NovelToon NovelToon

Diary Sherry

Tokoh

SHERRY :

Gadis dengan sikap cuek bebeknya. Tapi jadi perhatian dan baik bila ada seorang temen yang kesusahan. Berperawakan sedang tapi kuat. Dia bukan karateka asli hanya saja tubuhnya sudah di latih sejak kecil oleh seorang ahli. Karena dulu ayahnya adalah karateka sabuk hitam.

Sherry bukan gadis tomboy tetapi gadis yang tangguh. Penampilan sehari harinya tetap terlihat seperti gadis biasa yang manis.

ASKA :

Menurutnya sherry adalah orang yang memberi inspirasi menjadi kuat. Dia seorang berandal pintar dan ganteng. Sherry cukup berbangga dengan prestasi akademik adiknya itu. Dia satu sekolah dengan Sherry.

Karena umurnya beda 1 tahun saja dengan Sherry, Aska enggak pernah mau memanggilnya kakak. Padahal ibu sudah sering memberi tahu.

"Aska, panggilah dia kakak. Tidak baik kalau didengar orang" Aska memang mengiyakan. Tapi prakteknya tidak dia lakukan. Karena Sherry tidak seperti kakak, dia lebih tampak sebagai teman.

Kadang Sherry tiba-tiba muncul di arena perkelahian Aska. Dan ini sangat membuat Aska kesal. Walaupun sudah memakai masker mulut dan sebagainya demi menutupi identitasnya, Aska tahu itu saudaranya. Dia paham kakaknya adalah petarung tangguh tapi dia adalah perempuan. Aska harus berjuang lebih keras demi melindungi dia.

"Bisa enggak sih kau bersikap normal seperti cewek pada umumnya?!" teriak Aska kesal bila mendapati Sherry muncul di tengah pertarungan.

"Aku sudah cukup normal dengan memakai rok sekolah," ujar Sherry cuek.

Meski sering beradu mulut mereka adalah dua saudara yang akur dan sangat dekat.

Sejak ayah meninggal mereka tinggal bertiga dengan ibunya yang berbisnis catering. Dan di rumah juga ada mbk inah yang sejak dulu kerja di sini. Dia membantu ibu dalam bisnis cateringnya. Sherry juga sering kerja sambilan untuk menambah uang saku. Itu dilakukannya dengan sembunyi-sembunyi. Karena kalau ibu tahu bisa heboh rumah. Dan ibu akan memotong uang jajan karena merasa Sherry sudah cukup mempunyai uang untuk jajan. Dan ini malapetaka bagi Sherry.

VERMOUTH :

Puteri keluarga kaya yang di tinggal ibunya sejak kecil. Ibunya meninggal setelah melahirkannya. Dia di asuh Bu Sarah yang selalu setia kepada keluarga Hendarto. Tubuh Vermouth lemah dan sering sakit. Dia gadis yang baik tapi penakut dan kurang percaya diri. Sekarang ayahnya menikah lagi dengan Nyonya Julia yang baik hanya di depan suaminya. Sungguh di sayangkan. Wajahnya cantik tapi hatinya buruk.

Vermouth sering di ganggu ibu tirinya. Semua penghuni rumah paham kecuali Hendarto dan sekretarisnya. Bahkan tak jarang para pelayan selalu membantu nona muda itu untuk sembunyi dari amukan ibu tiri.

Mereka bisa saja memberitahu semua kelakuan ibu tiri kepada Tuan besarnya. Tapi wanita licik itu selalu mempunyai alasan yang enggak bisa memperkuat laporan pelayan yang membela Vermouth. Dengan sikap Vermouth yang penakut dan tidak membantah memudahkan Ibu tiri menyuruhnya bermacam-macam pekerjaan. Vermouth selalu melakukannya.

Vermouth tahu ayahnya sangat mencintai istrinya maka dari itu dia selalu diam tanpa memberitahu kelakuan ibu tirinya. Dia berusaha menjadi anak baik bagi Ayahnya. Sering Elda (pelayan yang khusus mengurusi keperluannya Vermouth) mendengar nona muda itu menangis di dalam kamarnya. Sebenarnya dia sangat terluka oleh perlakuan ibu tirinya tapi dia berusaha tampak baik-baik saja. Hal ini membuat semua pelayan iba. Kecuali pelayan bernama Lola yang memihak Nyonya Julia.

RELLY :

Cowok yang di sukai Vermouth. Tapi Relly hanya menganggapnya teman tak lebih. Meski tak pernah merespon kebaikan Vermouth, dia juga tak pernah jengkel dengan sikap Vermouth yang sering kikuk dan salah tingkah. Hampir setiap hari dia menangkap basah cewek yang sebenarnya cantik itu memandanginya dengan penuh cinta. Lalu dengan wajah memerah Vermouth berpaling muka. Dia hanya merespon dengan diam semua tingkah Vermouth.

HANSEL

DANIEL

Kamar yang asing

...Promo novel :...

Sherry mencoba membuka mata perlahan. Walaupun jendela masih menutup, dia yakin ini sudah siang. Sayup-sayup terdengar seseorang di luar mengetuk pintu.

Itu mungkin Ibu, kalau enggak Aska. Tapi kalau sudah siang seperti ini enggak mungkin si Aska. Anak itu pasti sudah berangkat sekolah. Ya, dia kan masih kelas 1 SMA. Walaupun tubuhnya besar, adik laki-laki ku itu masih kelas 1.

Benar, sekolah! Apa yang sedang ku lakukan? Kalau Aska sudah berangkat, bukankah aku juga harusnya berangkat sekolah. Mengapa aku masih dengan santai tetap di atas tempat tidur. Aarggh! Tubuhku terasa sakit saat di gerakkan. Ada apa ini?

Semua tampak asing. Dinding dan langit-langit kamar berwarna mint. Cukup lama Sherry memandang langit-langit kamar. Untuk ukuran kamar, ruangan ini sangat besar. Lebih besar daripada ruang tamu di rumah.

Kepalanya bergerak melihat ke samping. Perabotan dan pernak-pernik yang sangat tidak di kenal.

Terlalu mewah untuk kamar ku. Ini bukan kamarku. Ini bukan rumahku. Aku tidak sedang ada di atas tempat tidurku. Kasur ini sangat empuk dan berkualitas tinggi. Aku benar-benar berada di kamar orang lain. Dimana ini?

tok!tok!

Pintu kamar di ketuk. Seorang perempuan berumur dua puluh dua tahun masuk membawakan makanan.

"Nona Ve, ini buburnya." Sherry menatapnya dengan heran.

Gadis ini tidak bisa mengeluarkan suara karena tenggorokannya terasa sakit. Perempuan itu meletakkan mangkuk bubur di atas nakas warna merah muda yang sangat soft. Lalu membuka tirai yang masih menutupi jendela.

Srekk!

Cahaya matahari masuk. Sherry menyipitkan mata menahan sinar matahari yang silau. Lalu perempuan itu keluar kamar tanpa berbicara lagi.

Apa-apaan ini?

Sherry mencoba menggerakkan badan lagi. Setelah berusaha, akhirnya dia bisa bangkit dari tempat tidur yang sangat empuk. Tangannya meraih bingkai foto di samping mangkok bubur.

Foto siapa ini?

Sherry mengamati foto seorang gadis. Rambutnya panjang dan indah tergerai. Terlihat seperti terawat. Sayang gadis itu seperti kekurangan aura positif. Wajahnya cantik tapi terlihat lesu dan lemah.

Deg! Saat dia tak sengaja berdiri di depan kaca rias, dadanya bergemuruh kencang. Tubuhnya menggigil dan gemetar. Matanya nanar karena sangat terkejut. Napasnya tersengal-sengal

Bruk! Sherry jatuh terduduk di lantai sambil memegangi wajahnya.

Tidak! Tidak mungkin!

Masih terduduk di atas lantai kamar, Sherry meraba-raba wajahnya. Lalu mencoba berdiri dengan berpegangan pada kursi. Kembali berkaca. lagi-lagi wajah itu muncul. Wajah yang tidak di kenalnya. Wajah yang asing.

Itu bukan aku! Itu bukan wajahku!Ada apa ini? Apa yang sedang terjadi?

Sherry menjadi pucat dan pingsan.

Sherry terbangun karena aroma obat. Di sebelahnya ada seorang bibi yang lebih tua dari perempuan yang membawakan mangkok bubur tadi. Dia menatap Sherry dengan cemas.

"Kamu sudah bangun?" tanya beliau lembut dan penuh perhatian. Sherry hanya mengangguk. Entah kenapa Sherry merasa harus mengangguk. Bibi itu terlihat baik.

Sherry merasakan kerongkongannya kering.

"Aku haus." Sherry mencoba duduk, Bibi itu mencoba membantunya. Lalu Beliau menuang air dan memberikannya ke Sherry. Setelah selesai, gadis ini menyodorkannya kembali.

"Bibi siapa?" tanya Sherry serak dan wajah yang lesu tanpa ragu. Dengan wajah tenang dan damai beliau menatap Sherry. Meskipun ditanya pertanyaan aneh, beliau tidak terkejut atau marah. Justru tersenyum hangat.

"Aku yang mengasuhmu sejak kecil." Tangannya terulur memijat tangan dan lengan Sherry pelan.

"Aku tidak ingat."

Bagaimana bisa ingat, semua inikan bukan milikku. Bahkan tubuh ini...

Sherry melihat ke arah tubuhnya sendiri dengan gundah dan heran.

"Tidak apa-apa. Suatu hari juga akan ingat."

"Aku juga bukan Vermouth."

"Hemm..." Bibi manggut-manggut. Sherry merasa aneh. Kenapa Bibi ini tidak peduli dengan kata-katanya. Padahal Sherry sudah berkata yang tidak masuk di akal.

Apa karena tidak masuk akal jadi bibi itu justru tidak mempercayai perkataan mulut ini. Aku harus ngomong apa ya, untuk memberi tahu kalau aku bukan Vermouth.

"Kamu harus makan banyak. Minum obat teratur. Jangan berpikiran macam-macam. Kalau lelah tidurlah lagi...." Beliau memberi nasihat panjang.

"Berarti Bibi bukan ibuku?"

"Hemm."

"Lalu, dimana ibuku?" Kali ini Bibi terdiam sejenak. Dan mulai memandang Sherry.

"Sepertinya kamu harus banyak istirahat. Ayo tidur lagi...." Bibi tak berniat menjawab. Tangannya menyelimuti dan menepuk-nepuk pelan kepala Sherry. Berharap gadis itu tertidur. Seperti menidurkan bayi.

Setelah memastikan gadis ini tidur, Bibi keluar kamar. Sherry membuka mata. Dia sengaja berpura-pura tidur tadi. Kalau tidak begitu, Sherry tidak bisa bergerak leluasa.

Hh.... apa-apaan ini? Mengapa bisa tubuhku menjadi sempurna seperti ini. Rambut sangat lurus. Wajah cantik. Kulit putih bersih. Aku harus membaca keadaanku sekarang. Siapa Vermouth ini?

Dengan langkah tertatih-tatih Sherry melangkah. Menyusuri kamar dengan berpegangan pada dinding dan perabot. Entah kenapa Sherry merasakan tubuhnya sangat lemah. Pusing dan mual.

Namun Sherry tetap berjalan meski sempoyongan. Meneliti dan mencermati semua benda yang bisa memberi petunjuk. Ternyata semua buku-buku cerita anak-anak. Cinderella, Little Mermaid, Pinokio, Alladin, dan masih banyak yang lain.

Kenapa masih menyimpan buku seperti ini? Pasti dia juga suka membaca seperti aku. Bedanya di rumah banyak komik. Karena enggak bisa beli yang baru, terpaksa belinya di pasar loak karena sangat murah. Asli pula. Novel yang ada hanya satu; 'sherlock holmes'. Itu pun di kasih pemilik cafe tempat aku kerja sambilan.

Sherry mengambil salah satu buku yang berjudul, 'Cinderella'. Cerita dongeng yang fenomenal. Semua orang tahu kisah sepatu kaca itu.

Juga ada The little Mermaid. Kisah putri duyung yang mengorbankan suara emasnya supaya bisa mendapatkan kaki. Semuanya demi bertemu dengan lelaki yang di cintainya. Sherry mencibir senang. Walaupun sudah sebesar ini Sherry kadang masih suka bacaan yang berbau dongeng. Kadang berpikir... "Seandainya aku juga mengalami cerita dongeng seperti ini"

Mungkin keinginanku dikabulkan. Sepertinya dongeng sudah menghampiriku. Benar! Tubuh ini adalah bukti dongeng sudah menghampiriku, tapi siapa yang percaya. Kalau ada yang percaya pasti mereka gila sepertiku.

Bukankah sebelumnya aku sedang menolong seseorang? Bagaimana kelanjutan cerita itu? Mengapa cerita berubah seperti ini?

Tubuh Sherry melemah. Bruk! Sherry menjatuhkan dirinya ke lantai. Duduk sambil bersandar tembok.

Tubuh ini penyakitan....

Lalu ia coba meluruskan kakinya. Ada rasa nyeri di pipi sebelah kanan. Rupanya ada goresan luka yang masih baru. Mungkin luka karena kecelakaan itu.

Ingatannya kembali ke waktu itu. Tak terasa air matanya meleleh. Ingat rumah, Ibu dan juga Aska. Sherry menarik kakinya dan menekuk. Memeluk kakinya dengan kedua tangan dan mulai menangis.

Ibu ...

Aska ...

Aku ingin bertemu dengan kalian.

B.e.r.s.a.m.b.u.n.g

Buku diary

...(Aku Sherry. Gadis yang mengalami sebuah takdir aneh. Jiwaku tertukar dengan seorang gadis lain. Saat ini jiwaku sedang terperangkap dalam tubuh seorang gadis bernama, Vermouth. )...

.......

.......

.......

Karena belum pulih, Sherry hanya berada kamar. Waktu ini dia gunakan untuk mencari petunjuk. Coba mempelajari barang milik tubuhnya yang mungkin bisa membantunya. Hh... Sherry merasa lelah dan lemas, karena itu dia merebahkan diri di kursi.

Kalau aku berada dalam tubuh ini, bisa saja jiwa Vermouth juga berada dalam tubuhku. Bukankah biasanya seperti itu?

Karena berpikir terlalu keras Sherry merasa pusing. Otaknya tidak mampu di ajak berpikir.

Tubuh ini sangat lemah. Tidak berdaya. Dia butuh banyak asupan gizi. Bukankah dia orang kaya? Kenapa bisa kekurangan gizi?

Sherry mengernyit. Melihat ada sebuah buku tanpa judul di antara buku cerita dongeng.

Bukankah aku sudah menyusuri rak itu. Oh, karena tidak mempunyai judul aku sengaja melewatkannya. Sebentar lagi deh aku merasa sangat capek...

Setelah beberapa menit Sherry berdiri dan mendekati rak buku. Mengambil buku berwarna mint seperti dinding kamar. Lalu membawanya ke sofa. Membuka halaman pertama. Ternyata itu bukan buku dongeng melainkan buku diary Vermouth. Semuanya tentang penghuni rumah ini ada di rumah ini. Sherry mulai paham keadaaan rumah ini. Juga orang-orangnya. Sherry terlelap di atas sofa dengan buku diary di tangannya

Entah sudah berapa hari Sherry berada dalam tubuh Vermouth. Karena tubuhnya masih lemah Sherry baru bisa jalan tanpa sempoyongan hari ini. Sherry membuka pintu kamar untuk pertama kalinya. Mencoba keluar kamar dengan tubuh barunya.

Ternyata kamar ada di lantai 2. Interior rumah ini rupanya mengusung tipe transisional. Dimana tipe interior yang menggabungkan dua gaya modern dan tradisional. Sherry turun melewati tangga langsung menuju ruang tengah. Ada seorang nyonya cantik di depan meja telepon. Dia sedang berbincang dengan riangnya. Melihat Sherry keluar, dia menoleh. Melihat sekilas dan kembali berbincang.

"Sepertinya kau sudah sehat," kata nyonya tadi angkuh. Melihat sikapnya yang seperti tuan rumah berarti dia nyonya muda. Istri kedua papa Vermouth. Alias Ibu Tiri. Benar juga. Di buku diary Vermouth tertulis : Dia sudah seperti nyonya besar yang hidup lama di rumah ini.

"Ya."

"Segeralah berangkat ke sekolah. Jangan buang buang uang papa dengan bolos lama," bibir itu mengucapkan kalimat itu dengan sangat menyebalkan.

Hah?

Buang buang uang dia bilang. Bolos?Bukannya kemarin tubuh ini sedang dalam kondisi tidak fit? Karena aku merasa selalu mual dan ingin muntah. Juga pusing sering menyerang. Dan lagi Vermouth hampir mati tau!

"Ya," jawab Sherry singkat.

Wajah cantik jadi percuma karena mulut seperti itu. Sherry coba mencari kamar mandi. Karena enggak mungkin menanyakan dimana kamar mandi di dalam rumah sendiri. Celingukan ke kanan kiri.

"Nona Ve mau ke kamar mandi?" tanya Bibi Sarah yang tiba-tiba muncul di belakang. Jelas membuat Sherry kaget dan gugup.  Jadi dia mengangguk saja. Walaupun sebenarnya tidak ingin ke kamar mandi hanya ingin tahu saja. Bibi Sarah membimbing Sherry tanpa bertanya.

Setelah selesai dari kamar mandi Sherry kembali berkelana mencari dapur. Dengan mengikuti aroma masakan yang mengudara akhirnya bisa menemukan dapur. Di dapur ada 2 pelayan bernama Ijah dan Elda.

"Nona sudah baikan?" tanya Ijah. Sherry tersenyum.

"Iya wajah Nona sudah tidak pucat lagi. Tapi masih harus gemukin badan," kata Elda.

Benar. Tapi kalian kan tiap hari kasih aku bubur. Mana bisa gemuk..

"Nona mau makan apa?" tanya Ijah lagi

"Tidak. Aku masih merasa kenyang dengan bubur." Wajah pelayan itu kecewa dan sedih.

Yang enggak mau makan itu aku. Kenapa dia jadi yang sedih. Lagian ngasih bubur doang mana berselera makan.

"Ayam pedas, deh!" jawab Sherry asal.

"Benar nona minta ayam pedas?" Ijah merasa tidak yakin.

"I-iya..."

"Waahhhh ... Nona ... Akhirnya...." Sungguh respon yang sangat di luar dugaan. Sherry mengerjapkan mata bingung. Wajah pelayan itu terharu.

Hah?! Terharu??? Mengapa kata ayam pedas bisa membuat dia terharu.

"Elda... Nona Vermouth minta di buatkan ayam pedas. Itu suatu kehormatan bagi saya." Elda tersenyum.

What?! Bisa membuatkan tubuh ini ayam pedas adalah suatu kehormatan? Menakjubkan. Wahai pemilik tubuh, kau benar-benar seorang putri.

Sherry akhirnya ikutan tersenyum melihat tingkah pelayan itu.

Seandainya keajaiban ini ada di rumahku. Di rumah, Ibu bisa mendelik marah bila aku minta ini itu saat mau makan. Atau ibu bakal diam pura-pura tidak tahu dan mulai membereskan makanan yang ada di meja. Semuanya di letakkan dalam bufet makanan dan di kunci. Biar aku merasakan rasanya tidak makan.

Ah Ibu ... aku jadi kangen. Gimana kabar Ibu? Apa Ibu juga memikirkanku?

Sherry hendak meneteskan air mata kalau tidak cepat sadar dia ada dimana sekarang. Dan setelah menunggu akhirnya ayam pedas itu muncul. Bagai bintang utama, dia sangat mencolok di mata. Sherry hampir meneteskan air liur saat masakan itu di hidangkan di atas meja makan. Sherry hendak mengajak Bi Sarah makan bareng tapi Beliau tidak ada di situ. Dan Elda juga sudah pergi.

"Dan... I-jah." Sherry terbata mengeja nama pelayan muda yang memasak tadi. Sherry sempat lupa nama pelayan itu. Dan ini semua karena kerja kerasnya belajar dari diary tubuh yang di tinggalinya. Sherry mencoba mengenal penghuni rumah besar ini dari sana. Diary itu seperti jurnal. Hampir semua kegiatan Vermouth tertulis disana. Gadis itu cukup tertutup dalam kehidupannya. Dan itu semua dia tuangkan dalam buku.

"Ayo kita makan bareng Ijah," ajak Sherry ramah.

"Tidak Nona. Terima kasih. Saya tidak boleh makan disini," tolak Ijah dengan sopan.

"Kenapa?" tanya Sherry polos. Ijah heran. Kemudian Sherry sadar Ijah menatapnya heran. "Oh, pasti karena itu ya...," kata Sherry sok tahu. "Sudahlah tidak apa-apa. Pasti kamu jadi lapar juga kan, melihat ayam pedas ini?" goda Sherry sedikit memaksa.

"Tidak Nona, terima kasih. Melihat Nona makan dengan lahap saja saya sudah kenyang..." ujar Ijah tulus.

"Tidak ada manusia bisa kenyang hanya dengan melihat. Ayo sini..." Sherry menarik lengan Ijah supaya duduk. Karena di tarik paksa Ijah menurut.

"Nih, kamu bisa ambil sendiri nasi dan ayamnya." Sherry meletakkan piring di depan Ijah. Akhirnya dengan paksaan dia ikut makan juga. Sepertinya masakannya sangat lezat. Buktinya Sherry sudah menghabiskan tiga potong ayam pedas dengan ukuran sedang.

Aku harus makan banyak kalau memang harus berada dalam tubuh ini. Aku harus menyehatkan tubuh lemah ini dulu supaya tidak tumbang saat berjuang. Walaupun ada buku diary Vermouth, tidak tahu karakter dan watak apalagi yang akan muncul kedepannya. Meskipun si Vermouth ini orang tertutup dan kurang bersosialisasi bisa saja dia punya suatu hal yang tidak dia tulis dalam buku diary.

Saat mereka asyik makan. Pintu ruang makan terbuka. Ibu tiri masuk dengan wajah murka.

"Ada apa ini?!" tanya Nyonya Julia berang.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!