NovelToon NovelToon

Cinta Tak Terkalahkan

Mumpung Baik

Tasya adalah gadis yang cantik. Ia berasal dari keluarga yang sederhana. Kedua orang tuanya berkerja sebagai petani. Tasya bisa dikatakan sebagai salah satu murid yang cerdas. Ia memang cantik, namun penampilannya sederhana.

Kini Tasya sudah sampai disekolah, dengan diantar oleh ayahnya. Tasya bersekolah di SMA favorit dikotanya, yaitu SMA Primadona. Ia masih duduk dibangku kelas 11 ipa 1.

Tasya selalu akrab dengan dua orang sahabatnya. Siapa lagi kalau bukan Cindy (11 ips 3) dan Keke (11 ipa 1).

Tasya pun segera berjalan menuju kelasnya.

"STOOOOOPPPPP.......!!!!!" Cindy menghentikan langkah Tasya.

Tasya menutup kedua telinganya. Memang benar suara Cindy memang cetar dan merusak dunia. Setelah Tasya merasa telinganya tidak berdengung lagi, ia menurunkan tangannya.

"Ada apa sih? pagi-pagi udah ganggu orang.." ujar Tasya dengan tatapan datar.

"Oh sahabatku, yang cantik, yang pintar, yang baik, yang imut, yang...mmmpphhhh" Tasya langsung menutup mulut sahabatnya itu.

"Oke, oke. Nggak perlu muji-muji kayak begitu juga kali. PR apa yang nggak kamu kerjain?" tutur Tasya dengan terus terang.

Tasya sudah sangat hafal dengan tingkah sahabatnya yang satu ini. Kalo Cindy lagi memuji-mujinya, berarti ia minta tolong membantu mengerjakan PR-nya.

"..mmmpppp..." Cindy berusaha melepaskan tangan Tasya dari mulutnya.

"Eh iya lupa...." Tasya pun melepaskan tangannya.

"Haaaaahhh syukurlah aku udah bisa bernapas lega lagi. Kamu itu selalu tau apa yang ingin aku katakan dan pikirkan.... PR-nya ada dikelasku. Ayo!!" ucap Cindy.

Cindy langsung menarik tangan Tasya dan mengajaknya menuju ke kelasnya, yaitu 11 ips 3. Di sepanjang koridor dan lorong, Cindy terus saja berbicara, tanpa ada respon dari Tasya.

"Lho, kamu kok diam aja sih? Apa kamu marah sama aku?" ujar Cindy dengan mengerucutkan bibirnya.

"Enggak kok, lanjutin lagi ceritanya" balas Tasya dengan senyuman.

"Ooo... oke, jadi kemarin aku beli di olshop.... bla...bla..."

'lanjutin aja terus 😑' batin Tasya.

******

Mereka berdua sudah sampai didepan kelas 11 ips 3. Yap, kelas Cindy.

"Ayo masuk aja, ajarin aku didalam kelas!" ucap Cindy, sembari berlari menuju kelasnya.

"Ehmm..." kata Tasya dengan agak ragu. Ia sebenarnya mau-mau saja masuk kedalam kelas dan membantu Cindy, namun ia tak biasa masuk dikelas lain. Apalagi kelas ini, kelas yang sebagian besarnya adalah anak-anak nakal.

'Masuk gak ya?... Masuk gak ya?... Masuk gak ya?' pikirannya dipenuhi pertanyaan itu saja. Ia masih ragu, namun kakinya tetap melangkah menuju pintu kelas tersebut.

Dugh....

Tasya menabrak seseorang dan hampir jatuh. Merasa bersalah, Tasya hanya menundukkan kepalanya.

"Mau ngapain?" ucap orang itu. Terdengar dari suaranya, ia adalah laki-laki.

"Ehmm... mau ke Cin...Dy" ujar Tasya dengan ragu.

"Anak kelas lain nggak boleh masuk!!" ujar laki-laki itu dengan nada penuh penekanan.

Tidak mau membuat masalah, Tasya langsung berbalik dan hendak pergi. Namun, tangannya dicekal oleh Cindy.

"Lohhh!! Masuk aja, jangan takut sama Daniel!" kata Cindy sambil melotot kearah Daniel. Cindy menarik lengan Tasya, dan masuk kedalam kelas. Lalu, mengajaknya duduk dibangku dekat bangku Cindy.

"Cin.... Kok kamu melanggar peraturan sih? Ini kan kesepakatan kelas bersama!" tegur Daniel.

Cindy menghampiri Daniel dengan raut wajah kesal. Ia bertatapan dengan Daniel didekat pintu kelas.

"Eh kamu itu cuma koordinator bukan ketua kelas, jadi jangan sok ngatur dikelas. Kamu juga pernah mengajak pacarmu masuk kedalam kelas!" jelas Cindy.

"I... tu...itukan...du...lu..." ungkap Daniel dengan terbata-bata. Ia mengalihkan pandangannya ke langit-langit kelas yang sebelumnya bertatapan dengan Cindy.

"Atau... Begini saja, ku adukan pada Zein saja.." ujar Cindy dengan senyuman kemenangan.

Air wajah Daniel yang semula biasa saja, menjadi ketakutan seketika. "Janganlah... kau tak perlu mengadukan itu semua padanya..."

jawab Daniel.

"Emang kenapa? Apa salahnya jika aku adukan pada Zein?" Tanya Cindy.

"Soalnya Zein itu....

"Zein itu kenapa?..."

Mereka berdua menatap sosok yang tiba-tiba muncul dari depan pintu. Cowok yang berpenampilan cool, bajunya rapi, tampan, tengah berhadapan dengan mereka.

Dia adalah Zein, lengkapnya Zeinal Roziqin. Ia adalah ketua kelas 11 ips 3. Zein dikenal sebagai orang yang disiplin dan tanpa pandang bulu dalam menghukum. Kalau satu saja peraturan kelas dilanggar oleh anggotanya, maka siap-siap saja mendapatkan sanksi darinya.

"Gini lho Zein, Daniel itu pernah..... mmmppphhh" Ucapan Cindy terpotong, karena mulutnya langsung disumpal kertas oleh Daniel.

"Apaan sih? Daniel pernah ngapain? Pernah ngajak kamu kencan gitu?" ucap Zein dengan nada datar.

"Buhhhh...." Cindy mengeluarkan sumpalan kertas dimulutnya. Ada raut wajah penuh amarah dari Cindy

"Maksudnya Cindy itu, aku pernah beli bensin di pom dekat rumah sepupu Cindy... hehehe" jawab Daniel.

'Dasar pembohong!!!....' batin Cindy. Ia mendengus kesal.

"Suka-suka kalian aku mau duduk di bangkuku" tukas Zein dan segera masuk kedalam kelas.

Mata Zein membulat sempurna ketika ia melihat seorang cewek, yang tengah duduk dibangkunya. Terlebih lagi, cewek itu bukanlah satu kelasnya. Dan ia tidak mengenalnya.

Cewek itu adalah Tasya, ia hanya bisa menunduk. Salah? Ya, Tasya salah karena masuk kelas tanpa izin dari wali kelas 11 ips 3. Ia malah menuruti Cindy untuk masuk kedalam kelas ini.

"Kamu kok...kok... disini!" Zein menunjuk Tasya. Ini kali pertama mereka bertemu. Pertemuan yang tidak baik.

"Anu...ini...ehmm...." Tasya tidak bisa menjawab pertanyaaan Zein dengan jelas dan lugas.

'Berilah keajaiban Tuhan!! Aku gak berani jawab' batin Tasya terus berdo'a.

Syukurlah Cindy datang menghampiri mereka. "Maaf ya Zein, temanku masuk kedalam kelas tanpa izin. Kamu tau kan??" ujar Cindy sambil menaik-turunkan kedua alisnya.

Zein mengrenyitkan dahinya, ia tidak mengerti maksud dari isyarat Cindy. Cindy pun berkacak pinggang dan menggeleng.

"Kamu tahu kan kalo aku itu masih butuh bimbingan??" jawab Cindy.

"Oh, bimbingan contekan PR kan?" kata Zein dengan menaikkan sebelah alisnya.

"Bravo....Bravo... Kamu udah tahu itu! Kamu emang ketua yang pandai!" Cindy pun bertepuk tangan.

Tak lama kemudian Daniel menghampiri mereka semua.

"Zein, kau tahu kan? Kalau ada yang melanggar peraturan maka...." Daniel sengaja memutus perkataannya, ia sengaja menggoda Cindy dan temannya. Senyuman kemenangan nampak diwajah Daniel.

"Maka akan dihukum.... Tapi, untuk hari ini tak apa" ujar Zein yang lalu disambut tatapan aneh dari kedua temannya.

"Kenapa? Apa dihukum aja?" Zein pun mengajukan pilihan.

"Eh...nggak-nggak makasih Pak Zein!" Cindy pun segera duduk didekat Tasya.

Zein pun keluar dari kelas, dan menunggu diluar. Daniel pun juga mengikutinya. Mereka berdua duduk sejajar didekat taman kelas mereka.

"Zein, kok kamu biarin sih? Padahal kamu kan biasanya ngehukum teman-teman yang melanggar hukum... Dan hukuman darimu itu aneh-aneh. Tapi kok nggak kamu hukum aja, Cindy sama temannya itu?" tanya Daniel.

"Mumpung aku baik...." kata Zein. Senyuman kecil nampak diwajah Zein.

'Oh... Gitu jadi biasanya kamu jahat...😑' batin Daniel.

♡♡♡♡♡♡♡

Setelah beberapa saat, Tasya pun keluar dari kelas tersebut dan terburu-buru menuju kelasnya.

"Tuh cewek aneh ya?" tanya Daniel

"Aneh, kok bisa?" Zein pun bertanya balik.

"Iya aneh. Dia punya kekuatan ajaib..." jelas Daniel.

"Kau paranormal? Udahlah jangan mikir yang aneh-aneh. Emang kekuatan ajaib apa?" tanya Zein yang kian penasaran.

◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇

Jangan lupa like dan comentnya.....😊😊

Kagum

"Tuh cewek aneh ya?" tanya Daniel

"Aneh, kok bisa?" Zein pun bertanya balik.

"Iya aneh. Dia punya kekuatan ajaib..." jelas Daniel.

"Kau paranormal? Udahlah jangan mikir yang aneh-aneh. Emang kekuatan ajaib apa?" tanya Zein yang kian penasaran.

"Kekuatan ajaib untuk meluluhkan hati ketua kelas sekeras batu....Hehehe😂😂" Daniel tertawa dengan renyah.

"Hmmm..." Zein pun membalasnya dengan tatapan yang dingin juga mencekam.

Ting...Tong

Semua siswa memasuki ruang kelasnya masing-masing.....

"Mana sih Tasya? Udah bel kok belum datang?" ujar Keke, teman sekelas sekaligus sebangku Tasya.

Tak perlu waktu lama, Tasya sudah berada didalam kelas. Meski nafasnya ngos-ngosan, ia tetap berusaha berlari menuju bangkunya.

"Ihhh.... Kamu kemana aja sih? Udah tau bel dari tadi, malah baru masuk!" Ucap Keke.

Tasya masih berusaha mengatur nafasnya yang masih ngos-ngosan. Ia duduk dibangkunya dan mengambil buku dari kolong meja lalu mengipaskannya.

"Apa jangan-jangan kamu tadi mau coba-coba bolos ya?" ada tatapan curiga terlihat diwajah Keke.

"Enak aja kalo omong, kamu tahu aku kayak gini habis kenapa?" timpal Tasya, yang nggak mau dituduh yang tidak-tidak.

"Habis dikejar sama pak guru..." Keke pun menjawabnya dengan asal-asalan.

"Makanya tungguin temannya jelasin, jangan tarik kesimpulan" tegur Tasya.

"Iya...Ya... Apaan coba?" Keke memasang wajah keponya kali ini.

"Aku tadi mau bantuin Cindy dikelasnya. Lalu aku ketemu koordinator keamanan kelas, kalo nggak salah namanya Daniel" jelas Tasya.

"Lah terus kamu ditegur?"

"Ya sih. Tapi, Cindy tetap nekad mengajakku masuk kedalam kelasnya..." Tasya menghentikan ceritanya dan meminum botol airnya.

"Terus...terus...gimana nasib kamu?"

Setelah tenggorokannya kembali segar, Tasya menyambung ceritanya kembali.

"...Terus Cindy dan Daniel bertengkar didekat pintu. Sampai kemudian ada cowok datang" Tasya mengambil buku pelajaran dari dalam tasnya dan meletakkannya diatas meja.

"Cerita lagi dong... Aku penasaran soalnya... Cepetan.... Keburu bu Intan datang" pinta Keke.

"Cowok itu penampilannya bisa dibilang kerenlah...

"Ganteng nggak?" sahut Keke.

"Ehmm lumayan" tambah Tasya.

"Kamu naksir dia?" Keke menaikkan sebelah alisnya.

"NGGAK!!!" jawaban singkat, padat, dan jelas dari Tasya.

"Kok ngambek sih? Aku kan tanya aja" Keke menarik-narik tangan Tasya. Tasya pun menggelengkan kepalanya.

'Pertanyaan apa tadi? Baru kenal kok naksir? Ada-ada aja' pikir Tasya.

Selang beberapa saat bu Intan, guru matematika masuk kedalam kelas.

"Pagi anak-anak!!" sapa bu Intan pada muridnya.

"Pagi Bu!!!" semua menjawab dengan kompak.

"Hari ini ibu akan memberi tugas pada kalian, tugasnya adalah mengerjakan tugas halaman 57 sampai 65. Dikumpulkan satu pekan lagi!" ucap bu Intan.

'Banyak amat dah' batin Keke.

'Akhirnya tugas lagi...' batin Tasya. Mereka berdua menggeleng pelan.

################

Dikelas lain, kelas 11 ips 3

Hari ini adalah jam pelajaran Bahasa Inggris. Ada tugas memang, namun pak Wildan (guru Bahasa Inggris) tidak bisa hadir karena ada kepentingan. Yang artinya kelas ini jam kosong.

Kelas ini menjadi sangat ricuh. Ada yang asyik bikin video, ada yang seru-seruan mabar game online, ada yang asyik selfie, ada yang iseng-iseng mondar mandir keluar kelas, dan banyak lagi. Sebagian besar siswa kelas ini memang termasuk anak yang lumayan nakal. Tapi, ada juga yang biasa-biasa saja.

Zein duduk dibangkunya, ia masih merenungkan kejadian tadi pagi.

"*Anu....ini...ehmmm" wajahnya nampak takut.

""Kekuatan ajaib untuk meluluhkan hati ketua kelas sekeras batu....Hehehe😂😂*"

'Apa iya sih? ia terlihat kaku sekali. Apa mungkin bener katanya Daniel tadi' pikir Zein.

"Hayooooo lagi mikirin siapa?" Daniel mengejutkan Zein dari lamunanya.

"Nggak kok...Nggak ada" jawab Zein.

"Nggak pingin ke kantin. Mumpung pelajaran jam kosong nih!!" ajak Daniel. Jujur saja, Daniel belum sarapan. Otomatis dia lapar. Tapi meskipun nggak jam kosong, kalau lapar Daniel akan langsung menuju ke kantin.

"Ya...Ayo!" Zein mengiyakan permintaan sahabatnya itu.

$$$$$$$$$$$$$$

Mereka berdua menyusuri lorong yang menuju ke kantin. Langkah kaki Zein terhenti, tepat di depan kelas 11 ipa 1. Ia berhenti bukan karena tertarik dengan pelajaran yang tengah berlangsung dikelas tersebut. Namun, ia tertarik dengan seorang siswi yang duduk dibagian paling depan didekat meja guru.

Zein tau, bahwa gadis itu yang berada dikelasnya tadi pagi dan telah merasuki pikirannya. Tapi, ia tidak mengenalnya. Jalankan kenal tau namanya saja tidak.

Zein terus-terusan melihat dari balik jendela. Ia mengamati gadis itu. Mulai dari cara dia memperhatikan penjelasan guru, cara dia menulis dan mengerjakan soal, sampai cara dia mengambil kertas yang jatuh dibawah mejanya.

'Oh Tuhan, kenapa aku.... Loh...sadar Zein....sadar....' Zein mencoba menyadarkan dirinya.

Zein baru sadar, bahwa kini ia hanya sendiri. Daniel sudah meninggalkannya sedari tadi.

'Awas aja, kamu Daniel!!' batin Zein. Lalu ia berjalan menuju kantin.

Sesaat sebelum Zein meninggalkan lorong. Tasya sempat melihatnya.

'Zein? Apa yang ia lakukan disana? Ah, biarkan saja' pikir Tasya.

Tasya hanya tau kalau namanya adalah Zein. Sebenarnya ia tidak terlalu peduli pada Zein. Mau kenal atau tidak itu bukan urusannya.

♤♤♤♤♤♤♤♤♤♤♤♤

Zein pun sudah sampai dikantin. Memang benar dugaan Zein. Daniel sudah berada dikantin dan menyantap mie ayam.

"Benar-benar egois, ngajak kesini, tapi teman ketinggalan dibiarin!!" ucap Zein, lalu duduk disamping Daniel.

Daniel pun merangkul pundak Zein dan mengajaknya bersalaman.

"Wajar bro, masalah perut. Nggak bisa kompromi...Hihihi" ucap Daniel dengan santai.

"Terserahlah, buk mie ayam satu" Zein memesan.

"Oke!" ucap buk Ratih, ibu kantin di sekolah ini.

}}}}}}{{{{{{{

Ting...Tong...

Tak terasa jam istirahat berbunyi. Para murid keluar menuju kantin. Di kelas 11 ipa 1 hanya tinggal seorang murid. Ya, hanya Tasya. Ia beranggapan daripada membelanjakan uang sakunya dikantin, alangkah lebih baik jika ditabung. Mungkin dari tabungannya bisa membantu kegiatan sekolahnya, tanpa membebani orang tuanya.

Sebagai ganti tidak jajan, Tasya membawa bekal. Bekal ini istimewa, karena ia membuatnya sendiri. Meski lauk pauknya hanya tempe, ia sangat senang. Setidaknya perutnya tidak akan keroncongan.

Setelah Zein puas dari kantin, ia sengaja ingin mengunjungi kelas 11 ipa 1. Entah apa yang membuatnya ingin kesana.

Ia berhenti di tempat yang sama seperti tadi. Zein melihat kelas ini sepi sekali, hanya ada satu orang saja, yakni gadis itu. Zein terus mengamatinya.

'Bawa bekal?' pikir Zein.

Zein terkejut dengan apa yang dibawa gadis itu. Ya, tempe. Biasanya kalau Zein ataupun teman-temannya Zein membawa bekal, pasti mereka akan membawa lauk pauk yang enak-enak, seperti daging, sate, soto, spagheti. Wajar saja Zein dibesarkan dilingkungan orang kaya. Ini kali pertamanya Zein dibuat kagum oleh gadis yang sederhana itu.

"Kamu???...."

Lamunan Zein buyar seketika, ketika mendengar suara itu. Buru-buru ia langsung kabur dari tempat itu.

☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Jangan lupa like dan commentnya ya....😇😇😇

Berubah

Ini kali pertamanya Zein dibuat kagum oleh gadis yang sederhana itu.

"Kamu???...." ucap Tasya sambil menunjuk Zein.

Lamunan Zein buyar seketika, saat mendengar suara itu. Buru-buru ia langsung kabur dari tempat itu.

@@@@@@@@@@

Dikelasnya, Zein nampak sedikit kelelahan. Ia pun segera masuk kedalam kelas. Daniel menghampiri sahabatnya itu, dan duduk tepat disampingnya.

"Kamu kemana aja? Datang-datang kayak orang habis marathon... Nggak kayak biasanya" selidik Daniel.

Zein memilih untuk tetap diam saja tanpa menghiraukan pertanyaan Daniel. Bertatap muka tak sengaja dengan gadis tadi saja, rasanya jantungnya mau copot.

'Oh ayolah... Apakah gadis itu menyihirku? Sampai membuatku terus memikirkannya. Lupakan dia Zein...' batin Zein yang terus memaki dirinya sendiri.

"Woyy....!!!"

Zein langsung menutup kedua telinganya. Suara teriakan Daniel barusan sangat keras, dan tepat didekat telingan Zein. Saat dirasa situasi aman untuk membuka telinganya, Zein langsung memicingkan matanya pada Daniel.

"Niel, kamu tahu?" ucap Zein.

"Tahu apa?" Daniel pun kian penasaran.

"Kayaknya kamu jodoh kalo sama Cindy" ucap Zein dengan entengnya.

"Emangnya kamu kira aku bakalan mau sama koordinator sok kayak dia? Gitu?"

Mereka berdua terkejut, saat Cindy sudah berada tepat didepan mereka. Ada raut wajah kebencian terlihat diwajahnya.

"Ihhh... Macan bling-bling nggak usah sok ya kamu..." jawab Daniel dengan gaya banci.

"Apa? Apa? Kamu bilang aku Macan bling-bling?" Cindy makin kesal dengan ejekan Daniel.

'Mereka berdua sangat cocok... Sama-sama suka bikin ribut' pikir Zein. Ia pun menenggelamkan kepalanya dibangkunya.

"Eh awas aja kalo sampai kamu bilang aku Macan bling-bling, kamu nggak bakalan lagi lihat Fanya!" tukas Cindy dengan memalingkan wajahnya.

"Heleh... Emang kamu siapanya Fanya? Dia lhoo pacar aku" Daniel pun menjulurkan lidahnya.

"Kamu bilang aku siapanya? Aku calon kakak iparnya. Udah jelas aku bisa ngelarang dia buat dekat sama kamu lagi" jawab Cindy. Lalu ia duduk dibangkunya.

"Masih calon kakak ipar aja sombong..." sarkas Daniel.

"Kamu....!!!"

Cindy mengambil buku paket yang ada dimejanya dan langsung melemparkannya tepat diwajah Daniel.

Plakkk....

Buku paketnya cukup tebal. Wajah Daniel memerah seperti tomat. Ulah mereka berdua mengundang tawa beberapa murid.

"Diem ka... " ucapan Cindy terhenti saat ponselnya mendapatkan notifikasi chat.

Kling...Klong...

Ada nama tertera disana : Dear😘😙

Semula mood Cindy yang lagi nggak baik, karena ulah Daniel. Langsung berubah 180° . Ia langsung fokus chat-an sama doinya.

'Aneh...' batin Daniel.

"Omong-omong besok ada seleksi kan?" tanya Zein.

"Oh iya. Besok jangan lupa bawa baju olah raga!" jawab Daniel dengan semangat.

"Niel, besok seleksinya kan jam pertama. Bareng sama kelas apa kita besok?" kata Zein.

"Kurang tau aku" Daniel bergeleng.

》》》》》》《《《《《《

Ting...Tong...

Tak terasa bel pulang pun berbunyi. Para siswa keluar dari kelasnya masing-masing.

Tasya tengah menunggu ayahnya yang belum kunjung datang untuk menjemputnya. Padahal sekolah sudah usai 15 menit yang lalu. Bukannya tidak sabar, tapi Tasya ada tugas sekolah yang harus ia selesaikan sepulang sekolah.

Sementara itu, nampak dua orang siswa tengah mengendarai motor keluar gerbang sekolah. Saat mereka hendak pulang salah satu dari mereka dipanggil oleh pak guru.

"Daniel, sini dulu!" panggil pak Riko.

"Siap, pak!" Daniel pun turun dari motornya dan menuju ke pak Riko.

"Niel, ku tunggu disana" ucap Zein, lalu segera menuju tempat yang dimaksudnya. Daniel hanya menggangguk paham.

Zein pun berhenti sambil menunggu Daniel. Tanpa sengaja Zein melihat gadis itu lagi, yang tengah menunggu. Gadis itu melihat kearah kanan dan kiri. Sesekali pula gadis itu melihat Zein. Tapi karena Zein memakai helm, gadis itu tidak mengenalinya.

Zein tersenyum melihat gadis itu. Padahal ia bertemu dengannya baru tadi pagi. Tapi ia juga tak tahu mengapa ia begitu senang saat melihat gadis itu.

Tak lama kemudian, Daniel yang sudah ditunggu Zein dari tadi. Langsung meninggalkan Zein. Zein pun juga mengikuti Daniel dari belakang. Tak lupa juga ia sesekali melihat ke spionnya, untuk melihat gadis itu.

%%%%%%%%%%%%%%

'Kenapa ayah belum datang? Ini sudah 30 menit' batin Tasya. Ia sangat khawatir kalau ayahnya tidak menjemputnya, karena sekolah sudah terlihat sepi dan jarak rumahnya cukup jauh.

Saat Tasya sedang menunggu, ia tak sengaja mundur-mundur dan menginjak kaki seseorang.

"Awwww..!!!" teriakan mengaduh orang itu. Lalu orang itu segera membersihkan sepatunya.

Tasya melihat orang yang telah ia injak kakinya, secara tak sengaja. Dia seorang cewek.

"Ma...Maaf ya mbak...Say...Saya nggak sengaja" Tasya meminta maaf.

Cewek itu langsung menatap bengis kearah Tasya. Ada raut kesal diwajahnya. Tasya yang merasa bersalah, akhirnya menundukkan kepalanya.

"Huh...Dasar gak guna!!" ujarnya dengan ketus. Lalu segera berjalan menuju ke dekat teman-temannya.

Tasya menatap cewek itu. Penampilannya cantik, tapi kenapa dia kayak gitu? pikir Tasya.

Kemudian ayah Tasya pun menjemputnya. Akhirnya setelah menunggu cukup lama, ia pun bisa pulang.

Disepanjang jalan ayahnya bercerita bahwa ban sepeda motornya sempat bocor. Lalu ayahnya menuju ke tempat tambal ban.

"Maafkan ayah ya, sayang. Gara-gara ban bocor tadi, kamu nungguin terlalu lama" ucap ayah Tasya.

"Nggak apa-apa kok yah" jawab Tasya dengan senyuman.

Mereka berdua pun telah sampai dirumah.

Setelah sampai Tasya segera berganti pakaian. Menyelesaikan pekerjaan rumahnya dan membantu ibunya. Ia juga sempat mengajak adiknya bermain.

Malam harinya Tasya segera belajar, dan mengerjakan PR-PR nya.

############

Di tempat lain....

Zein tengah mengemas bukunya. Meskipun ia tak pernah belajar. Ia selalu rajin menyiapkan mata pelajarannya untuk besok. Tak lupa juga ia memasukkan baju olah raganya.

Pukul 21.55....

Tak terasa malam pun tiba, Zein segera menuju ke kasurnya. Namun saat Zein ingin menutup matanya dan tidur, sebuah notifikasi chat masuk membuatnya tidak jadi tidur.

Sayank😇❤

Semangat buat besok ya, sayang!!!

Aku bakalan support kamu besok.

Zein membaca chat itu, sebenarnya ia sudah sangat mengantuk. Tapi mau bagaimana lagi? Pacarnya memberi semangat untuknya, masa mau nggak dibalas. Kalau nggak dibalas ujung-ujungnya pasti ngambek.

Dengan energi tinggal beberapa watt, Zein pun membalas chat dari pacarnya itu.

Makasih Sayang.

Dua kata yang sangat singkat, namun jika tak dibalas, agak menjadi masalah.

Zein menutup ponselnya dan meletakkannya diatas nakas. Matanya sangat sulit untuk dipejamkan. Ia sedang memikirkan seseorang. Namun ia bukannya sedang memikirkan pacarnya, justru ia sedang memikirkan gadis itu terus.

"Pokoknya dia harus tanggung jawab, karena udah membuat pikiranku kacau, karena memikirkannya" ujar Zein. Lalu ia duduk dan mengambil figura foto didekat jam alarmnya.

Nampak Zein dan pacarnya, sangat senang sekali. Foto itu sudah lama, sekitar satu tahun yang lalu. Dimana Zein dan pacarnya baru jadian.

Zein melihat foto itu terus-menerus. Awalnya ia tersenyum, namun lama-kelamaan senyuman itu berubah menjadi senyuman kecut.

"Kamu berubah" ucap Zein sambil menyentuh foto pacarnya. Ada perasaan tak tenang dihatinya.Ia meletakkan kembali foto itu ditempat semula. Zein pun berbaring di kasur, dan terlelap begitu saja.

♤♤♤♤♤♤♤♤♤♤♤♤♤♤♤♤♤♤♤♤♤♤♤♤♤

Like dan comment nya

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!