ini. Dia tidak mau membuang waktu yang nantinya akan berakibat fatal pada wanita asing itu.
°°°°
" Bagaimana ketemu?."
" Maaf nyonya Kami kehilangan jejak, tadi terjebak lampu merah."
" Gak berguna Kalian, cari dia sampai dapat dan buang ketempat yang jauh agar tidak lagi bisa mengganggu kehidupan anakku!!." Teriak wanita disebrang
" Baik nyonya Kami akan usahakan mencarinya lagi."
Hubungan telphone terputus sepihak.
" Huuuft Kita harus cari kemana lagi coba?."
" Sudahlah biarkan saja."
" Maksudmu Kita diam saja dan pura-pura mencari begitu don?."
" Iya, Kalian tidak kasihan apa pada wanita itu? kelihatannya Dia baik tapi entah mengapa nyonya menginginkan dia lenyap."
" Kamu jangan cari gara-gara Don, kalau nyonya tau jatah Kita akan lenyap juga."
Pemuda yang bernama Doni hanya mengangkat bahu acuh dan melangkah pergi meninggalkan teman-temannya.
" Sudahlah biarkan saja Dia, sekarang bagaimana menurut Kalian? kita pergi mencari atau mengikuti saran Doni tadi?"
" Aku juga sedikit ragu tentang cerita nyonya soal wanita itu, semalam Aku melihat dia menangis namun saat Aku memberinya sepotong roti dia tersenyum dan berterima kasih berkali-kali membuat Aku tak tega."
" Herannya bagaimana wanita itu bisa melarikan diri tanpa seorangpun yang tau dari kita."
" Entahlah mungkin Dia hanya berpura-pura sok lugu agar bisa mengecoh kita saja."
°°°°
Rumah sakit medika
" Permisi dokter."
" Pak Bram silakan masuk, mari silakan."
" Terimakasih dokter willi."
" Tumben ini Pak Bram berkunjung, ada yang bisa Saya bantu?."
Willy adalah dokter muda berbakat, diusia yang masih 30 tahun Dia berhasil menjadi pemimpin Rumah sakit dan membawanya menjadi Rumah sakit terkenal.
Tidak ada yang tidak mengenal nama dan tangan dingin dokter Willi dalam menyembuhkan setiap pasiennya.
Sementara Bram adalah Anak pemilik Rumah sakit, namun Bram lebih menggeluti bidang seni. Tak banyak yang tau kehidupan pribadi seorang Bram.
Bram dan Willi adalah sahabat saat mengenyam pendidikan di Sidney mereka bahkan tinggal bersama dalam satu apartement.
" Aku mau bertanya soal wanita yang semalam Aku bawa kemari, bagaimana keadaannya? apa Dia sudah sadar?."
" Sebelum Aku jawab boleh Aku bertanya dulu tentang Dia?."
" Aku nemuin Dia ditengah jalan, terus terang Aku tidak mengenal wanita Itu. Bahkan namanya saja Aku tidak tau karna Dia keburu pingsan."
" Dia dehidrasi dan menahan lapar sepertinya Bram, badannya juga lemah. Tapi semalam suster jaga bilang Kamu panggil dia Tiara?"
" Hahhaha aku tidak tau harus bagaimana memanggilnya, Akhirnya Ku kasih nama Tiara."
" Ada lagi yang harus Kamu tau Bram, wanita ini sedang hamil dan usia kandungannya baru memasuki 5 minggu."
" What?? gila kemana suami atau keluarganya, kenapa membiarkannya berkeliaran dijalan saat hamil muda." Bram terkejut mendengar kenyataan wanita yang ditolongnya semalam sedang berbadan dua.
" Kalau itu Aku juga tidak bisa menjawabnya Bram, cobaa Kamu tanya Dia langsung siapa tau Dia mau bercerita. Sejak siuman Dia hanya diam saja, bahkan makanannya pun Dia makan sedikit."
" Sepertinya Dia dalam masalah Will, nanti Aku coba bicara padanya."
" Cukup bertanya Bram, jangan terlalu dalam terlibat."
" Tergantung situasi Will." Ucap Bram seraya berdiri meninggalkan Willi yang hanya bisa menggeleng dengan sifat Bram yang tidak pernah bisa berubah.
Kapan kamu bisa berubah Bram, sifat terlalu baik yang Kamu miliki sering kali membawamu kedalam masalah. Namun tetap saja Kamu adalah Bram yang tidak peduli bahaya asal menurutmu baik. Willi menghela Dia sudah sering melihat sisi Bram yang ini.
°°°°°
" Siang, bagaimana keadaanmu sudah lebih baik?" Aku bertanya seraya mendekat kearah bangkar tempat Tiara berbaring.
" Jangan takut, Aku yang membawamu kemari semalam. Katakan bagaimana keadaanmu sekarang?." Lanjutku mencoba mengakrabkan diri padanya
" Terimakasih."
" Ceritakan padaku apa yang terjadi hingga Kamu berada disana dimalam hari seorang diri?." Aku duduk disebuah sofa singgel yang ku tarik lebih mendekat kearah ranjang pasien tempat Tiara berbaring
" Namaku Sasya, Aku disini karna mengikuti suamiku."
" Suami? Kamu sudah menikah? lalu dimana Dia sekarang?" Bram bertanya antusias.
" Tidak tau."
" Lo maksudnya gimana ini kok tidak tau, suami Kamu masih hidup kan?.
" Tidak tau juga."
" Lalu kenapa Kamu bisa berada disana tadi malam, disana sangat sepi apalagi tengah malam Kamu berjalan. Apa yang sedang Kamu lakukan? mencari suamimu kah?."
Sasya menggeleng sebagai jawaban atas rentetan pertanyaanku, semakin membuat ku bingung saja. Tapi jujur semakin membuat ku penasaran padanya.
Cantik !!sungguh sangat disayangkan jika gadis secantik Dia ditelantarkan. Aku terdiam tanpa tau harus melakukan apa untuk membantunya. Sepertinya Aku harus bertindak sendiri untuk mendapatkan jawaban dari semua rasa ingin tauku tentangnya, karna untuk mengharap Dia bercerita itu sangat mustahil.
Ku lihat pandangan mata kosong itu penuh dengan rasa sakit yang terpendam, taukah Dia kalau sedang hamil? andai Dia sudah tau kenapa tidak ada expresi bahagia sedikitpun nampak diwajahnya.
" Emm Sasya, bagaimana Aku bisa mengantarkan mu pulang ? kalau kamu sendiri tidak tau dimana suamimu berada. Kamu punya kerabat atau saudara yang bisa dihubungi? teman misal?
Lagi dan lagi hanya gelengan kepala yang Aku dapatkan sebagai jawaban.
" Hemmm." Teriaknya menggeram sambil menekan perutnya
" Eh Kamu kenapa? sabar ya tahan bentar Aku panggil dokter." Shith panik jadinya Aku melihat reaksi tiba-tiba Sasya. Dengan segera ku pencet tombol otomatis dibagian samping ranjangnya.
Will cepatlah tidak taukah kamu Aku sudah seperti polgap ini. Panikku melihatnya menagis sambil menekan perutnya, entahlah apa alasan nya melakukan itu semua. Sakit kah perutnya? atau apa? anak.
To Be Continue
Minta dukungan Like, Komen, Rate & Favorite
Terimakasih.
Aku melangkah mengikuti langkah Willi yang memasuki ruangannya. Tanpa menunggu dipersilakan pun Aku segera meletakkan bokongku pada sofa diujung jendela ruang khususnya beristirahat.
" Kenapa?."
Tanyaku begitu tersadar Willi memperhatikanku entah sejak kapan.
" Kamu yang kenapa?."
Eh apa-apaan Dia, sudah jelas-jelas Dia yang memperhatikanku sekarang malah balik bertanya. Pengen kusentil jidatnya saja andai Dia dekat, untung saja Dia berada diposisi aman duduk dikursi kebesaranya.
" Will are you ok?."
" Pertanyaan itu lebih tepat buatmu Bram bukan buat ku."
Aku kenapa? dasar aneh si Willi, berada dalam ruangan nya menambah pusing kepalaku. Aku beranjak dan melangkah keluar ruangan Willi tanpa membalas perkataanya. Bahkan saat Dia bertanya Aku hendak kemana tidak kupedulikan lagi. Aku butuh sebuah hiburan!.
***
Dion berjalan tergesa-gesa menuju mobilnya. Dia meninggalkan rapat para pemegang saham saat menerima telfon dari mamanya yang mengabarkan tentang kecelakaan yang menimpah Sasya istri yang baru dinikahinya 5 bulan lalu.
Tanpa pikir panjang Dion segera memacu mobilnya sedikit ngebut, satu dalam pikirannya hanya ingin memastikan keadaan istrinya. Dion tidak mampu lagi berfikir hal lain untuk saat ini karna dalam benaknya hanya terbayang wajah Sasya sang istri.
" Assalamualaikum sayang, ini mama." Terlintas dalam ingatannya suara sang mama yang sesenggukan menahan tangis disebarang sana.
" Iya ma ada apa? kenapa menangis? apa yang terjadi ma?."
Mama adalah sosok satu-satunya orang tua yang Aku punya. Semenjak kepergian Ayah 2 tahun lalu karna kanker, mama menjadi prioritas utamaku dan bertambah istriku jadi prioritas ke2 ku setelah menikah.
" Nak bisakah kamu pulang saat ini?.
" Ada apa ma? Dion ada rapat sebentar lagi dengan para pemegang saham ma."
" Tapi istrimu nak." Ucapan mama terhenti berganti suara isak tangis, membuat ku semakin kebingungan.
" Ma ada apa dengan Sasya?." Panik? jujur saja Aku panik mereka berdua adalah orang-orang yang paling Aku cintai.
" Sasya tadi pergi ke Swalayan diantar Pak Jono, tapi mama mendapat telfon kalau mobil yang mereka tumpangi terlibat kecelakaan."
Telingaku berdengung secara tiba-tiba hingga suara tangis mama pun tak lagi terdengar. Dalam pikiran dan benakku hanya ada bayangan Sasya. Bahan rapat yang sudah tersusun rapi dalam otakku mendadak menghilang bersama separuh nyawaku yang seakan ikut melayang, hanya ada satu yang terlintas Sasya.
Waktu 1 jam yang biasa Aku tempuh dalam perjalanan dari kantor kerumah dan sebaliknya, kini hanya dalam 30 menit Aku sudah berada disini, dirumah keluarga ku tempatku berlindung bersama orang- orang yang kucintai.
" Den." Angguk Pak Lihan penjaga rumahku.
" Pak sudah ada kabar dari Pak Jono?." Tanyaku sambil berjalan diiringi Pak Lihan seusai beliau menutup pagar.
" Belum Den, sampai sekarang masih belum ada yang menghubungi lagi. Nyonya ada diruang keluarga Den, beliau tidak berhenti menangis dari tadi.
Penjelasan Pak Lihan seolah mengerti apa yang ingin kutanyakan.
" Ma."
Mama menghambur memelukku, hatiku kembali teriris pilu mendengar tangisan dan mata sebab Mama, Air mata yang mengalir dipipi nya yang sudah mulai menampakkan tanda-tanda keriput walau wajah mama masih terlihat cantik dalam usianya yang tak lagi muda.
" Mama tenang dulu, kita tunggu kabar selanjutnya, sambil menunggu Dion akan mencari info sendiri ma."
Dalam kekalutanku, Aku mencoba untuk tetap bersikap tenang. Kulangkahkan kaki menuju ruang kerjaku, meninggalkan mama yang tertidur dikamarnya setelah kutenangkan.
Sasya hanya wajah dan senyumannya yang membayang dibenakku.
" Leo, bagaimana keadaan dikantor?."
" Sudah terkendali boss, semua pemegang saham dapat mengerti keadaan kita, bagaimana dengan istri boss sudah ada kabar?."
" justru Aku menelfonmu untuk membicarakan ini, Kamu ada teman yang bisa membantuku untuk mencari info secepatnya."
Kututup telfon setelah Leo menyakinkanku bahwa akan ada orang yang membantuku. Leo adalah asisten pribadiku banyak hal yang Aku percayakan kepadanya.
***
" Bagaimana hasilnya? ."
" Kami belum menemukannya Nyonya, tapi jangan khawatir karena sewaktu dibawa kemari Dia dalam keadaan tidak sadarkan diri. Jadi bisa dipastikan Dia tidak akan bisa kembali ataupun menemukan jalan keluar dari kawasan ini nyonya."
" Pastikan kalau Dia tidak akan pernah muncul lagi, atau kalian akan celaka."
Telfon terputus sepihak, orang kaya sudah terbiasa melakukannya mungkin, batinku memprotes tapi tentu saja hanya protes dalam diam yang mampu Aku lakukan.
" Ada apa Sam?."
" Biasalah si Nyonya menghubungi."
" Masih saja kamu mau melakukan perintahnya Sam?."
" Kalau tidak dilakukan lalu kita bagaimana bertahan hidup?."
" Aku ada seorang teman jika Kamu berkenan akan kukenalkan, Kita bekerja diperusahaannya."
" Perusahaan? bagaimana bisa? orang lulusan sekolah menengah seperti ku mana ada perusahaan yang mau mempekerjakanku. Jangan konyol Kamu don, jaman sekarang lebih mementingkan realita dari pada logika."
" Bisa jadi tenaga keamanan, bisa jadi apa saja yang mampu kita kerjakan. Dia memiliki banyak cabang perusahaan dan juga pengawal."
" Pengawal? nah kalau itu aku baru tertarik Don."
" Kalau mau jadi pengawalnya harus penuhi beberapa syarat dan itu artinya Kamu harus jadi pegawai di salah satu perusahaannya terlebih dahulu."
Aku sangat berharap Kamu mau mengikuti langkahku Sam, Aku tau Kamu sebenarnya orang baik hanya keadaan yang membuatmu menjadi orang yang tidak baik.
" Bagaimana dengan yang lain?."
" Yang penting Kamu dulu Sam, yang lain pasti nanti akan mengikuti.
" Baiklah Aku mau mencobanya dulu, tapi seandainya Aku tidak nyaman Aku mundur."
Aku mengangguk senang mendengar keputusan yang diambil Sam, 2 misi ku berjalan lancar.
***
Bram
Ada apa deganku? pertanyaan itu selalu hadir dan tidak mampu kujawab. Jangankan saat orang lain bertanya diri sendiri pun tidak tau mengapa.
Aku seperti masuk kedunia lain disaat Tiara menceritakan bagaimana awal Dia berada didaerah yang jauh dipinggiran kota.
Malam itupun Aku seperti dituntun untuk melewati jalan itu, padahal biasanya Aku memilih jalan pintas agar cepat sampai ke rumah. Malam itu juga Aku mengusir orang-orang yang biasa berjaga disekelilingku seolah tidak membiarkan orang lain mengetahui kejadian yang ku alami.
Semakin bingung karna sekarang Aku menjadi penasaran tentang kehidupan Tiara sebelum jumpa denganku. Identitas dan segala hal yang berhubungan dengannya tak satupun Aku punya.
" Mungkin Aku bisa memulai dari daerah tempat tinggalnya dulu sebelum pindah kemari."
Ku tekan tombol sebelum pintu ruang kerjaku terbuka dan menampilkan sosok wajah rupawan nan cantik jelita. Dia Nara asisten dalam rumah ini, Dia tidak sendiri. Ada 3 srikandi yang turut mengatur rumah tempat tinggalku. Mereka sudah dilatih bela diri dan perlindungan lain yang dibutuhkan.
Para pekerja dirumah ini sengaja Aku ambil dari para pengawalku selain muda berkoordinasi mereka juga sudah memahami segala hal tentang rutunitas dan pekerjaanku.
" Pagi Tuan."
" Nara tolong ambilkan Aku berkas pegawai, Aku ingin mengeceknya secara langsung."
Nara mengangguk dan berjalan keluar meninggalkanku dengan beberapa ide diotakku yang siap ku jalankan misinya demi Dia Tiara .
***
To Be Continue
Mohon dukungannya
Like, Komen, Rate & favorite
Terima kasih
Sasya
Aku kebingungan dengan apa yang kualami saat ini, ketika terbangun Aku sudah berada dikamar yang semuanya serba putih.
Bukan hanya perkara dimana Aku berada tapi lebih mengagetkan lagi dengan apa yang ada dalam tubuhku. Seharusnya kabar dan keadaan ini membahagiakan bukan? tapi Aku sendiri bingung, harus bahagia atau malah bersedih.
Aku hamil !!
Kenyataan pahit menyambut hari ku kedepan, bukan karna anakku namun lebih karna nasibku sekarang, terlontang lantung tanpa tau arah dan tujuan. Nanti setelah keluar dari rumah sakit ini Aku harus melangkahkan kaki kemana? bahkan mempunyai kenalan atau teman dekat pun Aku tidak ada.
5 bulan bukan waktu sebentar memang untuk beradaptasi, akan tetapi Aku yang memang jarang keluar rumah belum mempunyai seorang teman dekat pun.
Untuk kenalan, Aku hanya mengenal beberapa orang itu pun para pekerja suamiku.
Suami !!
Satu kata yang membuat hatiku semakin teriris, dimana Dia. Taukah Dia apa yang ku alami ini? ataukah Dia akan sama saja seperti mereka?
Segala macam pertanyaan yang entah harus kulontarkan pada siapa untuk mendapatkan jawaban, berkeliaran bebas dibenakku.
Tok tok tok
Ku alihkan pandanganku kearah pintu yang perlahan terbuka. Ku pandangi Dia, sosok tampan penuh rupawan yang sedang tersenyum dan melangkah kearahku.
Dia penyelamatku !!
Entah bagaimana nasibku semalam, jika bukan Dia yang menemukanku, mungkin pula Aku tidak akan berada di rumah sakit ini.
" Selamat pagi Tasya"
Senyumnya menularkan energi positif padaku pagi ini, bagaimana tidak secara reflek Aku ikut tersenyum menyambut sapaannya.
" Pagi"
Tiara nama yang cantik dia gunakan untuk memanggilku, sudah ku bilang bahwa namaku Sasya bukan Tiara tapi Dia tetap saja memanggilku begitu.
" Bagaimana kabarmu pagi ini?"
Senyumnya kembali mengembang, wajah tampan nan rupawan dan berhati baik menambah kharisma didirinya.
" Sudah lebih baik, terima kasih."
Bram Yudhistira Aldert, Nama yang indah sesuai dengan artinya " Mulia dan tegas"
" Tinggal tunggu dokter datang untuk memeriksa kondisimu pagi ini, kalau semua baik-baik saja. Nanti siang kemungkinan Kamu bisa keluar dari sini."
Aku menunduk, keluar dari rumah sakit ini ? bukannya Aku tidak mau, Aku senang tapi setelah keluar Aku harus pergi kemana?
" Setelah keluar dari sini Kamu bisa tinggal dirumahku, sampai Aku bisa menemukan keluargamu."
Bram berucap seolah dia mengetahui kegundahanku.
" Aku akan merepotkanmu sekali lagi, maaf kan Aku."
" Jangan terlalu banyak berfikir, fokus pada kesehatanmu dan juga bayimu."
Aku mengangguk, Dia benar Aku harus kembali bangkit demi diriku juga anakku kelak.
Mas dimana kamu? apakah kau mencariku mas? Aku hamil, anak kita sudah hadir.
" Makan dulu sarapanmu, biar ada tenaga untuk tersenyum hari ini."
Bram membuyarkan lamunanku yang sedikit mengenang suamiku, yang entah dimana sekarang. Jangan bertanya padaku alamatnya karna Aku tidak tau.
" Terima kasih"
" Makanlah, Aku keluar dulu. Sebentar lagi Willi datang, bertanyalah apa yang ingin Kamu tanya tentang kesehatanmu jangan sampai ada yang terlewat."
Aku mengangguk mengiyakan, Bram melangkah menjauh menyisahkan bayangan dan bau parfumnya. Segar itu kesan yang Kudapati menghirup parfumnya.
***
" Suta bagaimana?."
" Siang Tuan, masih dalam perjalanan. Harap Tuan bersabar karna tempatnya yang lumayan jauh dari sini Tuan."
" Usahakan semua aman, Aku hanya ingin tau semua tentangnya sebelum kemari."
" Baik Tuan."
" Tentang orang yang baru kau rekrut itu bagaimana kelanjutannya Suta?"
" Masih dalam tahap pembinaan Tuan, karna Kami juga tidak mau gegabah dalam memilih orang."
" Bagus, lakukan yang terbaik dan terima kasih untuk semuanya ya. Selamat bekerja Suta, hubungi Aku jika ada hal yang penting."
" Baik Tuan, terima kasih."
Kuhempaskan tubuh lelahku disofa ruangan Willi, Lama sekali Dia. Tumben !!. Tidak biasanya Willi terlambat.
****
Ku hempaskan tubuh lelahku, putus asa bergelanjut dalam benakku. Satu minggu sudah istriku menghilang tanpa jejak, kecelakaan yang merenggut nyawa sopir dan meninggalkan misteri hilangnya Sasya membuat ku tidak berdaya.
Sasya wanita yang paling Aku cintai menghilang tanpa ada seorangpun yang tau keberadaannya.
Bahkan orang-orang suruhan Leo pun belum membuahkan hasil sampai detik ini, polisi yang menangani kasusnya pun belum memberikan beritanya.
Sasya tidak mengenal kota ini, baru 5 bulan Aku mengajaknya pindah dan menetap bersama Mama.
Senyum itu selalu membayang dipelupuk mataku, Aku sangat merindukannya, merindukan Sasya ku .
" Nak, bagaimana apa masih belum ada kabar sama sekali?."
Pertanyaan mama membuyarkan lamunanku tentang Sasya ku, membawaku kembali menapaki kenyataan pahit tentang kepergiannya.
" Belum Ma"
Ku lihat air mata disudut mata Mama, Aku tau beliau juga sangat merindukan Sasya sama denganku.
*****
" Sudah siap semua?"
Ku lihat Dia mengangguk dan tersenyum, senyum yang indah. Aku tidak tau apa yang terjadi padaku, akhir-akhir ini wajah nya selalu berhasil mengalihkan semua isi otakku.
Melihat senyumnya membuat ku merasa damai, Aku bertekat untuk membantunya menemukan kembali keluarganya, terlebih suaminya.
" Willi sudah memeriksamu?."
" Kau pikir Aku disini untuk apa jika tidak memeriksanya?."
" Aku tidak bertanya padamu!!."
" Jelas-jelas kau menyebut namaku, minggirlah jangan terlalu dekat. Mengganggu konsentrasiku saja."
Pada akhirnya aku mengalah, membiarkan Willi memeriksanya dengan teliti. Willi teman terbaik yang Aku punya, Dia bahkan rela meninggalkan keluarganya hanya demi membantuku.
" Mulai sekarang kamu harus berhati-hati melakukan pekerjaan apapun, usahakan untuk tidak melakukan pekerjaan berat terlebih dahulu di trisemester kehamilanmu, minum vitamin dan perbanyak konsumsi buah."
" Terima kasih banyak dokter"
Willi menoleh sebentar kearahku, aku faham akan kodenya untukku. Aku bangkit dan berjalan keluar tanpa menunggu Willi tetlebih dahulu, Aku tau ada sesuatu yang ingin dia sampaikan padaku.
Kring!! Kring!!
" Ya Suta."
" ???"
" Benarkah lalu?."
" ???"
" Ada yang lain?"
" Baik kirimkan segera padaku sedetail yang Kamu tau, terima kasih banyak Suta."
Aku tersenyum, titik terang telah kutemukan. Walau perjalanan panjang masih harus dilewati tapi setidaknya ada cahaya yang bisa jadi penerang untukku membantunya.
" Ada apa?"
" Kau seperti orang yang menang lotre saja."
Willi berucap penuh selidik, Aku hanya tersenyum menanggapinya. Belum saatnya !!
" Bagaimana dengan kesehatannya Wil? tidak ada hal yang serius kan?"
" Secara garis besar tidak ada, tapi secara spesifiknya psikologisnya harus tetap dijaga Bram, Dia mengalami tekanan mental yang berat. Beruntung Dia termasuk wanita yang kuat."
" Ada solusi untuk itu Wil, apa pengaruhnya?"
" Pengaruh terbesar pada mentalnya, buat dia senang dan nyaman dengan lingkungannya, usahakan tidak ada tekanan yang membuatnya bersedih."
" Masalah Dia lumayan berat, terpisah dari suami dan keluarganya disaat Dia sedang hamil muda, itu sangat rentan. Kamu yakin akan membiarkan Dia tinggal di rumahmu?"
" Tidak ada pilihan lain Wil, orang-orang ku belum berhasil menemukan info tentang nya. Aku juga tidak mungkin membiarkan nya hidup dikontrakan sendiri atau membiarkan Dia tetap tinggal disini bukan? itu akan membuatnya semakin stress."
Kamu masih sama seperti dulu Bram tidak pernah berubah, Aku salut dan bangga bisa menjadi temanmu.
****
TO BE CONTINUE
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!