Hallo semuanya!!!
Salam kenal saya Big Noona, kalian bisa panggil aku Noona jika kalian mau atau mau panggil Big juga tak apa.
Ini karya pertama aku dengan nama pena Big Noona. Nama pena aku ganti karena memang udah merasa bosen aja dengan sebutan itu walaupun memang aku beberapa karya aku yang masih pakai nama pena yang lama.
Jika kalian berkenan dengan cerita aku kalian bisa kasih aku vote dan masuka cerita ini ke dalam rak buku kalian ya.
Jangan lupa share dan ajak teman-teman kalian untuk baca juga novel karya aku ini.
Di sini aku mau menjelaskan sedikit gambaran untuk cerita ini.
Jun itu adalah artis atau aktor yang lagi naik daun karena talentanya. Dia bisa melejit karena banyak fans yang mengangrunginya dan kebanyakan adalah perempuan yang memujanya sebagai nama lain Pangeran jun.
Lalu ada Gauri dia itu gadis permpuan yang masih duduk di bangku kelas satu SMA yang nge-fans banget sama Jun. Pokoknya segala hal yang berhubungan dengan Jun entah itu produk apapun dia pastikan untuk segera membelinya.
Di satu sisi lainnya kita nanti akan dipertemukan dengan seorang pria yang tampak sangat kalem banget.
Namanya Arion. Dia anak satu sekolah dengan Gauri yang paling populer di sekolah yang menurut desas desus kalau Arion ini si kakak kelas paling kece ini sangat sedang menyukai adik kelasnya di kelas X.C.
Uwah ini cerita bakalan rame banget deh aku akan cerita dengan bahasa yang gak terlalu kaku juga ya supaya bisa dimengerti dan terlihat enjoy aja.
So, buat kalian tunggu ceritanya ya..
Jangan lupa share ke temen dan sodara kalian tentang cerita ini.
Jun adalah seorang aktor yang sedang naik daun dan dia tergabung dalam sebuah grup bernama J-One. Namanya selalu dielu-elukan oleh para penggemarnya termasuk para wanita yang paling banyak menyukai dirinya.
Dia tak hanya ahli melakukan akting di depan kamera namun dia ahli dalam bidang tarik suara dan juga menari.
Sehingga membuat dirinya disukai banyak orang karena talenta yang dia miliki.
Mungkin sudah ratusan ribu umat manusia yang menyukai dirinya termasuk gadis yang bernama Gauri Kirania yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas kelas satu.
Dia sangat menggilai Jun. Apapun produk yang berhubungan dengan Jun dia pasti akan segera berusaha untuk membelinya.
Jika memang dia sedang tak punya uang saku maka dia akan melakukan pekerjaan paruh waktu demi mendapatkan hal itu. Walaupun tampak seperti fans fanatik dia tak pernah merengek pada kedua orangtuanya untuk meminta agar dibelikan apa yang dia mau.
“Gau, apa hari ini kamu mau ikut kita ke mall bareng?” tanya Lyra pada Gauri yang sedang berjalan sambil memperhatikan layar ponselnya.
Gauri menggelengkan kepalanya tanpa melihat ke arah Lyra sahabatnya itu.
“Asli nih gak mau?” tanyanya yang penasaran namun juga sedang berusaha untuk mengajak temannya yang satu ini untuk mau sesekali bisa berjalan bersama dengannnya dan juga teman-teman yang lainnya.
“Asli, memangnya kamu gak tahu jadwal aku hari ini? Aku kan harus pergi kerja paruh waktu sampe jam sepuluh malem di cafe!” jelas Gauri yang kini memilih untuk menyimpan ponselnya ke dalam saku jaket yang dia kenakan.
Lyra menggelengkan kepalanya.
“Kamu ini ya, kenapa sih susah banget buat diajak jalan bareng yang selalu ada di dunia nyata kamu itu kita sahabat-sahabat kamu bukan Jun yang selalu kamu puja-puja!” kata Lyra yang memang selalu merasa kesal dengan apa yang dilakukan Gauri hanya ada waktu untuk memihak pada kekasih halunya, Jun.
Tiba-tiba saja langkah kaki Gauri terhenti. Dia tak suka melihat dan juga mendengar ada yang meremehkan apa yang dia minati dan apa yang dia sukai. Pasalnya. Dia tak pernah mengatur apa yang orang lain sukai atau pun mengomentari apa yang orang lain minati.
Gauri menarik napas dalam-dalam.
“Huft ... Sudahlah!” katanya yang tak mau memperpanjang. Dia berjalan lebih cepat dari temannya, lyra.
***
Gauri pergi ke kafe di mana dirinya melakukan kerja paruh waktu untuk mengumpulkan uang hanya untuk dirinya sendiri dan juga untuk membeli barang-barang keperluan demi membeli barang yang berhubungan dengan idolanya tersebut.
Dia mulai bekerja dari membuat kopi hingga melayani pelanggan yang datang untuk dilayani dengan ramah dan baik.
“Wah kita kedatangan penyanyi loh!” seru salah satu teman Gauri yang baru saja kembali dari memberikan pesanan pada pelanggannya.
“Heum.“
“Kamu kok gitu aja sih gak ada antusiasnya sama sekali!” kesal Amel yang melihat Gauri hanya diam saja.
“Ya kan artis yang paling juga dia artis biasa aja yang datang ke kafe ini!” tutur Gauri yang fokus mencuci piring daan juga gelas-gelas kotor untuk nanti dia pakai lagi.
“Heum? Iya gitu? Tapi dia kalau gak salah yang ada di wallpaper hape kamu deh!”
“Ah?”
Mata Gauri langsung membulat dan juga menghentikan kegiatan mencuci piringnya. Dia segera mengelap kering tangannya yang basah dan segera ke depan meja kasir untuk memastikan apakah benar apa yang diucapkan oleh Amel ataukah hanya candaannya saja.
“Ah? Ju-Jun ... “
Seketika bibir Gauri langsung membeku dia segera mengeluarkan ponselnya dan mengarahkan kameranya ke arah wajah Jun yang memakai masker berwarna hitam dan juga topi untuk menutupi wajahnya.
Gauri berhasil mengambil beberapa gambar Jun di dalam potret kamera ponselnya. Melihat suasana cafe yang tak ramai pesanan karena semua pelanggan yang datang tampaknya lebih tertarik dengan kehadiran adanya Jun di dalam cafe dibanding dengan harus memesan kopi ataupun makanan di sana.
Gauri dengan sigap dia membawa buku miliknya dan juga pulpen untuk meminta tanda tangannya.
Namun sepertinya sangat sulit banyak sekali para pengunjung yang sebagian besarnya adalah fans atau penggemarnya Jun.
“Duh tolong kasih aku ruang untuk jalan! Aku juga mau minta tanda tangannya!” kata Gauri yang berusaha berjalan menelusuri para penggemar Jun demi satu buah tanda tangan sang idolanya.
“Duh tuh anak nekad banget sih! Ini ‘kan jam kerja!” resah Amel yang takut jika Gauri nanti akan ketahuan oleh bosnya kalau tak ada di dalam dapur dna malah sibuk dengan kegiatan mengejar idolanya.
Gauri tak mau kalah dengan penggemarnya Jun yang lainnya. Dia pun berusaha untuk menggapai meja Jun.
“Ah maaf ya saya masih harus melakukan pekerjaan yang lain mohon maaf telah membuat kegaduhan!” seru Jun yang tak sengaja berjalan dan menabrak Gauri yang sedang fokus pada pulpennya yang terjatuh ke lantai.
“Aw!!!” rintih Gauri yang terjatuh dengan bukunya yang terlempar ke arah kaki Jun.
Kaki Gauri terkilir dengan segera asisten Jun dia membantu Gauri untuk berdiri.
“Kamu gak apa-apa?” tanyanya yang sambil khawatir melihat ke arah kaki Gauri.
Gauri menggelengkan kepalanya.
“Aku tidak apa-apa!”
Namun, Jun terlihat sangat khawatir melihat penggemarnya yang terjatuh karenanya. Akan tetapi Jun langsung ditarik oleh manajernya agar segera naik ke mobilnya untuk menghindari serangan penggemarnya yang tambah banyak dan juga mungkin nanti akan membuat pemberitaan yang lain-lain tentang dirinya.
Jun berjalan mengikuti arahan manajernya sampai ke mobilnya.
“Gadis itu bagaimana?” tanya Jun yang khawatir akan keadaan kaki Gauri yang dia tabrak tadi cukup keras.
“Sudahlah! Dia pasti hanya sedikit terkilir saja dalam waktu dua minggu saja dia akan sembuh. Lagi pula Vicky sedang mengurusinya!” kata manajernya yang memiliki kesan acuh terhadap semua penggemar yang menyukai Jun.
Di dalam lingkungan penggemar Jun memang manajer Jun terkenal dengan sifatnya yang tak pernah bisa ramah pada semua penggemar Jun entah apa alasannya.
“Kak, bisakah kamu tak selalu melakukan ini? Aku ini public figure dan aku juga harus peduli dengan penggemarku!” kesal Jun yang sudah berulangkali dirinya mendapati akan sikap manajernya yang tidak lain adalah kakak kandungnya Jun sendiri.
“Mereka ‘kan tak pernah diminta seperti itu olehmu ataupun oleh kita. Itu hanya naluri mereka saja yang memang suka padamu tak ada hubungannya denganmu!” acuh Kakaknya yang bernama Alice.
“Kak! Sudah berapa kali aku katakan, jika tanpa mereka aku tak mungkin bisa ada di sini. Kakak pun tak mungkin bisa membuatku sebesar ini tanpa adanya dukungan para penggemarku!” bentak Jun yang tak suka dengan ucapan dari kalimat yang dilontarkan oleh kakaknya tersebut.
Jun akhirnya hanya memilih diam saja daripada harus beradu mulut dengan kakaknya yang memang sudah keras hati sejak awal dirinya mulai debut dan mulai memiliki penggemar dari jumlah sedikit dengan jumlah sebanyak sekarang ini hingga membuatnya dikenal di seluruh penjuru kota.
Hari sudah malam.
Gauri baru saja selesai dari pekerjaan paruh waktunya. Dia berjalan menyusuri trotoar untuk menuju sebuah halte bus yang jaraknya tak terlalu jauh dari tempat dirinya bekerja.
Dengan kepala yang tertunduk menatap kakinya tertatih-tatih menahan rasa sakit karena terjatuh tadi. Dimana dirinya tak sengaja tertabrak oleh Jun yang terburu-buru meninggalkan cafe karena suasana yang sudah sangat ramai.
“Untung saja Jun yang menabrakku! Jika bukan aku pasti sudah akan meminta ganti rugi!” gerutunya sepanjang jalan menuju halte bus yang sudah terlihat hanya tinggal beberapa meter saja.
Wajahnya sesekali terlihat meringis demi menahan rasa sakit.
“Ah ...”
Gauri terduduk di sebuah kursi panjang di halte bus yang terlihat sepi tak biasanya. Entah kenapa malam ini sangat sepi tak seramai seperti hari-hari kemarin.
Tangannya mengurut-ngurut betis kakinya yang terasa sakit agar berkurang rasa sakit yang dia rasakan dengan kaki yang berselonjor ke arah jalan tempat biasa orang-orang berlalu lalang.
Dari arah lain terlihat ada seorang pria berpakaian hoodie hitam dengan topi yang juga berwarna hitam di kepalanya sedang berlari ke arahnya.
Bruk!!!
Tak sengaja kaki Gauri ternyata membuat pria yang sedang berlari itu tersandung oleh kakinya.
“Aw ... “ jerit Gauri yang merasakan sakit yang semakin menjadi.
Pria yang tadi pun terjatuuh di depan Gauri.
"Ah? Ma-maafkan aku!" kata Gauri yang berusaha untuk berdiri karena merasa bersalah telah membuat orang asing terjatuh karena dirinya yang tak fokus dan seenaknya menjulurkan kaki di mana saja.
Pria itu tak menggrubris Gauri sama sekali. Dia segera berdiri dengan wajah yang ketakutan sambil memegangi kedua belah pundak Gauri yang kemudian malah mencium bibir Gauri tanpa permisi.
Itu dia lakukan demi menyembunyikan wajahnya dari dua orang pria bertubuh besar yang sedang mengincarnya saat ini.
“Hm?”
Gauri tak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya membulatkan kedua kelopak matanya ketika dia menyadari jika bibir yang menempel di atas bibirnya adalah bibir milik Jun. Idolanya yang tadi siang baru saja menabrak dirinya hingga terkilir dan masih terasa sakit sampai saat ini.
Gauri memandang ke arah wajah Jun yang tampak polos memejamkan kedua matanya sambil menempelkan bibirnya di atas bibir miliknya.
‘Ada apa ini? Apa aku tidak salah?’ katanya di dalam pikirannya yang sedang kebingungan karena seperti tengah berada di dalam sebuah adegan drama yang selalu dia tonton. Seorang pria yang selalu mencium tokoh wanitanya tiba-tiba ketika hendak menyatakan cintanya.
“Ah, hah ... maafkan aku!” katanya ketika usai mencium bibir Gauri sambil mengatur napas.
“Ka-kamu? Bukankah kamu ...” nada bicara Gauri menjadi terbata-bata dengan jari telunjuk yang mengarah ke arah wajah Jun yang sedang menatap penuh peluh juga dengan deru napas yang sedang dia atur.
Tatapan matanya membuat hati dan jantung Gauri dapat terhenti untuk waktu beberapa detik saja.
“Maafkan aku!” katanya lagi yang terlihat merasa bersalah karena mencium sembarangan seorang wanita demi melindungi dirinya sendiri.
Wajah Gauri seketika menjadi memerah. Dia sama sekali tak marah padahal bibirnya telah dicium oleh Jun. Seorang pria yang baru saja dia temui.
Ketika itu terlihat lagi dua orang pria yang sedang mencari Jun. Dengan segera Gauri menarik Jun ke arah pelukannya. Sontak hal itu membuat Jun terkejut.
“Bukankah kamu sedang dikejar orang!” kata Gauri yang membisik di telinga Jun dengan wajah yang terkejut berada di pundaknya.
“Ah? Iya benar!”
“tenanglah! Dia sepertinya sudah pergi!” kata Gauri yang masih memeluk Jun.
“Maaf!” kata Jun yang berusaha melepaskan pelukan Gauri dari tubuhnya.
“Iya!” kata Gauri yang canggung dibuatnya.
Untuk waktu beberapa menit keadaan menjadi sangat kaku dan juga menjadi tampak kaku. Di mana teringatnya kejadian ciuman dadakan yang dilakukan oleh Jun pada Gauri juga pelukan yang tampak sangat nyaman di tubuh Jun ketika du orang pria sedang mencari Jun.
“Ah, kenalkan aku Gauri!” kata Gauri yang memecahkakn suasana kaku itu dengan sebuah senyuman yang hangat sambil menjulurkan tangannya pada Jun untuk dijabanya.
Jun menatapnya dengan tatapan segan.
“Ah iya!” sahut Jun yang langsung menjaba tangan Gauri dia menggoyangkannya sedikit dan kembali duduk dengn tegang.
“Kamu kenapa bisa ada di sini? Bukankah tadi kamu dengan timu?” tanya Gauri yang merasa penasaran hal apa yang dilakukan oleh seorang Jun di malam-malam seperti ini. Padahal dia sendiri adalah seorang Idola yang sedang sibuk dengan jadwal padatnya di sana sini.
“Aku tadi terpisah dengan timku!” jawabnya dengan sangat singkat.
“Ah!”
Gauri menoleh ke arah Jun. Matanya turun ke arah kaki Jun, ternyata tak menggunakan sepatu. Dia hanya menggunakan sandal hotel dicuaca yang agak dingin seperti ini.
“Apa kamu lari dari hotel?” tanya Gauri yang hanya menebak saja. Dia menebak karena melihat tulisan yang ada di sandal yang dikenakan oleh Jun. Bertuliskan Napolly Hotel.
“Ah? Bagaimana kamu tahu?” kaget Jun yang merasa Gauri bisa tahu jika dirinya melarikan diri dari mana.
“Sandal yang kamu pakai, itukan tulisannya Napolly hotel!” kata Gauri sambil menunjukannya dengan jari telunjuknya.
“Sepertinya orang-orang tadi sudah pergi. Apa tidak sebaiknya kamu kembali ke hotel?” tanya Gauri yang merasa kasihan pada Jun seperti seorang anak yang tersesat dimalam hari.
Jun tersenyum tipis. Hal itu membuat jantung Gauri diam-diam bergetar. Bagaimana mungkin ada seorang penggemar yang tak bergetar hatinya ketika berada di samping idolanya. Terlebih lagi idolanya sedang berbincang santai dengannya.
Rasanya sangat ingin teriak saat ini juga namun apa daya dia juga harus menjaga imejnya di depan idolanya yang ternyata baru dia sadari jika Jun lebih tampan dari aslinya dari pada di dalam layar.
“Aku tak membawa ponsel juga dompet semua barang ada pada Vicky asistenku!” terang Jun yang merasa malu padahal dirinya adalah seorang idola yang sedang naik daun. Namun di depan penggemarnya dia malah terlihat sangat miskin.
“Oh, ya sudah apa kamu ingat nomor telepon asistenmu apa manajermu? Ini aku pimjamkan ponsel!” kata Gauri yang dengan senang hati dia langsung memberikan ponsel miliknya pada Jun.
Jun menoleh ke arah Gauri yang terlihat sedang tersenyum ramah padanya. Entah kenapa ada kehangatan di dalam senyuman yang dikembangkan oleh Gauri.
“Ayolah! Mungkin saat ini mereka sedang mengkhawatirkanmu!” kata Gauri yang sekali lagi memaksa agar Jun segera menghubungi siapa saja dari timnya.
Dengan segera Jun pun langsung meraih ponsel milik Gauri. Terlihat sebuah desain yang dibaut sendiri. Dengan tema seorang perempuan yang sangat feminim. Bertemakan warna merah muda juga memiliki bulatan berwarna silver bersinar disetiap sudutnya. Juga terdapat sebuah gambar beruang lucu di sudut belakang ponsel dekat kamera yang terdapat tiga buah.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!