NovelToon NovelToon

Bukan Salah Mereka

1.Prolog

Tangga eskalator tak hentinya berputar mengantarkan sejumlah manusia dari lantai satu ke lantai berikut di atasnya. Begitu juga sebaliknya.

Ada yang berkelompok ada yang sendiri saja. Ada yang sedang bersenda gurau, tapi ada juga yang diam tak bergeming di barisan pinggir seorang diri tentunya.

Sebagian bergandengan tangan karena sepertinya mereka adalah pasangan yang sedang berkencan atau sekedar jalan-jalan. Tapi, ada juga yang menggenggam tangannya sendiri karena dapat dipastikan dia datang tanpa teman.

Hembusan AC central menyejukkan udara yang mulai panas di area JM Mall yang selalu lebih padat pengunjung saat weekend.

Seorang wanita muda mematung tak bergeming ditempatnya. Raut wajahnya seperti adonan gado-gado alias campur aduk macam-macam isinya, tapi tetap cantik dan sedap dipandang mata, juga nikmat pastinya buat yang memiliki kesempatan untuk bisa mendapatkan dirinya.

Matanya menerawang jauh, mengikuti langkah kaki seseorang yang membawa punggungnya semakin tak terlihat dan lambat laun menghilang. Tangannya basah, berkeringat dingin menjadi pelengkap bibirnya yang mulai gemetar.

Hatinya yang sempat menghangat beberapa bulan terakhir ini seketika menjadi dingin lagi. Bagai daging beku yang sedang diiris tipis-tipis oleh tajamnya pisau. Benar-benar menghancurkannya menjadi helaian yang tak tak dapat lagi bersatu.

Kondisi psikis seseorang yang sudah lazim jika tiba-tiba akan menimbulkan genangan air bening di pelupuk matanya. Mata birunya yang sangat mempesona itu jadi berkaca-kaca.

B*jingan.....!!!

"Mama...." seru suara kanak-kanak yang sedang menarik-narik ujung dress branded limited edition yang dikenakan wanita yang dia panggil mama.

"Mama, kamu baik-baik saja?" panggilan itu berulang karena wanita yang dia panggil mama itu tak menyahut juga.

Wanita cantik itu memalingkan wajahnya ke kiri, mencoba mengkondisikan emosinya sebelum menjawab panggilan si gadis mungil cantik jelita yang sedari tadi memanggil namanya.

"Mama baik-baik saja..." dia berbohong. Jemarinya yang putih ramping merogoh benda kotak pipih yang dia simpan di dalam tas kulit buaya favoritnya.

"Ma, boleh aku ke sana?" gadis kecil itu menunjuk satu gerai alat musik yang tak jauh dari tempatnya berada sekarang.

Wanita itu mengangguk dan mengibaskan tangannya pertanda ijin sudah dia berikan. Si gadis kecil segera berjalan, setengah berlari kemudian melambat begitu sampai di depan pintu gerai yang ditunjuknya tadi.

Langkahnya perlahan menyusuri barisan alat musik yang berjajar rapi di rak pajangan. Matanya yang indah berbinar takjub memperhatikan pemilik gerai yang sedang menyetel senar sebuah gitar sambil memetiknya sesekali sampai dirasa pas seperti yang dia inginkan.

"Kamu mau membelinya?" celetuk seseorang yang ternyata sudah dari tadi berada di sampingnya.

Gadis kecil itu menggelengkan kepalanya perlahan.

"Tidak..." jawabnya tanpa menolehkan wajahnya.

"Lalu kenapa kamu menatapnya seperti ingin melahapnya saja?" tanyanya lagi.

"Aku hanya sedang teringat seseorang. Kakak yang pandai memetik senar gitarnya..." Gadis itu tersenyum dan menolehkan wajahnya.

Cantik sekali....gleg....

Seorang pria kecil berusia 10 tahun itu langsung meneguk liurnya terpesona. Seperti baru saja melihat peri cantik tak bersayap yang sedang mengumbar senyuman ke arahnya.

"Sepertinya wajahmu tak asing..?" gadis itu mendekatkan wajahnya.

Matanya yang ternyata berwarna biru itu menelusuri seluruh permukaan wajah lawan bicaranya.

"Mungkin kamu salah orang. Aku hanya berkunjung, bukan asli orang sini." bantahnya sambil menarik diri agak mundur. Terus terang dia jadi agak grogi.

"Tapi mirip....??" dia mengerjapkan matanya mencoba meyakinkan dirinya.

Kaki mungilnya maju satu langkah ke depan. Dia mendongakkan wajahnya yang cantik turunan Ibunya yang disempurnakan wajah tampan Ayahnya. Perpaduan khas Indo - Eropa.

Matanya yang biru menatap lekat pria kecil yang tingginya jauh di atas kepalanya. Rasa ingin tahu anak kecil berusia 5 tahun ini ternyata luar biasa.

"Kamu salah orang...."

"Auuuchhhhhh......" gadis kecil itu menggosok dahinya yang baru saja kena sentilan maut ibu jari dan telunjuk lawan bicaranya.

"Aku bisa memainkannya kalau kamu bersedia mendengarkan"

"Oiya..?" matanya berbinar penuh semangat.

"Tapi mungkin kamu akan langsung jatuh cinta jika mendengar suara petikan gitarku. Apa kamu bersedia?" pria kecil ini rupanya kerasukan jin entah setan jenis apa sampai bisa membahas suatu kata yang dia sendiri mungkin tak paham apa artinya.

"Alexa apa yang kamu lakukan?" seorang wanita muda yang sesaat tadi sedang menelpon berdiri terpaku diantara kerumunan di depan gerai dan memanggil gadis kecil itu supaya kembali padanya.

"Tunggu sebentar mama...." teriak gadis kecil yang ternyata bernama Alexa. Dia menggapai pergelangan tangan pria kecil yang sedang bersamanya.

"Maaf aku harus pergi, mungkin lain kali kamu bisa memainkannya untukku." Alexa berkata terburu-buru.

Dia sudah hafal betul mamanya bukan orang yang sabaran jika harus menunggu. Alexa membalikkan tubuhnya dan melangkah menjauh. Di ambang pintu dia kembali membalikkan badannya dan menatap pria kecil yang masih diam tak bergeming ditempatnya.

"Boleh aku tahu namamu?" senyum itu mengembang menghiasi wajahnya yang cantik jelita.

"Surya Adji Mahendra....." dia setengah berteriak untuk memastikan sederet namanya sampai ditelinga Alexa yang sedang melambaikan tangannya.

"Jangan lupa memainkannya untukku saat kita bertemu lagi nanti kak Surya...." suara ceria itu menghilang diantara kerumunan. Seiring tubuh mungilnya yang tak lagi kelihatan.

Surya menatap gitar yang disodorkan si empunya gerai padanya. Gitar itu secara khusus dipesan oleh pamannya untuk ulang tahunnya yang ke 10 tahun ini.

"Pamanmu sudah menunggu di ruangannya tuan muda. Sudah tahu tempatnya kan?"

Surya mengangguk dan segera meninggalkan gerai. Matanya menatap berkeliling mencari sosok mungil yang sesaat tadi mencuri perhatiannya.

Dia menyentuh perlahan gitar yang saat ini dia sandang di badannya.

Kapan lain kali itu akan datang? apa benar kamu akan bersedia mendengarkannya saat aku mainkan?

*****

Takdir adalah kuasa Tuhan. Apapun itu, kelahiran seorang bayi mungil, kematian seseorang yang tak mengenal batasan usia, rejeki si kaya maupun si miskin, nasib baik dan buruk dan tentu juga jodoh.

Hanya Tuhan yang memiliki power tak terbatas untuk menentukan siapa jodoh kita. Tak ada seorangpun makhluk ciptaannya yang bisa merubah, tanpa kecuali termasuk manusia.

Saat takdir sudah mempertemukan siapa jodoh kita, semuanya akan mengalir begitu saja. Tak mengenal waktu, usia, derajat, masa lalu dan batasan apapun juga.

"Surya Adji Mahendra..." Alexa bergumam sendirian di kamarnya yang luas. Dia duduk goyang-goyang kaki sambil memainkan pensilnya di atas sebuah kertas yang terjilid rapi di meja belajarnya.

Dia tersenyum puas melihat hasil tulisannya yang besar-besar seperti biji semangka. Setiap hurufnya memenuhi garis yang seharusnya tertulis rapi setengah bagian saja. Harap maklum dia baru berusia 5 tahun dan masih duduk di bangku TK.

"Selesai...., aku tidak takut lupa namamu jika suatu hari nanti kita kembali bertemu." gumamnya sambil menyimpan jilidan kertas berwarna merah muda itu di laci meja belajarnya.

*****

Hiiiii, ketemu lagi👋

Yang sudah baca novel ku sebelumnya ✨"Main Hati" ✨tentu sudah pernah ketemu ya dengan part ini. Dibaca ulang dulu nggak apa-apa ya? sekira hangat kembali 😁

Tolong abaikan setting waktu di novel yang terdahulu, soalnya kalau diteruskan ini mah sudah jauh banget ke depan tahunnya😅

Kita culik saja karakter dan alur cerita pendukungnya ya, semoga berkenan melanjutkan membaca 😊🙏

*****

salam hangat dari author,

sehat selalu yaaa semuanya😇

Yuksss yang sudah sampai bawah, Jangan lupa tinggalkan jejak like atau comment jika ada waktu luang, dan terimakasih untuk semua supportnya buat readers semua🙏🤗

2. Alexa

Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta

Tangerang

Perhatian- perhatian, ditujukan kepada penumpang pesawat L**n Air JT XXX tujuan Yogyakarta dipersilahkan masuk ke ruang tunggu.

"Sampai ketemu Ayah, I love you...." ucap seorang wanita muda berparas cantik setelah mengecup sekilas pipi pria berusia setengah abad lebih yang sedang melambaikan tangan ke arahnya.

"Hubungi Ayah segera begitu ketemu dengan crew..."

Wanita muda dengan body tinggi semampai itu melebarkan senyumnya dan mengangguk, kemudian segera mengayunkan kedua kaki jenjangnya berlarian menuju area check in yang hampir saja sudah mendekati time terlambat.

Dia menyembunyikan identitas dirinya dengan mengenakan kaca mata hitam lebar yang fashionable. Wajah cantiknya dengan rambut ikal bergelombang yang tidak asing sangat mudah dikenali, apalagi dikalangan pria penggemar mode dan pecinta makhluk Tuhan yang berasal dari golongan kaum hawa.

braaaakkkkkkk.....

Gerakannya yang dikejar waktu membuatnya ceroboh. Menabrak seseorang yang juga menyeret koper dengan tak kalah buru-buru berlari di sisi kanannya.

Tanpa permisi atau minta ampun dia langsung menyambar kopernya yang sempat terlepas dan menuju ke tempat check in.

Sepertinya wanita ini perlu diajari sopan santun...

Gerutu korban tabrak lari yang sedang adu cepat melakukan proses check in dengannya.

"Saya duluan... " kaki wanita muda itu maju mendahului satu langkah untuk menyerobot.

Dia menyodorkan ponselnya untuk keperluan verifikasi dan koper serta beberapa dus barang bawaan untuk dimasukkan ke dalam bagasi. Setelah selesai dia langsung melenggang pergi tak peduli. Berjalan terburu setengah berlari menuju ruang tunggu yang jauhnya masih minta ampun.

*****

Terminal Keberangkatan Domestik 1A

Heh....dia lagi ??

Seorang pria muda mengurungkan niatnya untuk duduk saat satu-satunya space bangku kosong yang dia tuju diserobot wanita yang sedari tadi mengganggu pemandangannya. Dia langsung duduk tanpa aba-aba, tidak peduli ada seseorang yang juga nyaris memarkirkan pantatnya di sana.

Beruntungnya hanya berselang beberapa menit para penumpang dipersilahkan naik ke dalam pesawat, jadi dia tak perlu berdiri lama.

Setelah menemukan kursi, hampir semua penumpang sibuk memasukkan barang bawaan mereka ke bagasi kabin.

"Argggghhhhh.... hati-hati dong...!" seru seorang wanita cantik melayangkan protes sambil melindungi kepala dengan dua telapak tangannya yang berjari lentik seperti penari.

"Iya maaf mba..." ujar seorang penumpang laki-laki yang nampaknya masih anak SMA kalau dilihat dari tampangnya yang masih muda.

Dia nampak gugup mungkin karena takut dimarahi.

Benar-benar tidak tahu terimakasih, harusnya ku biarkan saja menimpa kepalanya...

Wanita cantik tadi beranjak menuju beberapa baris kursi di depan. Tidak peduli siapa yang sudah menahan benda yang hampir saja menghantam kepalanya.

Seorang pria muda melemparkan tas ransel besar yang sesaat tadi dia tangkap dengan kesal ke bagasi kabin pesawat.

"Terimakasih kak, maaf merepotkan..."

"Hmmmm....." jawaban yang menyiratkan enggan untuk memperpanjang pembicaraan.

Dia berjalan lurus ke depan mencari kursi sesuai yang tertera di tiket yang sudah dibelinya. Setelah memastikan posisinya, dia segera menyimpan bawaannya di bagasi kabin pesawat dan duduk bersandar memejamkan mata.

Perjalanan Jakarta-Jogja memang tidak lama. Tapi, durasi 1 jam 10 menit ini akan sangat menyiksa jika tidak bisa tidur atau melakukan aktivitas menyenangkan lainnya.

srek.....srek....srek.....

Suara lembaran kertas halaman majalah yang di bolak balik tak beraturan, menandakan si pembaca tak begitu serius melihat apa isinya. Pria muda ini merasa sangat terusik dengan aktivitas penumpang disebelahnya.

Astaga, wanita songong ini lagi....

Dia menghembuskan nafasnya jengah setelah sekilas melirik ke sebelah. Sebenarnya dia merasa sedikit geli saat melihat wanita muda yang duduk disebelahnya ini masih mengenakan kaca mata hitam saat membaca.

"Apa yang kamu tertawakan?" pertanyaan keberatan melayang ke arahnya.

Rupanya wanita muda itu memperhatikan pria yang sedang menarik sedikit ujung bibirnya menahan tawa geli di dalam hatinya.

"Sesuatu yang menggelikan..." jawabnya enteng tanpa melihat ke arah wanita yang saat ini sedang merapatkan deretan giginya yang putih rapi.

Pria muda itu diam tak bergeming memejamkan matanya. Meraba perlahan benda pipih yang dia selipkan di saku jaket yang dia kenakan.

Tut.....

Syair lagu merdu segera menyeruak masuk gendang telinganya. Alunan musik yang membuat tenang merambat melalui jaringan kabel earphone yang menyumbat pendengarnya. Cara yang cukup efektif untuk mengabaikan wanita di sebelahnya yang masih menatapnya tidak terima.

"Aku belum selesai bicara..." protesnya lagi merasa diabaikan.

Dia memandang wajah pria yang sedang memejamkan mata dan menulikan telinga tak menghiraukan segala protesnya.

Untung saja wajahmu cukup tampan,

kalau tidak pasti sudah ku hajar habis-habisan.

Dengan kesal wanita muda ini menghabiskan sisa waktu penerbangan dengan mengerucutkan bibirnya yang merah sensual. Dalam 23 tahun perjalanan hidupnya dia belum pernah dicuekin oleh makhluk hidup yang namanya laki-laki. Pria disebelahnya ini adalah yang pertama kali melakukannya.

1 jam kemudian kapten pesawat memberikan instruksi pendaratan.

Terbersit ide tengil di otaknya saat pesawat sudah dinyatakan landing dan ucapan selamat datang terdengar di speaker pesawat.

"Pssstttt...." wanita muda itu menempelkan jari telunjuk di bibirnya. Memberi instruksi pada pramugari yang bermaksud membangunkan pria yang masih tertidur pulas di sebelahnya.

"Bangunkan nanti saat di dalam pesawat sudah tidak ada siapa-siapa lagi." ujarnya sambil perlahan berdiri dan mencoba melangkahkan kakinya melalui celah kursi yang sempit karena lutut pria ini ternyata cukup memakan tempat.

bruuukkkkkk.....

Naas heels yang dia pakai ternyata membuatnya tidak bisa berdiri sempurna. Tubuhnya ambruk dipangkuan pria yang bermaksud hendak dikerjainya.

"Lepaskan aku....!!! dasar mesum.....!!!!" kulit pipinya yang putih bersih mendadak merah seperti udang rebus yang baru diangkat.

deg....

Jantung pria yang baru terbangun dari tidur ini seperti melompat dari dada kirinya. Matanya terpaku mencari celah dari kaca mata hitam yang dipakai oleh wanita yang saat ini sedang mendaratkan sebuah ciuman tak terduga di bibirnya.

Tangannya yang refleks memeluk tubuh hangat itu perlahan mengendur mendengar aksi protes yang terkesan malah memojokkan dia.

Sepertinya pria ini terlalu enggan merespon. Dia membiarkan wanita itu mencoba bangun sendiri dari pangkuannya.

Melihatnya berlalu menyusuri deretan kursi kelas bisnis menuju pintu keluar dengan menghentakkan kakinya kesal.

Dasar wanita aneh....

"Dad, Surya sudah landing." dia mengirimkan pesan untuk seseorang yang akan menjemputnya.

"Daddy sudah di jalan, tunggu di depan pintu kedatangan kalau sudah selesai dengan bagasimu."

"OK..."

Hampir 15 menit para penumpang menunggu barang bawaan mereka.

"Kamu menguntitku???" suara protes seorang wanita terdengar memekakkan telinga.

God, apa tidak ada wanita lain selain dia yang harus sering ku temui di dunia yang sempit ini ???

Pria yang ternyata memiliki nama Surya ini merelakan troli yang sudah dipegangnya lebih dulu untuk diberikannya pada wanita yang sedang melayangkan protes ke arahnya.

"Kamu tuli ya?" makinya karena Surya tak juga merespon apapun perkataannya.

Pria yang menyebalkan...

Gerutunya dalam hati melihat Surya meninggalkannya begitu saja.

Dia segera meletakkan koper dan beberapa dus bawaannya ke atas troli dan mendorongnya keluar. Jemarinya merapikan lagi letak kaca mata yang dia kenakan. Mukanya menunduk menghindari tatapan mata beberapa orang yang sepertinya mengenali identitasnya.

"Aslinya ternyata lebih cantik ya?" suara berbisik terdengar saat wanita cantik ini berjalan.

"Mirip saja kali.." bantah suara lain didekatnya.

"Tapi persis. Yakin deh 99.9%, lihat cara jalannya...!"

"Bisa jadi..." mengiyakan gaya jalan kaki jenjang yang sedang lenggak-lenggok di atas catwalk.

"Mau diajakin selfie?"

"Nggak akhhh, takut salah orang..."

"Yeee.....katanya yakin?? sok tau kamu"

Wanita itu mempercepat jalannya. Memang baru kali ini dia melakukan perjalanan sendirian tanpa manager yang menemaninya.

Dia mendengus kecewa saat keluar dari pintu kedatangan. Matanya menatap berkeliling memastikan sudah ada yang menunggunya, tapi ternyata memang dia tiba lebih dulu daripada jemputannya.

Surya yang juga sedang menunggu jemputan melirik sepintas wanita yang membayangi langkahnya sepanjang perjalanan ini. Jarak dia duduk tak seberapa jauh dari lokasi wanita itu berdiri. Sedikit merasa heran kenapa dia terus mondar mandir sambil menelpon tiada henti.

tin...tin.....

Mobil SUV hitam terparkir tepat di depannya. Berbarengan dengan sedan lux warna merah yang melintas di sisi mobil jemputan Surya kemudian berhenti tak jauh darinya.

"Hai Dad...." sapanya pada pria tampan yang sedang membantunya memasukkan koper dan bawaan lainnya.

"Lamanya kamu baru pulang? Ibumu merindu sepanjang waktu. Ayo cepatlah..."

Kedua pria beda usia ini segera masuk dari dua sisi pintu mobil yang berbeda.

"Alexa.....!!!" suara seorang wanita membuat Surya menghentikan gerakannya untuk menutup pintu.

Surya menatap dari kejauhan dua orang wanita yang sedang saling berpelukan. Keduanya masuk ke dalam mobil sedan lux yang sesaat tadi lewat di sebelahnya.

"Kamu mengenalnya?" tanya pria yang menjemput Surya.

Blaaam.....

Surya menutup pintu dan memasangkan seat beltnya.

"Tidak...mungkin namanya saja yang sama...."

*****

salam hangat dari author,

sehat selalu yaaa semuanya😇

Yuksss yang sudah sampai bawah, Jangan lupa tinggalkan jejak like atau comment jika ada waktu luang, dan terimakasih untuk semua supportnya buat readers semua🙏🤗

3. Surya

"Bagaimana Ibu Dad?" tanya Surya mencoba mengalihkan pikirannya dari suatu nama yang baru saja menyelinap masuk mengusik ingatnya.

"Masih cantik seperti dulu...." jawab pria tua di sebelahnya sambil memasang tampang seperti orang yang sedang jatuh cinta dan memuja.

"Ayolah Dad, sampai kapan Ibuku membuatmu terus tergila-gila?" Surya tertawa mendengarkan jawaban pria tua yang tak lain adalah ayah sambung yang dia panggil Daddy sejak dari awal pertemuan mereka.

Obrolan hangat penuh tawa menemani perjalanan mereka menuju kediaman keluarga yang terletak di tengah kota. Rumah bergaya minimalis yang diberi tambahan 1 buah kamar dari design semula sejak kelahiran anak bungsu dalam keluarga ini.

"Selamat siang pak Bram, selamat datang mas Surya..." sapa pak Bejo, security keluarga yang setia belasan tahun mengabdikan diri di sana.

"Siang...." sahut dua pria ini berbarengan.

"Masih suka cemburu padanya Dad?" tanya Surya meledek. Dia melirik ke arah security berparas tampan dan berbody keren yang sedang menutup pagar di belakang mereka.

"Tidak lagi, dia sudah punya istri..." jawabnya jengkel. Bram meninggalkan Surya yang menertawakan betapa pencemburunya dia dulu saat Ayumi bersikap ramah pada security mereka.

Mobil sudah terparkir rapi di carport. Dua orang wanita berjalan cepat menyongsong kehadiran mereka berdua.

"Assalamualaikum Bu.." Surya meraih telapak tangan Ibu dan menciumnya.

"Waalaikumsalam....apa kabar mu nak?" pelukan hangat seorang Ibu membuat pria dewasa sebesar Surya mendadak merasa jadi seperti anak kecil lagi.

Ingin rasanya tidak melepaskan pelukan itu dan kembali bermanja-manja sambil tertawa dan bercanda sesuka hatinya.

"Ayumi sayang..., Surya sudah tua bangka. Pelukanmu buat aku saja." protes pria tua yang sedang menyeret koper dan barang-barang bawaan anak mereka.

"Ishhhh....Bram, ingat usia....!" protes Ayumi saat Bram mendaratkan ciuman sekilas di pipi istri tercintanya.

Sekalipun umurnya sudah setengah abad lebih atau bisa dibilang cukup tua, tapi wajah Bram masih terlihat tampan dengan tubuhnya yang tegap dan kokoh juga tentunya. Ayumi tak jauh berbeda. Selisih umur mereka hanya 1 tahun. Wajah ayunya masih terlihat jelas apalagi kalau sudah tersenyum, Bram tak akan pernah sanggup berpaling sedetikpun.

"Please don't care about this old couple kak, follow me...." Seorang wanita muda menarik tangan Surya buru-buru masuk.

"Bulan.....!" tegur Ayumi kembali mengingatkan putrinya.

"Hehehe....OK mom, sorry kebiasaan." jawabnya sambil terkekeh geli.

Ayumi membuat kesepakatan dengan putrinya yang sudah terlanjur dijejalkan bahasa asing dari bayi oleh Bram untuk menggunakan bahasa Ibunya dengan baik dan benar saat mereka bersama. Bukan tanpa alasan, hanya takut putrinya itu lupa akan akar bahasa darimana dia berasal.

"Bulan pelan-pelan..!" Surya setengah berlari mengimbangi langkah kaki adik perempuannya yang begitu bersemangat.

Klek....

Bulan membuka perlahan daun pintu kamar yang terletak di lantai 2. Kamar lama Surya yang sudah lebih dari 5 tahun ini tidak di sambanginya.

"Halooo kak...., kamu suka??" seorang pria kecil melompat dari atas kasur ke arahnya.

"I miss you....." dia memeluk Surya dengan gemas sambil menggosokkan ujung hidung di dada kakaknya.

"Hei....hei...hei...Langit stop it...!!! kamu bukan bayi kecil lagi, berhenti bertingkah kekanakan OK?" Surya mengacak gemas rambut cepak adik bungsunya.

Usia mereka terpaut 11 tahun, tapi keakraban keduanya luar biasa. Apalagi kalau sudah kompak mengerjai dua saudara perempuan mereka.

Surya, pria muda ini akan genap berusia 28 tahun beberapa bulan lagi. Dia tumbuh menjadi pria besar yang gagah seperti ayahnya, tapi tidak kalah tampan dengan ayah sambungnya yang membesarkannya seperti anak sendiri.

Dia baru saja menamatkan studi S3nya di Universitas yang sama di mana Daddy dan Unclenya juga pernah menempuh pendidikannya di sana. Sambil mencari pengalaman kerja di belahan dunia lain dengan sistem birokrasi yang berbeda, sampai akhirnya sebuah penawaran dengan negosiasi alot mengharuskannya pulang.

Hari ini, hari pertama dia menginjakkan kakinya kembali ke Indonesia. Matanya menatap berkeliling design kamar yang disiapkan untuknya. Stiker berbagai macam instrumen musik tertempel di beberapa spot yang cocok. Terutama gambar alat musik dawai kesukaannya, gitar.

"Terimakasih.." jawabnya sambil tersenyum. Bergerak perlahan menghampiri gitarnya yang tergantung di posisi yang sama saat sebelum hari keberangkatannya dulu.

"Boleh minta tolong bilang Ibu? aku mau tidur sebentar..." tanpa menunggu jawaban, Surya menghempaskan tubuhnya yang penat dan tentu saja masih jet lag ke atas kasur empuk yang harum dan hangat.

Alexa....

Kapan lain kali itu akan datang?

kamu pasti tumbuh jadi wanita cantik yang menggemaskan sekarang.

Entah berapa jam Surya tertidur siang itu. Tapi, sepertinya lelah membawanya melewatkan jam makan siang.

Matanya mengerjap menyesuaikan cahaya temaram yang menerangi kamarnya.

Sepertinya hari sudah malam. Berapa jam aku tertidur?

tok...tok....tok....

"Bangun tukang tidur...!" Surya langsung terduduk mendengar suara yang menyapanya.

"Kak Lintang..?!" serunya senang. Surya menepuk perlahan space kasur yang begitu longgar di sebelahnya.

Wanita cantik itu mendaratkan pantatnya dengan tenang, sikap baru yang membuat Surya jadi tercengang.

"Kenapa?" tanya Lintang mendapati tatapan heran dari adik laki-lakinya.

"Kemana kakakku yang dulu petakilan?" tanya Surya sambil mengerjapkan matanya tak percaya.

Terakhir mereka bertemu, Lintang masih bertingkah seperti bocah walau umurnya sudah 27 tahun waktu itu. Suka melompat di kasur dan adu argumentasi tak jelas yang berujung kericuhan dua kubu antara anak laki-laki dan perempuan yang membuat kedua orang tua mereka sampai garuk-garuk kepala.q

"Haiiiizzzzz..... bentar lagi aku punya suami, masa iya tidak boleh berubah??" Lintang mendorong perlahan kepala adiknya.

"Serius kak? sama dokter culun berkacamata tebal ponakannya dokter Elmir itu?" Surya merapat dan menyodorkan wajahnya mendekati sang kakak.

"Iya, buruan mandi, Ibu nungguin makan malam. Nggak lapar apa dari pagi absen makan?" jawabnya ogah menanggapi adiknya yang terus meledek betapa culun calon suaminya.

Surya tertawa terbahak-bahak mengingat moment perkenalan pertama antara Samudera dengan kakaknya Lintang.

"Jangan tertawa...buruan mandi!" seru Lintang sambil buru-buru keluar sebelum dia mulai melayangkan cubitan jari jemarinya yang mulai gatal.

Hampir 30 menit Surya tak kunjung turun.

"Sebentar lagi sudah masuk waktu Isya, cepat suruh kakak mu turun Langit..." Ayumi mulai menata nasi dan lauk pauk di masing-masing piring anggota keluarganya.

"Dad, apa Daddy tidak salah meletakkan koperku di dalam mobil tadi?" Surya berseru dari lantai 2 di dekat tangga.

Dia masih memakai handuk mandi melilit bagian pinggangnya. Dadanya yang bidang dan perut berpotongan khas roti sobek terpampang jelas melengkapi bagian tubuhnya yang berotot keras.

"Surya, di mana bajumu? tidak malu di sini ada kakak dan adik perempuanmu...!" Ayumi meninggalkan kursinya dan beranjak mendatangi putranya ke atas.

"Hanya ada koper itu saja yang kamu bawa tadi, lainnya kotak kardus yang belum Daddy angkat ke atas. Ada masalah?" Bram mengikuti istrinya naik menuju kamar Surya.

Suami istri ini berpandangan. Melempar tanda tanya yang sangat besar ke arah anak laki-laki mereka.

"Kamu datang bersama siapa?" Bram mendekati putranya.

"Tunggu dulu dad, jangan salah paham. Itu bukan barang-barangku.." wajah Surya yang kebingungan merasa terintimidasi dengan pertanyaan barusan.

"Whoaaaahhhhh, apa ini?" Bulan masuk nyelonong dan mengobrak-abrik isi koper kakaknya.

Berbagai model benda segitiga berenda dengan warna soft sampai yang mencolok lengkap di sana sesuai stelan atasan dengan size yang menggambarkan betapa proporsional tubuh wanita yang memakainya.

"Pacar mu seleranya kereeeennn....!!! ini V*ctoria secret limited edition tau??" seru Bulan sambil melebarkan lingerie hitam transparan yang membuat Bram meneguk liurnya sambil menatap ke arah Ayumi yang mendelik ke arahnya.

"Apa yang kamu pikirkan Bram?" Ayumi langsung melayangkan protes melihat pandangan mesum suaminya.

"Tak ada, hanya ingin menatapmu saja sayang..." Bram menggaruk-garuk kepalanya canggung.

"Pakai baju lama kamu dulu. Turun makan dan jelaskan pada Ibu barang-barang siapa itu?" Ayumi membuka lemari baju Surya yang berisi tumpukan baju lama yang sudah 5 tahun lebih tak dipakainya.

*****

Meja makan yang muat untuk keluarga kecil dengan 4 orang anak ini terlihat lebih riuh dari biasanya. Yang jadi topik bahasan mereka adalah barang bawaan Surya.

"Jadi?" Ayumi menanyakan lagi.

Surya menggelengkan kepalanya. Dia tak dapat memberi jawaban apapun tentang koper wanita yang nyasar terbawa olehnya.

"Kamu yakin tertukar? kode kontrolnya sama dengan kode bagasimu yang lain. So, pasti koper itu sudah bersamamu saat check in." Bulan mencoba mengarahkan kembali ingatan kakaknya.

Jangan-jangan, astaga, bagaimana caraku menemukannya??

Gumam Surya dalam hati sambil mengernyitkan alisnya.

"Ada beberapa dokumen universitas di dalam koperku Dad. Kalau dia pintar dan berniat mengembalikan barang-barangku pasti dia bisa melacak keberadaanku di sosmed." Surya terlihat pasrah.

"Ya sudahlah, nanti kita cari cara bagaimana menemukannya kembali." Ayumi menyudahi prahara koper tertukar ini dan melanjutkan makan malam mereka.

"Room mate kamu besok jadi mampir ke sini Bulan?" Lintang mengingatkan kembali supaya Ibunya menyiapkan sedikit hidangan lebih besok karena akan ada tamu datang.

"Jadi, tapi mungkin makan malam. Siang Alexa masih ada sesi pemotretan di daerah pantai.." jawab Bulan sambil terus mengunyah hasil masakan Ibunya.

Uhuk....uhuk...uhuk.....

Surya tiba-tiba tersedak mendengar nama tamu yang disebutkan adiknya.

Alexa??

kenapa seharian ini namamu jadi begitu akrab keluar masuk di telingaku??

*****

salam hangat dari author,

sehat selalu yaaa semuanya😇

Yuksss yang sudah sampai bawah, Jangan lupa tinggalkan jejak like atau comment jika ada waktu luang, dan terimakasih untuk semua supportnya buat readers semua🙏🤗

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!