...Tidak lanjut karena tidak laku... Jadi tidak perlu baca kalau tidak mau tergantung... ...
"Qiran.!!"
Suara tegas meneriaki ku, itu suara atasan ku memanggil, yah. Namaku Qirani Virginia, biasa di panggil Qiran, sekarang aku tengah bertugas sebagai seorang housekeeper di hotel berbintang. Dan ini bukan lah pekerjaan satu satunya yang ku tekuni, karena aku masih punya beberapa pekerjaan paruh waktu lainnya, dari mulai menjadi pelayan pom bensin, pelayan restoran, hingga laundry.
Dan malam ini, aku bekerja di hotel berbintang yang cukup terkenal di kota ku, dari sekian banyak pekerjaan paruh waktu ku, di sinilah aku bisa mendapat lebih banyak uang tambahan
Biasanya sebelum check-out para tamu memberi ku uang tips yang lumayan besar, sebab kebanyakan yang datang ke sini, bisa dipastikan orang orang kaya. Uang yang menurut mereka receh, aku anggap sebongkah berlian yang sangat berharga.
"Iya Pak." ucap ku menunduk sopan pada atasanku. Pak Raffi.
"Setelah ini, tugasmu bersih bersih di lantai atas, di acara pesta peresmian Presdir baru Bramantyo group itu, mengerti kan?" perintahnya.
"Baik Pak!" sigap ku menunduk sopan.
Tanpa bertanya apa pun lagi, aku pun segera menaiki lift karyawan menuju lantai atas, di mana acara pesta peresmian orang kaya itu di adakan, orang orang kaya yang menyewa tempat luas di hotel ini.
Tak lama aku keluar dari lift. Dengan menenteng alat bersih bersih, ku lanjutkan langkah ku bersemangat, siapa tahu saja, akan ada orang kaya baik hati yang memberi ku banyak tips "Semangat!" ucap ku menyemangati diriku sendiri.
"Qirani Virginia"
Tiba-tiba saja kudengar seseorang memanggil nama lengkap ku, siapa dia? di tempat seperti ini? apakah ada yang mengenal ku? dengan rasa penasaran, ku tolehkan kepalaku ke arah suara.
"Apa kabar?" tanyanya tepat di depan wajah ku membuat ku berjingkrak kaget "Astaghfirullah Om!!" pekik ku keras, tersentak.
Ternyata Om Om tampan yang sudah beberapa Minggu ini mengikuti ku kemana mana "Ya Tuhan Om, kau mengagetkan ku!" protes ku padanya yang justru memberi ku senyuman manis.
"Kenapa di mana mana ada kamu Qiran? bahkan di sini pun kita bertemu? apa jangan-jangan kita berjodoh hm?" ucapnya yang tidak tahu malu, sudah tua, menggoda ku yang masih enam belas tahun?
"Dasar Om Om genit." batinku.
"Om pasti sengaja mengikuti ku iyakan Om? dari kemarin Om selalu saja muncul tiba-tiba! pasti Om mengintai ku! jangan macam-macam padaku Om! aku bisa saja melaporkan mu ke polisi, dan perlindungan anak." ucap ku tegas sambil berkecak pinggang dengan wajah yang mendongak padanya.
"Hei, jangan salah paham manis, aku ke sini, mau menghadiri acara pesta peresmian direktur utama, kebetulan dia masih kerabat dekat Papi ku. Lagi pula apa aku setua itu hh? kenapa kamu selalu memanggil ku Om? panggil aku Mas." pintanya.
"Iiiiuuuuu, ingat umur Om, berapa umur Om?" tanyaku yang kurang pekerjaan, kenapa juga harus bertanya umur padanya?
"Tiga puluh tahun." jawabnya dengan nada santainya.
"Tuh kan? umur kita saja jauh sekali, yang aku pantas panggil Mas itu yang usianya masih dua puluh dua tahunan." ucap ku ketus "Sudahlah aku sibuk, capek lama lama meladeni Om.!" lanjut ku lalu membalikkan badanku dan meraih alat bersih bersih ku kembali.
"Qiran, mau kemana? Mas masih mau bicara!" panggil nya dan aku hanya melambaikan tangan ku padanya tanpa menoleh.
"Bye.!!" ucap ku dan terus ku lanjutkan langkah sambil sesekali berhenti mengambil satu dua sampah dari lantai.
...----------------...
Dan di sinilah aku sekarang, di antara orang orang kaya yang menghadiri pesta orang kaya itu, aku tidak tahu sebenarnya pesta apa ini? pesta peresmian apa aku lupa, tapi yang pasti ramai sekali, terlihat orang orang kaya itu, memakai pakaian terbaik mereka. Pakaian yang harganya mungkin bisa untuk menjamin hidup ku beserta adik adik di panti asuhan ku selama satu tahun.
Yah, aku memang tinggal di panti asuhan, entah siapa yang meninggalkan ku di sana, aku pun tak tahu, bagaimana wajah ayah dan ibu ku aku benar-benar tidak pernah melihatnya, hanya kalung ini, yang mungkin akan menjadi petunjuk ku menemukan orang tua ku.
Ku genggam bandul liontin yang sudah bertahun-tahun lamanya melekat di leher ku ini, dengan wajah sendu sambil mengedarkan pandangan ku ke seluruh wajah orang di gedung megah ini, seandainya saja salah satu dari orang kaya yang menghadiri acara ini ada orang tua ku dan mengenali kalung ini.
"Huuff, kenapa aku masih berharap hal yang tidak mungkin. Kau sudah di buang Qiran, jangan terlalu banyak berharap." pekik ku padaku sendiri.
"Eh Qiran!" dari arah kanan seseorang memanggil ku, aku pun menoleh seketika padanya dan Pak Raffi berjalan gontai menuju ku, ada apa lagi ini? belum juga mulai bekerja sudah di panggil lagi? pikir ku.
"Iya Pak?" sigap ku merespon.
"Qiran, tolong kamu ke kamar 525 yah, sekarang tugas kamu membersihkan kamar itu, jadi tinggal kan tempat ini. Oke!" perintahnya lagi.
"Baik Pak!" sahut ku menurut.
Dan lagi-lagi tanpa bertanya apa pun lagi, aku melangkahkan kakiku semangat menuju kamar 525. Lagi pula biasanya, saat bertugas membersihkan kamar, akan lebih berpotensi di beri banyak uang tips, dari pada di acara pesta begini. Di lihat dari nomor kamar nya sih, sepertinya kamar presidential suite. Dimana hanya tamu VVIP yang akan menginap di ruangan itu.
"Yes! semoga tips nya banyak." harap ku.
Dan untungnya lagi kamar yang aku tuju berada di lantai yang sama di mana acara pesta berlangsung, jadi aku tidak perlu lagi menaiki lift. Langkah ku semakin cepat, dan kulihat pintu yang bernomor 525 itu sudah dekat dengan pandangan ku.
"Oh itu dia." ucap ku masih bersemangat sambil terus berjalan semakin cepat, ku hela napas panjang sebelum kemudian.
Ceklek....
Ku dorong pintu yang sudah terbuka ini sambil mengerutkan kening bingung "Kenapa pintunya tidak terkunci?" ucap ku bertanya tanya sesekali menoleh ke kanan dan kiri yang terlihat kosong, tak ada satupun orang.
Aku pun segera melangkah kan kakiku masuk ke dalam kamar 525 ini dan kosong, tidak ku lihat siapapun di dalam sini.
"Aaakk.!!" keluh ku saat kurasakan ada tusukan seperti jarum suntik yang menancap di leher ku.
Dan gelap...... Setelah itu aku benar-benar tidak bisa merasakan apapun lagi. Hingga akhirnya aku mulai bisa menggerakkan tangan dan kakiku, tapi anehnya kenapa seperti ada yang membelenggu tangan dan kaki ku.
"Oh, ada apa ini? kenapa dengan ku?" ucap ku sambil menggoyangkan tangan dan kakiku yang terasa di belenggu. Seperti ada kain yang mengikat kedua tangan dan kedua kaki ku.
Ingin rasanya ku lihat ke sekeliling, tapi mataku tertutup, seperti ada kain yang sengaja di tutup kan pada mataku "Hai, apa ada orang? tolong! tolong bantu aku melepasnya!" teriak ku mulai tak tenang.
Takut aku benar-benar sangat takut. Aku terus menggoyangkan tangan dan kakiku dan benar-benar tidak bisa melepaskan diri.
"Tolong.!!"
"Sayang." bisikan yang tiba-tiba mengagetkan ku hingga aku berjingkrak terkejut "Siapa kamu?" sentak ku "Kenapa aku di ikat seperti ini? tolong lepaskan aku!" lanjut ku ketus.
Tapi bukannya mendapat jawaban, aku justeru mendapat sentuhan sentuhan menakutkan di sekitaran dadaku "Siapa kamu? jangan kurang ajar kamu! lepaskan aku!" teriakku meracau.
Aku yakin ini sudah pasti tidak wajar, pasti seseorang sengaja membuat ku tak berdaya seperti ini, sengaja ingin melecehkan ku.
"Lepas kan aku!" teriakku lagi berharap sentuhan sentuhan menakutkan itu berhenti tapi justeru lebih mengarah ke tubuh inti ku, membuka satu persatu kain yang ku kenakan.
"Jangan!" pekik ku menolak dan sekarang suaraku mulai di selingi dengan isak tangis ku "Hiks hiks" rontaan ku tak berarti, ia tetap menjamak tubuh ku. "Ku mohon jangan sentuh aku!"
...----------------...
Bersambung.....
"Aahh"
Satu lenguhan panjang lolos dari bibir ku, saat ku rasakan sesuatu yang menggila di tubuh inti ku.
Dia tidak mengatakan apa-apa, hanya sentuhan sentuhan saja yang terus dia berikan padaku, di ruangan ini, hanya ada suara cecapan bibirnya saja, yang bisa ku dengar dengan sangat jelas "Tolong hentikan, jangan lakukan ini padaku, siapapun kamu, tolong ampuni aku, hiks hiks." racau ku yang terus menitihkan air mata ketakutan ku.
Sesekali aku menggelinjang hebat, saat sudah tidak tahan dengan rasa yang menakutkan ini "Apa salah ku padamu? kenapa kau menghukum ku begini? tolong jangan lakukan ini, ku mohon.!" bujuk ku yang tak sedikitpun mendapat respon.
"Aaaaaaaaaaa" teriak ku saat ku rasakan sesuatu yang merobek segel berharga milik ku "Tidak, jangan, jangan lakukan ini ku mohon.!" pintaku memohon tapi sia-sia.
Sekitar sepuluh menit dia melenguh menikmati aktivitas haram nya, sebelum kemudian "Aaaagghhh ssh kau benar benar luar biasa cantik" bisik nya pelan tapi aku masih bisa mendengar nya.
Kemudian dia menghentikan aksinya, aku meremang, ada sesuatu yang ia tinggalkan di tubuh inti ku, aku sudah tidak bisa berteriak, dan lagi pun hanya akan sia-sia saja, dia justru semakin gencar saat aku berteriak menolak.
"Hiks hiks" aku hanya bisa menangis lirih dan kurasakan alas yang ku tempati bergoyang, sepertinya orang itu turun dari tempat ini.
Tak lama kemudian suara kericikan air terdengar "Apa dia mandi setelah menodai ku? bajingan." batin ku.
Setelah suara kericikan itu, aku mendengar suara langkah kaki yang mendekat kemudian suara dentingan kepala gesper yang mungkin di pakai kembali "Siapa pun kamu, tolong lepaskan aku, aku mohon." lirihku terisak.
BRAK....
Suara itu terdengar sangat keras, seperti pintu yang di tendang "Bangsat.!!" suara laki-laki yang kudengar menggema di ruangan ini.
"Siapa dia? ada apa sebenarnya di sini?"
Lalu suara gaduh dari beberapa kaki besar yang menghentak tak beraturan juga menyusul.
"Apa yang terjadi? seseorang tolong aku!" lirihku yang mungkin akan mati, jika tubuhku sudah tidak orang itu inginkan lagi.
BRAK....
Aku mendengar lagi suara keras itu lalu hening, tak terdengar suara apa pun lagi, selain suara isakan tangis ku sendiri.
"Bahkan mungkin, aku akan lebih dulu mati sebelum bertemu dengan ibu dan ayah ku."
Tap Tap Tap....
Tak lama kemudian derap langkah kaki besar terdengar mendekat, aku menggeser tubuh ku, menepi, aku tidak mau dia menyentuh ku lagi, aku takut.
Dan kali ini kurasakan selimut yang menutupi seluruh tubuh polos ku, mungkin saja orang itu kasihan dengan ku yang mulai kedinginan "Hiks hiks, ku mohon lepas." ucap ku lirih.
Dan sepertinya dia mengabulkan nya, aku merasakan sentuhan lembut di tangan ku dan kakiku melepaskan ikatan yang membelenggu ku, mungkin aku sudah tidak lagi dia butuhkan, apa pun itu aku harap dia membiarkan ku pergi.
"Hiks hiks hiks." Isak ku.
Kubuka kain yang menutupi mataku saat sudah tidak lagi terbelenggu "Om?!" sentak ku terperanjat.
"Qiran." sahut laki-laki itu dengan wajah sesalnya. Kulihat ia memberikan jas miliknya dan menutup kan nya pada ku.
"Jadi kau hah?" teriak ku menampik tangannya.
"Setelah merenggut kesucian ku, kau memberi ku jas mu?!" emosi ku sudah tidak bisa di bendung lagi, rasa lemas ku bahkan sudah tak ku hiraukan.
"Kenapa kau tega melakukan nya padaku? aku masih anak-anak, apa kau tidak melihatnya?" pekik ku berteriak sejadi-jadinya.
"Maafkan aku." ucapnya terdengar menyesal.
"Hiks hiks, tega kamu Om!" Isak ku lirih sesekali meraung sekedar melepaskan kekesalan ku.
"Sekarang pakai lah bajumu, aku yang akan mengantar mu pulang." titahnya.
"Tidak perlu mengantar ku! aku tidak mau berurusan lagi dengan mu!" tolak ku dan ku raih satu persatu pakaian ku yang tercecer di lantai.
Tapi saat dia melihat tubuh polos ku dia malah memalingkan pandangannya dari ku.
"Hekm, setelah puas lalu dengan begitu cepat nya jijik melihat ku, padahal tadi dia terlihat menikmati ku." batinku.
Ku pakai satu persatu pakaian ku, sesekali meringis menahan rasa sakit di tubuh inti ku, rasanya sangat nyeri, seperti bengkak meradang di sekitaran sana.
Kulihat bercak darah berwarna terang tercecer di sprei putih itu, ya Tuhan, itu darah kepera.wanan ku, yang di renggut oleh Om bajingan ini "Hiks" Isak ku memejamkan mata sejenak.
Tanpa menoleh lagi padanya, ku langkahkan kakiku menuju pintu, bermaksud keluar dari tempat terkutuk ini.
"Tunggu Qiran." pekiknya menarik lengan ku dan ku tepis kuat kuat "Jangan sentuh aku!" tolak ku sangat keras. Mataku melotot menatap wajah tampan nya yang masih menunjukkan penyesalan.
"Sudah ku bilang, aku tidak mau berurusan lagi dengan mu!" pekik ku menunjuk wajah nya geram.
"Tapi, berbahaya jika aku biarkan kamu sendiri Qiran."
"Cih...." decih ku "Kau lebih berbahaya dari pada siapapun Om! kau lebih buruk dari monster!" hardik ku padanya.
Kemudian aku kembali melanjutkan langkah, meski masih sedikit meringis karena rasa sakit di tubuh inti ku ini, aku benar-benar hilang harapan, kesucian yang ku pertahankan selama enam belas tahun ini, di renggut oleh laki-laki tampan berhati iblis.
Tapi saat baru melewati pintu, aku membelalakkan mataku terkejut, yah Om bajingan ini menggendong tubuh kecil ku tampa izin dari ku.
"Lepaskan aku! turunkan aku! jangan sentuh aku!" racau ku meronta, memukuli dadanya tapi rontaan ku tak berarti oleh tubuh tinggi kekar nya, bahkan saat ku gigit dadanya dia tetap tidak melepaskan ku, dengan mudahnya dia membawaku menaiki lift. Di saksikan oleh banyak orang, diantaranya karyawan hotel dan beberapa pengawal yang terus mengikuti Om bajingan ini.
"Hiks hiks" tangis ku pasrah. Setidaknya mungkin di keramaian seperti ini laki-laki ini takkan menggauli ku.
Tiba di lantai lower ground, pintu lift terbuka, dan aku masih pasrah berdiam diri di gendongan laki-laki bejat ini, entah mau di bawa kemana, dan apa yang akan terjadi pada ku nanti, aku hanya harus menerima kenyataan, lagi pula jika sampai aku mati pun, di dunia ini tidak akan ada yang menangisi ku.
Brugh.....
Setelah mendudukkan ku di jok mobilnya laki-laki itu memasuki pintu lainnya dan duduk di jok sebelah ku.
"Jalan Pak!" titah pria itu pada Pak sopir.
"Baik Tuan Bian." sahut Pak sopir.
"Jadi nama bajingan ini Bian?" batinku.
Kemudian dengan perlahan mobil mewah yang ku tumpangi ini bergerak menembus jalanan perkotaan di malam hari, di belakang mobil mewah ini, beberapa mobil juga mengiringi, sepertinya itu mobil pengawal Om bejat ini.
Sedang aku masih memalingkan wajah ku ke jendela, meratapi nasib sial yang sedari kecil melekat di hidup ku.
"Jangan lagi menangis, jangan membuat ku semakin merasa bersalah." ucapnya yang terus menerus meraih tangan ku tapi terus menerus pula ku tepis. Dia benar-benar monster yang tidak berperasaan, setega itu merusak gadis kecil seperti ku.
Qirani Virginia POV end
...----------------...
Bersambung.....
Satu bulan sebelum kejadian naas yang menimpa Qiran terjadi. Terlihat sebuah mobil memasuki stasiun pengisian bahan bakar atau biasa kita singkat SPBU. Tentunya mobil mewah berwarna putih itu mengantri di lorong yang bertuliskan non subsidi.
Dan di dalam mobil mewah itu, ada seorang pria tampan duduk dengan kaki yang di tumpang kan sebelah ke lututnya, pria tampan berkacamata itu tidak lain adalah Bian Anggara.
Jam sembilan nanti pria dewasa itu akan menghadiri rapat pemegang saham, jadi pagi-pagi begini sudah keluar dari mantion nya.
"Wah, panjang juga antriannya Pak?" ucap Bian sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh kendaraan yang mengantri di lorong bertuliskan subsidi.
"Gimana tidak mengantri Tuan, lihat saja karyawan nya saja masih anak-anak." sahut sang sopir.
Mendengar itu Bian pun menatap ke arah gadis kecil yang tengah mengembangkan senyuman manis seraya melayani satu persatu motor yang akan mengisi bahan bakar minyak.
Tak sadar bibir Bian pun tersenyum melihat senyum riang gadis cantik itu "Dia sangat cantik." ujarnya "Tapi bagaimana bisa anak sekecil itu bisa bekerja di sini?" tanyanya kemudian.
"Sepertinya dia bukan karyawan tetap Bos, tapi hanya karyawan magang atau pekerja paruh waktu saja, sekarang para koordinator justru mencari pekerja paruh waktu, dengan begitu mereka tidak perlu menggajinya dengan upah minimum, dan tunjangan lainnya." sambung sang asisten yang bernama Arga dengan tatapan yang mengarah ke pada gadis pom bensin itu.
"Tapi kelihatannya dia sangat menyukai pekerjaan nya." Bian berujar sambil tersenyum dengan pandangan yang melekat pada gadis cantik itu. Gadis yang tidak lain adalah Qirani Virginia.
Senyum manis gadis itu begitu memesona nya, hingga kini Bian menurunkan kaca jendela mobil miliknya untuk bisa lebih intens menatap gadis riang itu.
"Yok! lanjut Pak!" ucap gadis itu bersemangat sambil memaju mundur kan jemarinya pada pengendara motor yang mengantri.
"Dia lucu." celetuk Bian tertawa kecil.
Arga tersenyum sambil melirik ke arah spion mengamati raut wajah sang Tuan yang jarang jarang tersenyum itu, meskipun sebenarnya Bian bukan termasuk laki-laki yang bersifat dingin, hanya saja memang pendiam.
"Gimana Tuan? apa kita langsung jalan?" tanya sang sopir sesaat setelah Arga membayar bahan bakar yang sudah di isikan ke mobilnya.
"Tunggu sebentar, aku masih mau melihat nya." titah Bian tanpa melepaskan pandangan pada Qiran.
Kebetulan di lorong yang non subsidi tidak ada lagi mobil yang mengantri, jadi mobil putih itu tidak di buru-buru keluar dari SPBU tersebut.
"Lanjut lagi Kakak. Ayok ayok!" dan lagi-lagi Bian terkikik kecil mendengar suara cempreng Qiran yang di selingi dengan tingkah lucunya.
Sekitar sepuluh menit Bian menikmati wajah cantik gadis pom bensin itu, hingga akhirnya suara klakson dari mobil yang akan bergantian mengisi bahan bakar pun membuatnya harus rela meninggalkan tempat itu.
Dan mata Bian masih terus menatap gadis itu meskipun kini mobilnya sudah bergerak dengan perlahan dan menghilangkan sosok imut seorang Qirani Virginia.
"Kenapa Bos? kau menyukainya?" tanya Arga.
Bian pun mengarahkan pandangannya ke pemuda itu "........" laki-laki dewasa yang masih perjaka itu hanya membisu. Menyukai? belum bisa di pastikan secepat itu.
...----------------...
Esok harinya di jam dan tempat yang sama, Bian melihat kembali sosok cantik seorang Qiran, dan seakan ketagihan, Bian terus menerus mengisi bahan bakar minyak di SPBU tersebut dan terus menikmati kecantikan gadis yang belum ia kenal itu.
Dan hari ini tepat di Minggu ke-dua nya mengamati, tapi secara tiba-tiba gadis pom bensin itu mendatangi mobilnya.
Melihat itu Bian pun segera menaikan kaca jendela mobil miliknya, berpura-pura mengalihkan pandangan ke depan "Apa dia ke sini Ga?" tanyanya pada sang asisten.
"Sepertinya begitu Bos." Arga mengamati gerak tubuh gadis itu yang terlihat tentang tenteng.
Tok Tok Tok....
Gadis itu mengetuk ngetuk kaca jendela mobil miliknya dengan arogan, bahkan sesekali gadis itu menyingsing lengan bajunya seperti sedang mengajak ribut.
Arga dan sang sopir terkikik kecil melihat nyali Tuan nya menciut "Hadapi Bos!" ucap Arga meledek.
Tok Tok Tok ....
Ketukan yang terus menerus itu membuat Bian menyerah dengan perlahan pria tampan itu menurunkan kaca jendela mobil miliknya sambil menggaruk tengkuknya nyengir.
"Eh, Om!" pekikan gadis itu dengan suara cempreng nya yang tanpa basa-basi lagi.
Arga terkikik saat mendengar sang Tuan di panggil Om oleh gadis itu.
"Om mau menculik ku yah hah? kenapa terus menerus ke sini dan mengawasi ku?" tanya Qiran ketus.
"Hah?" mulut Bian menganga menatap Qiran dengan sesekali berkedip bingung.
"Om pikir aku tidak tahu? setiap hari kau ke sini untuk mengintai ku hah? aku bisa laporkan ke polisi loh Om!" lanjut Qiran menyambar laki-laki yang masih kebingungan, tak tahu harus menjawab apa padanya.
"Kenapa diam? jawab Om!" tambah Qiran menuntut sambil menggebrak atap mobil mewah Bian.
"Bukan bukan!" Bian menggeleng sambil mengibaskan tangannya "Aku bukan penculik! aku hanya......"
"Qiran!" suara laki-laki memanggil gadis itu membuat Bian menghentikan kalimat nya.
Dan Qiran pun menoleh ke arah si penyeru sepertinya laki-laki itu mengingatkan nya untuk tidak meninggalkan pekerjaan begitu saja.
"Iyah Pak!" sahut Qiran berteriak menghiraukan laki-laki itu, kemudian menoleh kembali ke arah Bian yang masih tak berkutik.
"Awas yah Om! kalau Om coba-coba mengintai ku lagi, aku laporkan Om ke perlindungan anak!" ancam Qiran keras tepat di wajah Bian.
Membuat Bian memejamkan matanya saat tak sengaja saliva gadis itu terciprat ke wajahnya, kemudian gadis itu membalikkan badannya, pergi.
Sedang Arga mulai melepaskan tawanya terpingkal-pingkal sambil memegangi perut saat melihat sang Tuan di ancam seorang gadis kecil.
"Sialan kau hah!" pekik Bian menghentakkan kakinya ke sandaran jok yang Arga duduki.
"Ampun Bos! tapi gadis itu benar-benar lucu." kelit Arga dengan tawanya.
"Jadi apa kau benar-benar menyukainya Bos? kau bahkan tak bisa menjawab rutukan gadis itu." tambah Arga menutupi mulut menahan tawa yang takut membuat sang Tuan semakin marah.
"Kita pergi saja dari sini." titah Bian pada sang sopir ketus "Secepatnya kau harus mencari tahu siapa nama gadis itu dan di mana dia tinggal." lanjut Bian memerintah Arga.
"Siap Bos!" jawab Arga dengan tangan yang memberi hormat meskipun mulutnya masih sibuk menahan tawanya.
...----------------...
Sedang di tempat lain, Qiran tampak menggerutu setelah berhasil melabrak pemilik mobil yang selama ini mengintainya "Dasar penculik tidak profesional, dia pikir aku tidak tahu apa? awas saja kalau sampai besok dia datang ke sini lagi, aku pukuli wajah gantengnya." gerutunya sambil memukul-mukul kan kepalan tangan ke tangan lainnya geram.
"Qiran!" seorang pria memangilnya dan dengan reflek nya gadis itu menoleh.
"Iya Pak!" sahut nya pada pria yang tidak lain adalah seniornya.
"Ini, seseorang mengirim makanan lagi untuk mu, ambil dan makanlah dulu." ucap pria itu seraya memberikan satu kotak besar berisi makanan pada Qiran.
Qiran mendengus bingung "Tapi kira-kira siapa yah Pak? yang mengirimi ku makanan terus? ini bukan makanan murah loh Pak? sepertinya ini di pesan di restoran mahal." ucapnya bertanya tanya.
"Sudah jangan kebanyakan mikir Qiran, lebih baik terima saja, orang-orang kaya sekarang memang rajin-rajin bersedekah, kamu makan saja, biar Bapak yang berjaga." sambar pria itu menepis pertanyaan Qiran.
"Ok....."
Qiran menurut, dengan mengemban rasa penasaran, gadis itu mulai menepi, mencuci tangan kemudian menikmati makanan pemberian seseorang yang entah dari siapa itu, yang pasti setiap harinya Qiran mendapat kiriman makanan mahal itu.
...----------------...
Bersambung......
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!