NovelToon NovelToon

Biru Bukan Warna

Penasaran

01 JULI 200X

Angin terasa bergerak lambat, menimbulkan rasa sejuk di permukaan kulit, semakin terasa dingin karena bumi yang habis dibasahi oleh hujan.

Seorang gadis terlihat sedang berdiri di tepi jendela perpustakaan di sebuah sekolah swasta di kota ini, tangan nya sibuk merapikan rambut ikal nya yang sepanjang bahu, tergerak indah di tiup angin, dia tersenyum manis mengangkat kepala nya ke arah menatap langit yang terhampar luas.

" Jika di tanya apa yang paling aku suka di dunia ini,"

" Jawaban nya adalah hujan,"

" Karena setelah turun hujan lah, Aku bisa melihat langit dengan warna biru seindah ini,"

"Indah sekali,"

" Seolah baru tercipta tanpa ada nya noda,"

" Karena Awan yang terlihat sebagai noda telah menjelma sebagai hujan,"

" Sumber kehidupan, turun dan membasahi bumi"

" Hanya meninggalkan Aura langit biru penuh keindahan seperti saat ini,"

" Seperti nama ku, ya seperti nama ku," Ujar gadis itu pelan sambil terus tersenyum.

" Biru...," Mendengar nama nya di panggil gadis itu segera menoleh ke belakang melihat datang nya suara, setelah nya segaris senyum mulai terhias di bibir mungil nya, dia melihat Clemira sahabat nya, cewe cantik berambut panjang dengan warna khas orang bule, yang telah berhasil membuat lamunan panjang nya hilang bersama kesadaran yang sudah kembali.

" Lue lagi lihatin apaan ?"

" Sampai senyum-senyum gitu,"

Gadis yang di panggil dengan nama Biru itu tersenyum kembali menatap sahabat nya yang kini sudah berdiri di samping nya.

" Lihat deh Cle"

" langit nya indah,"

Clemira mengerakkan kepalanya mengikuti arah yang di tunjuk jari sahabatnya,

" Kirain senyum-senyum gitu, Elu lagi ngelihatin cowok ganteng Bi,"

" Eh ternyata ngeliat langit,"

" Kapan lue mau berubah sih Bi, ini udah kelas 3,"

" Gak mungkin kan masa SMA lue habiskan seperti ini aja,"

" Ke perpustakaan, mandangin langit, ngelukis,"

" Hanya itu yang bebas aku lakukan Cle,"

" Kamu tahu bagaimana ayah ku,"

" Mana bisa aku seperti kamu dan yang lain," Biru terlihat sedih saat mengatakan itu, ada beban besar di dirinya seolah tak bisa dia hilangkan.

Clemira seketika langsung menampakan wajah menyesalnya, dia lupa jika sahabat nya ini hidup penuh dengan tekanan dan aturan,

" Sorry.."

" Gue mengerti kondisi lue,"

" Maafkan gue ya Bi, Gue janji akan selalu ada untuk lue,"

Biru menganggukkan kepalanya, melihat itu Cle langsung berjalan memeluknya, dia begitu menyesal karena sudah berkata seperti itu, dia sadar bahwa itu membuat luka sahabat nya kembali basah.

" Udah hayo balik ke kelas,"

" Ya bentar aku beresin buku-buku itu dulu ya," Biru menunjuk ke arah meja yang tadi dia duduki. meja yang menjadi tempat terfavorit nya karena berada di barisan paling ujung yang langsung menghadap ke jendela.

Gadis itu bergerak maju lalu mulai membereskan buku dan alat tulis yang terlihat berserakan di sana.

" Buku harian lue belum juga ketemu Bi," Clemira yang terlihat mendekat lalu membantu Biru membawa beberapa buku.

" Belum,"

" Udah sebulan ini hilang,"

" Padahal seingat aku, waktu itu aku bawa ke sekolah,"

" Tapi pas sampai rumah udah gak ada,"

" Mungkin terjatuh di suatu tempat,"

" Semoga aja ada yang menemukan dan berniat mengembalikannya," Ujar Clemira sambil merangkul lengan Biru, berjalan keluar dari perpustakaan besar berisi ribuan buku itu.

" Ya mudahan aja,"

" Sebelum ke kelas kita ke toilet dulu ya,"

" Kebelet aku Cle,"

" Ah dasar lue, kenapa gak dari tadi,"

" Gue kan mau mantengin anak-anak basket dulu,"

" Itu mereka pada main di lapangan,"

" Hitung-hitung Cuci mata,"

Biru tertawa geli melihat wajah teman nya yang kesal.

" Sorry deh...,"

" Hai Lu, Cle..," Sapa dua orang di depan mereka.

" Hai Van, daf.," Biru tersenyum ke arah Marvan dan Daffa.

" Kalian habis dari kantin ya?" Tanya Biru pada ke dua nya.

" Ya...," Ujar Marvan lembut

" Ini buat lue," Dia menyerahkan satu botol air mineral dingin ke arah Biru sambil mengusap lembut atas kepala gadis itu.

Dengan senyum manis nya Biru langsung mengambil botol air itu dari tangan Marvan.

Marvan, cowok ganteng dengan tinggi 178 cm itu adalah sahabat dari kecil nya biru, rumah mereka yang berada dalam satu komplek yang sama, membuat Marvan dan Biru sejak kecil, sering menghabiskan waktu untuk bermain bersama, apalagi kedua orang tua mereka seolah sengaja memasukkan kedua anak mereka dari TK hingga sekarang di sekolah yang sama.

Sedangkan Marvan mengenal Daffa sejak pertama kali mereka masuk ke SMA TUNAS PERTIWI, mereka tergabung dalam Team basket sekolah dan itulah yang membuat mereka dekat dan menjadi sahabat seperti sekarang.

" Jatah gue mana?" Cle menyodorkan tangan nya meminta ke arah Daffa

" Ini jatah elu,"

" Modal lah, minta aja tau nya," Ujar Daffa.

" Biarin," Ujar Cle cuek.

" Tapi ini kan bekas lue,"

" Ah minum aja,"

" Bekas gue kan ada manis-manis nya,"

" Lue niat ngasi gue atau gak sih Daf,"

" liat itu si Marvan, ngasi Biru yang masih bersegel,"

" Nah lue ngasi bekas ke gue,"

" Mau gak? kalau gak sini gue habisin," Daffa mendekat dan ingin mengambil kembali botol plastik berwarna bening itu dari tangan Clemira.

" Ya udah gue minum,"

" Ini karena gue haus aja,"

" kalau gak ogah gue,"

Ucapan Clemira membuat senyum di bibir Daffa, mata nya terus menatap ke arah gadis cantik itu, Gadis yang menjadi teman nya sejak sekolah di SMP Jaya Kusuma. Gadis yang dari dulu berusaha dia dekati.

" Kalian pada mau kemana?" Marvan bertanya menatap Biru dan Cle, matanya bergantian menatap kedua gadis itu.

" Kita mau ke toilet dulu van,"

" Ya udah sana,"

" Gue ke lapangan dulu," Marvan kembali mengelus puncak kepala Biru sambil terus mengacak rambut nya.

" Hayo Bi, buruan,"

" Gue mau nyusul mereka,"

" Banyak yang ganteng itu di lapangan,"

" Ya.. ya... hayo," Biru menarik tangan sahabat nya itu, lalu segera masuk ke dalam toilet sekolah.

" Ih ganteng banget,"

" Hayo Reimon, semangat," Teriak Cle saat mereka berjalan di tepi lapangan basket setelah selesai dengan hajat mereka di toilet.

" Ganteng banget ya Bi?"

" Ya ganteng lah, nama nya laki-laki,"

" Kalau perempuan itu mah cantik,"

" Lue ah Bi, gak asyik,"

" Lue gak menyemangati Marvan,"

" Gak ah, kamu lihat sendiri deh banyak yang udah ngasi semangat ke dia," Tunjuk Biru pada sekumpul cewek cantik yang duduk di kursi bawah pohon di tepi lapangan.

" Ya juga sih,"

" Gue heran deh Bi,"

" kenapa sih lue gak pernah mau orang tahu kalau lue dan Marvan sahabat dari kecil,"

" Lue itu terus menghindar jika ada Marvan saat di keramaian" Ujar Cle saat mereka sudah duduk jauh di bawah pohon sambil menatap ke arah lapangan, seperti biasa Biru tak akan mau duduk di pinggir lapangan bersama cewek-cewek yang berteriak keras menyemangati pacar atau sekedar jagoan mereka.

Dia akan memaksa Cle sahabat nya untuk duduk menepi di bawah pohon.

" Kamu liat sendiri, fans nya Marvan banyak,"

" Aku gak mau mereka nanti memperhatikan aku, atau malah membenci ku,"

" Biar aja kami seperti sekarang, hanya menegur sapa biasa,"

" Aku gak suka ribet karena cewek-cewek itu,"

" Toh kami masih bisa main bareng saat di rumah,"

" Ya juga sih,"

" Eh lue tahu gak?"

" Gue dengar gosip Marvan jadian ama Alexia,"

" Itu anak kelas 1, yang jadi model majalah Aneka Oke ,"

" Bener gak sih Bi?"

" Serius ??? aku malah gak tau,"

" Tapi biasa Marvan bakalan cerita kalau dia jadian sama cewek,"

" Emang sih udah seminggu ini dia jarang ke rumah ,"

" Mungkin dia sibuk pacaran," Jawab Biru sambil terus menatap ke arah lapangan, dimana ada Marvan dan Daffa yang sedang berlari berusaha merebut bola basket dengan lawan Tim nya.

" Apa lue gak pernah merasa marah atau cemburu gitu bi sama cewek- cewek yang dekat sama Marvan?"

" Cemburu.... ya gak lah toh dia masih punya waktu buat main sama aku,"

" Bener juga ya,"

" Tapi gue heran Marvan kalau ganti cewek kayak ganti baju,"

" Tiap bulan baru terus,"

" Sama aja dengan si Daffa,"

" Ah kamu itu...," Ujar Biru sambil menatap sahabatnya.

" Kayak kamu gak aja ?"

" Kerjaan nya juga pacaran terus," Candaan Biru membuat Cle langsung tertawa keras.

Tapi tawa mereka seketika hilang, karena menangkap sosok seorang yang berjalan mendekat kearah mereka.

" Lue Biru kan?"

" Ini benar punya lue?'

Biru menatap buku berwarna biru di tangan cowok itu.

" Ya itu punya aku,"

Cowok yang berdiri di depan nya langsung memberikan buku itu ke arah nya,

" Sorry gue lihat semua isi di dalam nya,"

" Gambar lue bagus,"

" Berhasil buat gue penasaran,"

.

.

.

Hayyyyy sahabat..

Ini karya ke dua ku, dukung karya ku ya dan silahkan mampir ke karya pertama ku.

Ais, cahaya cinta ku di pesantren abi

Jangan Lupa like, vote, hadiah, komen ndan tekan tanda lain love ya untuk penyemangat aku.

♥️♥️♥️♥️♥️

Happy reading

Test dadakan

Cowok yang berdiri di depan nya langsung memberikan buku itu ke arah Biru,

" Sorry gue lihat semua isi di dalam nya,"

" Gambar lue bagus,"

" Berhasil buat gue penasaran,"

" Penasaran, maksud dia apa?" Pertanyaan itu hanya mampu di ucapkan Biru di dalam hati nya, mata Elang cowok berkulit sawo matang itu begitu tajam menatap nya.

Cowok yang selama ini selalu dia dengar menjadi bahan pembicaraan teman-teman nya di kelas, karena selain tampan dia juga jago nya pembuat masalah.

" Nare" Ujar Biru pelan.

"Ini kan buku lue yang hilang Bi?" Cle menatap ke arah cowok di depan nya.

" Lue yang ambil ya?"

" Ngapain juga gue ngambil buku teman lue,"

" Gue ketemu itu di parkiran,"

" Harus nya lue terimakasih sama gue, bukan marah-marah gak jelas gini,"

" Cle...," Ujar Biru memberi kode agar sahabat nya itu diam.

" Maaf ya, Cle gak maksud marahin kamu," Sekarang Biru menatap ke arah cowok yang menurut nya menakutkan itu.

" Dan Terimakasih sudah mengembalikan buku ini,"

" Walau hilang nya udah sebulan yang lalu, dan bukan kah lebih baik lain kali untuk tidak membuka privasi orang lain,"

" Maaf...., gue sengaja membuka nya,"

" Pingin tahu aja, apa yang di lakukan lue selama ini, suka menyendiri di bawah pohon yang ada di taman atau ke P

perpustakaan pas jam istirahat," Ucar nya lalu berlalu masuk ke arah lapangan Badminton.

" Kenapa dia tau tempat-tempat favorit ku saat melukis," batin Biru dengan terus menatap cowo yang telah berjalan menjauh itu.

" Ihhhhh gemes gue," Cle mengepal kedua tangan nya kearah depan wajah nya.

" Santai banget Nare bilang sengaja buka buku lue Bi,"

" Apa dia gak ngerti soal privasi ,"

" Muka nya itu kayak orang gak berdosa lagi,"

Biru menahan senyum melihat ekspresi kesal sahabatnya itu.

" Udah abaikan aja,"

" Yang penting buku nya udah kembali,"

" Hayo masuk ke kelas,"

" Hari ini ada Test untuk menentukan tempat duduk lho,"

" Test apa ? kok gue lupa,"

" Pak Damar wali kelas kita yang bikin aturan gitu,"

" Yang pinter bakalan duduk sama yang kurang bisa,"

" Beliau bilang biar bisa saling membantu dalam belajar."

" Wah kalau gitu gue nyantai aja,"

" kalau nilai gue rendah kan bakalan dapat teman satu meja orang yang pinter,"

" Ya terserah kamu deh Cle," Ujar Biru pasrah, teman nya itu memang tidak terlalu tertarik pada pelajaran, dia lebih suka menyibukkan diri nya dengan kegiatan ekstrakurikuler di sanggar teater nya.

Biru berdiri dari duduk nya langsung menarik tangan Cle.

" Kita ke kelas yuk, nanti keburu pak Damar masuk,"'

" Assalamu'alaikum,"

" Selamat Siang anak-anak,"

Terlihat Pak Damar memasuki kelas dengan memakai baju dinas berwarna khaki yang terlihat sempit di badan nya, khusus nya bagian perut, sehingga beberapa kancing tertarik mengakibatkan kaos dalam yang beliau pakai terlihat jelas.

" Walaikumsalam, Siang pak,"

" Wah semangat sekali kalian,"

" Kalau semangat nya begini, bapak yakin berarti udah pada siap untuk test hari ini?"

" Belum pak?" ujar mereka serempak.

" Gimana kalau di tunda pak?" Ujar Gery paling keras.

" Panas banget pak cuaca nya hari ini, gak bisa konsen saya kalau ngerjain di cuaca panas gini,"

" Wah pinter kamu buat alasan ya?"

" Udah sekarang simpan semua buka dan hanya ada alat tulis di atas meja,"

"Baik pak,"

" Ini si Narendra kemana?"

" Kok gak ada?"

" Gery..., kemana pergi nya si Narendra?" Pak Damar bertanya, karena Nare merupakan teman dekat Gery selama ini.

" Tadi di panggil pak kepsek pak?"

" Oh ya udah kalau gitu kita mulai aja,"

" Clemira yang cantik,"

" Tolong bapak, bagikan soal dan lembar jawaban nya,"

" Huuuh,"

" Bapak pinter banget ngeliat yang bening," Celetuk Agus keras dan di sambut tawa dari anak-anak yang lain.

Clemira memang termasuk gadis paling cantik di kelas, nenek dari ibu nya berasal dari Belanda, sehingga dia mempunyai kulit yang putih, mata biru dan hidung yang mancung.

Cle berdiri dan melangkahkan kaki nya maju ke depan mendekati meja guru dengan wajah cemberut nya,

" Kesal banget, ngapain juga bapak itu nyuruh nya pakai bilang Clemira yang cantik segala,"

" Kan gue jadi bahan tertawaan," ujar nya dalam hati sambil terus membagikan kertas soal dan lembar jawaban pada teman-teman nya.

" Udah dapat kan semua soal nya,"

" Sekarang silahkan di cari jawaban nya,"

" Waktu nya 120 menit dari sekarang,"

Kelas seketika terdengar sepi, hanya terlihat wajah serius dari para siswa itu.

Pak Damar terlihat berjalan pelan, memutari tiap baris meja dengan membawa satu buah penggaris panjang di tangan nya, Beliau melihat ke setiap meja, memperhatikan satu persatu anak didik nya.

" Gimana soal nya?" Tanya nya kembali.

" Mudah bukan?"

" Soalnya memang mudah pak, tapi jawaban nya yang sulit," Ujar Ahmad dengan suara berat nya.

" Kamu gak belajar maka nya sulit,"

" Tadi malam ngapain aja kamu,"

" Biasa pak dengarin lagu di radio," Ujar Toni santai.

" Nyimak acara Salam Rindu pak,"

" Nungguin mantan nya balas salam dia,"

" Wah lue Toni,"

" Bahaya mulut lue," Protes Ahmad tak terima karena teman nya itu rahasia nya.

" Udah, Kalian diam,"

" Fokus ngerjain soalnya,"

" Baik pak,"

" Assalamualaikum, maaf pak saya terlambat," Terlihat cowok dengan tinggi badan 180 cm dengan potongan rambut yang agak panjang berkulit sawo mateng itu masuk ke dalam kelas.

" Tadi kepala sekolah meminta saya keruangan beliau," Ujar nya kembali.

" Ya udah silahkan duduk Narendra,"

" Segera kerja kan soal test nya,"

" Tapi maaf tidak ada penambahan waktu untuk kamu,"

" Waktu tinggal 20 menit,"

" Baik pak," Nare berjalan mendekati meja nya, matanya menatap kearah Biru sebentar, yang sedang fokus mengerjakan soal.

Pak Damar kembali berjalan memutari meja, suara nyaring dari sepatu pantofel yang dipakai nya terdengar jelas,

" Ngapain kamu Ibnu?"

" Gak pak...,"

"Saya cu cuma liat buku catatan, siapa tahu ada jawaban nya di sana," Ibnu menjawab dengan gugup, dia takut akan di marahi oleh pak Damar,

Ibnu yang dari tadi terlihat terus menundukkan kepala nya melihat ke arah bawah meja, Menimbulkan kecurigaan pak Damar, ternyata benar siswa nya itu memang lagi membuka buku catatan nya.

" Sontoloyo, nyontek kamu," Pak Damar menatap tajam ke arah Ibnu

" Ini soal Matematika,"

" Ya gak mungkin ada di buku jawaban nya,"

" Paling yang ada cara mengerjakan nya,"

" Itu pun kalau kamu mengerti,"

" Pantesan gak ketemu dari tadi soal yang persis kayak gini," Ibnu terlihat kecewa, karena usaha nya sia-sia.

" Kirain bapak buat soal gak sesuai sama yang di pelajari,"

" Huuuu," Teriak teman nya yang lain

" Udah kalian tenang,"

" Sini buku catatan kamu Ibnu," Pak Damar mengambil buku yang Ibnu berikan.

" Waktu nya tinggal 10 menit lagi,"

Mereka terlihat panik saat mendengar waktu pengerjaan yang tinggal sedikit,

" Biru jawaban No 40 sampai 50," Ujar Cle 'berbisik.

" Minta dong,"

" Pliss,"

Biru mendekatkan kertas jawaban nya kearah Sahabat nya itu, Agar terlihat jelas oleh nya.

" Waktu nya udah habis,"

" Silahkan kumpulkan lembar jawaban kalian sekarang,"

" Biru tolong bapak ya, untuk mengambil kertas jawaban teman-teman mu,"

" Ah gue belum selesai nyalin jawaban Biru," Protes Cle pelan.

Biru tersenyum

"Aku ambil ya kertas jawaban kamu," Ujar Biru sambil menggoda sahabat nya.

Dengan terpaksa Cle menyerahkan lembar jawaban nya ke tangan Biru.

" Maaf kertas jawaban nya mana?" tanya Biru saat sampai di meja Nare, Biru melihat Nare yang membaringkan kepalanya keatas meja dan tidak terlihat lembar jawaban di sana.

" Narendra kertas jawaban kamu mana?" ujar Biru lagi karena tidak ada respon dari Nare.

Karena mendengar suara Biru lebih keras, Nare akhir nya mengerakkan kepalanya keatas lalu menatap tajam ke arah Biru.

Cowo itu mengangkat kepala nya tinggi, mengambil kertas yang berada di bawah tangan nya, sambil terus menatap kearah Biru.

" Ini...," Ucap nya.

Biru segera mengambil kertas itu dan cepat berlalu tak ingin melihat mata elang itu terus menatap nya.

" Apa dia masih marah?" Tanya Biru dalam hati

" Tapi bukan kah aku yang harus marah, karena dia yang membuka buku ku tanpa izin,"

.

.

.

♥️♥️♥️♥️

Happy reading

Aturan yang menekan

Prov Biru

"Biru kamu udah sholat nak?" Tanya ibu masuk ke kamar ku.

" Belum bu?" Jawab ku dengan tangan yang terus sibuk memegang pensil untuk menggambar sketsa di buku, buku yang tadi dikembalikan Nera pada ku, buku yang berisi perasaan ku setiap hari nya, seperti buku Diary namun ku tuang kan dengan cara yang berbeda, Aku lebih senang menuangkan perasaan ku melalui gambar, bukan dengan tulisan.

" Bentar lagi Biru sholat bu, selesaikan ini dulu,"

" Nanggung,"

Wanita yang menurut ku begitu cantik dan lembut itu berdiri terus membelai rambut ku,

" Kamu lagi gambar apa?"

" Lagi buat sketsa wajah aja bu?"

" Gambar mu semakin baik sekarang,"

" Ibu bangga sama kamu,"

Aku tersenyum menatap ibu,

" Biru berbakat kan karena turunan dari ibu,"

" Ibu Biru kan paling jago kalau masalah menggambar," Puji ku pada ibu yang terlihat senyumnya semakin lebar sekarang.

Ibu seorang tukang jahit, dia juga mahir membuat sketsa model pakaian, banyak pelanggan nya dari orang-orang penting di kenegaraan. kadang mereka meminta ibu untuk membuat model baju kebaya atau gaun untuk di guna kan saat menghadiri acara penting. dan kamu pasti tahu sekarang bahwa bakat menggambarku memang tertular dari ibu.

" Anak ibu bisa aja muji nya,"

" Ya udah sholat dulu,"

" Waktu sholat Ashar sudah dari tadi lho nak,"

" Nanti di lanjutkan lagi gambar nya,"

" Baik bu," Aku langsung berdiri dari kursi belajar, berusaha untuk tidak membuat ibu ku kesal karena harus mengulang ucapan nya. segera aku menyusul langkah ibu dan berjalan menuju tempat Whudu.

Selesai sholat Aku kembali melanjutkan menggambar, namun kembali terdengar teriakan dari arah luar kamar ku,

" Bi... ada Marvan di luar,"

" Temui dulu sana,"

" Ya bu," Aku tersenyum mendengar Marvan datang, ada rasa senang karena sudah seminggu ini dia tak main ke sini, Aku kembali bangkit dari kursi, Menghampiri cermin panjang yang menempel di lemari pakaian ku, membenarkan rambut ikal ku yang ku ikat tinggi, lalu melangkah menuju teras samping rumah, Aku sudah tahu kebiasaan teman ku itu, jika datang pasti akan langsung duduk dan menunggu ku di sana.

Bibir ku langsung menarik lebar untuk menciptakan senyum manis saat melihat dia yang sedang asyik bermain gitar, mendekati nya lalu duduk di samping nya, memperhatikan dia bersenandung merdu bersama petikan gitar di tangan nya.

Saat seperti ini lah aku mengakui kegantengan Marvan, lebih ganteng dari pada saat dia berkeringat karena berlari untuk merebut bola di lapangan basket.

Ada yang lain

Disenyummu

Yang membuat lidahku

Gugup tak bergerak

Ada pelangi

Di bola matamu

Seakan memaksa

Dan terus memaksa

Ada pelangi

Ada yang lain

Disenyummu

Yang membuat lidahku

Gugup tak bergerak

Ada pelangi

Di bola matamu

Dan memaksa diri

Tuk bilang

Aku sayang padamu

Aku sayang padamu

( Pelangi di mata mu by Jamrud)

Hati ku bergetar mendengar lirik terakhir yang di nyanyikan nya, begitu terasa sakit entah mengapa?

" Gimana bagus gak?"

" Bagus kok, kamu makin jago main gitar nya,"

" Lain kali ajarin aku ya," Aku memang mengatakan yang sebenarnya nya, dia semakin piawai menguasai setiap kunci dalam memainkan sebuah lagu.

" Siap nyonya besar,"

" Nanti gue ajari lue lagu ini,"

" Lagu nya lagi hits ini,"

" Ya kemarin aku dengar masuk Top Ten lagu terfavorit di radio KITA ya,"

" Kamu udah bisa aja menghafal kunci nya,"

" Keren," Ujar ku kembali memuji nya.

" Siapa dulu dong... Marvan," Candanya sambil mengelus lembut kepala ku.

Kembali ada getaran aneh di hati ku, setiap kali Marvan melakukan itu di kepala ku, terasa amat nyaman, hingga merasa ingin terus bersama nya.

" Eh gimana kelas baru nya,"

" Seru gak?" tanya ku berusaha mengalihkan perasaan sendiri, aku tak boleh larut semakin dalam, dia sahabat ku.

" Seru, tapi sayang nya gak sekelas sama kamu lagi," Ujar nya sambil tersenyum.

" Ya mau gimana lagi, itu hak mutlak pihak TU untuk merombak kita setiap kenaikan kelas,"

" Tapi aku masih bersyukur karena satu kelas dengan Clemira,"

" Dan kamu kan satu kelas dengan Daffa,"

" Lagian di kelas 3 IPA3 kan banyak cewe cantik nya,"

" Seperti yang selalu elu bilang, yang nama nya cewek ya pasti cantik, kalau ganteng ya itu berarti cowo ," Tawa terdengar keras dari mulut nya.

" Kamu balikin omongan aku ya Van," Ujar ku sambil memukul bahu nya.

" Ya ya ampun deh," Dia berusaha menghindar dari pukulan ku.

" Van," Panggilan ku pelan, ada rasa ragu ingin menanyakan ini, tapi hati ku terus menuntut untuk memastikan nya.

" Kamu sama...,"

" Aduh Lu, gue lupa ada janji mau pergi,"

" Gue pulang dulu ya,"

" Bye..," ujar nya melangkahkan kaki sambil berlari menuju rumah nya yang berada pas di depan rumah ku. Aku mengantar langkah nya dengan tatapan sedih.

Pria tampan yang sudah aku kenal dari kecil, pria yang selama ini membantu ku dalam banyak hak, selalu ada di setiap momen berharga ku, selalu memanggil ku dari dulu dengan nama "Lu"

" Gimana sekolah mu Bi," Tanya Bapak saat kami selesai melaksanakan sholat magrib berjamaah.

Ayah dan ibu ku termasuk orang tua yang paham akan ajaran agama, jika kami bertiga ada di rumah maka sholat lima waktu akan kami kerja kan berjamaah, kalau pun tidak, ibu akan selalu jadi pengingat setiap lima waktu ku.

" Alhamdulillah baik pak,"

" Syukurlah kalau begitu,"

" Kamu masih ingat pesan bapak bukan,"

Perasaan ku menjadi gelisah, selalu ada perasaan tak enak setiap kali bapak berucap seperti itu.

" Ya pak, Biru akan selalu berusaha mengingatnya," Aku menarik napas ku panjang untuk menetralkan perasaan ini sambil terus menunduk menghindar pandangan bapak yang menatapku.

" Bapak harap seperti itu,"

" Belajar lah dengan baik, hanya dengan baik tidak perlu menjadi juara, jangan membuat kamu menonjol dan terlihat, hindari membuat orang memperhatikan mu,"

" Anak perempuan tidak baik jika banyak di kenal dan di perhatikan orang,"

" Bapak tidak ingin itu membuat kamu dalam bahaya,"

" Hanya kamu yang bapak punya Biru, pada kamu lah semua harapan bapak dan ibu," Aku mendengar suara bapak penuh tekanan, yang membuat aku semakin tak kuat untuk menatap nya, aku tahu dari aku kecil hingga sekarang, setiap bapak berucap hal yang sama seperti ini, maka mata bapak akan memerah berusaha menahan rasa sakit dan sedih di hati nya.

" Pak sudah lah,"

" Biru mengerti apa yang bapak maksud,"

" Jangan di ulangi terus,"

" Kasian anak kita," Suara ibu terdengar lembut, aku bersyukur karena ada ibu yang selalu mengerti perasaan ku.

" Bapak hanya tidak ingin Biru melupakan itu semua bu,"

Aku kembali menarik napas ku, mengapa aku harus hidup dengan begitu banyak aturan yang membuat aku tertekan, kadang rasa nya ingin berteriak memberi tahu bapak, ibu dan dunia ini, ini semua tidak adil bagi ku, aku ingin bisa seperti teman-teman ku yang lain, bebas melakukan yang mereka suka, berlomba untuk menjadi yang terbaik, tertawa bangga saat semua yang mereka perjuangkan berhasil.

Tidak seperti aku yang berada dalam penjara yang bapak buat, mengubur semua yang aku suka, menyembunyikan semua yang aku miliki, aku tak boleh sama sekali terlihat, ini benar-benar tak adil bagi ku, bukan kan semua yang terjadi di masa lalu adalah takdir dari Allah.

.

.

.

Hayyyyy sahabat...

Untuk lagu Jamrud versi lengkap nya aku Up di Instagram Amisari ya sahabat..

Silahkan cek dan Follow...🙏

Semoga bisa membuat pikiran dan perasaan kita kembali pada kenangan manis di saat dulu🤭

Jangan lupa like, komen , vote dan tekan tanda love ya...

❤️❤️❤️❤️

Happy reading

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!