Bicara tentang kisah, tak ada kisah yang selalu sejalan dengan harapan. Disaat kita berharap untuk bahagia, dunia selalu memberi yang sebaliknya. Memberikan kekecewaan yang terkadang membuat kita merasa bahwa dunia itu nggak adil.
Ini bukan cerita tentang anak kembar yang kemanapun selalu bersama dan berbagi suka cita. Ini adalah cerita tentang perjuangan. Perjuangan Kairen dan Raizel dalam menemukan apa itu arti kebahagiaan yang sebenarnya.
Meksiko, negara asri dengan segala ciri khas penduduknya. Menyimpan segala kisah dan peristiwa bagi semua orang yang menempati. Di salah satu sekolah menengah bergengsi disana, terdapat dua pemuda dengan paras sama persis namun memiliki sikap yang berbeda.
Ya, Kairen dan Raizel. Siapa yang tidak mengenal dua nama itu?. Tampan, cool, smart, friendly, dan pastinya sama-sama populer di bidang masing-masing. Jika Raizel unggul di bidang akademik, maka Kairen adalah sebaliknya. Pemuda itu lebih unggul dibidang main otot alias, olahraga atau yaa you know lah.
Fantastik duo, itu adalah julukan yang disematkan untuk KR Brothers disana. Pemuda kembar itu benar-benar selalu menarik perhatian semua orang saat mereka berjalan bersama.
Namun semua itu sudah tak seheboh dulu setelah setengah tahun yang lalu Raizel memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan meneruskan sekolahnya disana karena perintah sang kanjeng mami. Kini tersisalah Kairen disini seorang diri yang tinggal bersama keluarga pamannya, Justin.
Satu setengah tahun yang lalu, Kairen dan Raizel menginjakkan kaki mereka di Negara yang merupakan bagian dari Benua Amerika itu. Tak ada niat khusus di hati mereka saat bersekolah disana, mereka hanya ingin bersenang-senang.
Kairen dan Raizel memang memiliki wajah yang sama, bahkan sama persis namun mereka adalah dua orang yang berbeda. Sama-sama nakal tapi mempunyai cara yang berbeda untuk menunjukkan kenakalan itu, membuat semua orang yang melihatnya geleng-geleng kepala.
Jika Kairen terkenal bar-bar dan tidak pernah memikirkan konsekuensi yang akan dia dapat, maka berbeda dengan Raizel. Jika melihat dari peranggainya, semua orang pasti menganggap jika pemuda itu berbeda dari Kairen. Dari luar ia terlihat lebih tegas dan tidak sepetakilan Kairen. Tapi nyatanya, NOL besar. Pemuda itu sangat pintar memainkan sandiwara. Ia yang berbuat, tapi orang lain yang tertuduh sehingga namanya tetap bersih sebagai siswa teladan.
Benar kata pepatah, buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Jika Reyhan dan Kenzi memiliki sifat yang ajaib, maka otomatis anak mereka akan memiliki sikap yang nauzubillahi min dzaliq.
Nilai plus untuk Kairen, selain friendly pemuda itu juga terkenal playboy. Entah darimana datangnya sifat itu. Mungkin efek sumpahnya Justin. Ada yang inget?.
Malam itu, kaki jenjangnya menapak di sebuah Bar milik sahabatnya, Excel. Teman yang ia dapat 1½ tahun yang lalu di pinggir taman. Kairen masih ingat betul peristiwa tersebut. Saat dimana Ia dipertemukan dengan Excel saat pemuda itu terligat nampak sangat frustasi karena habis putus cinta. Ingin rasanya Kairen tertawa dalam hati saat itu. Dia yang memang tipikal orang yang tidak pernah serius dalam berhubungan dan tidak pernah benar-benar menganggap bahwa hal itu penting, merasa sangat aneh saat melihat ada orang yang frustasi karena cinta.
Setelah diperiksa ala-ala detektif india, Kairen melangkahkan kakinya untuk memasuki bangunan lebih dalam. Pintu kaca khusus yang menjadi penutup ia buka, membuat alunan musik kencang dan aneka aroma alkohol langsung menyerang pancaindranya.
Tak ada yang bisa dilihat dari tempat ini selain keburukan. Aneka tindakan tak senonoh malah dianggap wajar jika berlangsung di tempat itu. Surga dunia bagi para pencintanya, seakan mereka tidak peduli apa yang akan mereka dapatkan di masa yang akan datang.
"Oi bro...!" seorang pemuda spontan berdiri dan menyambut kedatangan Kairen dengan semangat.
"Oii, makin seger aja tuh muka?!. Abis nyoblos?!" sahut Kairen diiringi tawaan. Mereka ber-tos ria ala lelaki kemudian duduk di sebuah sofa panjang yang ada disana.
"Nyoblos pala lo?!. Si Oliv aja nggak ngabarin gue seminggu" keluh Excel seraya
"Yaelah, tinggal nyari lagi apa susahnya sih?. Lo kan ganteng, nggak usah nyari pun cewek juga bakal nyamperin" Kairen menjawab dengan santai, tak lupa senyuman tengil warisan dari Kenzi yang selalu setia menghiasi wajah tampannya.
"Gue mah bukan elo, buaya cap kadal. Kambing dibedakin aja lo bilang cantik!!" seloroh Excel dengan wajah dongkol. Kairen terkekeh kecil. Tangannya terulur, menepuk bahu sahabatnya berulang kali tanpa berhenti tertawa.
"Iya deh, semerdeka lo aja. Gue mah tinggal nungguin lo nangis depan pager rumah sama bawa-bawa foto mantan"
"Bangkee Lo!!" umpat Excel dengan kesal. Namun ia ikut tertawa. Berteman dengan Kairen selama 1½ tahun sudah membuatnya hafal dengan sifat pemuda itu. Meskipun personality nya saat pertama kali bertemu terkesan buruk, namun Kairen adalah tipikal sahabat yang setia.
"Pesen apaan?!"
"Soda aja" sahut Kairen segera. Excel tertawa kecil sembari menggelengkan kepalanya.
"Gayanya ke Bar, tapi minumnya cuma soda!!" ledek pemuda itu yang membuat Kairen tertawa kikuk.
"Gue masih sayang sama si otong. Lo tau sendiri kan emak gue, kalo dia tau gue minum pasti si otong langsung ditebang" jawab Kairen sembari tertawa geli.
"Kamu bolos gapapa, balapan, tawuran its oke, dulu Mama sama Papa juga kayak gitu. Tapi jangan sekali-kali kamu nyoba buat nyentuh alkohol dan semacamnya, Mama sunat kamu di monas pake gergaji mesin. Biar tau rasa!!"
Masih teringat jelas diingatannya bagaimana sang Mama mengingatkannya untuk tidak boleh menyentuh barang haram seperti alkohol, narkoba, ataupun rokok. Dan jika ia melanggar, masa depannya, otongnya, pusaka tersaktinya akan dipotong Kenzi untuk yang kedua kali dan akan dijadikan lauk Misca dan Miscy, beruang kembar peliharaan mereka.
"Oh ya, besok gue balik ke Indo"
Ucapan itu membuat Excel spontan menyemburkan soda dari dalam mulutnya. Kepalanya berputar menghadap Kairen, mencoba memastikan ucapan pemuda itu.
"Lo serius?, kenapa?!"
Kairen menghembuskan nafas berat. Ia menyandarkan tubuhnya disandaran sofa sembari bersendekap dada, menikmati alunan musik DJ dan kilauan lampu gantung yang menghiasi area ballroom.
"Iya, nyokap nyuruh balik. Sekolah gue suruh nerusin disana aja katanya"
"Yahh, gue sendirian dong disini" Excel mendesis kesal. Raizel udah pergi, masak abangnya ikutan pergi juga. Terus eneng sama saha kang?.
"Ya lo ikut gue aja ke Indo. Lanjutin sekolah lo disana, bareng gue. Ya nggak?!" tawar Kairen dengan senyum menggoda. Alis tebalnya ia gerakkan naik turun, membuat Excel serasa ingin mwnampar wajah jenaka milik orang didepannya ini.
"Gue lebih tua tiga tahun dari lo geblekk. Ya kali gue seangkatan sama lo!!" cebik Excel.
Kairen mengendikkan bahunya acuh. Ia meraih kaleng soda di meja. Membuka penutupnya kemudian meminumnya dengan perlahan.
Tingggg
Kairen merogoh sakunya saat benda pipih yang ia kantongi berbunyi. Ada puluhan chat yang belum ia buka. Dari pacar, calon pacar, semi pacar, gebetan, calon gebetan, semi gebetan, temen tapi deket, temen tapi sayang terus akhirnya dibuang, temen tapi sayang-sayangan, dan masih banya lagi.
***Mey:
~ I miss you, baby
Katty
~Kamu dimana?, kemarin katanya mau jalan?!. Aku nungguin kamu loh
Clarie:
~ Nanti jalan yuk Yang, aku deh yang traktir
Febby
~Telfonku kok nggak diangkat?
Jemina
~Tadi aku bikin cake, nanti aku kirim ke rumah ya?
Zoe
~Kamu kemana aja sih? sebulan nggak ada kabar. Aku khawatir tau!!
Audrey
~Makasih ya bonekanya. Lucu deh, aku suka
Grace
~ Yang, kesini dong. Listrik rumah aku mati***
"Lah, lu kira gue PLN?!" Kairen menatap gemas kearah salah satu chat dari gebetannya yang ke-30. Lampu mati di suruh dateng, entar lama-lama rumah roboh dia disuruh dateng juga.
***********
Sedangkan jauh dari Mexico, seorang pemuda dengan nametag 'Raizel Elashky .A' tengah sibuk makan kuaci di depan gudang sekolah SMA Garuda bersama teman-temannya. Tak ada yang spesial. Mereka sama seperti pelajar lainnya. Berangkat pagi bawa uang, lalu pulang bawa bonyok.
"Rai, bagi duit napa buat beli minum. Seret nih!!" keluh pemuda disampingnya. Pemuda tampan dengan perawakan tinggi, putih, dan berkharisma. Berkharisma tapi minta duit, dih nggak modal.
Raizel memakan kuaci yang terakhir sebelum akhirnya merogoh saku dan mengeluarkan uang lima puluh ribu dari sana.
"Nihh, bilangin ke Mak Njingg, itu sekalian sama utang gue minggu lalu" Ia menyerahkan uang itu ke pemuda tadi yang tentunya diterima olehnya dengan senang hati.
"Sippp, urusan ginian mah gampang. Serahin aja, ke Naufal"
Pemuda itu berdiri, berjalan kearah Kantin Mak Rajingga yang biasa Raizel panggil dengan nama Mak Njingg. Pemuda bernametag Nauval Aditya itu berjalan riang, sesekali bersiul untuk menggoda adik kelas perempuan yang melintas di depannya.
"Gayanya sok TP-TP, diut maaih minta temen. Ck ck ck, Opal Opal" desis pemuda lain di samping Raizel sambil geleng-geleng kepala. Pemuda dengan kulit kuning langsat, mata lebar dan juga alis tebal yang terlihat sangat maskulin.
"Kayak lo nggak gitu aja Ver!!" tukas Raizel tanpa melepas pandangan dari layar handphonenya yang sedang menampilkan arena game.
Vero menyengir anjing sembari menatap Raizel tanpa dosa.
"Rai tau aja dehh"
SMA Garuda, sekolah yang terkenal sebagai salah satu sekolah elite di Indonesia, memiliki segudang prestasi, segudang cerita, dan pastinya segudang putri dan pangeran di dalamnya.
Raizel, Vero, Nauval, dan Boy. 4 visual teratas dari sekian ratus laki-laki yang ada di sekolah itu. Siapa yang tidak mengenal mereka. Empat pemuda famous yang menamai diri mereka dengan sebutan 'Warrior' itu sudah terkenal ke semua penjuru dunia. Selain karena visual mereka, mereka juga terkenal sebagai bajingann sekolah. Tawuran, bolos, merokok, itu udah sering. Nilai plus untuk Raizel, dia seorang ketua osis. Ya, ketua osis yang ada maunya.
"Rai, please lah Rai. Please nanti tas gue lewatin aja, disana ada rokoknya geng si Bara. Bisa abis gue kalo tuh rokok kesita" seorang pemuda berjalan membuntuti Raizel yang mengabaikannya.
"Please lah Rai, kita kan temen"
Sontak saja Raizel berhenti. Ia berbalik arah, menatap pemuda itu dengan tatapan sinis.
"Temen ya?" tanyanya sembari mengangkat sebelah alis, menantang.
"Di dunia ini nggak ada yang gratis dude!!" Ia mengulurkan tangannya, menepuk-nepuk bahu pemuda dengan nametag Faizal itu berkali-kali.
"Traktir sebulan full di kantinnya Mak Njingg"
Faizal hanya bisa menatap bingung kearah punggung Raizel yang sudah menjauh setelah mengucapkan kata tadi. Faizal pun tak paham. Sekarang ia bingung, bagaimana caranya Ia menyelamatkan dirinya dari amukan Bara nanti.
****************
Faizal menatap was-was kearah anggota OSIS yang sedang memeriksa tas siswa satu persatu. Hal itu memang rutin dilakukan untuk mencegah para siswa membawa barang tak senonoh ke sekolah.
Saat giliran tasnya, Faizal hanya mampu tahan napas. T-tapi ternyata......
"Aman"
Faizal mengernyit bingung. Padahal ia ingat betul kalau dia tadi sudah memasukkan beberapa pack rokok ke dalam tasnya.
Tinggg
Sebuah pesan masuk, dan Faizal langsung membukanya.
~Raizel
Lo hutang budi sama gue😈
****mampusssss
......Hay guys, author kembalii menyapa kaliann lewat karya baru. Jan lupa tinggalkan jejak ya, happy reading😍****......
"Ati-ati lo. Kalo udah sampek jangan lupa kabarin gue" Excel mengantar Kairen sampai lobby bandara. Hari ini pemuda itu akan pergi, kembali ke tanah air dan kembali ke keluarganya.
"Sip. Kalo ada waktu, main lah ke Indo. Entar gue kenalin ke cewek-cewek yang ada disana. Cakep-cakep broh" Kairen berbicara dengan berapi-api. Kalo masalah cewek, dia jagonya.
"Gampang itu mah. Kapan-kapan gue kesana"
"Beneran Loh?" tanya Kairen sembari mengacungkan jari telunjuknya kearah Excel, menggoda.
"Bawel Lo!!. Udah sono berangkat, ketinggalan pesawat mamposs!!"
Perpisahan no drama no cry. Excel sama Kairen peluk-pelukan?. Jangan ngimpi!!!. Mereka ngomong alus aja udah hidayah.
Kairen masih berdiri di daerah boarding. Ia mengambil ponselnya, mengetikkan sesuatu untuk kembaran tercintaa.
Anda💬
~Gue udah di Bandara. Bentar lagi mau berangkat. Mungkin jam 19.00 gue udah sampek di Indo. Jangan lupa jemput gue, awas aja lo kalo sampek telatt!!
Send
Pesan singat ia kirimkan untuk kembarannya yang kontaknya ia beri nama 'Fotocopy muka'. Habisnya dia muka ikut-ikutan, nggak kreatif banget.
*************
Raizel yang saat itu lagi nongki ala-ala seleb di kafe sama temen-temennya mengernyit bingung. Nggak biasanya dia dapet chat. Apa jangan-jangan Mak Njingg tadi tau kalo dia ngambil gorengan lima tapi bayarnya cuma tiga?!.
Twins Kampreto💩
~Gue udah di Bandara. Bentar lagi mau berangkat. Mungkin jam 19.00 gue udah sampek di Indo. Jangan lupa jemput gue, awas aja lo kalo sampek telatt!!
Raizel membaca pesan itu dengan malas. Kali-kali dichat cewek kek. Ini malah di chat kembaran kamvret yang hobby nyusahin.
Anda💬
~hmmm
"Napa lo, muka kusut amat kek orang dikejer deler?!" tanya Nauval dengan nada ngeledek.
Raizel cuma mengkis-mengkis kayak orang sakaratul maut. Jaket kulit harga 50 juta dia lepas, terus digantung di pinggiran kursi.
"Si Kai mau dateng. Jam tujuh malem minta jemput"
"SERIUSAN LO?!. KAI MAU DATENG?!. WIHHH ASEKK INI MAH" Vero menyela dengan nada nggak santai. Nih anak satu, suka banget ngomong ngegas. Untung temennya nggak ada yang punya riwayat jantung.
Raizel mengusap wajahnya yang terkena cipratan air surga khas jigongnya Vero. Udah sering kok, udah seringgggg banget. Sampek Rai pernah mikir, harus ya gue pake mantel kalo ngomong sama Lo?!.
"Jigong Lo bau TPU anjengg!!!" Maki Raizel dengan mata melotot kayak dukun kecolok dupa. Muka gue, muka maharaja gue ternodaii njirr.
Vero menyengir setan kayak orang nggak ada dosa.
"Sorry Rai, gue dari kemaren mau sikat gigi kelupaan mulu"
Raizel melotot tak percaya. Ini nih, ini ciri-ciri temen yang palanya minta dielus pake golok.
"Jorok banget Lo. Gimana mau dapetin Elsa kalo sikat gigi aja nungguin hari sura?!" seloroh Nauval sambil geleng-geleng. Ganteng-ganteng kok jorok sih Beb.
"Elsa aja ngelirik dia kagak minat" Satya ikut menimpali. Si jarang ngomong, tapi sekali ngomong langsung bikin mental anjlok. Nyerinya berasa sampek selangkangann. Nggak heran kalo mantannya dia habis putus langsung jadi Anak alim.
"Santai aja Ver. Bentar lagi Kai dateng, Lo bisa berguru sama dia. Tuh anak kan pacarnya lebih banyak dari orang antri sembako" Nauval menepuk-nepul bahu Vero, memberi semangat meskipun nggak ikhlas.
"Lo nanti jemput Kai jam berapa?" tanya Satya
Raizel berpikir sejenak. Ia melihat kearah jam tangan 15 jutanya.
"Mungkin jam setengah tujuh gue berangkat ke Bandara. Bisa ngomel-ngomel tuh bujang kalo gue telat" Tak ada yang tau jika dia memiliki kembaran. Hanya Nauval, Vero, Satya, dan Gabriel yang tau.
"EH, BETEWE SI BOY KEMANA?! KATANYA MAU NYUSUL!!" Vero menyela dengan suara ngegas kayak profokator demo kebakaran jenggot.
Nauval menatap gemas kearahnya. Pemuda itu mengulurkan tangannya, meraup wajah Vero menggunakan tangan kiri yang habis dia pake buat cebokk.
"Bacot lo bisa di rem nggak sih!!" ucapnya geregetan. Ihhh pengen gue plintir ginjalnya.
"Tangan lo bau taii anjengg" Vero menjulur-julurkan lidahnya jijik. Wajahnya ternodai bau emas tabungan Nauval.
Nauval kembali meraupkan tangannya kearah Vero dengan sengaja.
"MAKAN TUH TAII"
***************
Sedangkan di pesawat, Kairen duduk tenang sambil dengerin musik. Pesawat sudah lepas landas empat jam yang lalu. Kini saatnya santai-santai sambil ngeliatin pramugari cantik wara-wiri.
Sebuah informasi dari audio center terdengar, membuat semua orang fokus mendengarkan. Sang kapten menjelaskan bahwa ada masalah dengan cuaca, sehingga pesawat terpaksa translit terlebih dahulu ke Bandara Internasional Y.
Kairen berdecak kesal. Waktunya sampai rumah harus terundur. Padahal 1 jam lagi seharusnya dia sudah mendarat di Indonesia, tapi ini?!.
"Napa kagak ngomong pas di Bandara sih kalo mau translit. Mengcapek emang"
35 menit berlalu, pesawat mendarat di Bandara International Y dengan selamat. Kairen menyeret kopernya kesana-kemari kayak orang ilang. Satu yang dia cari, colokan.
"Bisa diceramahin Rai nih gue kalo sampek dia nungguin lama di Bandara. Nih pesawat juga ngapa sih, pake acara translit segala. Trobos ae lah, jatuh tinggal bangun lagi apa susahnya"
Maklum ya manteman, gini nih jadinya kalo pas kecil mainnya keseringan sama kecebong. Otaknya ikutan kecil kayak taii nya cebong.
Kairen berjalan sembari menunduk. Mencoba menyalakan ponselnya yang mati karena kehabisan baterai. Tak fokus dengan jalan, tak sengaja dia menabrak bahu seseorang hingga barang-barang orang itu jatuh berserakan di lantai.
"Emm Maaf" Kairen ikut berjongkok, membantu orang bergender perempuan itu untuk memberesi barang-barangnya.
"Sekali lagi maaf" Kairen menyerahkan ponsel orang itu, yang tentu diterima olehnya dengan senang hati.
Satu penilainannya, cantik. Apasih yang dia tau selain cantik. Gak ada!!!!!.
"Nama aku Kairen"
Oke, oke, anggep aja Bang Kai nggak punya malu. Habis nabrak langsung ngajak kenalan. Sambil masang wajah malaikat dan senyum selebar samudera cinta, Kairen mengulurkan tangannya.
Gadis cantik dengan kulit putih dan rambut sepinggang itu mengernyit bingung. Mungkin dipikirannya, Kai itu orang toxic yang sok asik.
"Rachelia" Gadis bernama Rachel itu menyambut uluran tangan Kairen. Yaaa, anggep aja proses sosialisasi.
"Maaf, saya ada urusan. Permisi" Rachel buru-buru melepad jabatan tangannya kemudian bergegas melangkah menjauh. Kairen menghirup tangannya sendiri, parfum gadis itu masih menempel disana.
"GUE BERHARAP KITA BISA KETEMU LAGI!!" orang-orang menatap Kairen dengan tatapan aneh.
Ganteng-ganteng kok gila.
Hampir saja dia lupa tujuan utamanya, nyari colokan. Kairen bersiul jenaka saat menemukan colokan dekat toilet perempuan. Tenang aja Neng, Bang Kai nggak suka ngintip kok. Sukanya liat terang-terangan.
Ponselnya menyala setelah mendapat asupan energi. Buru-buru dia mengetikkan pesan kepada Raizel. Memberi tau kalau jam tibanya diundur.
Anda💬
~ Pesawat gue harus translit dulu. Jam tibanya diundur, mungkin jam 21.00 gue baru sampek di Indo.
Send
**************
Raizel memarkirkan mobilnya di parkiran bandara. Sesuai ucapannya, jam setengah tujuh dia sudah tiba di Bandara.
Raizel menutup pintu mobilnya, kemudian melangkah masuk ke dalam bandara. Bersamaan dengan itu, seseorang dari arah seberang jalan menyeringai senang. Ia menelfon seseorang.
"Gue liat Rai ada di Bandara"
".........-...."
"Dengan senang hati gue akan lakuin itu"
Raizel berdecak kesal saat dia terlambat membaca pesan yang Kairen kirimkan. Terlanjur nyampek gue Bang.
"Yaelahh, tau gitu gue molor dulu tadi" dia berbalik arah, kembali menuju pintu keluar. Percuma nunggu, yang ditunggu enggak peka.
Raizel menyalakan mesin mobilnya dan mulai menjalankan mobilnya. Menyusuri jalanan ibukota yang tidak pernah sepi.
Raizel melajukan mobil dengan kecepatan tinggi. Dia bersiul ria, menirukan nyanyian seorang penyanyi western yang sedang terkenal. Tidak sengaja, matanya melirik kearah spion. Dan dia mulai menyadari sebuah keanehan.
"Itu mobil dari tadi ngikutin terus" gumam Raizel dengan tatapan waspada. Instingnya mengatakan jika ini bukan pertanda baik.
Dia mempercepat laju kendaraannya, dan mobil itu melakukan hal yang sama. Mata Raizel menajam, kelincahannya dalam berkendara penentu keselamatannya kali ini.
Brakkkk
Mobil itu menambrak mobil Raizel dari belakang. Membuat mobil lamborgini warna putih itu sedikit terhuyung.
"Bangsattt"
Raizel mengumpat kesal. Mobil itu terus menyerangnya, dan dia mulai kewalahan. Di depan mobilnya terdapat sebuah busway. Tidak mungkin jika Raizel mengikuti laju busway itu. Dia berkelok sedikit ke kanan, kemudian menyalip busway itu.
Di depannya ada perempatan, dan dari arah berlawanan sebuah truk melaju kencang. Raizel tercengang, dia tidak bisa menghindar. Untuk mengerem pun tidak sempat.
Sinar lampu dari truk itu menyilau wajah Raizel. Pemuda itu hanya bisa berteriak sembari menutup wajahnya menggunakan siku.
Brakkkk
Kecelakaan tidak dapat dihindari. Mobil Raizel terseret beberapa meter dan rusak parah. Bunyi tabrakan yang keras mengundang perhatian banyak orang. Semua orang berbisik, bahkan ada yang sempat-sempatnya memfoto.
Raizel masih setengah sadar. Tubuhnya terasa remuk, kepalanya sangat sakit. Dari kejauhan dia masih bisa melihat sosok orang yang menatap puas kearahnya. Sosok orang bertopeng hitam.
Pandangannya memburam hingga akhirnya dia tak sadarkan diri. Suara sirine mobil polisi dan ambulance mendekat. Proses evakuasi pun dilakukan. Membuat kerumunan orang terpaksa bubar dan menjauh.
Orang bertopeng hitam itu tersenyum puas. Dia mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang.
"Gue berhasil"
Yyuhuuuu, jan lupa tinggalkan jejak guysss. Happy reading:)
Kenzi dan Reyhan melangkah dengan tergesa-gesa di koridor Rumah Sakit. Hari yang seharusnya menjadi hari bahagia karena kedatangan Kairen kini harus berubah tragis saat kabar Raizel kecelakaan mencuat.
"Sus, gimana keadaan anak saya?!" tanya Kenzi dengan nada tak sabaran. Air matanya mengalir deras sejak tadi. Kekhawatirannya sebagai seorang ibu lebih besar dari siapapun.
"Dokter sedang menanganinya, mohon bersabar" suster itu menjawab dengan sopan. Tanpa menunggu jawaban dari Kenzi ataupun Reyhan, suster itu kembali masuk ke dalam Ruang ICU yang di tempati Raizel.
Kenzi mengusap rambutnya kasar, dan Reyhan menyandarkan punggungnya di dinding Rumah Sakit. Pikiran mereka sama-sama kalut. Ada sedikit rasa penyesalan di hati Reyhan karrna telah menyuruh Raizel menjemput Kairen di Bandara.
**************
Pesawat yang ditumpangi Kairen mendarat dengan sempurna di Indonesia. Pemuda tampan dengan jaket cokelat itu tersenyum senang. 1½ tahun sudah dia meninggalkan tempat ini. Dan sekarang dia sudah kembali, kembali ke tanah air dan tempat asalnya.
Kairen menyeret kopernya ke Lobby Bandara. Dia menengok ke kanan dan ke kiri, mencari keberadaan orang yang dia kenal disana.
"Si Rai kemana sih. Kan gue tadi udah bilang kalo jangan sampek telat. Lah ini, batang hidungnya dia aja belum keliatan" cebiknya dengan kesal.
Dia mengambil ponselnya yang berada di saku jaket. Tangannya mencari usernumber Raizel kemudian melakukan panggilan telepon dengan pemuda itu.
"Kok nggak diangkat sih. Wahh, bangkee ni anak"
Kairen mencoba menghubungi Raizel beberapa kali. Tapi tak satupun panggilannya diangkat oleh saudara kembarnya itu.
"Asli nih bocah ngajak gelud. Awas aja kalo entar ketemu di rumah, gue cabut bulu hidung lo biar botak"
Ia beralih menelfon Reyhan. Panggilan tersambung, beberapa detik kemudian terdengar suara sahutan dari sana.
"Hallo Pah. Pah, ini Rai kemana sih. Aku udah sampek di Bandara loh, tapi nggak ada yang jemput" adunya berapi-api.
"Rai kecelakaan"
Ucapan itu membuat detak jantung Kairen berdebar lebih kencang. Berkali-kali dia menelan ludahnya untuk membasahi tenggorokannya yang mendadak kering.
"Pah, Papa nggak bercanda kan?!. Tadi aku masih sempet chattingan sama Rai. Dia gapapa tuh. Papa ngeprank aku ya?"
Kairen tertawa kecil. Namun terkesan seperti tawa yang dipaksakan. Meskipun dia yakin jika Reyhan tidak mungkin membuat hal seperti itu sebagai candaan, tapi dia masih berharap jika yang diucapkan papanya itu salah.
"Kalo kamu nggak percaya, kamu bisa liat sendiri di Rumah Sakit XX sekarang"
Lutut Kairen terasa lemas seketika. Percayalah, setidak punya adabnya Raizel, dia tetap menyanyangi adik kembarnya itu. Bahkan jika ada yang menyakitinya, dia akan mencari orang itu sampai ujung dunia sekalipun.
"Nggak, nggak, nggak, Papa pasti bercanda. Gue bakal buktiin sendiri kesana"
Kairen berlari keluar Bandara untuk mencari taksi. Hari kedatangannya berubah suram setelah mendengar kabar itu. Rasa lelah akibat 7 jam di pesawat mendadak sirna seketika.
****************
Dengan nafas yang memburu dan langkah tergesa-gesa, Kairen berjalan menuju Ruang ICU sembari menyeret koper di tangannya. Terlihat Kenzi dan Reyhan sedang duduk di kursi tunggu dengan wajah cemas. Dua jam lamanya mereka menunggu kabar dari dokter, tapi dokter itu tak kunjung keluar dari ruangan.
"Mah, Pah, Raizel mana?" Kairen yang baru datang langsung bertanya demikian. Kenzi dan Reyhan spontan menoleh, menatap putra pertama mereka dengan wajah lesu.
Kenzi berdiri. Dia memeluk Kairen dengan erat yang tentunya dibalas oleh pemuda itu tak kalah erat.
"Kamu pasti capek ya. Udah makan belum?" perempuan itu memaksakan senyumnya untuk menyambut putra pertama yang baru datang.
"Raizel gimana Ma?" Kairen mengulangi pertanyaannya dengan nafas tercekat di tenggorokan. Dia tau, kejadian tak mengenakan memang terjadi.
"Dokter belum keluar. Belum ngasih kabar" jawab Kenzi dengan nada mencoba tenang.
"Duduk dulu yuk, kamu pasti capek kan?" perempuan itu menggiring tubuh putranya untuk ikut duduk di kursi tunggu.
"Gimana pengalaman kamu selama di Mexico?. Pacar ada berapa?" Reyhan mencoba merubah suasana. Meskipun hatinya tak tenang, tapi dia tetap mencoba memberikan samburan untuk putranya yang baru tiba.
Kairen terkekeh kecil. Dia merenggangkan otot-ototnya, kemudian bersandar di sandaran kursi dengan tatapan menatap lurus ke depan.
"Dikit kok Pah, cuma 24" sahutnya di serta cengiran.
Mata Reyhan dan Kenzi melotot tak percaya. Dikit katanya? Your otak waras kang?!.
"Astagfirullah" Kenzi mengucal istighfar sambil ngelus dada. Anak gue kenapa jadi begindang sih.
"Kurang satu Kai, genapin jadi 25" sahut Reyhan dengan wajah cengo. Kairen mengacungkan ibu jarinya, pertanda setuju.
"Sip Pah. Entar Kai nyari lagi, yang limited edition plus udah ada lebel halal dari MUI"
Keluarnya seorang dokter dari ruang ICU menghentikan percakapan unfaedah yang dilakukan Reyhan, Kenzi, dan Anak cebong mereka untuk menghilangkan kecemasan.
Semua orang kompak berdiri. Bersama-sama menghampiri dokter itu dan siap melontarkan pertanyaan.
"Dok, gimana keadaan anak saya?" tanya Reyhan pada dokter itu.
"Benturan di kaki dan kepalanya sangat keras. Ada beberapa sarat yang terputus akibat benturan itu. Kemungkinan terburuk yang akan terjadi, Putra anda bisa mengalami kelumpuhan"
"LUMPUH?!" pekik Kenzi dengan suara keras. Tidak, tidak, dia tidak akan tega melihat putranya mengalami hal itu.
"Dok, apa nggak ada cara untuk menyembuhkan anak saya?!. Saya akan bayar berapapun itu, tapi tolong anak saya. Buat dia kembali seperti sedia kala!!!" Kenzi mengguncang tubuh dokter itu berulang kali. Andai jika Reyhan dan Kairen tidak menahan, entah jadi apa dokter itu di tangan Kenzi.
"Maaf, Bu. Ini bukan tentang biaya, tapi pihak medis sudah berusaha semaksimal mungkin"
***************
Kairen memandang lurus kearah duplikat wajahnya yang tengah terpejam diatas ranjang. Sudah 3 hari sejak kecelakaan terjadi, tapi Raizel belum menunjukkan tanda-tanda akan bangun.
"Bisa KO juga lo ternyata. Nggak nyangka gue" Kairen terkekeh kecil sebelum akhirnya tersenyum miris.
"Cepet sembuh, Dude. Nanti gue kenalin ke gebetan gue yang ke 25"
Sebuah gurauan receh dari seorang playboy cap kaki badak seperti Kairen mengundang keajaiban. Mata Raizel terbuka sedikit demi sedikit.
"Anjirrr, lo beneran pengen liat gebetan gue yang ke 25 nih kayaknya" Kairen spontan berdiri.
"DOK, ADEK GUE MELEK NIHHH" teriakan dari Kairen mengundang semua orang masuk ke ruangan. Tak terkecuali Reyhan dan Kenzi. Mereka yang lagi makan ceker ayam terpaksa membawa ceker itu masuk ruangan.
"Yang, Rai melek!!" pekik Kenzi dengan mata melotot.
"Iya aku tau. Nggak usah melotot gitu matanya, serem tau"
Dokter memeriksa keadaan Raizel. Setelah dirasa cukup stabil, dia tersenyum lalu mempersilahkan pihak keluarga mendekat.
"Rai..." Kenzi duduk di samping ranjang Raizel. Tangannya mengusap rambut pemuda itu beberapa kali.
"Gimana keadaan kamu hmm?. Apa yang kamu rasain?, nanti biar Mama sampein ke dokter"
Raizel terus menatap ke bawah. Sebelum akhirnya dia menatap kearah Kenzi dengan tatapan bingung.
"Kok aku nggak bisa ngerasain kaki aku Ma?"
Pertanyaan itu membuat Kenzi tak kuasa menahan tangisannya. Begitu juga dengan Reyhan dan Kairen. Reyhan memalingkan pandangannya kearah lain, sedangkan Kairen menundukkan kepalanya.
"Kok Mama nangis?. Ma kaki aku kenapa?!. Pah, Kai?!" desak Raizel dengan suara agak keras.
"Kata Dokter..... kamu mengalami kelumpuhan karena kecelakaan waktu itu"
Pemuda itu menggeleng tak percaya. Air matanya tiba-tiba terjatuh. Wajahnya memerah, otot-otot lehernya tercetak jelas karena sebuah tekanan.
"ENGGAK. NGGAK MUNGKIN AKU LUMPUH. MAMA PASTI BOHONG KAN?!, AKU NGGAK LUMPUH KAN?!. JAWAB MA!!" Raizel berteriak histeris. Kenzi yang melihatnya menangia sesenggukan. Kairen mendekat. Dia mengusap bahu kembarannya, mencoba sedikit menenangkan pemuda itu.
"Tenangin diri lo Rai. Ini udah takdir" ucapnya dengan nada rendah.
Raizel menatap tajam kearahnya. Seakan tak terima dengan apa yang dia ucapkan barusan.
"Takdir Lo bilang?!. GUE NGGAK LUMPUH. DOKTER BEGGO ITU PASTI SALAH PERIKSA. MANA DIA, GUE MAU BIKIN PERHITUNGAN SAMA DOKTER BEGGO ITU!!!"
"Rai, kamu harus terima. Memang itu kenyataannya"
Isak tangisan yang terdengar dari mulut Raizel terdengar begitu pilu. Dia memukul-mukul kakinya sendiri berulang kali dengan kencang.
"Nggak Pah. Aku nggak mau lumpuh, aku nggak mau cacat!!!" ucapnya sembari terus memukul kakinya. Kairen mengalihkan pandangannya kearah lain. Percayalah, sebejatt apapun Kai, dia paling tidak bisa melihat keluarganya tersakiti.
"Rai, Rai dengerin Mama" Kenzi menggenggam kedua tangan Raizel, mencoba menghentikan tindakan pemuda itu dengan halus.
"Kamu nggak cacat, kamu itu sempurna. Ini cuma sementara kok sayang. Dengan ngelakuin pengobatan sama terapi, kaki kamu pasti bisa gerak lagi" ucap Kenzi memberi support.
"Kamu anak kuat. Kamu pasti bisa cepet sembuh. Asal kamu gigih terapi, Papa yakin kamu pasti bisa jalan lagi"
Raizel hanya bisa menunduk sambil mencengkram sprei kuat-kuat. Memory terakhir tentang pria bertopeng dalam mobil sedan hitam itu kembali terputar diingatannya.
"Ini semua gara-gara laki-laki itu!!!" Dendam muncul di hati seorang Raizel. Secara psikis, dia tidak terima saat orang itu membuat dirinya menjadi seperti ini.
Reyhan, Kenzi, dan Kairen kompak menoleh saat Raizel tiba-tiba berucap demikian. Tatapan bingung terpancar dari mata ketiganya.
"Orang siapa maksud Lo?" tanya Kairen penasaran. Jika benar kalau orang lain yang membuat kembarannya begini, dia bersumpah akan mencari orang itu bahkan sampai lubang semut sekalipun.
"Ada orang yang nyerang gue dari belakang waktu itu. Sampek mobil gue hilang kendali dan kecelakaan kayak kemaren"
Kairen mengepalkan tangannya kuat-kuat.
"Pah, Mah, aku keluar dulu. Ada urusan"
***************
Kairen duduk berhadapan dengan seseorang di kantin rumah sakit. Orang dengan jaket kulit itu mengeluarkan laptopnya dari dalam tas, kemudian menghadapkannya kearah Kairen.
"Ini rekaman CCTV nya Bos"
Mata Kairen mengamati rekaman video itu dengan teliti. Dari video itu nampak jelas, mobil Raizel diserang berulang kali dari arah belakang oleh mobil yang sama. Kemudian kecelakaan pun terjadi. Mobil sedan warna berwarna hitam itu juga ada di TKP, namun dia memgawasi dari kejauhan.
"Coba pause"
Sebuah petunjuk pun berhasil Kairen temukan. Di menit ke 47, mobil sedan itu berhenti di depan halte kosong. Seorang pria bertopeng keluar dari dalam mobil. Dia melepas hoodie hitamnya, dan dibalik balutan hoodie itu dia mengenakan seragam SMA. Seragam yang sama seperti milik Raizel.
"Jadi dia satu sekolah sama Rai?!" gumam Kairen seolah tak percaya.
"Saya rasa begitu Bos" anak buah Kairen menjawab demikian, karena memang hal itu benar adanya.
Seringaian iblis terpatri di bibir pemuda itu. Dia memiliki sebuah rencana. Satu yang perlu diketahui, dia tidak akan membiarkan seseorang yang sudah melukai keluarganya hidup tenang.
"Gue punya rencana untuk ini"
...Hai hai haiii, ada yang nungguin author cans?!. Atau nungguin ceritanya?!. Emmm aku pengen tau nih, kesan kalian setelah baca cerita ini apa sih?. Komen dong.......
...****Jangan lupa tinggalkan jejak ya manteman. Ajak kerabat atau sahabat baca cerita ini yaa, dijamin ga nyesel....
...See you in next eps yaa, happy reading****:)...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!