Di sebuah dunia hiduplah Kaisar Siluman yang memiliki ambisi menguasai dunia.
Sang Kaisar Siluman memiliki penampilan yang kurang lebih sama dengan manusia biasa namun dia memiliki tanduk di kepalanya, wajah tampan dan ramahnya tidak sesuai dengan kekejamannya.
Hari demi hari yang ia lalui hanya terus membantai dan membantai para manusia.
ia merasa bahwa dirinyalah yang terkuat, dunia pun tak memungkiri hal itu karena sampai sekarang tidak ada satupun mahluk di dunia itu yang dapat mengalahkannya.
sebuah kerja keras tentu terbayarkan dengan hasil, ia kini telah membuat tatanan dunia baru dibawah kakinya.
seakan begitu mudah ia membuat bangsa manusia menari di atas telapak tangannya.
pada akhirnya ia berhasil mencapai tujuannya.
Yah, dia berhasil menguasai dunia, namun…..
“aku sudah berhasil mencapai tujuanku, aku memiliki banyak pengikut.” batin Sang Kaisar Siluman yang tengah duduk di singgasana kebesarannya sambil menatap para pengikutnya yang serentak berlutut di aula istana.
“aku memiliki Permaisuri Siluman dan banyak Selir.” lanjut Sang Kaisar Siluman dalam batin sambil menengok kekiri dan kanan menatap Permaisuri Siluman dan para Selir dengan paras indah yang ia miliki.
“aku memiliki istana yang megah, akulah yang terkuat, aku adalah iblis sekaligus dewa di dunia ini.” masih terus berkecamuk dalam pikirannya.
“seharusnya semua hal itu lebih dari cukup untuk memuaskanku.” dengan ekspresi wajah rumit yang tak pernah sekalipun ia tunjukkan, ekpresi wajah bimbang dan penuh kehampaan.
Penuh tanda tanya pikiran Sang Kaisar Siluman bahwa sesuatu yang semestinya menjadi hal yang Sangat memuaskan dan membahagiakan baginya justru membuat ia merasa hampa bagai malam gelap tanpa sinar Sang bintang dan rembulan
terngiang dalam pikiran, perkataan dari pendekar terkuat yang menjadi lawan terakhirnya “percayalah! Tujuanmu mungkin tercapai, namun selamanya itu tak akan membuatmu hatimu tenang! .”
“tidak mungkin apa yang dikatakannya benar.” dalam pikirannya sampai saat ini Sang Kaisar Siluman menolak untuk menyetujui perkataan tersebut.
Perkataan tersebut tak hentinya membuat ia merasa khawatir, hingga pada akhirnya ia membayangkan wajah para manusia yang telah ia bantai, ia memiliki keistimewaan yang dapat mengingat semua wajah orang yang telah ia
bunuh.
Namun kini keistimewaan itu bagaikan sebuah kutukan dimana ia mulai merasa cemas akan semua hal yang telah ia lakukan sebelumnya.
“aku adalah yang terkejam, aku membunuh manusia – manusia itu tanpa berkedip, tidak mungkin aku merasa kasihan, Tidak Tidak Tidak, ini tidak benar, ini tidak pernah terjadi ! .” pikir Sang Kaisar Siluman menolak setuju dengan dugaan bahwa ia merasa kasihan karena tak ada lagi iba dan kasihan dalam hatinya.
“namun perasaan apa ini?.” batin Sang Kaisar Siluman.
“sial ini menyebalkan.” tiba tiba Sang Kaisar Siluman berteriak sehingga mengagetkan semua yang berada di dalam aula tersebut.
Dengan wajah khawatir Salah satu bawahannya bertanya dengan Sangat berhati - hati “Ampuni Hamba Yang Mulia, Apa yang telah mengusik dan menganggu pikiran anda wahai Kaisarku yang Agung.”
Sebuah pertanyaan yang mewakili semua pengikut yang berada di dalam ruang aula tersebut.
“tidak apa – apa, aku hanya berpikir setelah semua tujuan ku tercapai aku malah merasa tidak puas, sepertinya ada yang salah dengan hal yang telah ku lakukan, tapi aku bingung entah apa yang salah dan dimana tepatnya kesalahanku sehingga aku tidak merasa puas.” ucap Sang Kaisar Siluman.
Ucapan tersebut membuat semua pengikutnya bingung, hingga tiba – tiba suasana menjadi canggung karena tak ada suara sedikitpun Masih terus berpikir para pengikutnya terdiam dalam waktu yang Sangat lama.
Namun masih saja setelah sekian lama tidak ada satupun yang berhasil mendapat jawaban yang tepat atas pernyataan yang dituturkan Sang Kaisar Siluman.
Keadaan sunyi berakhir kala Sang Permaisuri Siluman angkat bicara “suamiku, aku tidak tau dimana letak kesalahan itu, namun apapun yang engkau lakukan kami semua akan terus mendukungmu.” sebuah jawaban yang Sang Kaisar Siluman dengar kurang memuaskan baginya, justru membuat urat di dahinya muncul.
“aku tau itu, aku tidak meragukan kesetiaan kalian.” Sang Kaisar Siluman mulai kesal terdengar jelas nada bicara yang agak meninggi.
“maafkan aku suamiku.” merasa bersalah karena tak dapat memberi jawaban yang memuaskan Sang Permaisuri Siluman tertunduk lesu.
Setelah perkataan itu suasana kembali canggung dan sunyi, pagi hari yang cerah tersebut terasa seperti malam hari dengan awan mendung.
“hei mengapa kalian semua terdiam, apa tidak ada satupun yang mengetahuinya, huft.” menghela napas panjang Sang Kaisar Siluman mencoba menenangkan emosinya.
Sulit untuknya menyimpulkan apa jawaban yang tepat.
Hingga beberapa saat kemudian, Sang penasehat istana yang dikenal sangat cerdas memberikan jawaban “yang mulia, tidak ada yang salah dengan apa yang telah anda lakukan, yang anda rasakan saat ini hanyalah perasaan bosan.” ucapnya dengan tersenyum percaya diri.
“lancang kau! bagaimana bisa kau mengatakan itu, itu berarti kau menganggap yang mulia melakukan sesuatu yang membosankan.” ucap salah satu bawahan memotong ucapan Sang Penasehat Istana.
“diaaammm!!!.” bentak Sang Kaisar Siluman.
“aku tidak mengizinkanmu memotong pembicaraanya.” ucap Sang Kaisar Siluman dengan nada meninggi.
“lanjutkan penasehat!.” lanjut Kaisar Siluman.
“baik Yang Mulia, seperti yang hamba katakan mungkin anda hanya sedang bosan, maka dari itu kita perlu tujuan baru, kita harus menaklukkan dunia lain.” jawab Sang Penasehat sehingga membuat semua yang berada di dalam ruangan aula tersebut kebingungan.
“aku setuju sepertinya aku memang sedang bosan, namun menaklukkan dunia lain? .“ tanya Sang Kaisar Siluman.
“benar yang mulia.” jawab Sang Penasehat dengan bangga.
“aku rasa itu bukanlah ide yang bagus karena sepertinya walaupun aku kedunia lain, hal yang sama akan tetap terjadi, setelah aku berhasil menaklukkannya, rasa bosan akan datang lagi, dan kau akan mengucapkan saran yang sama, kita melalukan hal yang sama berulang kali sehingga aku merasa makin bosan.” Ucap Sang Kaisar Iblis semakin kesal.
Perkataan Sang Kaisar Siluman sekali lagi membungkam semua yang ada dalam ruangan aula hingga membuat mereka semua keringat dingin karena canggung dan takut.
“sepertinya tidak ada satupun dari kalian yang bisamemberikan jawaban yang memuaskan, kalian boleh pergi.” ucap Sang Kaisar Siluman memecah keheningan dan membuat para pengikutnya bernapas lega.
“baik Yang Mulia !!!.” ucapnya serentak.
Ruangan tersebut menjadi hening setelah kepergian para pengikutnya, Sang Permaisuri dan para selir pergi beristirahat, sementara Sang Kaisar masih belum beranjak dari Singgasananya.
Ia tidak beranjak satu jaripun dari tempatnya, berhari – hari ia terus memikirkan hal tersebut.
Hingga ia sampai pada suatu kesimpulan yang menurutnya adalah kemungkinan paling tepat,
“para pengikutku.” ucap Sang Kaisar Siluman dengan lantang.
Seketika dan secepat kilat Permaisuri dan para selirnya, serta ratusan ribu pengikutnya muncul.
“aku sepertinnya telah menemukan jawabannya.” dengan wajah yang cerah dan senyuman lebar Sang Kaisar Siluman membuka pembicaraan.
“Syukurlah yang mulia.” ucap Sang Penasehat diikuti sorakan gembira para pengikut, terdengar ruangan mulai seperti pasar karena mereka semua mengutarakan kebahagiaannya.
“sepertinya aku bosan berbuat jahat.” tak di pungkiri melakukan sesuatu secara berulang akan menimbulkan rasa bosan, Sang Kaisar Siluman membuat para bawahannya membuka mulut Sangat lebar bahkan lebah dapat membuat madu dimulutnya, suasana seketika hening lagi.
Mereka semua tidak lagi dapat berkata – kata karena tidak mempercayai apa yang mereka dengar, namun mereka harus setuju dengan perkataan Kaisar mereka.
“lantas apa rencana Yang Mulia? .” Tanya Penasehat Istana kepada Sang Kaisar Iblis.
“aku ingin menjadi manusia.” jawaban yang diberikan membuat para pengikut menahan napas.
“aku akan melakukan teknik terlarang untuk mengirim jiwa ku pada tubuh manusia yang kuat.” lanjut Sang Kaisar Siluman.
“izinkan kami ikut denganmu yang mulia.” Sang Permaisuri memohon.
“kalian jagalah istana ini, pilih penerus dari salah satu keturunanku.” ucap Sang Kaisar Siluman menolak keikutsertaan mereka.
“tapi yang muli…” Para bawahan Sangat cemas, mereka sungguh tidak bisa menemukan alasan mengapa Kaisar mereka ingin menjadi manusia.
“aku tidak butuh pendapat kalian.” ucap Sang Kaisar Siluman Sambil menusuk jantungnya dengan pedang ganda Kaisar Siluman, dalam sekejap raganya menjadi kurus kering, dan roh keluar dari tubuhnnya berubah menjadi bola kegelapan, pedang gandanya pun menyatu dengan bola kegelapan, bola kegelapan tersebut menghilang diruang hampa.
Tangisan Sang Permaisuri, para selir dan pengikut mulai mewarnai ruangan aula.
Dengan mantap Sang Permaisuri berucap “kami turuti keinginanmu Yang Mulia, namun kami tidak akan memilih Kaisar baru, hanya engkau lah yang mampu membawa kami menuju era kejayaan.” perkataan tersebut disetujui para selir dan pengikutnya.
“berlarilah lebih cepat Yian er.” ucap seorang pria menyuruh istrinya berlari lebih cepat.
dengan nafas yang terengah-engah wanita tersebut menjawab “huh huh huh, aku sedang berusaha, tapi sepertinya aku sudah sampai pada batasanku.”
“tidak Yian er, berjuanglah lebih keras lagi.” ujar sang suami yang menggendong anak berumur setahun.
“tapi aku sudah tidak kuat lagi berlari.” ucapnya dengan lemas.
“tenanglah, sedikit lagi kita akan tiba di tempat yang aman.” ujar sang suami.
“baiklah.” ujar sang istri pasrah.
Mereka terus berlari dan sang suami terus-terusan membujuk istrinya untuk tidak menyerah saat mereka sebentar lagi akan tiba di sebuah kota yang ramai dimana mereka akan mendapat perlindungan.
Tapi beberapa saat kemudian...
“sial.” ujar sang suami.
“ada apa Yi gege?.” ujar sang istri yang terus memaksakan dirinya untuk tetap berlari.
“kelihatannya ini sudah direncanakan oleh mereka, mereka sudah mengepung kita, mereka akan tiba sebentar lagi.“ ucap sang suami dengan nada dingin.
“lalu bagaimana ini Yi gege? Jika mereka menangkap kita bagaimana dengan nasib anak kita nanti.” ucap sang istri yang khawatir.
Sambil menghela napas sang suami menjawab “huft… aku akan mengulur waktu, sementara kau bawa putra kita pergi ke tempat yang aman.”
“akan ku wariskan ‘itu’ pada anak kita.” lanjutnya.
“tidak Yi gege jangan lakukan itu, jiwa anak kita tidak akan kuat menerimanya, kemungkinan besar jiwanya akan rusak.” ucap sang istri yang tidak setuju.
“masalah jiwanya yang rusak atau tidak itu urusan nanti, itu lebih baik daripada dia mati.” jawab sang suami dengan nada tinggi sedikit membentak.
Sebenarnya sang istri sangat enggan putranya menerima warisan tersebut, tapi karena ia tidak ingin berdebat, tidak dapat berdebat, dan tidak ada waktu lagi untuk berdebat, dia menyetujuinya dengan berat hati.
“baiklah.” ucap sang istri mengigit bibirnya dengan mata berkaca-kaca terpaksa harus menyetujuinya.
“kita tidak lagi punya waktu.” ujar sang suami saat akan mulai mewariskan kekuatannya.
Dia terus-menerus berusaha mengalirkan kekuatan jiwa kepada putra yang digendongnya , sampai beberapa saat kemudian bayi tersebut terlihat bercahaya namun tidak lama setelah itu cahaya tersebut redup dan kulit bayi itu terlihat pucat karena efek samping dari warisan tersebut.
Bayi itu terus menangis, membuat kedua orang tuanya tidak tega.
Sang suami yang telah selesai mewariskan kekuatannya ia lakukan namun karena itu tenaga dalam dan kekuatan jiwanya telah sampai pada batasnya, ia pun memuntahkan darah.
“uhuukk….Yian er cepat lah, jika sudah tiba di kota segera cari tabib.” ujar sang suami sambil menyerahkan putranya kepada sang istri.
“…..” sang istrinya diam saja sambil mengangguk dengan mata berkaca-kaca, ia diam karena takut jika mulutnya mengeluarkan suara dan suara selanjutnya adalah tangisan.
“tenanglah aku selalu dihatimu, tidak akan pernah meninggalkanmu” ucap sang suami menguatkan sang istri namun juga dadanya terasa sangat sesak apalagi harus menahan untuk tidak mengeluarkan air mata agar sang istri tidak lebih bersedih.
“aku mencintaimu” lanjut sang suami sambil memberikan ciuman di bibir sebagai tanda perpisahan.
Dengan menggendong putranya sang istri pun berlari sekuat yang ia bisa, walaupun serasa sudah tidak sanggup.
Sementara itu sang suami berdiri dengan gagah seolah tidak takut apa yang akan terjadi, hingga beberapa saat kemudian terdengar banyak suara langkah kaki.
“tap tap tap”
Setelah itu, hampir pada waktu bersamaan muncul segerombolan orang dari segala penjuru hutan.
“uwahahahaha menyerahlah Liang Yi, serahkan warisan itu padaku, kau sudah terkepung, seberapapun hebatnya dirimu tidak akan pernah kau menang melawan kuantitas.” ucap seorang dengan wajah jahat dan juga dengan senyum yang jahat.
“Lu Bian !!!, biad*ab kau!!!! Aku sudah menganggapmu sebagai saudaraku, tidak kusangka kau yang merencanakan penghancuran sekte Pedang Jiwa kau benar benar musuh dalam selimut.” teriak Liang Yi.
“hahaha kau memang sangat bodoh percaya kepadaku, dengan mudahnya kau menceritakan semua rahasia itu kepadaku bahkan kau anggap sebagai saudaramu, sungguh bodoh.” ucap Lu Bian mengejek.
Liang Yi sudah tidak dapat menahan kesabarannya berlari menyerang Lu Bian dengan dua buah pedang panjang yang melayang disamping kiri dan kanannya.
Lu Bian yang melihat Liang Yi berlari padanya mempersiapkan tombak berwarna hitamnya.
“kalian jangan ikut campur sebelum kuberi perintah!!.” perintah Lu Bian kepada para bawahannya.
Bawahannya serentak menjawab “baik tuan!!.”
dalam tempo waktu yang sangat singkat Liang Yi sudah berada di depan Lu Bian sambil menggerakkan tangannya, pedang melayang di samping kanannya bergerak mengikuti gerakan tangannya mengincar jantung Lu Bian, sementara pedang melayang di samping kirinya ia gunakan untuk berjaga jaga jika ada serangan.
kedua pedang melayang itu ia kendalikan dengan kekuatan perpaduan kekuatan jiwa dan tenaga dalamnya.
“tinggg” suara pedang dan tombak bergesek.
“seperti biasa kau sangat cepat.” ujar Lu Bian.
Lu Bian berhasil menangkis serangan tersebut dengan tombak, sambil mendorong pedang Liang Yi dengan tombaknya, ia menggunakan kakinya untuk menendang perut Liang Yi.
Liang Yi menggerakkan pedang yang ada di samping kirinya untuk menahan serangan yang menuju pada perutnya.
Lu Bian yang melihat itu membatalkan tendangannya karena tau pedang tersebut mengandung tenaga dalam yang besar.
Lu Bian melompat kebelakang kemudian maju lagi melakukan gerakan menusuk dengan tombaknya, melihat itu Liang Yi melentingkan ke tubuhnya kekanan lalu melakukan gerakan memutar.
pedang di sebelah kiri dan kanannya ikut memutar mengikuti gerak tubuh Liang Yi.
Menghindari itu Lu Bian melompat tinggi dan memukulkan tombaknya ke bawah mengincar kepala Liang Yi.
namun Liang Yi cepat menyadarinya menangkis dengan menggerakkan pedang melayang di sebelah kirinya.
namun karena tenaga dalam yang dilepaskan Lu Bian pada tombaknya lebih besar membuat Liang Yi terpental sejauh 30 meter.
Liang Yi yang terpental segera mendapat kembali keseimbangannya dengan salto belakang dan berdiri dengan sempurna.
namun hal yang terjadi selanjutnya Liang Yi memuntahkan seteguk darah dari mulutnya.
“hahahah ada apa Ketua Yi ? mengapa kau begitu lemah, ini tidak seperti dirimu, kau adalah pendekar tingkat tinggi satu tahap di atasku.” ucap Lu Bian.
“hahahahahahahaha” Liang Yi tertawa.
“apa yang membuatmu tertawa, apakah otakmu sudah bermasalah?.“ ucap Lu Bian mencibir.
“aku memang tidak seperti diriku yang biasanya karena memang hal yang biasanya ada dalam diriku sudah tidak ada.” ucap Liang Yi memberitahu sebuah fakta.
“jangan bilang kau??.” Lu Bian menebak apa arti kata – kata Liang Yi.
“tepat sekali, kau memang bodoh karena dari tadi kau mengincar peti yang tak berisi emas.” jawab Liang Yi merasa puas mempermainkan Lu Bian.
“brengs*ek, kau menipuku.” bentak Lu Bian.
“kau lebih dulu menipuku, terima kembalian barang yang sudah kau beli.” ejek Liang Yi.
“sialaaaan!!!! Ini benar – benar.” ucap Lu Bian memberikan jeda kemudian melanjutkan ucapannya.
“ini benar - benar seperti yang kuperkirakan hahahahahahahaha.” lanjutnya sambil tertawa licik.
“apa ??? kalau begitu Yian er dalam bahaya.” batin Liang Yi cemas.
“si jala*ng Xie Yian dan putramu telah terkejar.” lanjutnya.
Tiba – tiba saja tanpa disadari Liang Yi muncul sebilah pedang dari ruang kosong menyerang jantungnya dari belakang tanpa aba-aba.
“uhuuuk” memuntahkan seteguk darah, Liang Yi merasa sakit luar biasa di dada sebelah kirinya.
Orang yang melakukan itu muncul tiba – tiba di depan Liang Yi.
“apa yang ketua sekte Serigala Hitam lakukan di sini.” ucap Liang Yi membelalakkan matanya mengenali orang yang melakukan itu.
“hahahaha sudah lama aku ingin membayar utangku.” ucap ketua sekte Serigala Hitam sambil tertawa jahat, bekas luka di pipinya makin membuat wajahnya terlihat jahat.
“hahahaha neraka memanggilmu lebih awal” ucap Lu Bian menimpali.
Liang Yi melihat pedang menembus dadanya dari belakang tak percaya, hingga beberapa saat kemudian penglihatannya gelap dan telah gelap untuk selamanya.
--
Sementara itu Xie Yian yang terkejar oleh bawahan Lu Bian dalam waktu singkat dilumpuhkan karena kekuatan yang berbeda terlalu jauh dan kalah jumlah.
Xie Yian sekarang dalam keadaan berlutut tak berdaya sambil terus menggendong bayinya.
“kau boleh membunuhku, tapi kumohon biarkan putraku hidup.” ucap Xie Yian memohon dengan air mata yang terus mengalir di pipinya.
“tenang saja akan ku pastikan bayi itu tetap hidup.” ucap salah seorang bawahan Lu Bian.
“terima …” ucap Xie Yian.
“hahaha setidaknya hingga tuanku mengambil warisan itu.” Lanjut Bawahan Lu Bian tertawa jahat memotong perkataan Xie Yian.
“Bangs*at ka……” ucap Xie Yian dengan kesal.
Sebelum Xie Yian melanjutkan perkataannya salah satu bawahan Lu Bian memenggal leher Xie Yian.
Xie Yian mati seketika, bayi dalam genggaman tangannya terlepas dan tangkap diambil oleh bawahan Lu Bian.
“Sayang sekali tuan menyuruh kita untuk mengahabisinya, padahal pasti rasa jala*ng itu sangat nikmat.” ucap salah seorang bawahan.
“sudah lah ini adalah perintah, ayo kita segera bawa bayi ini menuju ke tempat tuan.”
Namun tiba – tiba sekelebat bayangan merebut bayi dari tangan bawahan Lu Bian dan membantai orang – orang tersebut dalam sekejap mata.
“Aku terlambat.” ucap pria yang telah membantai bawahan Lu Bian.
“Aku yakin Yi er telah mati, karena warisan itu sudah ada di dalam tubuh bayi ini, aku harus segera membawanya ketempatku karena kondisi bayi ini semakin memburuk.” setelah berkata demikian ia menghilang secara instan.
--
Sementara itu Lu Bian yang merasa bawahannya terlalu lama hanya untuk tugas mudah.
Lu Bian yang mulai merasa ada yang tidak beres, segera menyusul ke tempat dimana bawahannya berada.
“Sial, aku sudah curiga sebelumnya, siapa yang melakukan ini?.” ucap Lu Bian kesal.
“entahlah tapi sepertinya mereka dihabisi hanya dalam waktu yang singkat, terlihat dari posisi mereka yang berdekatan.” ucap Ketua Sekte Serigala Hitam.
“aku menduga mereka dibunuh saat mereka ingin membawa bayi itu kepadamu.” lanjut Ketua Sekte Serigala
“hei Cao Pi kenapa kau bisa seyakin itu, bisa saja wanita itu yang melaku….” ucap Lu Bian kepada Ketua Sekte Serigala Hitam.
“lihat itu.” memotong perkataan Lu Bian Cao pi menunjuk sesuatu.
“itu kan jasad Xie Yian.” jasad Xie Yian berada di arah sebaliknya menandakan bahwa bawahaannya telah berhasil mengakhiri hidup XIe Yian dan bisa dipastikan bahwa pelakunya bukan dia.
“sepertinya memang benar yang kau katakan lagipula dia memang lebih lemah dari bawahanku, dan mungkin orang yang menyelamatkannya lebih dari satu orang, mustahil ini dilakukan oleh seseorang saja.” lanjut Lu Bian.
“bagaimana jika seseorang itu memiliki kekuatan yang sangat besar.” perkataan yang tak sengaja keluar dari mulut Cao Pi membuat wajahnya dan Lu Bian pucat, jantung mereka berdegup kencang memikirkan kemungkinan itu.
“kuharap ini dilakukan lebih dari satu orang.” Lu Bian yang ketakutan berusaha menenangkan dirinya dengan perkataan yang lebih seperti sebuah doa.
--
Jauh di kedalaman hutan terlihat sebuah rumah pohon, di dalam rumah pohon tersebut pria tua dan seorang bayi berumur setahun yang digendongnya muncul secara tiba-tiba, bayi yang sebelumnya terus menangis kini tidak sadarkan diri karena kondisi yang semakin memburuk.
“aku harus cepat, semoga ini dapat memulihkannya walaupun hanya kemungkinan kecil.” ucap Pria tua dengan wajah sedih.
Pria tua segera membaringkan bayi tersebut disebuah tempat tidur dan mulai mengobatinya. ia meminumkan sebuah ramuan dan mulai mengalirkan tenaga dalam secara perlahan kepada bayi tersebut.
Namun sudah berjam-jam ia mengalirkan tenaga dalamnya keadaan bayi tersebut belum kunjung membaik.
Menolak untuk menyerah, ia terus mengalirkan tenaga dalam dengan jumlah yang besar, tidak peduli akan kondisi tubuhnya sendiri.
Namun….
“sial, aku mulai sampai pada batasku tapi dia masih belum menunjukkan tanda akan membaik.” ucap pria tua yang sudah sangat kelelahan mengalirkan tenaga dalamnya berjam-jam, darah mulai keluar dari sudut bibirnya.
Ia terus berusaha semaksimal mungkin hingga satu jam kemudian tenaga dalam yang ia miliki benar – benar telah melewati ambang batasnya.
“uhuk uhuk” sebelumnya ia hanya mengeluarkan setitik darah di sudut bibirnya, kini dengan tenaga dalam yang terkuras habis ia memuntahkan seteguk darah dan wajahnya pucat pasih.
“ini sudah batasanku, aku sungguh tidak berguna, andai saja aku datang lebih awal pasti Yi er tidak perlu menurunkan warisan itu pada bayi ini.”
“dan dengan aku yang tidak bisa menyelamatkan nyawa bayi ini bisa dipastikan warisan tersebut akan lenyap.” ucap Pria tua menangis putus asa, warisan dan tubuh bayi itu menyatu, tentu saja kehilangan nyawanya berarti kehilangan warisan tersebut.
“maafkan aku guru warisan yang kau titipkan kepadaku sebelumnya akan lenyap karena kesalahan muridmu ini.” lanjut Pria tua.
Hingga dalam tempo waktu yang singkat, bayi tersebut menghembuskan napas terakhirnya.
Pria tua melihat itu hanya berusaha tetap tenang namun air mata yang mengalir semakin deras bagai air terjun, ia tentu menyesal karena warisan tersebut lenyap tapi dia juga meratapi nasib malang sang bayi yang tidak berdosa namun harus melewati hal seperti ini.
“aku akan mengakhiri hidupku juga.” ucap pria tua sudah sangat putus asa karena sudah tidak memiliki alasan untuk hidup.
Ia kemudian mengambil pedang bersiap menusuk jantungnya sendiri.
“dengan ini penderitaanku akan berakhir dan sebentar lagi aku akan bertemu denganmu guru.”
pedang tersebut di lepaskan dari sarungnya namun sebelum ia melakukan niatnya, sebuah cahaya putih yang sangat terang muncul dihadapannya membuat dia sangat kaget, dalam keadaan bingung ia melindungi matanya dengan telapak tangan.
“apa yang terjadi, cahaya apa ini.” batin Pria tua.
“kau, siapa namamu, aku merasakan ada bekas jiwa itu pada tubuhmu.” suara seorang pria yang berwibawa tiba tiba terdengar dari sosok cahaya tersebut.
“aku Hong Cheung, darimana kau tahu tentang hal yang sebelumnya ada dalam tubuhku? , dan siapa kau? .” ucap Pria Tua yang ternyata memiliki nama Hong Cheung, ia tidak menunjukkan kewaspadaan karena walaupun sosok tersebut berniat buruk kepadanya, ia akan menerimanya saja karena keputusasaan yang sangat mendalam membuatnya berpikir ingin segera mengakhiri hidupnya.
“aku adalah orang yang mewariskan kekuatan itu kepada orang sebelummu.” ucap sosok cahaya tersebut.
“berarti anda adalah sang leluhur, maafkan hamba terlambat menyadari.” ucap Hong Cheung walau masih dengan nada lemas.
“tidak kau salah, aku bukan leluhur.” ucap sosok cahaya tersebut.
“kalau begitu siapa anda tuan? .” Hong Cheung bertanya.
“aku adalah dewa yang mewariskan ’jiwa dewa’ pada manusia.” jawab sosok cahaya tersebut.
“maafkan hamba ya dewa, hamba tidak menunaikan tugas dengan baik.” ucap Hong Cheung bersujud langsung percaya bahwa sosok cahaya didepannya benar adalah dewa.
“bangunlah, dan mengapa kau percaya begitu saja? Bisa saja aku berdusta.” ucap sosok cahaya tersebut.
“guru hamba mengatakan bahwa warisan itu berasal dari dewa, hamba yakin tidak ada orang selain hamba dan pewaris sebelumnya yang mengetahui fakta tersebut.” ucap Hong Cheung mulai bangun dari sujudnya.
“sekali lagi maafkan hamba, ambillah nyawa ini karena tiada lagi alasan hamba tetap hidup di dunia ini.” lanjut Hong Cheung.
“bagaimana jika aku memberikan kau alasan untuk tetap hidup?.” ucap sosok cahaya tersebut.
“hamba akan melaksanakannya dengan baik namun pewaris terakhir telah tiada karena kesalahan hamba, hamba lebih baik mati.” jawab Hong Cheung menolak dengan halus.
“bagaimana jika bayi itu tetap hidup.” ucap sosok cahaya tersebut.
Hong Cheung yang kala itu tidak percaya bahwa bayi itu akan tetap hidup hanya menjawab dengan ucapan “tentu hamba akan membesarkannya dengan kasih sayang dan melatihnya hingga menjadi kuat.”
“baiklah.” setelah mengatakan hal itu, sosok cahaya tersebut mengeluarkan bola berwarna hitam seukuruan kelereng, bola tersebut terbang menuju tubuh sang bayi.
beberapa saat kemudian wajah sang bayi mulai tidak memucat lagi dan suara napas perlahan bayi mulai terdengar kembali.
“dia benar –benar hidup kembali.” ucap Hong Cheung tidak percaya, tangis sedih sebelumnya berubah menjadi tangis bahagia.
“terima kasih dewa.” bersujud Hong Cheung sebagai tanda terima kasih.
“bangunlah, tepati perkataanmu sebelumnya.” ucap sosok cahaya tersebut.
“hamba akan menepatinya dewa.” penuh rasa syukur Hong Cheung menggendong dan mengusap lembut kepala bayi tersebut.
Usapan lembut itu membuat sang bayi terbangun, ia membuka kedua matanya melihat kekiri dan kekanan Hingga beberapa saat kemudian terjadi hal yang membuat Hong Cheung kaget setengah mati.
“dimana ini? Aku sangat lapar.” bayi tersebut mengeluarkan sebuah kalimat.
Hong Cheung membelalakkan matanya seakan matanya dapat keluar dari tempatnya, ia tidak percaya melihat apa yang ada di depan matanya, bukan perkataan bayi tersebut yang membuat dia kaget namun karena bayi itu mengeluarkan suara serak layaknya pria dewasa.
“ba- ba- ba- bagaimana ini bisa terjadi, bagaimana bisa bayi berbicara dengan suara seperti pria dewasa.” saking kagetnya Hong Cheung tidak sadar berteriak sangat keras.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!