“Selamat pagi Bunda.” Ujar Kendra mencium pipi Bunda Sya yang sedang menyiapkan sarapan untuk keluarga mereka.
“Selamat pagi juga Bang. Mas sama adek belum pada turun?” Tanya Bunda Sya kepada Kendra.
“Belum.” Jawab Kendra singkat.
“Ya udah, Abang duduk dulu, sebentar lagi nasi gorengnya siap.” Ujar Bunda Sya kepada putra sulungnya itu.
Kendra menuruti perintah Bundanya, dengan tenang dia duduk di kursinya sembari mengecek jadwal pekerjaannya dan juga menunggu Rendra, Sandra, dan tentunya Ayah Radit yang belum turun.
“Sayang, dasi aku yang warna item dimana?” Terdengar suara Ayahnya yang memanggil sang Bunda.
“Di laci khusus dasi Yah.” Jawab Bunda Sya dengan suara yang terdengar lebih keras dari biasanya. Mungkin agar Ayahnya mendengar.
“Nggak ada Bund, Ayah udah cari tapi nggak ketemu juga.” Terdengar balasan dari Ayah Radit.
“Sebentar Yah, Bunda nyelesain masak dulu.”
Kendra tersenyum, selalu seperti ini. Pasti ada saja barang Ayahnya tidak ketemu dan membuat sang Bunda harus turun tangan. Meskipun sebenarnya Kendra juga tau kalau itu hanyalah modus Ayah Radit saja.
“Bunda tuh suka heran sama Ayah kamu, kok ya setiap hari ada aja barang yang nggak ketemu. Padahal udah Bunda siapin semuanya.” Ujar Bunda Sya menggerutu.
“Udah sana Bunda bantu Ayah cari dasinya dulu. Itu biar Abang yang terusin.” Ujar Kendra kepada Bunda Sya.
“Makasih ya Bang,itu tinggal di taruh di mangkok aja kok.” Ujar Bunda Sya menunjukkan mangkok besar untuk nasi goreng.
Kendra hanya menganggukan kepalanya.
Tidak lama kemudian Princess keluarga Santoso turun dengan anggunnya, siapa lagi kalau bukan Alvira Aleesandra Putri Santoso.
“Selamat pagi Abangnya Sandra yang paling ganteng.” Ujar Sandra menyapa Kendra seraya mencium pipi kakak pertamanya itu.
“Selamat pagi dek.” Jawab Kendra seraya menampilkan senyum manisnya.
“Ooo jadi sekarang yang paling ganteng Bang Kendra. Kemarin adek bilang Mas yang paling ganteng.” Terdengar suara seorang laki-laki lain menyahuti ucapan Sandra. Ya dia adalah putra ke dua keluarga Santoso, Alvino Narendra Putra Santoso.
“Abisnya Mas Rendra nyebelin.” Jawab Sandra santai.
Rendra hanya tersenyum melihat Sandra yang mulai merajuk.
“Selamat pagi Bang.” Ujar Rendra menyapa Kendra.
“Selamat pagi Ndra.”
“Kali ini apalagi barang Ayah yang nggak ketemu Bang?” Tanya Rendra kepada sang Abang.
“Dasi.” Jawab Kendra singkat.
“Kemarin kaos kaki, sekarang dasi. Emang deh Ayah tuh kayak anak SD.” Sahut Sandra.
“Kayak kamu nggak aja dek, kamu aja apa-apa masih minta di cariin Bunda.” Ujar Rendra menggoda Sandra.
“Ya tapi kan aku nggak setiap hari Mas, nggak kayak Ayah. Iya kan Bang?” Ujar Sandra meminta pembelaan dari Kendra.
Kendra hanya menganggukan kepalanya seraya tersenyum. Tidak mungkin dia mengatakan tidak kepada adik bungsunya itu.
“Ini princess Ayah pagi-pagi udah gosip aja.” Ayah Radit turun bersama Bunda Sya seraya bergandengan tangan.
“Siapa yang gosip, Sandra nggak lagi gosip kok.” Ujar Sandra kepada Ayah Radit.
Ayah Radit dan Bunda Sya hanya tersenyum melihat putri bungsu mereka.
“Gemes deh Ayah sama adek.” Ujar Ayah Radit seraya mencium puncak kepala Sandra.
“Udah ayo sarapan, nanti kesiangan loh.” Ujar Bunda Sya mengingatkan.
Berbeda dengan Kendra dan Rendra yang sudah bekerja, Sandra si bungsu yang saat ini baru berusia 20 tahun masih kuliah semester 4.
“Adek jadi berangkat sama Abang kan?” Tanya Kendra kepada Sandra.
“Iya, hari ini kelas pertama adek kan Abang yang ngajar.” Jawab Sandra.
Kendra mengajar di kampus Sandra? Iya, selain bekerja di perusahaan Santoso, Kendra juga bekerja sebagai dosen tamu di kampus Sandra untuk mengajar mata kuliah Pengenalan Bisnis dan Managemen. Hanya untuk 1 semester ini saja.
Sedangkan Rendra, laki-laki yang memiliki wajah dan tubuh mirip dengan Kendra ini memilih untuk bekerja sebagai Arsitek. Role modelnya adalah kedua Omnya, yaitu Om Fardan yang merupakan kakak dari Bunda Sya dan Om Raga yang merupakan adik ipar Ayah Radit.
Sarapan pagi mereka diwarnai dengan candaan dari Sandra dan Rendra, sedangkan Kendra, laki-laki itu lebih pendiam dibandingkan dengan saudaranya yang lain.
“Ngomong-ngomong Yah, adek kan udah 20 tahun nih, udah bolehlah bawa mobil sendiri.” Ujar Sandra kepada Ayah Radit.
“Noo…”
“Tidak…”
“Jangan…”
Ketiga laki-laki di rumah ini dengan serentak mengatakan kata penolakan mengenai keinginan Sandra untuk membawa mobil. Selalu seperti ini setiap Sandra ingin membawa mobil sendiri.
“Bunda…” Sandra menatap dengan pandangan memelas kepada sang Bunda.
“Bunda nggak mau ikut-ikutan dek.” Jawab Bunda Sya seraya tersenyum.
“Nggak usah ya dek, kamu naik taksi atau nggak pakai supir aja.” Ujar Ayah Radit.
“Iya, kalau perlu biar Mas yang anter jemput kamu.” Sambung Rendra.
“Kalau Mas nggak sempet kan Abang juga bisa anter jemput kamu dek.” Ujar Kendra kepada Sandra.
‘Tapi kan adek pengen mandiri, temen-temen adek juga banyak yang bawa mobil sendiri, bahkan bawa motor. Dulu juga Bunda bawa motor kan, kenapa adek nggak boleh.” Ujar Sandra kesal.
“Itu kan waktu Bunda belum kenal sama Ayah, setelah sama Ayah, Bunda udah nggak pernah bawa motor lagi.” Ujar Ayah Radit beralasan.
Sebenarnya bukan tanpa alasan mereka melarang Sandra untuk membawa mobil atau moto., Hanya saja sejak kejadian Sandra terserempet mobil saat mengendarai sepeda waktu kecil dulu membuat ketiga laki-laki yang pada dasarnya memang posesif kepada para wanita di keluarga Santoso ini menjadi semakin bertambah posesif.
Sandra hanya bisa memanyunkan bibirnya karena kesal.
“Bulan ini uang saku adek Ayah tambahin deh, tapi jangan cemberut gitu dong.” Ujar Ayah Radit berusaha membujuk putri semata wayangnya ini.
“Adek minta apa nanti pulang kerja Mas bawain?” Ujar Rendra kepada Sandra.
Sandra tersenyum mendengar itu, uang saku bertambah dan kakaknya akan membawakan apa saja yang dia inginkan.
“Kalau Abang mau kasih penawaran adek apa? Tanya Sandra kepada Kendra.
Kendra tersenyum mendengar pertanyaan adiknya.
“Adek maunya apa?” Tanya Kendra dengan lembut.
Lagi-lagi Sandra tersenyum mendengar ucapan Abangnya.
“Baiklah, deal…Ayah, bulan ini uang saku adek harus tambah. Mas Rendra, nanti sepulang kerja adek pengen Mas bawain album BTS yang terbaru. Dan buat Abang Kendra, nanti anterin adek sama Aleera ke Mall buat belanja, plus tentunya bayarin juga belanjaannya.” Ujar Sandra seraya tersenyum penuh kemenangan.
“Adek…”Bunda Sya terlihat ingin menegur Sandra, tapi di larang oleh Ayah Radit yang menggelengkan kepalnya. Memang diantara mereka hanya sang Bunda yang tidak terlalu memanjakan Sandra.
“Oke setuju.” Jawab Rendra.
“Nanti siang Ayah transfer uang saku tambahannya.” Ujar Ayah Radit.
“Abang anterin ke Mall, tapi Abang nggak mau ikut kalian belanja. Nanti bawa aja kartu Abang.” Tambah Kendra.
Dan hari ini terjadilah sebuah kesepakatan yang sangat menguntungkan princess dari keluarga Santoso itu.
.
.
.
Hey, aku datang lagi dengan kisah dari Abang Kendra😍
Semoga temen-temen suka🤗
Jangan lupa kritik dan sarannya 😊
*Terima Kasih 😘**💕*
“Aleera…”
Kendra melihat kearah Sandra yang sedang memanggil temannya. Yang Kendra tau Aleera adalah sahabat Sandra sejak SMA. Gadis yang memiliki usia dengan adik bungsunya ini cukup sering main ke rumah mereka. Kendra hanya tau nama dan orangnya saja, selama ini dia tidak pernah terlibat interaksi apapun dengan Aleera kecuali saat gadis itu menyapanya. Dan satu lagi, yang Kendra tau Aleera adalah seorang gadis yatim piatu.
Merasa namanya di panggil Aleera menolehkan tubuhnya ke sumber suara, dia tersenyum melihat sahabatnya yang berjalan berdampingan bersama Kendra, dosen Aleera juga. Semua orang disini juga tau kalau Sandra adalah adik dari Kendra.
“Selamat pagi Pak Al.” Ujar Aleera menyapa Kendra dengan sopan. Kenapa Al? Karena di kampus Kendra lebih di kenal dengan nama Alvaro dan lebih sering di panggil Al.
“Pagi.” Jawab Kendra datar.
“Inget, jangan sampai telat masuk ke kelas Abang.” Bisik Kendra di telinga Sandra sebelum dia benar-benar meninggalkan kedua gadis itu dan pergi ke ruangannya.
“Oke.” Jawab Sandra seraya tersenyum ceria.
“Ly, nanti kita ke Mall ya, tenang aja Bang Kendra bakal anterin kita. Nanti kita belanja sepuasnya. Pake kartu Bang Kendra.” Ujar Sandra kepada Aleera.
“Nggak ah, aku nggak enak sama Pak Al.” Jawab Aleera menolak. Aleera merasa tidak enak kepada Kendra karena setiap Sandra mengajaknya berbelanja dan menggunakan kartu milik Kendra maka Sandra juga akan membelikan barang yang sama dengan barang miliknya untuk Aleera.
“Nggak enak kenapa, santai aja kali Ly. Bang Kendra itu uangnya banyak. Kalau cuma buat belanja kita mah nggak bakal abis.” Jawab Sandra santai.
Aleera bisa memaklumi sifat Sandra yang cenderung boros baginya itu. Biar bagaimana pun Sandra lahir dan besar di keluarga yang sangat kaya. Berbeda dengan dirinya yang hanya mengandalkan uang peninggalan dari almarhum orang tuanya.
Orang tua Aleera memang sudah meninggal sejak 3 tahun lalu dimana saat itu dia masih duduk di bangku kelas 3 SMA. Dan untungnya orang tua Aleera juga sudah memeprsiapkan asuransi pendidikan untuknya hingga jenjang kuliah. Kenapa Aleera tidak tinggal dengan om atau tantenya? Tidak, Aleera tidak ingin merepotkan mereka. Lagipula Aleera juga merasa kalau dia sudah cukup dewasa untuk bisa mengurus dirinya sendiri.
“Tapi San…”
“Udah pokoknya nanti kamu temenin aku ke Mall. Sekarang kita ke kelas, nggak asik kan kalau kita telat terus di hukum sama Bang Kendra.” Sandra menghentikan ucapan Aleera yang masih akan mencari alasan untuk menolak ajakannya.
Sebagai dosen, Kendra memang sangat tegas. Dia tidak mentolerir kalau ada mahasiswanya yang datang telat saat kelasnya, apalagi keterlambatan mengumpulkan tugas. Dan itu juga berlaku untuk Sandra meskipun gadis itu adalah adiknya. Di rumah mungkin Sandra bisa melakukan hal sesukanya dan meminta apapun yang dia mau kepada Kendra, dan sudah pasti Kendra akan mengabulkannya.Tapi berebeda saat Sandra menjadi mahasiswanya, Kendra akan memperlakukan Sandra sebagaimana mahasiswa lainnya.
Seperti biasa, kelas akan menjadi sangat tenang jika Kendra yang mengajar. Tidak ada yang berani membuat kebisingan kalau mereka tidak ingin dipaksa untuk keluar dan pada akhirnya mendapat nilai D.
“Saya rasa sudah cukup untuk hari ini. Selamat siang.”
Mendengar Kendra mengatakan itu semua mahasiswa langsung bisa menghela nafas lega.
“Gila ya Pak Al, dari tadi gue tahan nafas karena nggak kuat sama kegantengan dia.” Ujar salah satu teman Sandra di kelas ini.
“Padahal Bang Kendra nggak seganteng itu sampai buat kita nggak bisa nafas kan Ly?” Bisik Sandra kepada Aleera. Menurut Sandra, kakak-kakaknya memang termasuk dalam kategori tampan.Tapi tidak setampan itu sampai membuat semua orang terpesona.
Ya, dibalik sikapnya yang terlalu tegas dan sedikit menyebalkan. Ternyata cukup banyak mahasiswi yang menyukai Kendra. Hampir semua mahasiswi di kampus ini malahan.
“Tapi Pak Al emang ganteng San.” Jawab Aleera santai.
“Kamu suka enggak sama Bang Kendra?” Tanya Sandra tiba-tiba.
Dengan cepat Aleera menggelengkan kepalanya.
“Enggak, di bandingkan dengan suka aku justru lebih ke takut kalau sama Pak Al.” Jawab Aleera.
Sandra tertawa mendengar penuturan Aleera.
“Menakutkan apanya? Emang sih Bang Kendra wajah dan sifatnya dingin. Tapi aslinya baik kok. Aku aja nggak pernah dimarahin sama Bang Kendra.” Ujar Sandra kepada Aleera.
“Iya tau, kan kamu adik kesayangan. Udah yuk ke kantin dulu. Aku belum sarapan tadi pagi.” Ujar Aleera seraya beranjak dari kursinya.
“Ya ampun, nggak sarapan lagi? Harusnya tadi pagi tuh telfon aku biar aku bawain nasi goreng buatan Bunda.” Ujar Sandra kepada Aleera. Sandra tau kebiasaan buruk sahabatnya yang jarang sarapan ini, hanya saja karena aksi merajuknya tadi pagi membuat Sandra lupa saat akan membawakan Aleera sarapan.
“Iiihh, nggak usah. Ngerepotin terus San.”
“Kata siapa ngrepotin, bahkan kalau dalam seminggu kamu nggak main ke rumah kamu terus dicariin sama Bunda loh Ly.”
Bunda Sya memang sangat menyayangi Aleera. Dia sudah menganggap Aleera seperti anaknya sendiri. Apalagi Aleera hidup sendirian selama ini. Tidak jarang Bunda Sya juga mengirimkan makanan ke rumah Aleera. Dari cerita Sandra, Bunda Sya tau kalau Aleera jarang makan karena terlalu sibuk dengan kuliah dan mengajar les untuk anak-anak SD dan SMP di rumahnya. Ya meskipun saat ini sedang off karena Aleera benar-benar sibuk sekarang.
“Iiih jadi kangen Bunda deh. Besok ya kalau udah agak senggang waktunya.” Ujar Aleera kepada Sandra.
“Ya udah ayo ke kantin. Aku temenin kamu sarapnan dulu.” Ujar Sandra seraya menarik tangan Aleera.
Aleera memilih untuk memesan soto ayam untuk sarapan. Makanan di kantin kampus memang cukup murah. Satu mangkuk soto dengan satu ketupat hanya dihargai 10 ribu saja. Karena murah dan enak tentunya makanya Aleera lebih suka sarapan di kantin kampus.
“Kamu mau pesen apa? Biar sekalian aku pesenin.” Ujar Aleera kepada Sandra.
“Siomay aja Ly sama es jeruk.” Jawab Sandra.
“Oke.”
Setelah menghabiskan makanannya, Sandra dan Aleera segera kembali ke kelas untuk memulai mata kuliah berikutnya. Hari ini hanya 2 mata kuliah saja, jadi setelah ini Sandra bisa langsung mengajak Aleera ke Mall.
Baru saja jam kuliah Sandra dan Aleera selesai, Sandra mendapatkan pesan dari Kendra.
Abang Kendra
Dek, Abang harus ke kantor. Maaf nggak bisa anter kamu. Kartunya udah Abang taruh di laci meja, kamu ke ruangan Abang aja.
“Bang Kendra nggak jadi anterin ke Mall, kita naik taksi aja yuk.” Ujar Sandra memberitahu Aleera.
Aleera menganggukan kepalanya. Jujur dalam hati dia merasa senang karena tidak jadi pergi bersama Kendra. Seperti yang Aleera bilang tadi, dia takut setiap harus bertemu dengan Abang dari sahabatnya itu.
Aleera dan Sandra pergi ke Mall setelah terlebih dahulu mengambil kartu yang Kendra tinggalkan di ruangannya. Aleera selalu kagum kepada Kendra yang memperlakukan Sandra dengan sangat baik. Jika sedang seperti ini maka Aleera selalu ingin memiliki saudara. Sayangnya Aleera hanya anak tunggal yang kesepian setelah orang tuanya meninggal dunia.
“Kamu mau beli apa sih San?” Tanya Aleera sesampainya mereka di Mall.
Sandra menggelengkan kepalanya.
“Belum tau, kita keliling dulu aja ya Ly.” Jawab Sandra santai.
Ya, selalu seperti ini. Setiap kali mereka ke Mall pasti Sandra tidak memiliki tujuan. Seringkali mereka hanya berkeliling. Kalaupun belanja, Sandra lebih sering membelikan Aleera. Kenapa seperti itu? Sandra memang hanya menyukai belanja, namun barang yang dia beli biasanya akan dia berikan untuk Aleera sesampainya di rumah dengan alasan mendadak dia tidak menyukainya. Dan sampai sekarang banyak barang-barang Aleera yang merupakan pemberian dari Sandra.
“Beli baju atau Tas?” Tanya Sandra kepada Aleera.
Kali ini ganti Aleera menggelengkan kepalanya.
“Tidak usah, mending kita beli makan atau nonton aja. Minggu kemarin kamu baru aja beli baju dan semua kamu kasih ke aku. Kalu memang tidak ada yang ingin kamu beli mending tidak usah di beli.” Ujar Aleera kepada Sandra.
Ya, inilah yang Sandra suka dari Aleera. Sahabatnya ini adalah salah satu orang selain Bunda Sya yang bisa menolak keinginan Sandra. Jika teman-teman Sandra akan sangat suka jika dirinya mulai mentraktir mereka, maka tidak dengan Aleera. Aleera tidak suka kalau Sandra mulai menghambur-hamburkan uang untuk sesuatu yang tidak penting. Aleera mau memberikan nasihatnya dan juga memarahi Sandra jika dirinya mulai salah.Pada intinya, Aleera sudah seperti kakak perempuan untuknya. Sandra berharap Aleera bisa berjodoh dengan salah satu kakaknya, dengan begitu maka dia tidak akan terpisah dengan Aleera.
“Ya udah, kita nonton aja gimana? Ada film yang bagus nggak?” Ujar Sandra bertanya kepada Aleera.
Aleera setuju dengan pilihan Sandra.
“Ya udah, kita nonton aja. Kita lihat ada film apa yang menarik nanti.” Jawab Aleera.
Sesampainya di bioskop akhirnya Sandra dan Aleera memilih untuk menonton fil komedi romantis.
“Kamu pesen makanan aku antri beli tiket ya Ly.” Ujar Sandra kepada Aleera.
“Oke, aku pesen dulu ya.” Jawab Aleera seraya berlalu.
Sandra menganggukan kepalanya.
Jadilah saat ini Sandra dan Aleera menghabiskan waktu mereka dengan menonton.
Kurang lebih 1 setengah jam sudah mereka lewati, akhirnya film yang mereka tonton selesai.
“Makan dulu ya Ly, laper soalnya.” Ujar Sandra seraya memegang perutnya dan menampilkan ekspresi kelaparan.
“Ya udah ayo makan dulu.” Tentu saja Aleera tidak akan membiarkan Sandra pulang dalam keadaan kelaparan.
“Kita ke Ayam goreng kakek aja ya Ly.” Ujar Sandra kepada Aleera.
Seperti kakak-kakaknya yang lain, maka Sandra pun sangat menyukai ayam goreng kakek. Sandra juga tidak tau kenapa istilah itu terbawa hingga saat ini. Padahal akan lebih singkat kalau mereka menyebut dengan naman aslinya. Yang jelas sebutan itu bermula dari Abang pertamanya, Kendra.
“Emang sekarang udah jatah kamu makan Ayam goreng kakek San? Nanti kalau Ayah Radit tau kamu diomelih loh.” Aleera sangat tau kalau Ayah Radit memang membatasi anak-anaknya untuk makan junk food. Tidak seperti Bunda Sya yang agak sedikit membebaskan. Asal tidak setiap hari maka Bunda Sya akan memperbolehkan.
“Jangan bilang-bilang Ayah ya, bulan ini aku udah makan Ayam goreng kakek 3 kali.” Jawab Sandra santai.
Padahal bulan ini masih memasuki minggu kedua, tapi Sandra sudah menghabiskan semua jatahnya untuk makan ayam goreng kakek. Darimana mendapatkannya? Tentu saja dengan merayu Rendra dan juga Kendra.
Aleera hanya menggelengkan kepalanya karena tingkah Sandra ini. Entah kenapa Sandra yang aktif dan periang bisa berteman dengan Aleera yang cenderung diam dan kalem. Aleera juga tidak tau alasannya. Karena persahabatan mereka terjadi begitu saja.
Sedang asik makan tiba-tiba ponsel Sandra berbunyi.
“Assalamu’alaikum, Halo Bang. Ada apa?” Ujar Sandra mengawali pembicaraan.
Dapat Aleera tebak kalau itu adalah Kendra. Memang siapa lagi kakak yang Sandra panggil dengan sebutan Abang.
“Adek dimana? Abang udah selesai rapat. Biar Abang jemput.” Ujar Kendra bertanya kepada Sandra.
“Adek di Ayam goreng kakek tempat biasa Bang.” Jawab Sandra jujur. Toh Abangnya tidak akan memarahi Sandra karena pasti laki-laki itu juga akan ikut makan juga.
“Oke, Abang kesana.” Ujar Kendra memberitahu Sandra.
“Oke Bang.” Jawab Sandra senang.
Setelah panggilan ditutup…
“Abang Kendra mau kesini Ly.” Ujar Sandra memebritahu Aleera. Padahal Aleera sendiri tidak bertanay apapun.
“Ooo gitu, apa aku pulang duluan aja? Biar nanti nggak usah repot anterin aku lagi.” Ujar Aleera.
“Nggak, pokoknya nggak boleh pulang duluan. Kamu pulang sama aku sama Bang Kendra nanti.” Jawab Sandra tegas.
“Iihh San, aku nggak enak kalau sama Pak Al.” Jawab Aleera memberikan alasan.
“Kenapa sih kamu takut banget sama Bang Kendra? Padahal ini bukan pertama kalinya kamu ketemu sama Bang Kendra loh Ly.” Tanya Sandra kepada Aleera. Terkadang Sandra bingung kenapa Aleera begitu takut kepada Kendra.
“Bukan gitu, aku nggak takut kok. Cuma ya… “ Belum juga Aleera selesai berbicara, tiba-tiba tatapannya tertuju kearah pintu masuk yang mana disana berdiri laki-laki yang sedang mereka bicarakan.
“Pak Al..” Ujar Aleera bergumam.
Sandra yang mendengar itu langsung mengikuti tatapan Aleera. Dia mengangkat tangannya agar Kendra dapat melihat keberadaannya.
“Bang Ken…” Ujar Sandra memanggil Kendra.
Kendra yang melihat keberadaan adiknya itu langsung mengulas senyumnya. Dengan langkah lebarnya dia berjalan kearah Sandra dan Aleera.
Kendra duduk di samping Sandra setelah terlebih dahulu mencium puncak kepala adiknya itu.Dan itu semua tidak luput dari perhatian Aleera.
“Kok Abang cepet banget si sampenya?” Tanya Sandra kepada Kendra.
“Tadi waktu abang telfon adek, Abang udah di parkiran.” Jawab Kendra memberitahu.
Begitu selesai rapat, Kendra langsung pergi ke Mall untuk menjemput adik perempuannya itu. Rasanya tidak tega membiarkan Sandra pulang sendiri naik taksi.
“Ooo gitu. Abang mau makan apa biar Sandra pesenin.” Ujar Sandra bertanya kepada Kendra.
“Nggak usah, biar Abang pesen sendiri aja.” Jawab Kendra, dia segara beranjak dari kursinya. Tentu saja untuk memesan ayam goreng kakek.
Baru saja Kendra pergi, Sandra juga ijin untuk ke kamar mandi. Dan sekarang Aleera sendirian di mejanya.
“Sandra kemana?” Tanya Kendra saat mendapati Sandra tidak ada di tempatnya.
“Lagi ke kamar mandi Pak.” Jawab Aleera seraya tersenyum sopan.
“Ooo, btw Ly, tidak usah canggung seperti itu sama saya. Kamu teman Sandra, jadi kalau tidak sedang di kampus cukup panggil saya Abang Kendra sama seperti Sandra.” Ujar Kendra kepada Aleera. Kendra bukan tidak menyadari kalau Aleera begitu canggung dengannya.
“Eemm, iya Bang.” Jawab Aleera masih sedikit canggung. Biar bagaimana pun Aleera menghormati Kendra sebagai dosennya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!