NovelToon NovelToon

Cinta Diam-diam

Part 1: Pangeran Sombong dan Ketua Kelas

Disalah satu SMA Elite Swasta Negeri ini yang isinya hanyalah orang-orang kaya, terlihat kejadian biasa seperti kebanyakan SMA lainnya. Disalah satu kelasnya ada jam pelajaran kosong.

Disaat guru sedang rapat, kelas yang kosong menjadi gaduh. Beberapa sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri, ada yang sibuk mengerjakan tugas, ada yang bermain ponsel, ada yang sedang mengobrol bahkan ada yang tengah tidur siang dengan nyaman dimeja.

Yups, yang saat ini tidur siang dengan nyaman adalah Sang Tiran sekolah, tidak ada yang berani untuk mendekat apalagi berniat membangunkan orang itu.

Kecuali satu orang tertentu.

Sebenarnya di jam kosong ini diberikan beberapa tugas, dan lagi harusnya para siswa harus mengumpulkan makalah dan tugas dari akhir pekan lalu.

Tapi beberapa orang mungkin tidak peduli dengan hal itu, terutama Sang Pangeran yang saat ini tengah tertidur pulas. Wajahnya tampannya terbaring di mejanya. Angin segar yang berhembus dari jendela, membuat dia tambah tertidur pulas.

Dia terlihat lebih tampan ketika sedang tertidur seperti ini.

Namun sayangnya, tidur Sang Pangeran terganggu. Namun yang membangunkannya bukanlah seorang Tuan Putri ataupun Cinderella.

Itu hanya seorang gadis tertentu yang meletakkan beberapa buku dimeja tempat Sang Pangeran tengah tertidur, lalu menepuk pundaknya, untuk membangunkannya.

Reno, yang saat ini tengah menikmati tidur siangnya, merasa terganggu karena ada seseorang yang menepuk pundaknya dari tadi.

Dirinya bertanya-tanya, siapa yang berani-beraninya menggangu tidur siangnya, bahkan seharusnya gurupun tidak berani membangunkannya.

Dengan mood yang buruk, dia lalu mengangkat kepalanya.

Lalu matanya bertemu tatapan seorang gadis dengan kacamata tipis, tatapannya begitu serius saat mata mereka bertemu.

Karena jarak mereka cukup dekat, tanpa sadar, Sang Pangeran yaitu Reno mencium aroma manis dan ringan, dari gadis itu. Aroma tertentu yang akan selalu membuat dirinya nyaman.

Mereka bertatapan cukup lama, sampai Reno memalingkan wajahnya dan menatap buku yang ada di mejanya.

"Hmm," gumanya ringan, lalu bahkan tanpa gadis itu berbicara, dia langsung meninggalkan meja deretan belakang itu, meninggalkan beberapa buku diatas meja Reno.

Lalu Renopun membuka buku catatan itu.

Tulisan didalamnya masih sama rapinya seperti pertama kali dirinya melihatnya.

Seperti karakter orang yang menulisnya, terlihat rapi dan rajin.

Setelah melihat buku itu sepintas, matanya kembali menatap kearah gadis itu yang saat ini tengah kembali ketempat duduknya didepan, lalu gadis itu mulai kembali membaca buku pelajaran, tanpa memperhatikan lebih lanjut betapa gaduhnya kelas.

Reno sedikit tersenyum saat melihat sikap gadis itu yang santai.

Padahal gadis itu kan Ketua Kelas.

Reno jadi ingat saat pertama kali bertemu gadis itu dikelas satu dulu.

Dulu dia terlalu rajin saat menjalankan tugasnya sebagai ketua kelas, bahkan sampai memperhatikan dirinya yang sempat bolos kelas beberapa hari pas awal kelas satu.

Sama seperti saat ini, waktu itu dirinya sedang tertidur pulas dikelas.

Gadis itu mendatanginya dan membangunkannya.

Tentu saja saat itu, dirinya marah karena diganggu oleh gadis itu.

"Ini catatan dan tugas saat kamu bolos, kamu bisa menyalinnya, kalau tidak kamu bisa juga mengfotokopinya,"

"Aku tidak butuh,"

"Itu terserah kamu butuh atau tidak aku hanya melakukan kewajibanku,"

Dan gadis itu langsung pergi, meninggalkan bukunya di meja Reno.

Awalnya Reno mengabaikannya, namun seiring berjalannya waktu, kejadian seperti itu kadang terjadi berkali-kali.

Saat Reno mengabaikannya, dan tidak menyentuh buku itu, keesokan harinya buku itu diambil oleh pemiliknya.

Walaupun gadis itu tahu, kalau bukunya tidak digunakan, disaat-saat tertentu kejadian serupa terulang lagi.

Reno selalu berpikir gadis itu aneh.

Terkadang diwaktu jam istirahat, ketika Reno berada di ruang klub tempat dia biasa bersantai, dari jendela terlihat sebuah pohon, disana di ujung belakang taman, dia akan melihat gadis itu tengah serius membaca beberapa buku pelajaran.

Gadis yang begitu rajin, pasti dia rangking terbaik dikelas itulah pikir Reno awalnya.

Namun Reno terkejut saat ujian tengah semester kelas satu, betapa biasanya nilai gadis itu, walaupun dia terlihat rajin belajar, rangking 51 dari 103 siswa angkatan pertama.

Walaupun terlihat wajah kecewa diwajah gadis itu saat melihat hasil nilainya, namun sepertinya tidak membuat gadis itu patah semangat.

Terkadang, ketika Reno akan bermain basket dilapangan, saat melewati perpustakaan, dia akan melihat gadis itu memasuki perpustakaan.

Di dalam kelas, gadis itu selalu memperhatikan guru dan membuat catatan yang rajin. Dia bahkan masih sempat untuk membuat kan catatan untuk dirinya.

Dan kalau Reno tidak salah, terkadang beberapa teman akan mengajaknya pergi keluar untuk karaoke atau bersenang-senang lainnya, namun gadis itu selalu menolak karena dia ada jam pelajaran tambahan diluar.

Dia terlihat terlalu rajin bukan?

Terkadang Reno berpikir, apa gunanya belajar kalau hasil nilaimu tetap biasa-biasa saja seperti itu? Tidakkah rugi waktu untuk belajar?

Namun saat ujian semester, Reno cukup terkejut ternyata hasil nilai gadis itu naik, dan dia sekarang rangking 45 dari 103.

Hanya naik sedikit, mungkin hanya beruntung saja.

Namun saat Reno melihat kearah gadis itu, terlihat sebuah senyuman yang jarang orang lain lihat.

Seolah ada angin berhembus, lalu waktu terhenti dan membuat jantung Reno berdebar.

Lambat laut, tanpa sadar setiap kali ada kerumunan siswa, Reno akan selalu bisa menemukan gadis itu.

Tatapan yang entah sejak kapan tidak bisa berpaling darinya.

Gadis yang selalu berusaha keras lebih dari siapapun.

Bahkan sampai saat ini pun, perasaan Reno padanya tidak berubah. Namun sayangnya tidak kemajuan pula dalam hubungan mereka sejauh ini. Apalagi sekarang mereka sudah kelas tiga SMA.

Gadis itu mulai sibuk dengan persiapan Ujian Kelulusan dan Ujian Masuk Universitas.

Reno hanya menghela nafasnya saat memikirkan ini.

Part 2: Hari Hujan

Ini adalah hari yang lain, cuaca yang seharusnya cerah, tiba-tiba menjadi hujan lebat.

Saat bel sekolah mulai berbunyi, menandakan akan berakhirnya kelas hari ini, siswa-siswi berbondong-bondong keluar kelas untuk pulang.

Namun, beberapa merasa kecewa melihat derasnya hujan diluar. Beberapa untungnya sudah siap membawa payung di tas nya. Beberapa lainnya memiliki supir mereka membawakan payung untuk majikan mereka dan mengantarkannya sampai mobil tanpa basah.

Namun dibeberapa kejadian, seringkali terjadi beberapa kecerobohan dan kesialan.

Saat ini, sekolah mulai sepi, sudah banyak orang yang pulang ke rumah masing-masing walaupun hujan. Lagipula besok akhir pekan, siapa yang ingin menghabiskan berlama-lama di sekolah?

Begitu pula dengan Reno, saat sampai diujung gedung yang sepi, dia melihat gadis tertentu terlihat sedang menelepon seseorang.

"Apa? Mobil tiba-tiba macet dijalan? Jadi akan terlambat untuk menjemput ku?"

Reno tentu kenal dengan suara dingin itu. Siapa lagi kalau bukan Ketua Kelas?

Sepertinya dia kerepotan karena tidak membawa payung, juga supir nya terlambat karena beberapa kejadian.

"Tidak usah, aku akan naik taksi." Kata gadis itu dengan tenang.

Tidak lama kemudian dia melihat gadis itu memencet lagi ponselnya, sepertinya memesan taksi online.

Reno tidak lagi memperhatikannya, sepertinya percuma juga khawatir tentang bagaimana nanti gadis itu pulang tanpa payung nya, bagaimanapun juga, Ketua Kelas berasal dari keluarga tertentu yang tidak bisa disentuh, keluarganya sangat-sangat kaya dan terpandang.

Mereka berdiri berdampingan didepan pintu gedung, menunggu jemputan masing-masing. Tentu saja Reno mana mungkin membawa payung?

Memang dirinya terlihat seperti seseorang yang akan membawa payung?

Gadis itu sepintas melirik kearah Reno, terlihat penasaran.

"Aku tidak membawa payung," kata Reno datar.

"Tentu saja aku tahu," balas gadis itu datar.

Diam-diam ketika tidak ada orang disekitar mereka, keduanya akan berbicara tentang hal-hal kecil. Hubungan mereka memang tidak buruk sejak kelas satu, namun juga tidak terlalu dekat.

Seperti sebelumnya, gadis itu akan selalu meminjamkan buku tugas atau catatannya pada Reno.

Disaat yang sama, saat Reno diam-diam mengembalikan buku itu pada Ketua Kelas, dia akan memberikan beberapa camilan manis atau milk tea kesukaan gadis itu untuknya.

Disisi lain, ketika Reno kadang selesai bermain basket, dia akan mendapatkan minuman dingin dari gadis itu, dengan catatan kecil bertuliskan balasan dari milk tea terakhir kali.

"Aku pikir Ketua Kelas bukan tipe orang yang tidak akan membawa payung?"

"Hari ini aku mengganti Tas. Payung ada di Tasku sebelumnya,"

"Ah, jadi Tas milikmu rusak karena kejadian kemarin?"

"Kotor."

Lalu ada keheningan diantara keduanya.

"Maaf soal kejadian kemarin."

"Itu bukan salahmu, lagi pula beberapa orang di dunia ini ada yang memiliki pikiran-pikiran tidak terduga dan tidak masuk akal yang tidak akan bisa kita tebak secara logika nalar manusia."

Reno diam-diam tertawa mendengar komentar sengit gadis itu.

Ya benar, sebenarnya kemarin ada sebuah kejadian yang cukup menghebohkan.

Ini semacam kisah tentang pahlawan menyelamatkan kecantikan, tapi itu hanya dari luarnya saja, kisah sebenarnya tidak seperti itu.

Sebenarnya ini sudah dimulai sejak awal semester ini, sejak ada seorang siswi pindahan baru, bernama Nana. Dia dipindahkan ke SMA Elite ini karena dia pintar, bukan karena dia Kaya. Jadi dia menjadi bahan bullian siswa-siswi disini, karena Sekolah ini bukan sekolah biasa, melainkan Sekolah Elite Khusus untuk anak-anak kaya, itupun tidak semua anak kaya bisa masuk, namun harus memiliki koneksi khusus untuk masuk atau mereka benar-benar yang terpilih, terutama agar bisa masuk ke Kelas Khusus A-1. Yang Kaya dari yang Kaya.

Namun sepertinya dia dalam kondisi khusus makanya diterima di sekolah ini.

Pada Ujian Tengah Semester lalu, dia mendapatkan peringkat pertama.

Itu artinya posisi dia menggeser posisi gadis tertentu, dari awalnya posisi 10 Besar ke peringkat 11 di sekolah, dan menggeser peringkat kelas ya dari 5 ke 6.

Peringkat Ketua Kelas jadi turun, tidak lagi masuk 10 Besar Kelas dan tidak lagi 5 Besar di Kelas. Dan itu membuat gadis itu bermasalah dengan keluarganya.

Dia harus lebih banyak mendapatkan kelas tambahan diluar, buku yang dia baca harus lebih banyak lagi.

Sampai suatu saat disesi istirahat, Reno melihat ketua kelas mimisan karena terlalu banyak belajar.

Reno melihat itu dan tidak bisa berbuat apa-apa. Rasanya sakit dan kesal, itu juga awal kenapa Reno mulai membenci si peringkat satu Nana, dan melampiaskan rasa kesalnya pada Nana. Sedikit kekanak-kanakan memang.

Dan kejadian pembulian pun bertambah parah, belum lagi karena sikap Nana yang dari awal masuk memang bersikap agak agoran dan sombong.

Namun, semua orang tahu, kalau Ketua Kelas itu orang yang baik. Jadi sempat beberapa kali, dia mau menolong Nana. Bagaimana pun juga, Reno tidak akan pernah membiarkan 1 helai rambutpun milik Ketua Kelas sampai kotor apalagi terluka karena melindungi Nana, jadi pada ahirnya Reno membantu melindungi Nana beberapa kali salah satunya saat Nana hendak dia dilempar tepung dan telur.

Dan terjadilah kejadian itu kemarin, kebetulan yang kena lempar telur hanya Reno dan Tas milik Ketua Kelas.

Tapi hal itu membuat kesalahpahaman besar.

Pahlawan yang menyelamatkan kecantikan, kisah romantis cinta dan benci, begitulah rumor yang beredar.

Hal itu membuat Nana sangat jadi Geer sekali, dan bahkan bersikap caper didepan Reno. Juga membuat Merry salah satu gadis yang mengejar-ngejar Reno cemburu tidak jelas seolah-olah pacarnya di rebut oleh Nana, dan akhir nya membuli Nana, dan salah satunya adalah insiden telur kemarin.

Seperti yang tadi kata Ketua Kelas bilang, beberapa orang di dunia ini ada yang memiliki pikiran-pikiran tidak terduga dan tidak masuk akal yang tidak akan bisa ditebak secara logika nalar manusia. Entah plot melodramatis macam apa yang membuat Nana dan Merry jadi seperti itu.

Reno tidak tahu apakah harus tertawa atau menangis saat memikirkan ini. Kenapa hanya gadis-gadis bermasalah yang mendekatinya.

Dan lagi, baru juga dibicarakan, orang nya sudah muncul.

Marry datang menyapa dan langsung merangkul tangan Reno entah dari mana membuat Reno kaget. Kebetulan juga Supir Reno juga sudah datang membawa payung, jadi Reno segera melepaskan diri dari Marry dan berniat memberikan payung itu pada Ketua Kelas.

Namun ketika tangannya terulur, entah dari mana tiba-tiba Nana ternyata ada di depan Ketua Kelas.

Mengambil payung itu dengan tatapan malu-malu dan mengucapkan terimakasih banyak pada Reno. Terlihat dia sangat senang karena dia kira Reno memberikan payung padanya agar tidak kehujanan, karena memang dia tidak membawa payung.

Tapi itu membuat drama tambahan karena Marry terlihat tidak terima dan mencoba mengambil payung itu dari Nana.

Reno tidak tahu harus berekspresi seperti apa. Sepintas dia melihat kearah Ketua Kelas, yang terlihat menampilkan sedikit senyum diujung bibirnya lalu menutupnya degan tangan nya seolah sedang mencoba menahan tawanya, untuk menertawakan Reno.

"Aku duluan ya teman-teman. Sepertinya Taksi yang aku panggil sudah datang," kata Ketua Kelas melepaskan kacamatanya lalu berlari dari pintu menuju gerbang dengan tas dikepalanya, seolah tidak memperhatikan kejadian tadi.

Reno kemudian memberikan kode ke Supir nya, dan mengambil Payung yang di pakai Supir itu, dia menyuruh Supir itu pulang dirinya akan pulang sendiri.

Lalu Reno mengejar Ketua Kelas, terlihat terburu-buru dengan payung terbuka yang dibawanya.

...####...

Sebenarnya jarak ke gerbang hanya sekitar 100 meter saja, dan lagi sebenarnya di gerbang ada tempat untuk berteduh, jadi usaha Reno untuk mengejar Ketua Kelas terbukti sia-sia.

Begitu Taksi pesanan Ketua Kelas datang, setelah Reno menutup Payungnya, dia ikut masuk.

Gadis itu menatap Reno heran.

"Apa? Supirku masih di gedung dan tidak memiliki payung lagi, tahu sendiri payung nya dimana. Jadi terlalu malas menunggunya. Bukankah lebih baik aku sekalian naik Taksi dengan mu? Lagipula kita searah," kata Reno membuat alasan.

"Aku tidak pulang, aku akan langsung ke tempat Les sekarang."

"Bukankah kemarin sudah?"

"Hari ini Les Matematika kemarin Fisika."

"Setiap hari?"

"Begitulah, Les ku ditambah."

"Kamu tidak lelah?"

"Aku hanya melakukan apa yang seharusnya aku lakukan."

Reno tidak lagi bisa berkata-kata mendengar jawaban dingin itu.

"Sudahlah. Ngomong-ngomong kamu kenapa tadi hujan-hujanan? Kamu nanti sakit, lihat sekarang bajumu basah begini."

"Sesekali menikmati hujan tidak masalah, bukankah itu sedikit menyenangkan juga untuk basah?"

"Owh, jadi kadang kamu juga masih ingin bersenang-senang walau tahu kamu akan kedinginan?"

Tanpa menunggu jawaban dari gadis itu, Reno membuka jaketnya lalu memakaikannya pada gadis itu.

"Kamu perhatian sekali. Pantas saja banyak gadis-gadis menyukaimu dan mengejar mu," katanya santai sambil membenarkan jaket yang Reno pakainkan padanya.

Kadang Reno ingin bertanya, apakah kamu salah satunya dari gadis-gadis yang menyukai dirinya?

Tapi Reno mana berani bertanya.

"Gadis-gadis konyol itu. Lagipula aku hanya baik padamu," kata Reno dengan nada bercanda.

"Iya-iya, Renoku yang paling tampan. Lihatlah wajahmu yang manis dan tampan ini, ini jelas alasan kenapa mereka tergila-gila padamu," kata gadis itu sambil memegang wajah Reno dengan kedua tangannya, lalu mencubit ringan pipi Reno, dengan nada bercanda.

Sepintas wajah Reno sedikit memerah karena malu mendengar pujian dan sentuhan tiba-tiba itu. Lalu berkata dengan nada ragu dan kaget.

"Kamu....."

"Apa? Ah, aku begitu dingin. Kenapa kamu begitu hangat, Reno?" Katanya lagi sambil tiba-tiba merangkul Reno, lalu bersandar dipundaknya.

"Itu karena kamu hujan-hujanan."

"Hmm, mungkin juga. Ah begitu hangat dan nyaman disampaigmu. Membuat ku merasa mengantuk."

"Kalau begitu tidurlah."

"Hmm, bangunkan aku kalau sudah sampai."

Padahal awalnya Reno hanya membuat lelucon, namun ternyata gadis ini benar-benar tertidur begitu Reno bilang untuk tidur.

Perlahan Reno, mempererat rangkul mereka agar bisa membuat gadis itu merasa lebih hangat.

Perlahan, aroma harum dan lembut memasuki penciuman Reno. Aroma menenangkan dan nyaman.

Reno perlahan melihat kearah samping, ke gadis itu yang saat ini tertidur pulas tanpa pertahanan.

Ditatapnya lekat wajah gadis itu begitu cantik, lalu melihat kearah bibir merah muda lembut yang terlihat menggoda itu.

Disentuhnya bibir itu dengan jarinya.

"Tidakkah kamu terlalu ceroboh? Memperlihatkan wajah yang begitu imut dan tanpa pertahanan ini disekitar ku? Seolah mengijinkan ku melakukan apapun yang aku suka padamu. Aku sudah cukup berusaha keras untuk menahan diri," guma Reno lirih, yang mungkin hanya bisa dia dengar.

Perlahan Reno mendekatkan bibirnya ke bibir gadis itu, sampai jarak tinggal satu sentimeter.

Namun Reno langsung kembali membuat jarak, sebelum benar-benar melakukannya.

"Tunggu sampai kamu benar-benar menjadi milikku."

Lalu Reno memalingkan wajahnya, dan menatap keluar jendela.

Part 3: Kencan Diam-diam

Ini adalah pagi baru yang lain, hari Senin dimana siswa dan siswi terpaksa harus kembali ke rutinitas sekolah lagi setelah akhir pekan.

Di gerbang sekolah, terlihat deretan mobil mewah mengantri untuk mengantarkan Tuan Muda dan Nona mereka kesekolah.

Beberapa terlihat lesu saat memasuki gerbang sekolah, beberapa diantaranya lagi, terlihat saling bertemu dan menyapa sambil memamerkan barang baru yang mereka beli saat akhir pekan lalu.

Diantaranya lagi terlihat ada beberapa gadis berkumpul di dekat gerbang seolah sedang menunggu sesuatu.

Owh benar, diantara deretan mobil panjang, tiba-tiba ada sebuah mobil sport berwarna biru muncul menerobos antrian diikuti oleh sebuah mobil sport lain berwarna putih. Kedua mobil itu langsung memasuki parkiran sekolah.

Sebenarnya disekolah ini ada larangan untuk membawa mobil sendiri kesekolah, namun beberapa motor masih diperbolehkan beberapa ada yang naik motor sendiri terutama para pria. Namun sebenarnya kebanyakan siswa-siswi disini akan diantar jemput dengan mobil pribadi masing-masing.

Hal itu juga sangat bermanfaat untuk para orang tua, jadi lebih bisa mengendalikan anak-anak mereka dan memantau kegiatan mereka, agar sepulang sekolah mereka tidak terlalu banyak bermain disana sini dan menjadi liar.

Namun disemua hal, selalu ada yang namanya pengecualian dari pengecualian.

Seperti kedua mobil sport barusan, itu adalah milik salah satu siswa.

Dari dalam mobil sport biru, keluar seorang pemuda tampan berambut hitam kelam, dia mengenakan seragam sedikit berantakan dan dikeluarkan, namun tetap membuat karisma permuda itu tidak berkurang. Dia adalah Sang Tiran Sekolah yang legendaris, yaitu Reno.

Disisi lainnya, dari mobil sport warna putih, muncul dua pemuda lainnya yang tidak kalah tampannya. Salah satunya pemuda dengan rambut agak kecoklatan yang terlihat ceria, dan yang lainnya adalah pemuda yang mengenakan seragam begitu rapi.

Mereka adalah teman masa kecil Reno yaitu Revan dan Alvin.

Ketiganya dijuluki tiga pangeran sekolah yang dipimpin oleh Sang Tiran Sekolah. Mereka bahkan punya fans klub sendiri disekolah ini.

Lihat beberapa gadis yang berbaris disana menyambut kedatangan mereka bertiga.

Namun dua orang lainnya terlihat tidak peduli, hanya Revan yang melambaikan tangannya dan memberikan tanda love dengan jarinya pada kerumunan gadis-gadis itu, yang membuat kerumunan itu langsung berteriak kegirangan.

Ketiganya mulai berjalan ke gedung sekolah sambil sesekali ngobrol beberapa hal. Seperti Revan, yang memang paling aktif bicara dalam rombongan itu. Dia penasaran karena Reno yang biasanya memakai jaket kesayangannya itu tumben tidak dipakai.

"Dibawa oleh seorang kecantikan."

Tentu saja sebagai teman baik Reno, mereka berdua tahu betul siapa kecantikan yang dimaksud.

"Owh, apakah hubungan kalian ahirnya sudah naik ke jenjang berikutnya?" Tanya Revan penasaran.

"Omong kosong, lihat wajah datar Reno, kalau mereka sudah jadian jelas sekarang Reno akan ketawa kegirangan sendiri seperti orang gila," kata Alvin dengan sinis namun sebenarnya memang kebenaran.

"Lagipula, Reno kamu berani sekali naksir dengan Ketua Kelas! Kamu harus tahu, standar calon menantu bagi Keluarga Ketua Kelas itu begitu tinggi!! Lihat itu tidak hanya sebatas Kaya dan Tampan, tapi dia harus sempurna, Jenius dan Pintar, misalnya seperti Kak Romeo yang diterima di Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Harvard! Nilai dia selalu sempurna, kaya dan tampan!"

"Diamlah. Dan jangan bawa-bawa Kak Romeo," balas Reno dengan kesal.

Romeo yang mereka bicarakan sebenarnya adalah Kakak tingkat mereka yang sudah lulus, dua tahun lebih tua dari mereka, kebetulan mereka saling kenal.

Ditengah kerumunan yang mengelilingi mereka, tiba-tiba muncul seorang gadis pemberani yang mencoba memberikan hadiah kue buatan tangan pada Reno. Namun Reno tolak, tapi gadis itu memaksa.

"Ayolah, Reno tidak memakan masakan buatan rumahan biasa, setiap makanan yang dia makan adalah buatan Koki kelas atas Bintang Lima!! Jadi pergilah dari sini, sebelum kami berbuat kasar, Paham?" Kata Revan dengan nada mengancam, yang membuat gadis itu takut.

Kemudian rombongan Reno pergi dari situ.

Beberapa orang yang tadi berkumpul lalu mengelilingi gadis itu, owh iya itu salah satu siswa baru kelas satu. Pantas saja dia tidak tahu reputasi buruk Reno. Walaupun dia tampan, tapi dari sejak kelas satu, kelakuan dia buruk namun sudah cukup pendiam dan patuh sejak kelas tiga ini, namun sampai saat ini, tidak ada yang berani mendekati nya terutama ada Marry yang mengejar-ngejar Reno.

...###...

Ketika Reno dan teman-temannya sampai dikelas, didalam kelas terlihat hening. Tentu saja alasannya karena mereka sedang sibuk menyalin pekerjaan rumah minggu lalu.

Karena ahir pekan, siswa siswi menjadi malas dan menghabiskan hari dengan bermalas-malasan dengan alasan ini akhir pekan, hingga akhirnya hari Senin tiba, mereka baru sadar kalau ada pekerjaan rumah dan belum mengerjakannya.

Revan mulai panik sendiri karena dia juga lupa mengerjakan pekerjaan rumah nya. Tapi untungnya Alvin mengerjakan pekerjaan rumah nya.

"Ren, kamu mau ikut menyalin?" Tanya Revan, namun yang ditanya terlihat diam saja sambil melihat kearah laci mejanya.

Disana ada sebuah tas belanja kecil yang berisi jaket, dan sebuah kotak kecil didalamnya.

"Wow, dari siapa itu? Apakah itu puding?" Tanya Revan lagi penasaran.

"Diamlah,"

Kata Reno terlihat bahagia, dia tau ini ucapan terimakasih untuk kejadian tempo hari.

"Awww... Apa ini Puding Legendaris buatan sendiri Ketua Kelas? Owh astaga aku ingin mencobanya," kata Revan terlihat iri.

"Menurutmu, Ketua Kelas bisa memasak?" Tanya Reno dengan ekspresi yang entah bahagia atau sedih, karena di dalam surat dari ketua tertulis sesuatu seperti ini,

'Ini jelas bukan puding buatanku. Aku tahu kamu hanya mau memakan masakan koki bintang lima. Ini adalah masakan koki dirumahku, dan jangan meragukannya, dia adalah seorang koki bintang lima handal!!'

Revan dan Alvin yang ikut membaca surat itu lalu tertawa.

"Ahahahaha.... Benar juga, ini Ketua Kelas, yang dia lakukan hanya Belajar dan Bermain Piano, dia mana sempat mempelajari hal-hal seperti memasak? Owh ya ampun dan lihat ini, Ketua Kelas benar-benar tau seleramu! Ini adalah puding kopi kesukaanmu belum lagi buatan Koki bintang lima kelas atas! Ahahahaha......" Kata Revan sambil tertawa puas.

"Benar, ini benar-benar selera Reno, buatan Koki Bintang Lima," kata Alvin sambil menahan tawanya namun akhirnya gagal.

"Kalian bisa diam?" Kata Reno kesal.

"Kalau kamu tidak ingin memakan ini, biar aku saja. Lagi pula ini buatan Koki Bintang Lima," kata Revan mencoba mengambil kotak ditangan Reno, namun gagal.

"Ini milikku!"

Dan itulah akhir drama pagi ini diakhiri dengan Reno memakan puding nya sedangkan Revan sibuk menyalin pekerjaan rumah dan Alvin kembali mengulas materi, karena besok lagi akan ada Tryout.

...####...

Ketika memasuki kelas tiga SMA, waktu akan terasa cepat sekali berlalu, selain karena ada Les disekolah yang lebih intensif, belum lagi beberapa siswa mengambil Les di luar juga. Juga termasuk Tryout-tryout yang sudah dimulai sejak awal-awal semester ini.

Bagaimanapun juga ini adalah saat-saat penting menyangkut kelulusan juga soal ujian masuk perguruan tinggi.

Jadi rasanya tidak ada waktu untuk memikirkan hal-hal soal cinta untuk siswa siswi kelas tiga.

Ya mereka sudah terlalu sibuk ujian, ujian, ujian dan belajar.

Ini adalah hari Jumat, hari ini saatnya pengumuman hasil Tryout minggu lalu. Beberapa siswa terlihat sangat peduli dengan nilai mereka dan bersemangat, beberapa merasa takut melihat nilainya, namun ada juga yang tidak terlalu peduli soal nilai mereka.

Dan disini ada seseorang yang kebetulan terlihat tidak peduli dengan nilainya.

Dia hanya melihat papan pengumuman sekilas lalu pergi kembali ke kelas.

Terlihat cuek sekali, padahal dia diam-diam sangat gembira dengan pencapaian kecilnya. Ya, dia adalah Reno yang diam-diam belajar keras agar bisa masuk Universitas yang sama dengan Ketua Kelas.

Di kelas sangat sepi, maklum sekarang jam bebas untuk siswa kelas tiga. Lagi pula ujian baru saja selesai, agar siswa dan siswi tidak terlalu stress mereka diberi kelonggaran pulang lebih awal hari ini.

Didalam kelas, terlihat gadis tertentu sedang membereskan mejanya hendak pulang. Gadis itu menoleh kearah pintu. Lalu menunjukkan senyuman hangat nya, pada Reno, lalu berjalan kearahnya, dan mberikan Reno sekaleng minuman dingin.

"Reno, coba lihat sekarang kamu dapat peringkat 40 dari 104!! Tidakkah ini semacam peningkatan? Owh ya ampun, Renoku ini pasti sudah berusaha sangat keras,"

"Tidak ada yang perlu dirayakan. Bukankan ini adalah kamu yang harus merayakan nilaimu? Lihat kamu sudah kembali ke peringkat 10 besar,"

"Owh ini bukan apa-apa," kata gadis itu terlihat bangga.

Lalu keduanya tertawa bersama.

"Mau merayakannya?" Kata Reno dengan nada bercanda.

"Boleh," jawab gadis itu dengan santai, membuat Reno kaget.

"Tumben?"

"Hari ini pulang lebih awal bukan? Supir ku belum menjemput, jadi masih ada waktu sebelum kelas tambahan,"

"Ada tempat yang ingin kamu kunjungi?"

"Mungkin?"

Tanpa membuang waktu, keduanya langsung keparkiran untuk mengambil mobil Reno.

Keduanya menaiki mobil Sport Biru itu dengan santai. Ada keheningan disana, terlihat Ketua Kelas binggung untuk menentukan pilihan mau pergi kemana dulu.

Namun hal-hal sial sering terjadi disaat-saat seperti ini. Misalnya saja ditengah jalan, mobil Reno tiba-tiba mogok, entah karena apa.

Reno rasanya ingin menangis melihat kearah mobilnya dengan kesal. Padahal biasanya, mobil ini baik-baik saja, kenapa musti mogok disaat-saat penting begini?

Hay, kawan kamu bercanda dengan ku?

Batin Reno kesal, sambil menendang mobilnya.

Gadis itu hanya tertawa setelah melihat Reno kesal.

"Tunggu, aku akan menelepon pelayanku untuk mengurus mobil ini dan juga mengirimkan mobil ku yang lainnya untuk kita," kata Reno sedikit cemas lalu segera menelpon pelayanan nya.

"Tidak perlu, itu terlalu lama,"

"Memanggil taksi?"

Namun gadis itu menyelenggarakan kepalanya. Dan itu membuat Reno jadi khawatir.

Apakah acara 'Date' ini batal?

Ah, sial kenapa mobil bermasalah disaat-saat seperti ini?

Padahal sangat langka melihat Ketua Kelas mau diajak pergi keluar.

Namun ditengah kebingungan dan kecemasan Reno, tiba-tiba gadis itu mengandeng tangan Reno, mengajaknya kelokasi tertentu didekat situ membuat Reno kaget.

"Halte Bus?" Tanya Reno heran.

"Pernah naik ini sebelumnya?" Tanya gadis itu penasaran.

"Tentu saja belum? Bagaimana dengan mu?"

"Menurutmu?"

"Pasti belum."

"Ingin mencobanya sesekali."

"Tapi ini pasti sangat panas di cuaca seperti ini."

Tanpa memperdulikan protes Reno, gadis itu sudah terlihat bersemangat dan mengandeng Reno untuk naik ke Halte untuk membeli tiket.

Namun terjadi masalah saat Reno hendak membayar.

Reno tidak membawa uang tunai!!!

Muka Reno memerah karena malu.

Sejujurnya, Reno memang punya kebiasaan jarang membawa uang tunai, lagipula dia biasanya pergi ketempat-tempat yang biasanya membayar dengan kartu Debit atau Kartu Kredit.

Bagaimana dengan Ketua Kelas?

Ternyata sama saja, dia tidak membawa uang tunai, bahkan di sini tidak menyediakan pembayaran via dompet digital pula.

Ini adalah hal yang paling memalukan untuk keduanya.

Namun kebetulan petugas loket nya baik hati dan ingat beberapa promo lalu bertanya,

"Kalian masih pelajar bukan? Kebetulan hari ini, ada promo gratis untuk para Pelajar dan Mahasiswa, cukup menunjukkan Kartu Pelajar."

Masalah akhirnya terselesaikan. Tak lama setelah itu Bus pun kebetulan datang, dan kebetulan disana cukup sepi jadi keduanya bisa memilih tempat duduk dengan bebas.

Sampai didalam keduanya lalu saling tertawa melihat kebodohan masing-masing bisa-bisanya tidak membawa uang tunai. Ini adalah 'pengalaman pertama' mereka setelah semua.

...####...

Cuaca hari ini benar-benar cukup panas. Disebuah jalan tertentu, terlihat dua orang siswa walaupun keduanya menggunakan seragam sekolah, namun dari bentuk seragam mereka dan aksesoris yang mereka pakai terlihat tidak sesuai berada di jalanan yang biasa seperti itu.

Keduanya memiliki kulit yang benar-benar putih, seolah tidak pernah terkena sinar matahari sebelumnya. Lihat jam tangan dan sepatu yang terlihat mewah dan mahal itu.

Jalanan itu cukup ramai pengunjung, karena selain dekat dengan sebuah sekolah negeri biasa di ujung jalan sana, disini juga dekat area gedung perkantoran dan pabrik.

Banyak aneka macam jajanan yang dijual disana. Mulai dari jajanan pasar, minuman, bakso, dan lainnya.

Terlihat gadis berseragam itu sangat tertarik dengan aneka macam jualan yang dijual disana. Berbeda dengan pemuda disampingnya yang terlihat tidak berminat.

"Ah, Reno hanya bisa makan-makanan masakan Koki Bintang Lima bukan? Sekarang kamu hanya menemaniku makan, setelah ini kita bisa pergi ketempat yang Reno mau!!"

"Ayolah itu hanya sebuah lelucon. Aku sebenarnya bisa makan apa saja."

"Benarkah? Tapi kamu sangat pemilih soal makanan, harus inilah harus itulah, tidak pakai inilah tidak pakai itulah, aku tahu,"

Reno sudah tidak tahu lagi apakah harus terharu atau menertawakan dirinya. Memang benar kata gadis itu, dirinya ini benar-benar pemilih soal makanan, jadi tidak yakin apakah dirinya bisa makan makanan ditempat ini.

"Apakah kamu pernah makan ditempat seperti ini?"

"Tentu saja belum. Itulah alasan kenapa aku mengajakmu bukan? Ini adalah perayaan!! Jadi penting untuk sesekali mencoba hal-hal baru dan hal-hal yang melanggar aturan!"

"Aku tidak mengira kata-kata itu keluar dari mulut Ketua Kelas, aku terkejut,"

Setelah memilih-milih, gadis itu terlihat memesan banyak sekali jajanan, mulai dari batagor, cilok, cilor, bakso bakar, kerak telor, siomay goreng dan bahkan beberapa gorengan. Dan jangan lupa Milk Tea di ujung jalan.

Sedangkan Reno hanya ikut membeli Milk Tea diujung jalan. Dan tentu saja, tadi Reno mampir ATM untuk mengambil uang, dia tidak mau malu lagi karena tidak bawa uang.

Sebenarnya dia juga heran melihat begitu banyak jajanan yang gadis itu beli, namun harganya semuanya begitu murah, satu porsi bahkan ada yang hanya 5000. Wah Reno tidak pernah beli sesuatu semurah ini.

Tapi melihat gadis itu terlihat tersenyum dan tertawa penuh minat pada hal-hal sini, sudah membuat Reno senang.

Lalu keduanya memilih tempat duduk agak ujung dekat pohon, disana agak teduh dari tempat lain.

Gadis itu mulai membuka jajanan yang baru saja dia beli. Disana dibeberapa cup-cup kecil. Lalu dia membuka salah satunya. Dan ketika dia mencobanya, dia memujinya.

"Reno coba deh, kata pedagang nya tadi ini namanya Batagor, enak juga ternyata."

Belum sempat Reno menjawab, gadis itu menyuapinya.

Reno hanya bisa mencobanya, dan rasanya tidak buruk.

Setiap kali gadis itu mencoba menu baru, dia pasti akan menyuruh Reno mencobanya juga.

Ya, walaupun suasana disini ramai dan panas, namun itu terasa tidak buruk untuk Reno. Ada untungnya juga sesekali datang ketempat seperti ini, asal itu bersama gadis itu.

Setelah mencoba semua jajanan itu dan keduanya cukup kenyang, gadis itu mulai mengandeng Reno memasuki Pasar Tradisional yang ada disana.

Keduanya menemukan barang-barang yang belum pernah mereka lihat, lalu tanpa pikir panjang gadis itu membeli apapun yang dia suka disana. Itu hanya beberapa aksesoris lucu, dan beberapa makanan kecil yang bisa dimasukkan dengan mudah ke Tas yang dibawanya.

Sesekali keduanya akan mengobrol tentang beberapa hal dalam keseharian mereka, sambil berjalan, dan menikmati Milk Tea mereka.

Itu bukanlah sesuatu yang begitu romantis, namun hanya beberapa hal sederhana yang membuat nyaman.

Namun terkadang, semua hal-hal baik akan cepat berlalu. Seperti hari ini.

Gadis itu tiba-tiba ingin pergi kekamar mandi, kebetulan disana toko serba ada dekat situ mungkin disana ada kamar mandi yang cukup layak. Jadi dia membiarkan Reno duduk disalah salah satu kursi disana dan menunggunya.

Entah ada kebetulan atau apa, ketika Ketua Kelas pergi dari sana dan Reno sendirian, dia bertemu seseorang yang dikenalnya.

"Reno? Kenapa kamu ditempat seperti ini?" Tanya gadis itu heran.

"Nana?"

"Ah, kebetulan sekali kita bertemu disini,"

Ini adalah awal dari kesialan Reno.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!