NovelToon NovelToon

Lost Feeling

Prologue

Di bawah aula putih dengan beberapa hiasan berwarna emas. Semua pandangan tertuju pada dua pasangan yang ingin melanjutkan ke jenjang lebih serius.

Sosok pria dengan jas hitam yang lengkap berdiri di hadapan Istrinya. Wajahnya tersenyum bagaikan hangat matahari, rambut hitam legam itu menyisir sebagian ke belakang dan memperlihatkan paras tampannya. Kedua tangan menggenggam erat pasangannya.

"Kini kalian telah resmi menjadi pasangan Suami dan Istri." Ujar pendeta tersebut.

Bunga berterbangan kemana-mana, suara riuh dan tepuk tangan meramaikan aula besar itu. Ucapan selamat tiada henti terdengar.

Pasangan Suami Istri yang baru saja melakukan sumpah pernikahan berdiri menghadap ke seluruh Tamu Undangan serta kamera yang terus memotret diri mereka.

Hari itu adalah hari yang membahagiakan, dimana mimpi para gadis lain yang ingin menikahi laki-laki tunggal kaya raya dialami oleh salah satu dari mereka.

Keberuntungan? Takdir?

Jika mereka berpikir seperti itu... maka semua itu, salah.

...◇• •◇...

Sosok wanita baru saja tiba di kediamannya, beberapa pelayan menyambut dirinya. Lampu-lampu gantung berbentuk permata emas menghiasi langit-langit ruangan.

Kediaman yang amat mewah dan luas. Tidak semua orang mendapatkan sesuatu yang seperti ini. Bahkan ini tidak bisa disebut dengan kebetulan.

Tapi hal itu tidak sulit bagi Lazel Pietra. Perempuan yang berasal dari keluarga biasa, namun kini telah menjadi pasangan dari seorang pria yang dua tahun lebih tua darinya, dan pria itu adalah Hyunjae Pietra.

Keluarga Pietra yang memiliki Pietra Group Enterteiment. Kekayaan yang mereka miliki bukan main-main, hampir satu dunia mengakui kejayaan mereka.

Dan wanita yang beruntung mendapatkan Hyunjae adalah, Lazel.

Setibanya di Ruang Tamu, ia melepaskan semua penatnya pada sofa hitam yang terletak disana. Jas hitam yang membuat dirinya nampak formal, ia melonggarkan semua kancingnya sehingga memperlihatkan bra hitam dan kalung perak berbentuk huruf 'L'.

"Apa Nona membutuhkan sesuatu?" Salah satu pelayan menghampiri dirinya.

"Siapkan air hangat untukku."

"Baik."

Sambil menunggu pelayannya kembali. Kedua kakinya memanjang di atas meja kaca berwarna cokelat yang terdapat hiasan kerang pantai beraneka macam bentuk.

Tangan putihnya dengan kuku bercat hitam sedang memainkan ponselnya dengan tenang dengan sorot wajah yang seperti merasa tak peduli pada dunia.

Tangan kirinya menutup kedua matanya dengan kepala yang tersandar.

"Haaah..." ponsel hitam itu tergeletak di sampingnya yang terduduk.

"Nona, air hangatnya sudah siap."

Wanita berambut perak itu akhirnya berdiri, dan pelayan yang baru saja menyapanya ikut mengikuti dirinya.

Tepat di tengah bagian tangga menuju lantai dua terdapat jendela yang besar. Jendela tersebut dapat memperlihatkan semuanya yang ada di depan Villa.

"????" Lazel menghentikan langkahnya, sehingga pelayan yang berjalan membututinya menabrak pelan punggung Lazel yang tinggi.

"N-Nona?" Pelayan tersebut melihat Nona nya yang sedang melihat ke arah luar dari jendela itu.

"Hm~ datang dengan gadis lain lagi? Apa semudah itu menyerahkan 'kejantanannya' pada orang lain?" Ia mengucapkannya tanpa berpikir.

"N-Nona! Anda tidak perlu merasa sedih! Kami akan bersama An-"

"Pwahahaha! Sedih??" Wanita beriris pink caramel itu tertawa atas apa yang diucapkan pelayan pada dirinya.

Kedua telapak tangannya membentang ke kanan dan kiri, dan bergaya seolah tak tahu. "Aku tidak peduli apa yang dilakukan orang 'itu',"

Ia kembali melipat kedua tangannya di depan dada. "Aku hanya peduli pada uangnya saja." Seringainya.

Ten Years

Saat ini aku masih duduk di Sekolah Menengah Akhir, dan Tahun kedua ini aku akan segera melepaskan gelar tersebut.

Dua keluarga yang saling mengenal baik satu sama lain, membuat kami berdua harus bersama. Itu semua demi keinginan mereka, dan juga kami.

Sebuah pernikahan yang dijalani dengan rencana dan juga... drama.

Tidak sulit... yang kuinginkan hanya money. Hidupku akan tentram jika ada sesuatu yang berbau seperti itu.

Aku tahu uang bukanlah segalanya... tapi segalanya membutuhkan uang.

...◇• •◇...

Kedua tangannya membuka tirai cokelat yang menutupi jendela kamarnya. Langit cerah membuat matahari menyinari sebagian ruangan tersebut.

Dengan piyama hitam yang membentuk belahan dada, ia berdiri di hadapan jendela dengan tatapan biasa. Secangkir kopi hangat berada di genggamannya dengan cincin emas yang membelenggu jari manisnya.

Waktu terus berjalan hingga ia menyadari bahwa pekerjaan sedang mengejarnya.

"Yana, masuklah."

"Baik Nona."

Cklek!

Seorang perempuan dengan rok mini dengan setelan hitam memasuki kamarnya dan menunggu perintah lanjutan dari Majikannya.

"Kapan rapatnya akan diadakan?"

"Besok lusa Nona, pukul tujuh malam."

Cangkir putih ia letakkan di atas meja. "Bawakan kemeja ku."

"Baik Nona."

Yana, Kepala Pelayan dari seluruh pelayan yang mendiami Villanya. Ia memiliki segala tugas menyangkut keadaan rumah maupun urusan pekerjaan Lazel. Karena statusnya lebih dari sekedar Kepala Pelayan.

...◇• •◇...

Ia baru saja memasuki ruang bawah tanah yang menyimpan beberapa kendaraan. Seperti mobil dan motor.

Mulai dari merek yang mahal hingga yang menjadi favoritnya, yairu Ferrari Laferrari. Mobil yang terkenal dengan kemewahannya serta warnanya yang begitu estetik.

Kunci yang ada di genggamannya, ia mengarahkannya dan menekan tombol tersebut. Dan akhirnya mobil berwarna merah bermerek Laferarri itu berbunyi.

Tangannya meraih ganggang pintu dan terangkat ke atas.

Padahal ia berpapasan dengan pasangannya, namun Lazel tetap bertindak seolah-olah tidak ada yang terjadi. Tatapannya fokus pada layar kaca mobil yang ia kendarai.

Suara deruman menggema di parkiran bawah tanah tersebut. Mobil merah itupun langsung melesat pergi meninggalkan Villa.

...◇• •◇...

"Selamat pagi Nona."

Sambutan mengerubungi dirinya, saat ini dirinya berada di kantor pusat Pietra's Aplic Enterteiment. Perusahaan Pusat atau Kantor Pusat pembuatan perhiasan.

"Byul, kemarilah." Nezra mengeluarkan semua dokumen penting dari tasnya.

"Ada apa Nona?"

"Bagaimana investasi bulan ini?"

"Semuanya berjalan baik, sesuai dengan rencana Tuan ju-"

Duak!

"!!!!"

Tangannya baru saja menghantam meja kerjanya cukup kuat sehingga mengejutkan Sekretaris Byul yang ada di depannya.

Wanita berumur dua puluh delapan tahun itu melipat kedua telapak tangannya berhadapan dan menatap Sekretaris Byul dengan senyuman. "Apa 'dia' ikut campur lagi?"

"Y-Ya, seperti i-"

"Dasar pria sialan itu! Sudah kubilang berapa kali untuk tidak mencampuri urusan-"

"Bukankah hal yang wajar bagi seorang Suami untuk membantu Istrinya." Sela seseorang yang baru saja memasuki ruangannya.

Lazel melirikkan tatapannya ke arah pintu. "Jangan memotong pembicaraanku... Tuan Hyunjae."

...◇• •◇...

Setiap pertemuan pasti berakhir dengan perdebatan. Namun semua orang selalu melihat jika keduanya berdebat dengan metode yang berbeda.

Wanita yang bernama Lazel menduduki tempatnya dan memasang wajah ramah dengan senyuman. "Jadi... apa yang dilakukan Tuan Direktur di tempat ini?"

"Melihat perkembangan perusahaan ini." Ujarnya.

"Perkembangan? Bukankah minggu lalu Anda sudah mengunjungi tempat ini?"

"Memangnya-"

"Bukankah hanya sebulan dalam sekali saja? Menurutku ini seperti membututi seseorang."

"Membututi? Ini adalah-"

"Perusahaanku, Ayah Mertua telah memberikannya sendiri, dan aku sudah mengerjakannya sebaik mungkin."

Seperti biasa, kedua mulut itu selalu beradu debat dengan wajah yang tenang. Padahal di hati mereka masing-masing seperti ingin melemparkan tombak ke satu sama lain.

"Haah~ sudah kuduga," tukasnya. "Berdebat denganmu tidak akan berakhir karena kau selalu menang."

"Haha~ terima kasih pujiannya," senyumnya. "Jadi... pergilah dari sini jika kau tidak memberiku sesuatu." Ujarnya dengan sopan.

Pria dengan jaket hitam yang memiliki tubuh besar dan tinggi berjalan mendekati meja Lazel. Tangannya yang sedang mengerjakan sesuatu melihat Hyunjae yang mendekati dirinya.

Wanita itu menatap dengan heran. "????"

Tumpukkan uang seketika berada di atas mejanya.

"Datanglah sore ini ke Kantor Pusat Militer, Hyunji meminta salah satu dari Kita untuk pergi kesana."

"Baiklah~" sengirnya.

...◇• •◇...

Kesibukan Kantor seperti biasa. Beberapa rapat sudah dipenuhi dengan tuntas. Seluruh jadwal yang memadatkan aktivitasnya hampir keseluruhan selesai.

"Tidak ada yang lembur malam ini, jadi kembalilah." Ujar Lazel yang baru tiba di Ruang Utama.

"Baik Nona."

Wanita berambut perak dengan hiasan kupu-kupu hitam di bagian belakang kepalanya tengah berjalan menuju basement. Mobilnya terparkir disana.

Suara mobil itu berbunyi kuat, dengan gesit ia langsung memasukinya dan melaju dengan cepat.

...◇• •◇...

Di tengah perjalanan, ia sedikit kelelahan. Pekerjaan Kantor tidak semestinya akan selesai dalam satu hari. Dan di sorenya ia harus menemui Hyunji yang memanggil salah satu dari dirinya dan Hyunjae.

Hyunji adalah Putra serta Anak Tertua dari Keluarga Pietra. Yang berarti Kakak kandung dari Hyunjae. Pria itu memegang Kantor Pusat Militer yang letaknya cukup jauh dari kediamannya dan juga perusahaannya.

Seluruh Keluarga Pietra adalah pandangan dunia. Martabat mereka sangat tinggi, sehingga seluruh keluarganya memegang saham masing-masing.

Apa yang dilakukan Hyunji memang tidak menghasilkan Triliun seperti Pietra Group atau Pietra Aplic, namun semua bawahannya harus memegang senjata, mulai dari kelas bawah hingga kelas tinggi. Bahkan pesawat-pesawat tempur lainnya harus mereka kuasai.

Karena Tentara di negara itu berada di tangan Kepala Keluarga Pietra dan Putra Tertua mereka, Hyunji Pietra.

"Apakah aku sempat? Mungkin aku akan kembali di malam hari."

Setelah mengeluhkan beberapa hal, mobil Laferrari itu langsung melanjukan kecepatannya disaat jalan sedikit kosong dengan kendaraan.

...◇• •◇...

Di sebuah tempat yang sangat luas, letaknya seperti dikelilingi oleh hutan belantara. Namun dengan fasilitas dan juga luasnya tempat itu, sehingga tak terlihat seperti di tengah hutan.

Sebuah mobil baru saja memasuki gerbang utama.

"Ayolah Lazel~ ini demi uang." Ia berucap pada dirinya sendiri.

Mobil yang terparkir di bawah pohon, pintu tersebut seketika terbuka ke atas, seorang wanita dengan kemeja hitam dengan celana panjangnya baru saja keluar dari mobilnya.

Tatapannya tertuju pada gedung yang menjulang tinggi. "Gezzz kantor ini membunuhku."

...◇• •◇...

Atas bantuan beberapa orang, akhirnya Nezra menemukan Kakak Iparnya. Tetapi, untuk sementara ia tidak memanggil pria itu. Menurut pengamatannya, Hyunji saat ini tengah sibuk dengan beberapa anak buahnya.

Jika diperhatikan lagi, di Militer juga ada beberapa perempuan. Lazel mengetahui tekad mereka, tapi... terkadang sesuatu yang seperti ini dapat disalah gunakan.

"Ah, ponselku."

Lazel baru saja mendapatkan sambutan yang kurang menyenangkan. Namun karena situasi yang membuatnya kelelahan, untuk sementara ia tidak ingin menguras tenaganya untuk hal-hal yang tidak berguna.

"Hei, apa kau tidak memperhatikan pandanganmu?"

"..............." Lazel mengambil ponselnya kembali, padahal bukan dirinya yang menyebabkan kejadian itu.

Tangan gadis yang baru saja menabrak Lazel kini meraih kerah kemejanya. "Kau mengabaikanku?" Ancam gadis asing tersebut.

"Hm? Kau siapa?" Tanya Lazel.

"Sialan! Apa kau kesini untuk melihat Pak Hyunji?! Dasar-"

"Lepaskan tanganmu sebelum aku yang melepaskannya." Lazel menyela dengan menunjukkan tatapan tajamnya pada gadis yang lebih pendek darinya.

"Hm?? Hanya karena kau-"

KRAK!

"ARGGGHH!!!"

"??!!"

Teriakkan seorang gadis membuat semua orang yang ada di ruangan itu berpaling. Hyunjin yang sedang dalam perbincangan juga ikut menoleh ke arah pintu ruangannya.

"Lazel?" Hyunji menemukan Nezra yang berdiri di dekat pintu.

"Oh! Kau sudah sadar jika aku disini." Tukas Lazel yang menatap Hyunji seperti tak terjadi apapun.

Sedangkan gadis yang ada di hadapannya meringkuk kesakitan.

"Apa yang terjadi padamu?" Hyunji menghampiri salah satu bawahannya yang menjadi korban Nezra.

"Wanita asing itu menendangkan lututnya di perutku." Lirihnya sambil mengarahkan telunjuknya pada Lazel yang bersandar di  dinding.

"????"

"Haah~ apa yang kau lakukan Lazel?" Keluh Hyunji.

Seperti biasa, gadis itu tidak menyukai hal-hal yang merepotkan tanpa uang. Oleh karena itu ia memasang wajah tak peduli. "Hyunjae tidak ingin menemuimu, jadi aku yang kesini." Mangalihkan pembicaraan.

"H-Hyunjae??"

"Bukankah nama itu adalah Adik dari Pak Hyunjin?"

"Ah, kalian pasti masih merasa asing dengan wanita ini bukan?" Ucap Hyunji pada semua orang yang ada di sekitarnya. "Dia adalah Lazel Pietra, Adik Iparku, Istri dari Adik laki-laki ku, Hyunjae."

"APAAAAA?!"

...◇• •◇...

"BWAHAHAHAHAHA!!!!"

"Aku tidak menyangka mereka tidak mengenaliku!"

Lazel tertawa sangat keras, Hyunji yang ada di dekatnya merasa heran dengan tingkah Adik Iparnya itu.

"Huft... bukankah ini hal yang wajar? Kau menghabiskan beberapa tahun di Amerika, dan kembali mendadak, sudah pasti orang-orang tidak mengetahui siapa Istri dari Direktur Grup Pietra."

"Hm... benar juga." Pikirnya.

Saat ini Lazel berada di dalam ruangan Hyunji. Beberapa saat yang lalu, Hyunji sudah menyelesaikan masalah Lazel dengan salah satu anggotanya. Meskipun sudah menikah selama sepuluh tahun, semuanya masih terasa asing.

"Jadi... apa yang kau inginkan?" Kini Lazel langsung bertanya pada intinya.

"Apakah kau dan Hyunjae... masih..."

Awalnya pembicaraan mereka hanya santai, semua itu berubah saat Hyunji beralih pada topik lain. Sebenarnya hal ini bukanlah masalah besar, namun semua orang selalu mengulangi pertanyaan yang sama. Dan kini Hyunji salah satu dari mereka.

Ia meletakkan kembali gelas yang berada di tangannya dan menatap Hyunji. "Apa kau memintaku datang hanya karena ini?"

"Kau tahu, tahun ini sudah menjadi sepuluh tanun hubungan kalian, tapi kau dan Hyunjae sama sekali tidak mengalami perubaha-"

"Berubah atau tidak," sela Lazel dengan tatapan yang berubah. "Itu tidak ada hubungannya denganmu." Sambungnya.

"Tapi aku adalah Kakak Iparmu."

"Tapi bukan salah satu campuran dari masalahku dengan Hyunjae?" Lazel terus menangkis ucapan Hyunji dengan tepat. "Aku dan Hyunjae telah menikah dalam waktu yang sangat lama, apapun masalah kami, aku dan pria itu sudah menjadi keluarga yang baru, jadi tidak perlu ada keluarga lain di antara aku dan dia."

Benar... di antara banyaknya orang, yang mengetahui semua rahasia dan rencana ku dan Hyunjae... tak lain adalah Kakak Iparku sendiri.

Only Money And For Money

Sepuluh tahun? Waktu selama itu tidaklah sulit. Karena aku mendapatkan apapun yang kuinginkan. Aku tidak memiliki waktu luang untuk menyibukkan diriku dengan para pria.

Jika orang-orang berpikir aku tidak seperti Hyunjae... maka singkirkan pemikiran naif itu. Karena aku adalah aku, dan dia adalah dia. Kami tidak berada di satu jalan yang sama.

...◇• •◇...

Tangan kanannya memegang kemeja luarnya yang berada di pundak. Tatapannya nampak lurus dan datar, semua orang berpikir bahwa selama ini Nona Muda dari Keluarga Pietra mengalami masalah dengan hidupnya.

Ternyata semua itu omong kosong, wanita itu hanya memiliki waktu untuk uang, dan menyingkirkan semua hal yang tidak ada kaitannya dengan uang.

Rendahan? Kalimat itu tidak cocok dengan wanita seperti dirinya. Yang mementingkan karir, posisi dan martabat. Dunia pun akan meratapi dirinya yang begitu kuat dalam mengambil sesuatu yang berlebihan.

Dengan mengorbankan perasaannya.

...◇• •◇...

Drrt! Drrt!

Tangannya merogoh saku celananya dan meraih ponselnya.

"Hm? Apa kau ingin memberikanku uang lagi?"

Lazel mendapatkan panggilan dari Hyunjae melalui ponselnya.

^^^"Apa yang Hyunji katakan?"^^^

"Tidak begitu penting."

^^^"Haah~ ini sudah larut malam, apa kau masih disana?"^^^

"Ya, aku baru akan kembali."

^^^"Hah?? Di jam segini? Apa aku harus meminta su-"^^^

"Tidak perlu, aku pulang atau tidak, semua itu tidak ada hubungannya denganmu."

^^^"Apa-apaan bicaramu i-"^^^

"Jika tidak ada lagi akan kututup, sampai nanti."

Tanpa basa-basi, Lazel langsung memutuskan sambungan tersebut. Saat ini pukul tujuh malam, mungkin sekitar setengah jam lebih akan tiba di rumah.

Ia mengacak rambutnya. "Argh! Aku lelah sekali."

...◇• •◇...

Lampu-lampu jalanan berkelip dengan terang. Bulan menyinari kegelapan dengan cahayanya. Jalan yang ia lalui sedikit gelap dan juga sepi. Sebelum benar-benar meninggalkan Kantor Pusat Militer Hyunji, ia memastikan jika mobilnya tidak bermasalah. Perjalanan ini sedikit tidak menyenangkan karena harus melewati kegelapan.

"Hahh~ sial, aku harap tidak ada yang mengganggu."

Tatapannya serius, tangan kanannya memegang erat stir mobil dan menancapkan gas lebih laju.

...◇• •◇...

Selain itu, di sebuah Villa mewah seorang pria dengan pakaian biasa berwarna putih tengah berdiri di balkonnya sambil menatap area sekitar.

"Hm? Apa yang kau lihat?"

Sebatang rokok yang ada di mulutnya ia lepas dan ia sangkutkan antara jari telunjuk dan jari tengahnya.

"Lazel belum kembali hingga saat ini." Tatapannya terus tertuju pada jam tangan yang terletak di sebelah kiri.

"Lazel? Oh~ dia Istrimu bukan?"

"Ya, begitulah."

Tangan gadis itu meraba dada Hyunjae yang sebagian tidak terkancing.

"Apa kau-"

Suara deruman mobil baru saja memasuki halaman. Mobil merah dengan cahaya putih di bagian depan berhenti di sebuah Villa yang terletak di sebelah Villa yang ditempati oleh Hyunjae.

Hyunjae dapat melihat, jika mobil itu adalah milik Lazel.

"Ayo masuk." Ujarnya pada gadis yang berpakaian sexy di sampingnya.

...◇• •◇...

"N-Nona apa Anda-"

"Hyunjae baj*ngan!" Tangannya baru saja melempar sebuah Novel ke sembarang tempat. "Seharusnya aku dibayar lebih untuk ini! Tempat itu sangat menakutkan! Dan Hyunji memanggil diriku hanya sebuah pertanyaan seperti itu?! Apa-apaan ini!"

Baru saja memasuki Villa nya, Lazel mengumumkan amukannya pada semua orang. Bahkan pelayan-pelayan tidak ada yang berani untuk ikut campur.

"Siapkan air hangat untukku!"

"Yana! Bawa mobilku ke basement!"

"B-Baik Nona!

"Argh!! Tenagaku benar-benar terkuras!"

Wanita itu tidak berhenti mengomel selama menaiki tangga menuju kamarnya. Sesuatu yang membuat dirinya lelah, ditambah dengan bayaran yang tidak sesuai, hal itu sudah pasti akan memicu emosinya.

...◇• •◇...

Tubuh dengan balutan piyama putih dengan bra yang berwarna gelap. Piyama yang tipis sehingga menampakkan setiap lekukan tubuhnya. Salah satu kakinya memangku kaki yang lain. Rambut perak itu ia uraikan ke depan dengan duduk santai di kursi kamarnya. Serta tangan yang mengutak-atik ponsel hitam yang ada di genggamannya.

Tangan kanannya mengusap wajahnya. "Minggu depan..."

Seperti yang diketahui, Hyunjae dan Lazel tinggal di tempat yang berbeda. Dalam satu lingkungan yang sama terdapat dua Villa yang sama besar dan mewah. Villa tersebut terletak bersebelahan, yang membatasi keduanya adalah rumah kaca yang menanam banyak bunga dan juga memelihara beberapa kupu-kupu.

Tidak ada alasan khusus melakukan hal seperti ini, lagipula situasi itu sudah berlangsung selama bertahun-tahun. Mereka berdua saling menjaga privasi masing-masing dan tidak ikut campur dalam masalah apapun.

"Aku harus tidur... besok pagi aku harus olahraga."

Lazel berjalan mendekati ranjangnya, dan meraih selimut serta menutupi seluruh tubuhnya. Meskipun memiliki jadwal yang padat, Lazel masih bisa meluangkan waktunya untuk hal lain.

Dari penampilan dan juga tutur bahasanya, Lazel memang terkenal dengan wanita yang buruk. Itu menurut pemikiran mereka yang tidak mengetahui apapun tentang kehidupan privasinya.

...◇• •◇...

05.00

Rambut panjang itu ia ikat dan menyelipkannya ke dalam jaket. Topi serta masker hitam tak ia lupakan.

"Nona akan berolahraga? Sungguh sesuatu yang menakjubkan." Puji Yana yang melihat Majikannya yang ingin berlatih di pagi hari.

"Sebelum aku kembali, parkirkan mobil di depan Villa."

"Baik Nona."

Dengan pakaian yang serba panjang dan tebal. Ia harus membuat dirinya berkeringat sebanyak mungkin.

Selain itu, di Villa kediaman Hyunjae. Pria beriris abu-abu gelap itu baru saja menyelesaikan rutinitas paginya dengan beberapa alat-alat latihan.

"Glen, bawakan handuk kesini."

"Baik Tuan."

Tubuh bagian atas tanpa helaian kain sedikit pun, tetesan keringat membasahi lantai. Bagian punggung kekarnya terdapat sebuah tato ular hitam. Sesuai dengan wajah ganasnya.

Setelah mendapatkan handuknya, ia bergegas mandi dan bersiap. Bukan hanya Lazel, Hyunjae juga memiliki kesibukan sendiri. Hanya saja Lazel memakan waktu paling lama saat berada di Amerika. Bahkan hingga saat ini dirinya dan Hyunjae sering pergi-pulang dari Amerika karena sebuah bisnis.

Rambut hitam legamnya ia usap ke belakang, kacamata hitam dan jam tangan serta aksesoris lainnya mulai terpajang di tubuhnya.

Di pagi hari seperti ini penampilannya sudah terlihat sempurna untuk dipandang.

"Ayo berangkat... menuju Amerika."

...◇• •◇...

"Amerika??!"

"Ya Tuhan!" Bahkan Ibunya pun terkejut dengan kepergian mendadak dari Anak mereka. "DASAR BOCAH TAK TAHU DIRI! KAU TIDAK MEMBERITAHUKANNYA PADA KAMI! APAKAH KAU MEMBERITAHUKANNYA PADA ISTRIMU?!" Amuk Nezra yang menggenggam ponsel di telinga kanannya.

"Aku tidak tahu." Batin Lazel yang merasa bahwa hal itu tidak perlu diberitahukan padanya.

"L-Lazel apa kau tahu hal ini?" Tanya Adam dengan hati-hati.

"Hm? Memangnya Hyunjae kemana?" Hyunji baru datang dan ikut bergabung di meja makan.

"DIA PERGI KE AMERIKA MENINGGALKAN LAZEL KITAA!" Nezra yang menelpon Hyunjae melalui ponsel menyempatkan dirinya sendiri untuk menjawab pertanyaan Anak Tertuanya.

"Aku tahu." Ujar Lazel dengan senyuman seperti biasa.

"Awww! Menantuku sangat manis!" Adam langsung memeluk Lazel dengan penuh kasih sayang.

"KALAU BEGITU KEMBALILAH SEGERA! DAN BAWAKAN HADIAH UNTUK LAZEL!"

Hyunji tak tahan dengan amukan Ibunya, ia memutuskan untuk berdiri dari duduknya dan menenangkan Ibunya. "Ibu... sudah cukup marahnya, ayo kemari."

Nezra Pietra dan Adam Pietra. Mereka berdua adalah orang tua Hyunji dan Hyunjae, rasa kasih sayang mereka pada Lazel tidak setengah-setengah. Meskipun sudah lama menikah, wanita berambut perak itu tetap mendapatkan sambutan yang baik dari Mertuanya.

Setelah sedikit tenang, wanita yang mulai terlihat tua dengan rambut panjang hitamnya mulai ikut duduk di kursi meja makan.

Beberapa saat yang lalu, Nezra mengetahui jika Hyunjae pergi meninggalkan mereka terutama Lazel menuju ke Amerika. Sebenarnya ini tidak begitu mengejutkan, karena kemanapun mereka pergi, salah satu pihak tidak perlu ikut campur. Oleh karena itu Lazel tidak terlalu mengambil pusing dengan masalah ini.

Namun... Mertuanya sangat menyayangi dirinya, sehingga ia dan Hyunjae melakukan sebuah drama.

Untuk sementara akan baik-baik saja, entah apa yang terjadi di waktu yang mendatang.

"Hahaha!! Kau harus makan banyak Lazel! Ibumu ini sangat suka makan banyak!" Ujar Nezra dengan semangat yang tinggi.

"Haha~ baiklah."

Selain itu... bukan hanya Mertuanya saja. Semua ini juga demi Ibu dan Ayahnya.

...◇• •◇...

Kedua tatapannya melihat sekeliling dengan kosong, pikirannya merambat kemana-mana. Setiap jalan yang ditempuh, pasti ada resiko, entah resiko yang berbahaya atau tidak. Keduanya harus siap menghadapi masa depan.

"Kau tidak tahu bukan?"

Lazel melirikkan matanya ke kanan, dan menemukan Hyunji dengan membawa dua gelas cokelat dingin.

Wanita itu menoleh dan tersenyum, telunjuk kirinya berdiri di depan bibir pinknya. "Shh~" itu sebuah pertanda jika Lazel meminta Hyunji untuk merahasiakannya.

Pria lima tahun lebih tua darinya itu berdiri di tempat yang sama seperti Lazel.

"Aku heran... hanya demi uang kau tahan dengan segalanya." Ujar Hyunji yang merasa resah dengan hubungan Adik Iparnya dengan Adik kandungnya sendiri.

"Hm? Karena segalanya membutuhkan uang." Jawabnya dengan enteng.

"Dengar Lazel," kini Hyunji akan memulai ceramahnya lagi. "Perasaan bukanlah mainan, prinsip hidup bukan hanya pada uang, jangan mengambil tindakan yang menyimpang hanya demi keinginanmu, kelak, kau akan tahu rasanya hidup tanpa perasaan."

Setelah mengucapkan kalimat emas seperti biasa, Hyunji pergi meninggalkan Lazel dan membiarkan wanita itu berpikir atas tindakannya selama ini.

"Hahaha~" tawanya pelan. "Perasaan? Prinsip hidup bukanlah uang? Wahh~ luar biasa sekali pemikiran orang-orang."

"Apa aku harus membuka mata mereka dengan lebar, agar dapat melihat ke bawah..."

...◇• •◇...

"Hiks! Putriku akan pulang."

"Bisakah kau menginap disini hingga Hyunjae br*ngsek pulang?"

Saat ini sudah waktunya bagi Lazel untuk meninggalkan kediaman Ibu dan Ayah Mertuanya. Mereka pun ikut mengantar kepergian Lazel hingga depan Villa.

Mobil Bugatti tersebut sudah membuka pintunya.

Kedua Mertuanya begitu berharap pada dirinya untuk tidak pergi kemanapun. Tapi dirinya tidak bisa terus menggunakan dialog palsu untuk menjawab semua pertanyaan Mertuanya. Akan lebih baik jika ia kembali dan melakukan hal yang lebih penting.

"Ibu... Lazel itu memiliki kepentingan sendiri, mengapa Ibu melarangnya pergi?"

Ia menarik kerah Hyunji dengan ganas. "Hahh?? Apa kau mau melawan Ibumu ini?? Apa kau ingin kuhajar?" Ancam Nezra pada Anaknya sendiri.

"Hahaha~ aku akan datang di lain waktu." Sahut Lazel dengan senyuman cantiknya.

"Uh?? T-Tapi bawalah Hyunjae bersamamu." Pinta Adam dengan penuh harapan.

"..............." untuk sesaat ia terdiam lalu mengucapkan dialog yang ia pikirkan.

"Hm, tentu."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!