NovelToon NovelToon

Love For My Three Twins

Eps 1

Seorang gadis tengah menangis histeris sembari sesekali memukul perut ratanya, rambut panjangnya yang biasa terikat rapih kini sudah berantakan. Seisi kamarnya sudah tampak tak beraturan, beruntung apartemen yang ia tempati kedap suara, jadi tak menimbulkan suara mengganggu ke tetangganya.

Ia menatap sebuah testpek yang bergaris dua di sana, hatinya sakit dan marah di saat bersamaan. Ia tak menyangka bahwa kebaikannya pada sahabatnya akan berakhir seperti ini, padahal ia sangat menyayangi kedua sahabatnya itu, tapi yang ia dapat malah sebuah penghianatan.

Safira Almaya, nama gadis yang tengah menangis itu. ia menumpahkan semua emosinya pada tiga orang yang telah membuatnya seperti saat ini, tiga orang itu adalah Sarah, Devi dan Arselo. Arselo memang menikahinya tapi secara siri, tepat pagi harinya saat ketahuan warga, dan dipaksalah mereka untuk menikah, tepat sore hari itu juga dia menjatuhkan talak pada Safira, dan hanya memberikan tunjangan sebuah apartemen kecil untuk ditinggalinya, sedangkan Arselo sendiri sudah pergi ke negara B untuk melanjutkan studi serta membantu perusahaan keluarganya.

Flashback on

Hari ini Safira, Sarah, Devi, dan Arselo berencana untuk berlibur di Puncak, awalnya Safira menolak, karena dia harus bekerja. Meskipun weekend, biasanya Safira tetap masuk kerja, dia hanya seorang pelayan kafe milik orang tua Sepupunya Sarah.

"Fir, ayolah kita liburan ke Puncak. Jarang-jarang lho kita kebetulan kumpul gini," ujar Devi.

"Maaf Devi, Sarah, tapi aku gak bisa. Aku mau kerja, lumayan lho weekend nanti biasanya kafe ramai jadi aku bisa bantu-bantu lebih," jawab Safira

"Aku udah bilang ko sama Om Sehan dan kamu diijinin buat libur dua hari katanya." Sarah berujar.

"lho Sar, ko kamu gitu, sih? Kan aku belum menyanggupinya," kata Safira.

"Habis, kamu selalu nolak kalau kita ajak jalan," jawab Devi sambil memegang tangan Safira.

Dan kini Safira hanya bisa memandang heran kedua sahabatnya itu, yang di tatap hanya nyengir kuda dan menunjukan jari telunjuk dan jari tengah mereka. Mau tak mau Safira akhirnya hanya bisa menuruti keinginan dua sahabatnya itu.

Safira pun berlalu untuk mengambil tas yang ia simpan di loker belakang bangunan kafe itu.

Saat Safira sudah berlalu menuju loker, Sarah dan Devi bertosria sambil menunjukan raut wajah yang tak biasa. Tetapi saat melihat Safira kembali, mereka pun langsung menunjukan wajah sumringah hingga Safira tak menyadari tatapan kedua orang yang ia anggap sahabat itu.

Saat sore hari mereka mulai berangkat dengan menggunakan satu mobil, dan Arselo yang mengemudikannya. Sesaat Safira merasa heran karena tak biasanya sahabatnya mengajak pria untuk berlibur.

"Hai Sar, kalian udah siap berangkat?" tanya Arselo.

"Hai juga El, udah nih. Oh iya, kenalin ini sahabat kami, namanya Safira," ujar Sarah mengenalkan Safira dan Arselo sambil mengedipkan sebelah matanya. Arselo dan Safira pun berkenalan, ia tak menaruh curiga pada siapapun.

"Hai kenalkan, Gue Arselo," ucap Arselo mengulurkan tangannya.

"Salam kenal, aku Safira," jawab Safira menerima uluran tangan Arselo.

"Ok, kita berangkat sekarang ya," kata Arselo pada ketiga gadis itu dan para gadis itu pun mengangguk setelah menyimpan tas mereka di bagasi mobil.

Setelah selesai, mereka pun langsung masuk mobil. Awalnya Safira ingin duduk di kursi belakang, tapi ia kalah cepat dengan Sarah dan Devi. Akhirnya dengan berat hati, Safira pun duduk di sebelah Arselo yang sudah menunggu mereka di balik kemudi, berselang beberapa menit kemudian mobil pun berlalu menembus jalan yang padat karena mereka berangkat bertepatan dengan jam pulang kantor, sehingga membuat mereka terjebak macet.

Menempuh perjalanan yang hampir tiga jam, akhirnya mereka pun sampai di sebuah villa milik keluarga Devi.

Mereka segera menuju ke kamar masing-masing untuk membersihkan diri dan beristirahat melepas lelah sebentar, sebelum waktu makan malam bersama tiba. Di villa ini sudah ada pengurus rumahnya, jadi mereka tak perlu repot-repot masak.

Beda halnya dengan Safira, dia segera menunaikan shalat magribnya dulu, baru bisa beristirahat. Setelah di rasa cukup beristirahat Safira pun keluar kamarnya dia selalu memakai pakaian yang tertutup meskipun tidak berhijab.

"Bi, boleh saya minta teh jahe hangat?" pinta Safira pada seorang pengurus villa itu.

"Boleh non, silahkan tunggu dulu," jawab bi Munah

Safira pun menuju sofa yang ada di ruangan TV itu sambil menunggu teh jahe pesanannya. Saat sedang menunggu, ia dikagetkan oleh kedua sahabatnya.

"Ngelamun aja, lagi apa?" tanya Sarah

"Lagi nunggu minuman ku, tadi aku minta teh jahe sama bibi," jawab Safira "Cuaca di sini sangat dingin ya beda dengan di kota," lanjut Safira lagi.

Sarah dan Devi hanya tersenyum, mereka sudah biasa ke sini, jadi sudah tidak heran. "Ya itu lah alasan kita untuk berlibur ke sini," jawab Devi.

Setelah minuman datang mereka pun lanjut mengobrol sambil bercanda bersama. Arselo yang tengah beristirahat pun merasa terganggu dengan suara ke tiga gadis itu, akhirnya ia pun memutuskan untuk keluar kamar dan bergabung bersama ketiga gadis itu.

"Non, makan malamnya sudah siap," ujar Bu Munah memberi tahukan majikan dan ketiga temannya.

"Oh iya bi, terimakasih," jawab Devi.

"Guys, makan malam dulu yuk," ajak Devi mengajak ketiga temanya.

"Oke. Yuk, gue juga udah lapar banget," jawab Arselo.

Makan malam ke empat orang itu pun begitu ramai, mereka tak merasa canggung untuk saling melemparkan candaan mereka.

Malam ini ke empat orang itu memutuskan untuk mengistirahatkan tubuh mereka dan berencana besok mereka akan puas-puaskan bermain, jadi setelah makan malam pun mereka kembali ke kamar mereka masing-masing.

Eps 2

Saat siang hari mereka benar-benar memuaskan liburan mereka dengan melakukan berbagai macam kegiatan yang menyenangkan dan saat malam harinya mereka pun memutuskan untuk barbeque-an, (Sesaat sebelum kejadian itu) Safira merasa sangat beruntung karena mempunyai sahabat yang sangat baik dan tak memandang rendah dirinya yang miskin dan sudah tak mempunyai orang tua lagi. Hingga ia merasa pusing dan merasa suhu tubuhnya tiba-tiba saja naik.

Akhirnya Safira berpamitan dan segera masuk ke kamarnya, Safira buru-buru menanggalkan pakaiannya dan hanya menggunakan u*******rnya saja, ia bergegas masuk ke toilet dan menyiram tubuhnya dengan air shower dingin, namun tetap saja tubuhnya masih merasa panas dan tak nyaman.

"Ya tuhan, apa yang sudah terjadi padaku?" tanya Safira pada dirinya sendiri di tengah guyuran air dingin itu, bahkan ia tidak menyadari jika seseorang sudah menyelinap masuk ke kamarnya, laki-laki itu dengan sadar diri membuka seluruh bajunya tanpa menyisakan apapun.

Seketika Safira terjengkit kaget, tiba-tiba ada seseorang yang memeluk tubuhnya. Antara sadar dan tidak Safira sempat memberontak, tapi ia yang sudah kewalahan hanya bisa pasrah saat seseorang itu membopong tubuhnya ke atas kasur dan merenggut kesuciannya.

Arselo yang saat itu menyadari bahwa itu adalah pengalaman pertamanya Safira, merasa sedikit bersalah dan sangat beruntung pikirnya ia mendapatkan seorang perawan.

Arselo melakukannya hingga ia merasa puas dan tertidur di samping Safira, kala itu Safira sudah tak sadarkan diri. Ya dia pingsan tapi itu tak membuat Arselo merasa kasihan.

Hingga saat pagi hari ia sadar dan merasa tubuhnya remuk redam, dan saat menoleh ke samping tempat tidurnya ada seorang laki-laki yang sedang tidur memunggunginya. Saat itu juga Safira reflek menendang punggung Arselo yang sedang tidur, hingga pria itu jatuh tersungkur di bawah kasur.

Arselo marah merasa tidurnya terganggu ia hendak menampar wajah Safira, bertepatan dengan pintu kamar yang berhasil di buka paksa oleh beberapa orang warga.

"Diam kalian berdua," teriak pak RT setempat yang memergoki Arselo yang berdiri di hadapan Safira yang tengah duduk di atas kasur sambil menangis.

"S**l" umpat Arselo.

"Apa yang sudah kalian lakukan itu adalah zina, kalian harus menikah sekarang juga," ucap pak RT lagi.

Seketika, Arselo menatap tajam Safira. Sedangkan Safira sendiri bengong dengan tatapan kosong ke depan. Pagi itu pun Arselo dan Safira di nikahkan oleh ustad setempat dengan di hadiri warga sebagai saksinya.

Sedangkan Sarah dan Devi yang sejak subuh sudah mendengar ribut-ribut di luar, segera melarikan diri lewat pintu di samping pagar villa dan memesan taksi online untuk mereka pulang ke ibu kota.

Setelah pernikahan siri itu selesai, warga, beserta ustad yang menikahkan mereka pun meninggalkan villa itu sendiri, sedangkan pak RT masih di sana untuk meminta kejelasan tentang apa yang sebenarnya sudah terjadi. Dan Safira pun menceritakan semua hal yang ia rasakan sesaat sebelum kejadian.

"Sudah bapak duga, itu ternyata sudah di rencanakan," ujar pak RT memberi pendapatnya.

Safira hanya tertunduk malu, dan merasa dirinya kotor, dia tidak berhenti menangis, sampai pak RT pamit dan Arselo datang dengan tampang yang sarat akan amarah.

"Cepat beresin barang-barang loe, kita balik ke kota sekarang. Kecuali kalau loe mau tetep tinggal di sini, bakal gue tinggalin," perintah Arselo yang terdengar sinis di telinga Safira.

Tanpa mengatakan apa-apa, Safira pun bangkit dan berlalu ke kamar yang ia tempati, dengan rasa sesak di dada, ia pun mengikuti Arselo dan masuk ke mobilnya. Bahkan ia lupa akan Sarah dan Devi. Sepanjang perjalanan menuju ke kota, Safira diam dia tak berniat mengatakan apapun pada Arselo. Begitu pun dengan Arselo yang merasa hari ini sebagai hari s**lnya, dia hanya mengumpat dan memukul setir saja.

Sesampai di kota, Arselo langsung membawa Safira ke sebuah apartemen kecil. Safira yang sedang melamun pun tak menyadari bahwa Arselo tidak mengantarkannya ke tempat kos'an dia.

Saat sudah sampai di besment gedung apartemen yang Arselo sewa, ia langsung membuka pintu mobilnya dan menutup dengan kasar. Hingga Safira yang tengah melamun pun terlonjak kaget dan begitu sadar, ia tak mengenali tempat itu. Safira pun mulai membuka pintu mobil dan keluar, saat baru keluar mobil, ia tiba-tiba di tarik oleh sebuah tangan dengan kasar dan menggusurnya.

Arselo menarik kasar lengan Safira sampai unit apartemennya. Saat sudah sampai di dalam itu, Safira langsung menghempaskan cekalan tangan Arselo yang sudah sangat perih ia rasakan.

"Jangan banyak tingkah loe," ucap Arselo di depan wajah Safira. Arselo langsung menghubungi seseorang, hingga tak lama kemudian terdengar bunyi bel berbunyi. Arselo bergegas membuka pintunya dan kini muncullah Sarah dan Devi.

Bukannya merasa bersalah dan kasihan, mereka datang dengan wajah yang puas.

"Sarah, Devi, ada apa dengan kalian? Kenapa kalian tega ngelakuin ini sama aku?" tanya Safira.

"Memangnya kami melakukan apa?" Devi malah balik bertanya.

"Heh, gadis kampung, kamu kira kita temen baik? Polos banget sih jadi orang. kamu pantas mendapatkan itu," ujar Sarah menimpali.

Sedangkan Arselo hanya duduk sambil memainkan ponselnya. Berpura-pura tak mendengar perdebatan tiga wanita itu.

"Apa salah aku sama kalian?" tanyanya lagi.

"Kesalahan loe itu bnyak, loe gak akan pernah bisa menebus semua kesalahan yang loe buat ke gue dan keluarga gue" jawab Devi.

"Aku pikir kalian benar-sahabat ku," ujar Safira sambil menunduk.

"Kita jadi sahabat loe? Jangan berharap!" jelas Devi.

"Udah-udah, gue mau istirahat. Lebih baik kita selesaikan ini secepatnya." Arselo berujar, "Loe berdua–" tunjuk Arselo pada Sarah dan Devi "–Jadi saksi gue ceraikan Safira," dengan senyum yang mengembang Sarah dan Devi pun mengangguk.

"Safira Almaya, Aku talak engkau saat ini juga kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi," ucap Arselo jelas.

Sontak mata Safira membulat sempurna, ia tak menyangka akan menjadi seperti ini.

"Apartemen ini gue sewain buat loe selama satu tahun, gue kira itu cukup buat cewek macam loe," ucap Arselo dengan nada dinginnya, sedangkan kedua mantan sahabatnya hanya cekikikan yang melihat Safira sudah luruh menunduk di lantai.

Flashback off

Eps 3

Sejak kejadian itu, Safira memutuskan untuk pindah ke apartemen yang di sewakan Arselo untuknya karena dia di usir oleh ibu kost tempat tinggal dia sebelumnya, dia juga di pecat oleh bos tempatnya bekerja. Kini ia memilih untuk tinggal di apartemen itu untuk sementara waktu.

Sebulan telah berlalu, Safira merasa sedang tidak enak badan, sudah tiga hari ia mengalami mual setiap pagi, dan itu cukup mengganggu kegiatannya, dia pun mulai curiga karena sudah telat datang bulan selama seminggu, jadi dia ingin memastikan apa yang tengah ia alami.

Dengan gugup, ia pun memberanikan diri untuk membeli sebuah testpek di apotik terdekat, dan segera pulang. Sesampainya di unit itu, dia segera mencobanya, dengan rasa takut yang mendera, setelah menunggu beberapa saat, akhirnya terpampanglah dua garis merah yang sangat jelas, bukan samar-samar lagi. Luruh'lah sudah tangis yang ia coba tahan, amarah dan sakit hatinya kini semakin meluap ia merasa sudah sangat mengecewakan ke dua orang tuanya yang sudah tiada.

Setelah puas dan lelah menangis, akhirnya ia pun tertidur di sudut kamar unit itu.

****

Hari sudah beranjak siang, cuaca di luar sudah sangat terang. Dengan sisa tenaga yang ada Safira melangkah kan kakinya dengan gontai menuju dapur dan memasak mie untuk mengganjal rasa lapar perutnya yang sedari pagi belum ia isi.

Sambil memakan makanannya ia menangis dalam diam teringat mimpi yang baru ia alami.

Sebuah tangan mengusap sayang pucuk kepalanya, Safira merasakan tubuhnya tengah di peluk seseorang. Dengan nyamannya ia menyandarkan tubuh lelahnya pada sosok itu, dan sosok itu pun berkata "Fira anak ibu yang baik, jaga baik-baik cucu ibu dan ayah, kami yakin Fira mampu menghadapi ini semua." Dan kemudian sosok itu pun hilang bersama hembusan angin yang menerpa tubuhnya.

"Ayah, ibu, maafkan aku yang tidak bisa menjaga diriku sendiri. Seperti yang ibu minta, aku tidak akan menggugurkan janin ini, karena janin ini juga cucu ibu dan ayah. Tolong lindungi aku dari alam sana bu, yah," batin Safira.

Esok harinya Safira pun memutuskan untuk keluar dari apartemen itu dan pergi jauh ke daerah lain, dengan bermodalkan tekad dan sisa tabungannya ia akan pergi ke desa terpencil dan menetap di sana nantinya.

Saat ia hendak menaiki bus yang akan membawa Safira ketempat tujuannya, ia tak sengaja di tabrak seseorang hingga tasnya terjatuh. Pria itu pun meminta maaf dan membantu membawakan tas Safira.

"Maaf mbak, saya gak sengaja," kata pria itu.

"Iya gak apa-apa mas, lain kali hati," ujar Safira. Setelah itu Safira pun langsung mencari tempat duduk yang kosong. Dan laki-laki itu mengikuti Safira karena kebetulan sudah tak ada lagi tempat yang kosong.

"Boleh kenalan mbak? nama saya Abizar" ucap laki-laki yang ikut duduk di samping Safira, dan mengangsur'kan tangannya untuk berjabat tangan.

"Saya Safira" ucap Safira sambil menjabat tangan Abizar sebentar. Safira merasa sedikit takut karena pria itu terus menerus menatapnya. Safira hanya memalingkan wajahnya untuk menghadap jendela kaca yang menampakan jalan kota yang masih ramai.

"Tujuan mbak mau kemana?" tanya laki-laki itu.

"Saya mau ke daerah Tasik," jawab Safira

"Oh, searah dong ya?" tanya Abizar.

Safira hanya tersenyum tipis tak berniat memperpanjang obrolannya, Dia merasa lelah fisik maupun batinnya. Ia pun tertidur karena perjalanan pun masih sangat jauh.

Kurang lebih memerlukan waktu selama hampir delapan jam waktu yang Safira tempuh menggunakan bus itu, ia pun bergegas mencari penginapan murah yang berada dekat terminal itu karena waktu pun sudah sore, tak akan sempat jika memaksakan langsung berangkat ke perkampungan yang ia tuju karena masih memerlukan waktu sekitar empat jam menaiki mobil metromini itu dan mobil itu pun sudah berangkat dua jam yang lalu.

Setelah mendapatkan penginapan di wisma terdekat Safira pun segera membersihkan tubuhnya dan beristirahat. Saat makan malam ia memilih untuk mencari makanan di luar.

Saat sedang menunggu pesanan tiba-tiba ada seorang laki-laki yang duduk di bangku depannya.

"Lho Safira, kan?"

"Iya," kata Safira menganggukkan kepalanya.

"Kamu nginap dimana?" tanya Abizar.

"Di wisma XY" jawab safira.

"Oh, kalau aku nginap di rumah paman yang dekat sekitaran sini, biar besok subuh bisa langsung berangkat ke kampung halaman ku," ujar Abizar.

"Kalau boleh tau kamu tujuannya mau ke mana?" tanya nya pada Safira.

"Aku mau pergi jauh, ke pelosok, ke tempat yang sulit di jangkau oleh kendaraan maupun internet," jawab Safira.

Sesaat Abizar merasa aneh dengan jawaban yang di ucapkan safira.

"Maaf sebelumnya, apa kamu sedang ada masalah?"

"Hmmm, hanya ingin suasana baru," jawab Safira.

Abizar pun merasa iba dan kasihan pada Safira.

"Aku memang tidak tahu apa masalah yang tengah menimpa mu, tapi aku berdoa semoga masalah mu cepat selesai ya," ucapnya pada Safira "Dan jika kamu tidak keberatan bagaimana kalau kamu ikut ke kampung halaman ku saja?" tanya Abizar.

"Maaf, tapi aku gak mau buat kamu repot. Apa lagi kita baru kenal pagi tadi," jawab Safira.

"Jangan sungkan, aku senang jika bisa membantumu".

Dan mereka pun makan malam bersama di angkringan itu sembari mengobrol ringan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!