Perkenalkan, Aku adalah Embun Jingga Prameswari. Aku adalah seorang wanita yang dipaksa kuat dalam menjalani hidup
Aku mempunyai seorang ayah yang suka berjudi dan seorang ibu tiri yang menurutku kurang baik
Di anak seusiaku, yang harusnya di dalam pikirannya hanya ada belajar dan bersenang-senang.Tapi, tidak untukku, aku harus mencari uang dengan berjualan kue dan kerja sampingan lain untuk memenuhi kebutuhan ayah dan ibuku
Aku mempunyai seorang adik perempuan, dia adalah anak yang baik, dia bukan anak ayahku. Karena dia anak yang dibawa oleh ibuku saat akan menikah dengan ayahku
Meskipun kehidupan kami bisa dikatakan tidak berkecukupan, tapi untukku dan adikku, ini sudah termasuk lebih dari cukup
Namun, semuanya lenyap setelah saat kejadian pada malam itu. Dan, kehidupan ku juga berubah 180° dari apa yang aku bayangkan dan aku impikan sejak saat itu
************
"Rena.... Kakak sudah pulang!"
"Kenapa sih, mulutmu itu berisik sekali?" ucap Mika dengan tidak senang
"Maaf Bu, aku hanya mencari Rena saja, aku sudah memanggilnya kemana-mana tapi tidak ada." jelasnya
"Adikmu sedang bekerja!" ucap Mika sedikit membentak
"Apa? Kenapa ibu membiarkannya bekerja?" tanyanya tidak mengerti pemikiran Mika
"Embun! Banyak sekali pertanyaan mu, Uang yang kau hasilkan sama sekali tidak cukup untuk membiayai kehidupan kita. Uang nya, selalu direbut oleh ayahmu untuk dipakai berjudi. Menyesal sekali aku menikah dengan ayahmu yang tidak berguna itu." cecar nya
"Dimana Rena bekerja Bu? Tolong beritahu aku." pinta Embun
"Untuk apa? Kau mau menganggu nya bekerja?" tanya Mika menelisik
"Tidak Bu, aku hanya ingin tahu biar aku tenang saja."
"Dia sudah ku jual ke Rex Club. Jangan menganggu nya."
"Apa? Kenapa ibu tega menjualnya kesana? Ibu tahu tahu kan itu tempat yang sangat mengerikan?" tanya Embun yang sudah meneteskan air mata nya karena khawatir
"Ya tentu saja, untuk mencari uang. Lalu, kamu pikir untuk apa?"
"Aku akan menyusul Rena kesana." Saat Embun akan beranjak, tangan nya langsung ditahan oleh Mika dan dia menyeret Embun ke kamarnya
"Lepaskan Bu, aku harus menjemput Rena. Kasihan dia Bu."
"Tidak boleh! Kamu masuk ke kamar mu. Jangan sesekali keluar tanpa sepengetahuanku!" titahnya
*******
Sementara itu, di bandara Charles de Gaulle. Ada seorang pria yang berusaha menahan kepergian seorang wanita yang dicintainya. Dia berusaha sambil menahan air matanya tapi dengan keegoisan sang wanita. Wanita itu tetap memilih pergi
"Audrey... Ku mohon, menetaplah di Paris bersamaku. Jadilah nona muda Wirastama." pinta pria itu dengan suara pelan
"Maafkan aku Bara, aku sungguh tidak bisa menuruti keinginanmu. Kamu tahukan, aku harus mengejar impianku dengan memainkan film yang akan membuatku terkenal ini. Ku mohon... Mengertilah." ucap Audrey dan melepaskan tangan nya dari cekalan Bara
"Jika kamu menikah denganku, kamu juga akan terkenal seantero dunia sekalipun. Ku mohon jangan tinggalkan aku, ya?" pinta laki-laki itu lagi
"Maaf... Tapi, aku ingin dikenal sebagai Audrey Valencia yang terkenal karena usahanya sendiri. Bukan karena menjadi nyonya Bara Wirastama." bantah Audrey
"Kapan kamu akan kembali? Aku sungguh tidak bisa berlama-lama tanpamu. Biarkan aku pergi bersamamu ya?" bujuknya
"Tidak. Aku ingin mengembangkan diriku sendiri, jangan ganggu usahaku."
"Sebegitu nya kah kau berniat meninggalkan aku? Hingga, kau tidak pernah membicarakan masalah kepergian mu padaku. Jika bukan karena aku yang menemui mu disini. Mungkin aku tidak akan pernah melihat mu lagi."
"Mengertilah Bara. Banyak wanita yang ingin naik ke ranjang mu. Saat aku kembali nanti, aku akan kembali ke sisimu lagi." ucap Audrey berusaha memberi pengertian
"Tapi, aku tidak bisa jauh darimu. Jangan pergi jika kau tidak bisa membawaku bersamamu." pinta Bara dengan sendu
"Jika begitu, hubungan kita cukup sampai disini saja. Maaf, waktu nya sudah hampir tiba." Audrey langsung menarik kopernya yang berukuran besar dan melangkah menjauh dari laki-laki itu
"Tuan, apakah perlu aku membawa nona Audrey kembali?" tanya pengawal nya
"Tidak. Itu adalah keputusan nya dan aku menghormati apa yang ingin dia lakukan. Lagi pula, hubungan kami sudah berakhir." ucap Bara lemah
Kasihan tuan, cintanya pada nona Audrey begitu besar. Tapi, teganya nona Audrey meninggalkan tuan begitu saja
"Kembali ke apartemen. Aku sedang tidak ingin ke kantor sekarang." ucapnya lemah
"Baik tuan." jawab pengawal itu dengan hormat
Ketika mereka sedang dalam perjalanan menuju apartemen, ponsel Bara tiba-tiba berbunyi. Bara tidak berniat untuk menjawab nya, tapi ponsel nya malah berdering beberapa kali menandakan ada lebih dari satu panggilan yang masuk
"Katakan!" ucap Bara setelah meletakkan ponsel di telinganya
"Kau tidak kesini?" tanya orang dibalik telpon
"Kemana?" tanya nya masih belum menunjukkan ekspresi apapun
"Aku sedang berada di Rex Club bersama Daniel, datang lah kemari. Kita akan bersenang-senang."
"Aku sedang tidak berselera."
"Kau ini, seperti wanita saja. Cepatlah datang. Hatimu yang galau itu pasti akan segera lekas membaik."
"Rey, berlebihan bicara itu tidak baik." Bara segera mematikan sambungan telepon nya
"Putar balik, kita ke Rex Club sekarang!" perintah Bara
"Bagaimana? Dia akan datang tidak?" tanya Daniel
"Tidak tahu, dia malah mematikan sambungan telepon ku sepihak." jawab Rey sambil tersenyum cengir
"Kau pun, tidak bisa menahan mulutmu untuk tidak mengatakan yang berlebihan." ucap Daniel
"Aku kan hanya mengatakan yang sebenarnya saja. Tidak ada maksud untuk menyinggung si irit bicara itu, tenang lah dia pasti akan datang."
"Saat aku tidak ada, kau masih mengatai ku yang tidak-tidak?" tanya Bara yang tiba-tiba sudah masuk
"Bara! Kapan kau datang? Kenapa pergerakanmu sangat halus sekali." ucap Rey terkejut
"Sejak kau mengataiku. Aku sudah berdiri disini dan memasang telinga ku dengan baik. Jadi, sudah ada alasan untuk ku mengirim mu ke Afrika." sinis Bara
"Tidak, aku hanya bercanda saja. Duduklah, nikmati minuman ini. Pantang pulang sebelum mabuk." teriak Rey sambil menaikkan gelasnya ke udara
"Bagaimana kabarmu, Bara?" tanya Daniel
"Baik, seperti yang kalian lihat."
Bara mulai menuangkan wine ke dalam gelasnya. Dia mulai meminumnya segelas demi segelas sambil mengingat kembali kejadian tadi saat di bandara. Rasanya, tidak ada kepuasan saat dia meminum itu, dia selalu ingin lagi dan lagi untuk melupakan rasa sakitnya
"Jangan terlalu mabuk, sudah cukup!" ucap Daniel mencoba menghentikan Bara
"Biarkan aku minum. Aku ingin segelas lagi." ucapnya tak sadar
"Sudah cukup,Bara!" bentaknya
"Rey, bawa Bara ke dalam kamarnya." perintah Daniel
"Siap!" Rey dengan siaga yang juga sudah mulai mabuk
Rex Club itu adalah milik Daniel. Di dalam Club mewah itu, terdapat banyak kamar VVIP dengan fasilitas mewah. Tidak semua orang bisa menggunakan ruangan itu, hanya orang-orang tertentu yang mempunya kartu member berwarna gold saja yang bisa bebas mempunyai akses untuk membuka kamar
"Lepaskan aku! Berikan aku satu gelas lagi!" Bara mulai meracau tidak jelas
BRAKK!!!
Rey menutup pintu itu dengan kuat setelah melemparkan Bara ke dalam nya. Dia langsung melenggang pergi begitu saja tanpa mengunci pintu kamar milik Bara
"Dimana tuan Bara? Aku akan mengantarnya pulang."
"Bara sudah aman bersama kami, kau pulanglah." seri Daniel
"Baik tuan."
********
"Aku harus bisa keluar dari kamar ini." tekad Embun
Embun mulai mencungkil jendelanya dengan sendok yang berada di kamarnya. Setelah terbuka, dia keluar dengan perlahan sambil menenteng sandal nya dan langsung berlari setelah cukup jauh
"Aku harus naik taxi, angkutan umum pasti sudah tidak ada lagi di jam segini." dia berbicara dengan dirinya sendiri
Setelah memberhentikan taxi yang lewat, dia langsung mengatakan tujuannya
Setelah sampai, dia langsung mencoba menghubungi ponsel adiknya. Namun, sambungan telepon itu tidak ada yang menjawabnya
Apakah sudah terjadi yang tidak-tidak pada Rena. Aku harus segera masuk, tapi kalau dari pintu utama, sudah pasti tidak diizinkankarena melihat penampilan ku ini
Embun sekarang sedang memakai baju lusuh yang bisa dibilang Kumal. Dia yakin bahwa penampilannya yang sekarang sama sekali tidak bisa menerobos masuk walau dia menggunakan sifat rubah sekalipun
Embun mulai mengitari bangunan itu dan masuk melalui jendela kamar yang kebetulan tidak sengaja sedang terbuka. Dia langsung masuk dengan cepat dan juga keluar dari kamar itu dengan cepat
Embun mulai membuka kamar yang ia lewati satu persatu. Karena, dia berpikir kalau adiknya telah dijual oleh ibunya menjadi wanita bayaran di club itu. Hal yang tidak dia duga pun terjadi
Saat dia membuka pintu sebuah kamar yang terlihat dari pintunya saja sudah terlihat mewah. Dia mulai menelisik ke dalam karena melihat kamar itu sangat gelap dan dengan samar-samar mendengar suara nafas pria yang terdengar sangat berat
"Rena, apakah kamu ada di dalam sana?" tanya nya yang hanya memunculkan kepalanya di depan pintu
"Apakah ada orang di dalam? Kenapa tidak ada jawaban?" ucapnya pelan
Saat Embun hendak menutup pintu kamar itu dan ingin melanjutkan pencariannya ke kamar lain, tiba-tiba ada yang menarik tangannya dengan sangat kuat
"Aww, siapa kau?" tanyanya yang terkejut
"Hem.." pria itu hanya berdehem dengan suara bariton nya yang khas
"Siapa kau? Lepaskan aku!" Embun mencoba memberontak
Namun, sekuat tenaga dia mencoba melepaskan diri, pria itu semakin menghimpitnya ke tembok dan mencoba meraih bibir Embun. Embun menghindarinya sambil menangis tersedu-sedu tapi tidak di pedulikan oleh pria itu
"Lepaskan aku! Aku tidak mengenalimu, kenapa kau berbuat seperti ini padaku?"
"Audrey... Ku mohon, jangan tinggalkan aku." ucapnya dengan sendu sambil memeluk tubuh Embun dengan erat
"Aku bukan Audrey mu, lepaskan aku." Embun menolak tubuh Bara dengan kuat sampai akhirnya terlepas, dia segera berlari. Namun, baru saja ia memegang gagang pintu, tangan kekar Bara kembali menarik lengan Embun
"Jangan tinggalkan aku, Audrey."
Setelah mengucapkan itu, Bara langsung melemparkan tubuh kecil Embun ke atas ranjang king size itu. Dia sudah kehilangan kendali akibat terlalu mabuk dan hatinya sedang sangat terluka sekarang
Sepertinya pria ini terlalu mabuk, tapi aku tidak bisa seperti ini. Tapi, tenaga ku sudah hampir habis
"Tuan, ku mohon lepaskan aku. Aku bukan wanitaku." Embun tidak henti-hentinya memohon
SREKK
Bara malah merobek pakaian yang dikenakan oleh Embun, Embun semakin ketakutan dan menangis bahkan dia berusaha melawan sekuat tenaga
Tangannya di pegangi oleh Bara, dan Bara mulai melum** bibir Embun dengan rakus. Dan terjadilah hal yang tidak pernah diinginkan Embun dan tidak pernah terlintas dalam pikirannya sekalipun
🌞🌞🌞🌞
Mentari mulai menampakkan sinarnya pada penduduk bumi, Embun yang terbiasa bangun pagi, hari itu dia malah tidak bangun lebih awal dikarenakan sekujur tubuhnya yang sangat sakit luar biasa
Bara terbangun lebih awal, dia memegangi kepalanya yang terasa berat. Dia mulai membuka matanya perlahan dan dia seperti melihat seorang wanita di sampingnya
Dia membelalakkan matanya saat melihat memang benar di sampingnya sedang terbaring seorang wanita yang tubuhnya terlihat sangat kelelahan akibat pergumulan mereka semalam
"Apa yang aku lakukan, siapa wanita ini?" ucapnya pelan
Bara melihat sekeliling, dia tahu ini adalah kamarnya yang berada di Rex Club. Dia menarik sudut bibirnya
"Ternyata salah satu dari wanita bayaran. Tapi, sepertinya seingat ku semalam wanita ini menangis minta di lepaskan. Alah, palingan hanya salah satu trik nya saja agar permainan semakin menarik."
Dia menyibakkan selimut bertujuan untuk mandi. Tapi, matanya membesar saat melihat ada noda darah di sprei, dia termenung dan tercengang sesaat setelah melihat itu
"Ternyata kau masih perawan, ternyata baru ya di tempat ini. Dasar, wanita malam!" makinya lalu langsung masuk ke kamar mandi
Embun mulai merasakan silau, dia membuka matanya perlahan dan memegangi tubuhnya yang terasa sudah hancur berkeping-keping
Adegan semalam terlintas lagi dalam pikirannya. Dia menyibakkan selimut untuk memastikan keadaanya. Namun, air matanya langsung menetes tanpa izin
"Ternyata bukan mimpi, bagaimana aku bisa melanjutkan masa depanku." ucapnya sambil terisak
Dia mendengar guyuran air shower dalam kamar mandi, dia tahu itu adalah pria semalam yang membuatnya menjadi seperti ini
"Dasar pria bajingan! Tidak punya hati! Aku menyumpahi mu tidak akan mendapatkan keturunan!" serunya
Dia turun sambil memegangi pinggangnya yang seperti patah, lalu dia mengambil bajunya yang sudah teronggok dilantai dan sudah menjadi serpihan kain perca
"Bagaimana aku memakainya lagi. Sama seperti tidak memakai pakaian."
Dia membuang itu dengan putus asa. Lalu, dia melihat ke arah sudut lain dan menemukan kemeja putih yang berukuran besar bermerek Ralph Lauren
"Aku pakai saja kemeja ini, walaupun kebesaran tapi aku tidak punya pilihan lain."
Embun mulai memakai kemeja putih polos yang berharga selangit itu. Dia mulai menyelinap keluar diam-diam seperti pencuri dan langsung berlari keluar sekencang mungkin
"Huh, akhirnya aku keluar dari neraka itu. Tapi, tubuhku terasa bertambah remuk."
Bara baru yang baru keluar dari kamar mandi langsung menarik sudut bibirnya, matanya mengelilingi tempat tersebut dan tidak menemukan siapapun disana
Dia mengambil ponselnya yang berada di atas nakas dan mulai menekan beberapa tombol untuk menghubungi seseorang. Tidak butuh waktu lama, panggilan itu langsung tersambung
"Bawakan setelan baju ku ke kamar Rex Club." ucapnya dan langsung mematikan sambungan telepon itu sepihak
"Bagus, benar-benar sangat bagus. Kau sangat berani gadis kecil bermain-main dengan pria besar sepertiku." ucapnya sambil menggenggam ponselnya
Setelah memakai setelan jas nya. Dia berjalan keluar dari Club itu dengan elegannya
"Ke kantor." titahnya
"Baik bos, tuan Rey sudah menunggu anda." jawab sang asisten
"Hem."
******
Setelah sampai di depan rumahnya, Embun terlihat ragu untuk masuk. Namun, suara ibunya membuat dia mau tidak mau harus masuk
"Dari mana saja, kamu?"
"Aku habis mencari Rena, Bu." ucapnya lemah
"Rena sudah pulang dari semalam, aku tahu kamu tidak ada di kamar mu. Jangan berbohong padaku!" bentak Mika dengan ketus
"Aku memang mencari Rena Bu, aku takut sesuatu terjadi padanya." jelas Embun
"Kamu takut adikmu aku jual untuk menjajakan dirinya?" tanya Mika ketus
"I...iya Bu."
"Lalu, setelah tidak menemukan Rena, kamu malah menjual dirimu sendiri disana?"
"Tidak Bu, aku tadi malam hanya..." Embun tidak meneruskan kalimatnya, dia sungguh bingung harus berkata apa
"Tanda merah di lehermu sudah menjelaskan semuanya padaku!"
Embun buru-buru menutup lehernya dengan kerah baju kemeja yang dia pakai
"Mana uangnya?" tanya Mika sambil menengadahkan tangan
"Uang apa, Bu?" tanya Embun tak mengerti
"Uang hasil kau menjual tubuhmu itu! Jika kulihat dari merek baju pria yang kau gunakan, pria yang membelimu, bukanlah orang biasa." ucap Mika
Ibu tidak mengkhawatir kan aku sama sekali, bahkan dia meminta uang hasil aku menjual tubuhku? Lucu sekali, aku di paksa, ini bukanlah keinginanku, batin Embun
Embun langsung masuk ke kamarnya. Dia berusaha menahan tangisnya sekuat tenaga. Dia mencengkram sprei nya kuat-kuat dan setetes air matanya lulus menetes
"Kak..." panggil Rena pelan
"Iya, ada apa?"
"Kenapa kakak menangis?"
"Tidak ada, kamu salah lihat." alibi Embun
"Kakak kenapa semalam tidak pulang? Aku sangat mengkhawatir kan kakak."
"Kamu kenapa bekerja di Rex Club? Disana berbahaya, kakak sudah mencari mu, kamu tidak papa kan?" tanya Embun sambil memutar-mutar tubuh adiknya
"Tidak, aku disana bekerja sebagai pencuci piring kak. Bukan yang seperti kakak pikirkan." jawab Rena sambil tersenyum
"Walaupun begitu, tetap tidak aman. Kamu harus berjanji pada kakak, kamu harus mencari pekerjaan lain."
"Aku berjanji." mereka saling menautkan jari kelingking
*****
Sesampainya di kantor, saat Bara berjalan di lobi. Tidak ada pegawai yang berani menatap Bara saat berjalan. Mereka semua menunduk dan menyapa dengan takut
"Pagi, bos." sapa mereka
Tanpa ada niat untuk menjawab, Bara berjalan dengan angkuhnya tanpa memandang pegawainya sedikitpun
"Lihatlah itu, walaupun dia sangat sombong. Tapi, aku masih ingin berjalan di sampingnya." ucap salah satu pegawai wanita sambil menutup matanya berusaha berkhayal
"Aku juga. Rasanya, saat mata elangnya menatapku. Aku malah ingin menyerahkan hatiku padanya." jawab temannya
Bara mendengar apa yang pegawainya katakan di belakangnya. Tapi dia tidak ingin menanggapi perkataan mereka semua. Baginya, itu hanyalah omong kosong belaka
"Ada apa kau datang kemari?" tanya Bara sambil berjalan ke kursi kebesarannya
"Aku hanya senggang, aku ingin melihat tampang mu sehabis mabuk berat. Tidak pernah kamu sampai tidak sadarkan diri seperti itu."
"Ya. Karena aku tidak sadarkan diri, aku sampai meniduri seorang wanita." jawabnya santai
"Apa? Bukankah kamu tidak pernah menyentuh wanita? Bahkan, kamu dirumorkan gay? Kenapa kamu malah bisa meniduri seorang wanita?" tanya Rey beruntun
"Kau ingin mati? Atau ke Afrika?" sarkas Bara
"Ayolah, aku hanya terkejut dengan ucapan mu itu." alih Rey
"Aku tidak sadarkan diri. Mungkin hanya termasuk wanita malam yang bekerja untuk Daniel."
"Benarkah? Bahkan, kamu belum pernah menyentuh Audrey, kan?" tanya Rey dengan serius
"Ya, aku kehilangan kendali semalam. Jadi, maklum saja."
"Oh begitu, bagaimana? Itu termasuk malam pertama mu kan." ejek Rey
"Ya, malam pertamaku dan juga malam pertamanya." ucap Bara sambil tersenyum
"Apa maksudmu?" tanya Rey menautkan alisnya
"Dia masih perawan!" jawab Bara
"Bagaiman bisa? Jangan-jangan dia wanita baik-baik yang tidak sengaja lewat?" terka Rey
"Tidak mungkin, manaada wanita baik-baik yang kebetulan lewat di tempat seperti itu. Semua orang tahu Rex Club itu tempat seperti apa." sanggah Bara
"Benar juga. Aku jadi bingung." sambungnya
"Jangan beritahu apapun pada Daniel. Aku tidak mau dia menceramahi ku lagi. Pusing aku mendengar ucapannya." seru Bara lalu meneguk kopi nya
"Baiklah, aku akan menyimpan rahasia mu dengan rapat." ucap Rey dengan gerakan mengunci mulutnya
"Tapi, aku akan menikahi gadis itu." ucap Bara tiba-tiba
"Apa? Kenapa kau suka sekali membuatku terkejut?"
"Ekspresi mu saja yang terlalu berlebihan." Jawab Bara sambil melipat kakinya
"Untuk apa kau menikahi wanita malam? Kau sehat, Bara?" selidik Rey
"Hanya untuk bermain saja, dia pasti sengaja memanjat ke ranjang ku."
"Karena dia sudah berani bermain-main dengan Bara wirastama. Maka, aku akan menemaninya bermain." ucapnya dengan tersenyum sinis
"Kau harus memikirkan baik-baik apa yang sedang kau katakan, jangan sampai menyesal di kemudian hari." Rey mencoba menasehati
"Dia sudah berani seperti itu. Tentu saja, aku harus mengapresiasi keberaniannya."
Memang pantas menjadi raja bisnis, aura yang dikeluarkan sangat menyeramkan. Tamatlah riwayat gadis itu, semoga hidup mu baik-baik saja, batin Rey
Jangankan orang lain, Rey saja, yang sedari kecil sudah mengenal Bara masih takut jika melihat wajah Bara saat ini, wajahnya sangat menyeramkan seperti malaikat maut yang ingin mencabut nyawa orang yang membandel
"Bagaimana caramu menemukan wanita itu?" tanya Rey
Bara terdiam sejenak, Kemudian berkata. "Tenang saja, itu semua sangat gampang untukku." ucapnya sombong
"Baiklah, aku tahu, Bara orang terhebat di dunia bisnis ini." ucapnya sedikit mengejek
Jika aku menemukanmu lebih dulu, aku pasti akan membantumu bersembunyi wahai gadis kecil. Kasihan sekali kamu membuat masalah dengan 'Lamprey' ini, Rey membatin
"Sudahlah, untuk apa kita memikirkan wanita itu. Lebih baik, kau menemaniku sarapan sekarang. Aku belum makan apapun." ajak Bara dan langsung keluar dari kantornya diikuti oleh Rey
Mereka menuju ke Restaurant terbaik di kota itu. Mereka naik mobil Ferrari berwarna metalik milik Rey
"Sepertinya baru." ejek Bara
"Masih belum sebagus milik mu." jawab Rey dan terkekeh pelan
"Perlu aku hubungi Daniel, untuk bergabung?" tanya Rey lagi
"Tidak perlu, aku tahu dia sangat sibuk." jawab Bara dengan lugas
Mereka mulai mengendarai mobil itu dengan perlahan sambil mengobrol dan sesekali terkekeh pelan. Hingga, tidak sengaja mata Bara menangkap sesosok wanita yang sedang mendorong sepedanya yang di bagian belakangnya terdapat sebuah keranjang berukuran sedang yang tertutup dengan kain
"Berhenti!" ucapnya tiba-tiba
"Ada apa? Untung jalanan sepi." tanya Rey yang tak habis pikir dengan laki-laki di sampingnya
"Itu dia! Aku menemukanmu wanita malam!" ucap Bara sambil tersenyum aneh
Rey mengikuti arah pandangan mata Bara, dan pandangan nya tertuju pada seorang gadis mungil yang tingginya semampai. Wajah nya bulat, hidung nya tidak terlalu mancung tapi kulitnya putih bagaikan salju. Itulah yang hanya bisa dilihat oleh Rey
"Siapa gadis itu?" tanya Rey yang belum mengerti situasi
"Dia gadis tadi malam. Ternyata hanya gadis miskin." sindir Bara
"Kau yakin itu dia?" tanya Rey berusaha meyakinkan
"Aku yakin, memang dialah yang sudah merangkak ke atas ranjang ku untuk mencari kekayaan."
"Tapi, aku merasa tidak yakin. Kelihatannya, dia gadis baik-baik. Lihatlah, dia berjualan kue, itu menandakan dia mau bekerja keras." Rey memberikan pendapat
"Dia berjualan kue pasti hanya untuk menutupi dirinya yang bekerja sebagai wanita malam. Dia menutupinya dengan sangat baik!"
"Mungkin kau salah lihat, mungkin bukan dia."
"Aku sudah melihat wajahnya dengan jelas pagi tadi, dia juga melarikan diri mengenakan kemeja ku. Dia tahu baju milikku harganya tak ternilai. Jadi, dia akan menyimpannya satu."
"Kenapa kau sudah tidak irit berbicara?"
"Diam!" Pandangan mata Bara masih memandang wajah gadis yang sedang tersenyum melayani pembeli kuenya
Bara diam-diam mengambil beberapa foto Embun dan mengirimkannya ke bawahannya. Lalu, dia menelpon bawahannya
"Cari tahu alamat gadis itu. Antarkan padaku hari ini." tegasnya
"Baik tuan, saya akan segera melaksanakan nya."
"Ayo, jalan! Aku sudah lapar."
Tanpa mengatakan apapun, Rey langsung mengemudikan mobilnya dari sana
TOK TOK TOK
"Masuk!" sahut Bara dari dalam sambil membolak-balik lembar dokumen yang sedang ia baca
"Tuan, ini adalah data yang anda inginkan tentang gadis itu." ucap bawahannya
"Oh, letakkan saja di situ. Kau sudah bisa kembali bekerja." ucapnya seolah tak peduli
Setelah bawahannya menghilang dari pandangannya, dia langsung meraih map berwarna cokelat yang berisi data-data wanita yang menemaninya one night stand itu
"Embun Jingga Prameswari... Namanya sangat aneh." ucapnya dan kembali membaca data yang lain
"Usianya sudah dua puluh tiga tahun, tapi dia belum menikah. Apa yang dipikirnya? Apakah dia ingin mendapatkan orang kaya baru akan menikah? Baiklah, Jingga aku akan menuruti keinginanmu." ucapnya tersenyum sinis
Bara mulai menekan beberapa icon tombol di ponselnya untuk menghubungi seseorang. Selang beberapa menit, barulah panggilan itu tersambung
"Halo?" jawab seorang wanita dibalik telepon
"Aku ingin bertemu denganmu!" ucap Bara
"Bertemu denganku? Kenapa? Memangnya anda siapa?" tanya Embun sambil melihat ponselnya
"Tidak perlu tahu, aku akan menunggumu di cafe La Recyclerie siang nanti. Jika kau tidak datang, tunggu saja akibatnya." ancam Bara dan langsung memutuskan sambungan telepon nya
"Aneh, siapa pria itu. Dan mau apa dia bertemu denganku. Pakai mengancam segala." pikirnya
"Kenapa kak? Apa yang menganggu pikiranmu?" tanya Rena
"Hem, tidak ada. Kamu lanjutkan makan saja ya. Aku sudah kenyang." Embun langsung beranjak dari sana
"Sekarang sudah hampir jam makan siang, dan cafe itu sepertinya juga tidak dekat dari rumah. sebaiknya, aku pergi sekarang saja."
Walaupun dalam suasana hati yang cemas, Embun tetap memutuskan untuk datang. Jujur saja, rasa penasaran nya lebih besar dari rasa takutnya akan pria itu. Bukankah rasa penasaran akan terobati jika kita menemukan jawabannya
Embun pergi menaiki angkutan umum. Lumayan berdesakan hingga dia terhimpit oleh orang-orang yang sudah dikejar waktu
Untuk apa takut, dia cafe itu kan pasti ada banyak orang. Tidak mungkin dia berani berbuat macam-macam di siang bolong seperti ini, pikirnya
Embun pun sampai di depan cafe yang di maksud oleh pria yang menghubunginya tadi. Dia berdiri dan melihat ke arah cafe itu dengan takjub dan kagum
"Wah, sangat mewah sekali. Apa pria itu salah sebut ya, atau aku yang salah mendengar. Tapi sepertinya tidak mungkin."
Embun meraih ponsel nya yang berada dalam tas jinjingnya. Dia ingin menghubungi pria tadi untuk memastikan tempat yang benar
"Nona Embun?" panggil seorang wanita
"Ya?" Embun langsung menoleh
"Kenapa anda berdiri di sini?" tanya wanita itu lagi
"Ah, aku menganggu ya? Maaf ya, aku akan pindah kesana saja." jawabnya sungkan
"Bukan, maksud saya, kenapa anda tidak langsung masuk ke dalam?"
"Masuk ke dalam? Oh benar ini tempatnya, aku mengira tadi salah jadi tidak berani masuk ke dalam." ucapnya sambil menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal
"Ayo, sebentar lagi tuan akan sampai."
Embun langsung di arahkan untuk masuk ke ruang VIP, ruangan yang tertutup dan tentu saja sangat nyaman. Di ruangan itu sudah terdapat banyak sekali berbagai macam makanan mewah yang menggiurkan. Tapi, tetap saja Embun tidak berani menyentuh makanan itu sedikit pun
Dia duduk dengan gusar, tangannya mengeluarkan keringat dingin. Dia masih menunggu dan jantungnya juga tidak berhenti berdetak kencang seperti orang ketahuan mencuri
"Ehem." seorang pria berdehem di belakang Embun
"Anda? Kenapa berdiri di sini? Apakah ingin mengumpulkan piring-piring makanan ini? Ah silahkan-silahkan, aku tidak akan menganggu pekerjaan anda." ucapnya yang langsung berdiri seolah memberi jalan pada pria itu
"Aku...."
"Apakah tuan yang membooking tempat ini belum datang? Kenapa lama sekali, aku masih ada pekerjaan lain?" ucapnya langsung memotong perkataan Bara
"Apakah aku terlihat seperti pelayan di sini?" tanya Bara dengan ekspresi datar
"Memangnya bukan?" tanya Embun polos
"Tentu saja bukan, dasar wanita aneh!"
"Kalau bukan yasudah, untuk apa marah-marah, aku yang sudah menunggu lama saja masih bersabar."
"Aku yang memanggilmu ke sini." ucap Bara
"Anda? Ada apa tuan? Aku rasa kita tidak saling mengenal. Jadi, ada urusan apa anda meminta saya menemui anda?" tanyanya masih dengan wajah polos
"Kau tidak mengenaliku sama sekali?" tanya Bara yang menunjuk dirinya sendiri
"Tidak. Kita tidak pernah bertemu. Lagi pula, siapa dirimu aku harus mengenalmu." jawab Embun sarkastik
Wanita sialan! Sudah meniduri ku dan merampas malam pertamaku, malah melupakanku begitu saja
"Aku pria malam itu!"
"Pria malam itu? Malam yang mana, kenapa aku tidak ingat apa pun."
"Aku pria malam itu, pria yang sudah melewati malam panjang bersamamu di Rex Club." Seru Bara berterus terang
"Apa? Jadi, kau pria bajingan itu?" tanya Embun tak percaya
"Bajingan katamu? Wanita malam seperti mu tidak pantas memaki orang lain!" jawab Bara yang tidak terima
"Siapa yang kau sebut wanita malam? Kau gigolo di sana kan? Berapa harga mu satu malam? Aku akan membayar mu."
Wanita ini! Habis sudah kesabaranku. Malah memandang aku pria tampan ini sebagai gigolo
"Kenapa diam? Kau sedang memikirkan berapa upahmu semalam? Tujuanmu mengajak ku bertemu di sini untuk meminta bayaran mu kan?" tanya Embun tak sabaran
Karena sudah tidak tahan dengan hinaan wanita di depannya. Bara mengeluarkan sebuah kartu nama yang terbuat dari emas murni
"Bara Wirastama!" begitulah bibir kecilnya berucap
Embun membelalakkan matanya, dia terkejut dengan fakta yang menimpa nya sekarang
Ternyata dia sedang berhadapan dengan seorang Presdir terkaya sejagat raya, yang usahanya mencakup bidang perfilman, properti, pertambangan, kuliner yang memiliki banyak anak cabang di berbagai negara
"Terkejut? Bahkan, harga dirimu bisa ku beli!" sindir Bara
"Lalu, apa mau mu?" tanya Embun dengan bibir gemetar
"Aku akan bertanggung jawab dengan menikahimu. Tapi, jangan berharap dengan cintaku. Karena, aku tidak tertarik dengan wanita malam seperti mu!" ucapnya sarkastik
"Jaga bicara anda tuan, akulah pihak yang dirugikan di sini. Kesucian yang sudah aku jaga seumur hidupku malah kau renggut dengan tidak manusiawi. Bahkan, ciuman pertamaku juga kau ambil secara paksa." ucap Embun dengan mata yang berkaca-kaca
"Banyak bicara!" Tanda tangan surat pranikah ini atau aku akan mempermalukan keluargamu!" ucap Bara
"Ini masalah di antara kita berdua, tidak ada hubungannya dengan keluargaku."
"Jika kau tidak ingin ada sesuatu yang terjadi dengan keluarga mu yang kacau itu. Tanda tangan segera!" ancam Bara dengan suara halus
"Ba... baik." Embun mengalah
"Besok pagi, serahkan dokumen identitas mu pada bawahan ku. Besok kita akan menikah."
"Tapi... Aku belum memberitahu keluargaku."
"Itu urusanmu. Semua yang ingin aku katakan sudah aku katakan. Aku tidak akan membuang-buang waktuku lebih banyak denganmu." Bara langsung meninggalkan Embun sendirian
Setelah kepergian Bara, Embun langsung menangis sejadi-jadinya. Dia merasa kesal dengan hidupnya sendiri yang memang sudah kacau balau
"Kenapa hidupku sampai seperti ini, kesucian ku di renggut olehnya. Dan sekarang, dia ingin menikah karena terpaksa. Sebenarnya, apa yang ada di pikirannya itu." ucapnya terbata-bata
Embun memutuskan untuk pulang dan membicarakan semua nya dengan kedua orang tuanya. Meskipun, orang tuanya tidak peduli padanya, tapi dia harus tetap menghargai keberadaan mereka
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!