Jumat pukul 3 sore,
Chelsea masuk mobil dengan wajah kesal, dia membanting tasnya lalu duduk bersandar dengan lunglai, kebenciannya akan Bodyguardnya benar-benar memuncak siang itu, namun seperti biasa dengan acuh pengawalnya melajukan mobilnya.
Mark memang jarang sekali bicara, laki-laki berusia 28 tahun itu entah mengapa dipilih ayahnya sebagai pengawal pribadinya, "Daddy salah rekrut" keluh Chelsea dihatinya, sungguh keberadaan Mark membuatnya merasa bagai seekor burung didalam sangkar yang dijaga seekor singa.
Kembali dengan geram Chelsea mengarahkan pandangannya ke jok depan tepat Mark yang tampak asik menyetir namun apa daya dia hanya bisa menarik napas panjang, dadanya semakin terasa sesak hari ini Steven mengakhiri hubungannya yang belum genap dua bulan terngiang kata-kata Steven tentang alasan putusnya tadi, "Mau ngapa-ngapain, susah!" katanya, dan semua itu karena ulah pengawalnya terlalu over protective, padahal mendapat Steven itu tidaklah mudah, seorang idola semua gadis disekolahan karena ketampanan dan prestasinya sebagai pemain basket, namun apa boleh baut eh buat Mark memiliki otoritas penuh untuk terus membuntutinya hingga kontrak kerjanya laki-laki itu berakhir. "Aaaaaarggggh!" pekik Chelsea dengan tanpa sadar.
Kediaman Rumah Mr. James
Tepat satu jam mobil sudah memasuki gerbang utama rumahnya, sore itu waktu menunjukan pukul 4.
Ayah Chelsea, Mr. James adalah seorang pengusaha properti yang sangat sukses, sejak lahir Chelsea sudah hidup dalam gelimangan harta yang melimpah hampir semua hal ayahnya memfasilitasinya, begitupun rumah yang mirip istana lengkap dengan kolam renang besar dan ranch kuda poni khusus dibangun Mr. James untuk menyambut kelahiran Chelsea anak semata wayangnya.
Bak memasuki satu hektar kebun bunga yang sangat indah, terutama Mawar berwarna putih begitu mendominasi hingga 15 menit perjalanan dari gerbang utama tidak akan pernah membuat bosan mata memandang.
Sesampainya didepan rumah, seperti biasa Chelsea menunggu pintu mobilnya dibukakan, Mark membukakan pintu untuk nona kecilnya, dengan wajah yang masih cemberut Chelsea bergegas keluar, dia sangat muak melihat tampang pengawalnya.
Namun tak lama berselang gadis itu menghentikan langkahnya, "Hey....!" hardiknya seraya menoleh pengawalnya sambil berkacak pinggang, kali ini dia menatap tajam, Markpun membalas dengan tatapan sama, Chelsea langsung melengos kalah gertak. "Sial dia nantangin gue" pikirnya, "Hmmm.....Situ gak bosen kerja ginian? teman gue bilang lu cocok jadi artis, artis bokep." tanyanya sambil tersenyum sinis, Chelsea memang tidak pernah sopan dengan siapapun, dia besar tanpa didikan baik kedua orang-tuanya, Mr. James sangat jarang pulang bahkan kadang sebulan sekali karena harus keliling manca negara untuk mengurus bisnisnya begitupun Ms. Rossy ibunya meninggal tepat setelah Chelsea lahir, sehingga Chelsea tumbuh kurang kasih sayang dan hidup bebas menjadi ratu dalam asuhan para asistennya dan Mark hampir empat tahun ini menjadi pengawalnya sekaligus merangkap sopir, melatihnya berkuda, berenang bahkan pelajaran matematikanya.
Mark menanggapinya dengan hanya menggeleng seperti biasa tidak begitu menghiraukannya, "Emang gak ada pacar? homo ya?" lanjut Chelsea lagi dengan penasaran, sementara Mark masih sibuk mengambil tas dan semua perlengkapan sekolah nonanya untuk dibawanya turun, "Masalahnya klo gue kuliah, masih ada lu lagi! Lu lagi, bisa gila gue!" Chelsea dengan terus cerewet melanjutkan kalimatnya melampiaskan kekesalannya akan kejadian disekolah tadi kepada pengawalnya.
Sejenak Mark terdiam, dia mulai menyadari Chelsea sudah bukan anak kecil lagi yang biasa bermain air hujan memaksa menunggangi kuda-kuda poni-nya hingga seringnya Mark harus menggendong paksa untuk membuatnya berhenti.
"HEY!!!" kembali pekikan Nonanya membuyarkan lamunannya, "Yes Ms," jawab Mark dengan singkat. "Hah! yas yes mulu!" gerutu Chelsea seraya dia bergegas memasuki rumah dan Markpun hanya tersenyum sambil mengikutinya.
Kriiiiing.... kriiiing...
Terdengar telp rumah berdering tepat sesaat Chelsea memasuki ruang tamunya, bi Inah pengasuh setianya terlihat berlari kearah telp, "Selamat siang Tuan, iya Ini Tuan, Non Chelsea baru tiba, Non Daddy Non telp ini" tengoknya sambil lanjut dengan terbungkuk-bungkuk menyerahkan wireless phone kearah Chelsea yang dengan kasar gadis itu merebutnya, memang sikap Chelsea tidak pernah seindah wajahnya.
"Daddy.....Miiiiiisss Youuu! Hiks...Hiks" pekik Chelsea sambil drama terisak manja, memang juga dia sangat kangen ayahnya, "Darling are you alright? Sorry Dad sibuk sebulan ini, but Dad Yakin Mark menjagamu dengan baik?" Chelsea menirukan kalimat ayahnya yang lama-lama dia hapal selalu itu kalimat ayahnya jika lama tidak pulang, "Dad besok siang sudah dirumah, ada kejutan untukmu Sayang." Hibur Mr. James hanya itu senjatanya, "YES!" Pekik Chelsea dengan girang, Mark yang sedari tadi berdiri tak jauh hanya memandangi tingkah nonanya dengan lekat sebetulnya itulah yang membuat akhirnya dia bertahan karena rasa prihatin dengan keadaan Chelsea yang sangat kesepian pikirnya.
"HEY!!! Daddy mau ngomong nich, mau pecat ya Dad?" ucap Chelsea seraya menoleh, dilemparnya telp itu ke arah Mark yang dengan sigap laki-laki itu menangkapnya, kini Chelsea beralih memandangi pengawalnya penasaran ayahnya mau bicara apa pikirnya.
"Yes Sir...Apa kabar?" Mark memulai menyapa Tuannya, "I am Ok Mark, saya butuh Kamu hubungi design interior untuk mengganti suasana rumah Mark, bisa?" tanya Mr. James ditelepon, "Bisa Tuan, tentu saja" jawab Mark dengan sedikit heran sudah sejak dia bekerja disana tidak pernah ada renovasi apapun, "Apakah mungkin, tuannya menyibukan diri karena tidak sanggup mengingat semua kenangan tentang mendiang istrinya" pikir Mark sambil memandang kembali sekeliling ruangan, "Mark?..." suara Mr. James kembali memanggilnya, "Iya Tuan...Saya bisa panggilkan sore ini Tuan", "Ok good! saya mau Chelsea mendapat suasana baru dirumah Mark....", "Maaf Tuan, bukannya Nona akan kuliah ke Paris Tuan?" lanjut Mark memberanikan diri bertanya, "Maybe no! saya tidak bisa melepas dia jauh Mark, dan kontrak kamu akan habis saat dia luluskan? kalau saya cari pengganti, untuk jaga dia di Paris, entah bagaimana Mark..., Dia akan membenci saya bukan?" Mark kembali tertegun waktu begitu cepat berlalu, Mr. James mengingatkan kembali dirinya bahwa dalam enam bulan lagi kontrak mengawal Chelsea akan selesai, kembali dia menarik napas dalam ada kelegaan dengan segera dia bisa melanjutkan kembali hidupnya untuk langsung menikahi Shinta yang sudah setia menantinya hampir 4 tahun.
Mr. James masih terdengar antusias dan bagi Mark ini tidak seperti biasanya, "Mark, saya juga ada feeling hal baik akan terjadi dekat-dekat ini" lanjut Mr. James lagi padanya, "Tentu saja Tuan." Jawab Mark sambil menganggukan tanda setuju.
"Mana daddy, liat lu ngangguk-ngangguk sich! Dasar oon." Celetuk Chelsea lagi-lagi dengan singit dia terus memandangi pengawalnya kali ini lebih lekat karena terdengar laki-laki itu seperti akan mengakhiri percakapannya, "Baik, selamat siang Tuan, jaga kesehatan, terima kasih" demikian katanya sambil meletakan kembali gagang telp itu diatas meja pajangan dekat dimana Chelsea berdiri.
"HEY! Katakan! bicara apa tadi Tuanmu?" tanya Chelsea masih dengan tatapan sinisnya, Mark mengampiri Chelsea dan membisikinya, "Bersikaplah manis, maka aku akan memberitahumu," tegasnya, Chelsea terlihat begitu gugup dan spontan mendorongnya menjauh, namun apa daya badan mungilnya tidak cukup kuat, Mark yang tinggi tegap sedikitpun tidak bergeming, malah tubuh Chelsea mungil itu hampir terjengkang jika Mark tidak sigap meraih pinggang mungilnya alhasil gadis itu menubruk dada bidangnya.
"Ugh.....Haarum!" batin Chelsea dengan tak sadar sedikit hanyut mengendus harum baju pengawalnya, hingga tak lama gadis itu panik sendiri dan wajahnya merona karena malu menyadari bi Inah mesam-mesem sejak tadi menontonnya. "LEPASKAN!" Hardik Chelsea lagi sambil berontak melepaskan diri dari rengkuhan pengawalnya.
"Semoga jodoh" celetuk bi Inah lirih, membuat ketiganya kaget bersamaan, langsung wanita tua itu menutup mulut dengan kedua tangannya, Chelsea balik menatap murka ke arah pembantunya, "APAAA?!" Bentaknya, si bibi jatuh bersimpuh gemetaran.
Mark melepaskan Chelsa dan bergegas membantu Bi Inah berdiri, "Terima kasih Bi, atas doanya" jawabnya sambil tersenyum dan mengedipkan satu matanya kearah Chelsea mengerjai, Chelsea semakin melotot dan berteriak, "Najis!" pekiknya sambil berlari menaiki tangga menuju kamarnya.
"BRUGG" terdengar pintu terbanting dilantai dua.
Dengan perasaan terhina bercampur malu, Chelsea menghempaskan tubuhnya keatas kasur, "Andai aku bisa memecat keduanya" lirihnya dengan kembali terisak, dunia sungguh sunyi pikirnya.
"Ms. Universe wake up!" seseorang membangunkannya rupanya Chelsea ketiduran karena lelah menangis, mata sembabnya melirik weker disamping meja tempat tidurnya, waktu sudah menunjukan pukul enam sore saat itu.
"Get out!" Kumatnya lagi menghardik Mark yang berdiri tak jauh dari depan pintu, "Nona belum makan sejak siang tadi, mandilah makan malammu sudah siap." jawab Mark tak menghiraukan usiran Chelsea.
Akhirnya Chelseapun memaksa diri untuk turun dari tempat tidur memang perutnya terasa lapar banget pikirnya.
"Buka!" Perintah Chelsea sambil menunjuk kearah kakinya, sadar dia tidur dengan masih bersepatu sekolahnya, Markpun menghampiri dan menurutinya, dengan perlahan dia membuka satu-persatu sepatu nona-nya, "Apa kau dibayar untuk membuka bajuku juga?" lanjut Chelsea setadinya dengan maksud menghina ada kepuasan batin baginya saat melihat pengawalnya bersimpuh dihadapannya, "Tidak Nona, mau saya bukakan juga?" lirik Mark menengadah, sikap dan tatapan santainya justru membuat Chelsea kembali panik hingga spontan hendak menendang tangannya, namun tak sampai tendangan itu mendarat, Mark sudah lebih dulu menangkap kedua betis mulusnya, lagi-lagi Chelsea hanya bisa memekik, "Menjijikan! Sungguh tidak sopan! dasar lapuk! lepaskan kakiku atau aku lapor Daddy mau?!" namun Mark hanya menatapnya, hingga membuat Chelsea diam dan kembali menunduk sadar akan dirinya tidak pernah cukup kuat melawan. "Gue mau mandi, keluar" pintanya dengan nada kesal yang ditahan.
Mark melepaskannya lalu beranjak meninggalkan ruangan, Chelseapun bergegas menuju kamar mandi, dibenamkannya tubuhnya ke bathtub. "Aku menderita sekali Tuhaaaaan...Aku ingin segera lulus dan kabur dari sini" ratap gadis itu dengan pilu.
Setengah jam kemudian Chelsea menyudahi edisi ratapannya, diraihnya handuk dan dengan perlahan dia mengeringkan seluruh tubuhnya hingga sampai di betis ada sedikit tanda memerah di sana, cengkraman kuat Mark menyisakan bekas, "Dasar kurang ajar! Dia menyakitiku" lanjut Chelsea mengambil ponselnya,
Ckrek...Ckrek.....
diphotonya kedua betis kakinya sebagai bukti penganiayaan pikirnya, "Duhhh....Sakit, tunggu pembalasanku, eh kog gak jelas merahnya?" gumamnya lagi seraya lanjut menyengkram kembali betisnya sendiri dan buru-buru mengabadikannya kembali sebelum warna kemerahannya hilang, Ckrek...Ckrek..... "nah ini jelas" lanjutnya lagi sambil senyam-senyum sendiri, diambilnya beberapa pakaian dari lemarinya hingga setelah belasan baju berserakan pilihapun jatuh ke dress terusan sebetis berwarna putih lengan pendek berkancing penuh dibagian depan, dress itu memang favoritnya walau sudah lama tidak dia pakai sedikit agak sempit pikirnya.
Chelsea terus memperhatikan perubahan bentuk tubuhnya didepan kaca kemudian gadis itu tersipu seraya bergumam, "Montok gue hi hi" kini dirinya sudah mulai perduli dengan penampilannya.
Setengah jam Chelsea masih terpaku di depan cermin, gadis itu menari-nari sambil mengibas-ngibaskan rambut pirang ikalnya yang kini hampir sepinggang, "Besok aku kesalon" pikirnya sambil kembali dia duduk dimeja rias dan lanjut mengeringkan rambutnya asal dengan hairdryer.
Kriuk....kriuk...
Tak lama berselang alarm perutnya berbunyi, memang sudah jam 7 lewat, diapun bergegas keluar kamar, didapatinya seperti biasa Mark terduduk di Sofa (pos dia disitu emang) seruangan dengan dirinya hanya bersekat pintu dengan ruang tidurnya.
Markpun menoleh dan melipat korannya lalu bangkit berdiri, sejenak dia menatap nonanya terkesima ada yang berbeda gadis itu terlihat dewasa dengan rambut terurai, sekilas mereka beradu pandang kemudian saling membuangmu muka.
Imagenya ini aja ya.......
"Whew ah! Gue deg-degan sodara-sodara tolooong...Si Oon menatap aneh," pekik Chelsea dalam hati, keduanya nampak kikuk lalu sama-sama menunduk, Chelsea melanjutkan langkahnya keluar mendahului pengawalnya menuruni tangga menuju ruang makan.
Mark mengikutinya seperti biasa, dengan tetap menunduk sesekali dia mengamati Chelsea dari belakang, memang heran sejak kejadian siang tadi dirinya jadi terus memikirkan gadis didepannya itu dengan tidak biasa, Chelsea di usianya yang baru menginjak 18 tahun, sudah terlihat bak gitar Spanyol, ditambah paras cantiknya kini lebih terlihat sempurna, bibirnya seksi merah merekah, matanya bulatnya indahnya tidak hengkang dari pikirannya, "Kacau!" gumamnya dalam hati sambil beberapa kali terlihat menarik napas panjang.
Sejenak Chelsea tampak berhenti dan menoleh "Daddy bicara apa tadi?", tanyanya membuyarkan lamunan, "Ya?" tanyanya balik bertanya, "Daddy bicaraaa apaaaaa?", Chelsea mengulang dengan nada tak sabar, kini tatapannya setengah menyelidik, dan mata indah itu kembali menusuk jantungnya, "DUG!" berdegup kencang sungguh kali ini dia tak sanggup menantap Chelsea lama, dan dirinya kembali menunduk.
Mendapati Mark seperti lagi-lagi mengacuhkannya, Chelseapun membalikan badannya dengan kembali kesal, dia memang terbiasa dengan Mark yang tidak akan menjawab jika itu tidak harus diketahuinya.
Lanjut yaaaa? lebih seruuuuu lho #edisiPD
Setibanya di meja makan, bi Inah menarik kursi mempersilahkan majikan kecilnya duduk dan lanjut menghidang-hidangkan makan malam.
Chelsea menikmati makan malamnya sambil terus mengotak-atik ponselnya, gadis itu rupanya berusaha menghubungi Steven mantan pacarnya, dia menarik napas panjang menahan rasa kecewa karena Steven tidak kunjung mengangkatnya, Mark yang sejak tadi berdiri tak jauh dari sana rupanya secara diam-diam terus mengamati tingkah laku Chelsea yang sebetulnya dia sudah tau majikan kecilnya hari itu tengah patah hati.
"Bi, ambilin sepatu putihku yang sneakers ya, saya mau keluar malam ini" Chelsea berseru kepada Bi Inah sambil melirik juga kearah Mark mengisyaratkan supaya diapun harus bersiap-siap juga.
Mark mengerti maksud Chelsea, diapun menggangguk, "Habiskan dulu makananmu, baru menelepon, nanti tersedak Nona" ucap Mark memperingatkan, spontan kalimat itu kembali memancing kemarahan Chelsea. "Apa perdulimu! Kau ini dibayar bukan untuk nyumpahin keselak keselek!" teriak Chelsea sambil menggebrak meja, diapun melototi pengawalnya namun Mark dengan seperti biasa menyikapinya tingkah-laku majikannya dengan santai, disodorkannya segelas jus jeruk yang dituangnya, "Minum lagi supaya ada tenaga lebih untuk teriak-teriak malam ini," lanjutnya seraya menatap lekat bola mata bulat yang terus menyerangnya. "Aku tidak mau." tepis Chelsea seraya mendorong jauh semua yang ada dihadapannya lalu dibenamkannya wajahnya diatas meja. Dia tidak ingin melihat wajah Mark pikirnya, hal itu justru membuat Mark lagi-lagi menahan tawa itu memang tingkah Chelsea sedari kecil selalu menyembunyikan wajahnya jika dia merajuk.
Namun rupanya hal itu tidak berlangsung lama terlihat Chelsea bangkit dan kembali meneriaki pembantunya, "Bi Inaaaah, sepatunya mana!!!" dan dilihatnya si bibi tampak terlihat begitu repot membawa beberapa pasang sepatu, Chelsea langsung menepuk jidatnya, tapi tak salah juga dengan Bi Inah yang memang tidak paham mana yang benar-benar diinginkan nonanya, mengingat Chelsea memiliki belasan pasang sepatu warna putih.
"Iy..Iy...Iyaaa Non iniiiii......" jawabnya dengan panik, "Duuuuuuuuuuh! Pantas lama," lanjut Chelsea dengan nada kesal, dia benar-benar frustasi dengan sikap dua asistennya hari ini, "Kalian berdua bodoh semua! Pantas jadi BABU!" pekiknya lagi seraya beranjak hendak meninggalkan ruang makan namun belum jauh beranjak dengan sekonyong-konyong seseorang menarik tangannya hingga tersungkur kepelukannya, bibirnya terasa hangat.
Mark membungkam bibirnya hingga napasnya terengah-engah, ciuman Mark hampir membuatnya kehabisan napas namun sedikitpun laki-laki itu seperti tidak melepaskannya bahkan semakin dia meronta semakin Mark menghimpitnya.
Menyadari semua usahanya sia-sia, Chelseapun pasrah membiarkan tubuhnya tetap terkunci didada bidang laki-laki yang dibencinya itu, Mark tetap ********** hingga akhirnya hanya air mata yang bisa deras melawan, "Sungguh tega Dia melecehkanku seperti ini" jerit batin Chelsea hancur berharap Mark melepaskannya.
Menyadari Chelsea yang tidak lagi berontak, Markpun menghentikannya seraya berbisik, "Menghina orang lain lagi! Saya bisa lakukan hal lebih Nona," ucapnya dengan nada datar.
Chelsea dengan terisak berlari menuju kamarnya tanpa berani menatap seorangpun disana, kejadian itu sungguh membuatnya malu.
Sementara Bi Inah yang sejak tadi hanya bisa melongo akhirnya sadar semua sepatu yang dibawanya sudah berhamburan di tangga, Mark nampak sigap telah membantu memungutinya, "Saya terpaksa melakukannya Bi, semoga Nona bisa berubah," ucap Mark sambil terlihat menarik napas dalam, wanita tua itu mengganguk tanda mengerti, "Iya Den, nikahi aja Den harusnya, Nona sebetulnya kurang kasih sayang, tidak ada yang seperhatian Aden." Jawabnya sambil tersenyum menenangkan, Mark sedikit bingung dan garuk-garuk kepala mendengar jawaban bi Inah yang menurutnya terdengar begitu lugu, "Sudahlah hampiri dan hiburlah Nona" lanjut bi Inah lagi, "Baik, permisi ya Bi," Markpun berlalu meninggalkannya untuk menyusul Chelsea. "Duuuuh! Seru pisan ini mah" batin bi Inah sambil tak lepas terus memandangi kepergian Mark dengan haru dan bangga, dia paham betul bagaimana sepak-terjang pria muda itu dalam menjaga Chelsea selama ini.
Sesampainya disana, Mark mengetuk pintu kamar Chelsea dengan perlahan, lalu dia langsung membukanya karena memang secara protokoler jika tidak ada jawaban dia diijinkan langsung masuk.
Didapatinya Chelsea masih tampak sesegukan sambil memeluk guling diatas dikasurnya, menyadari dirinya yang datang Chelsea langsung bangkit duduk dan menyerangnya dengan tatapan tajam penuh dendam.
Namun kali itu tatapan Chelsea entah kenapa membuatnya tak bisa berkata-kata malah paras cantik Chelsea hampir menariknya untuk datang memeluknya bahkan seperti ada dorongan yang begitu kuat untuknya mengatakan betapa dia menyesali perbuatannya.
Sekuat tenaga Mark menahan hasratnya sambil terus berdiri, Dia sudah siap jika nonanya memukulinya atau apapun pikirnya karena, Chelsea bukan gadis mudah untuk diajak berdamai.
"Saya terpaksa melakukannya, rasanya akan seperti itu kalau direndahkan." kata Mark memberanikan diri menjelaskan apa maksud tindakannya tadi, mendengar itu Chelsea tampak menunduk, "Aku mau bunuh diri saja" lirihnya, Chelsea terlihat seperti hendak menangis lagi, "Kau sudah membalasku puaskah?!" lanjutnya, "Tidak, sampai Nona bersikap selayaknya Anda, dan saya masih ada waktu 6 bulan lagi bersabarlah." Jawab Mark berusaha menguatkan hatinya dan dengan berpura-pura tegas dia menggeleng. Chelseapun menarik napas lalu membuang muka, tak tahu harus bersikap bagaimana lagi pikirnya, rupanya laki-laki itu tidak akan lelah untuk terus menyakitiku keluh batinnya.
Tiba-tiba Drttttt...drttttt....drttttttt...... Ponsel di saku celananya bergetar, Markpun segera balik badan menjauhi Chelsea untuk mengangkatnya, rupanya Shinta tunangannya menelepon.
"Ya, Sayang Selamat Malam." dengan nada sedikit kikuk Mark membalas sapaan tunnagannya, mendengar itu Chelsea langsung terperanjat dengan kaget, dia sungguh dia baru tahu kalau pengawalnya punya kekasih, "Sial! Dia punya kekasih tapi main asal cium!" gerutu Chelsea geram, menyadari Chelsea yang tampak fokus mengamatinya, Markpun menoleh sambil mengisyaratkan telunjuknya untuk meminta waktu, Chelsea kembali membuang muka sambil mencibir, "Sayang...Sayang, semua laki-laki sama saja" membuat Mark kembali menoleh dan lanjut mengabaikannya lagi.
Sekitar 15 menit waktu berlalu, Chelsea terus mengamati Mark yang masih asik menelepon, diapun langsung memutar otak menyusun rencana untuk bagaimana membalas dendam rasa sakit hatinya tadi dan ini adalah waktu yang tepat pikirnya.
"*Hey Nona K***ekasihmu baru menciumku tanpa henti! Dia sangat menikmatinya**!"
Teriak Chelsea sengaja, pikirnya supaya pacar pengawalnya mendengar teriakannya, "Ya...Ini balasan setimpal" pikirnya sambil tersenyum licik kearahnya, benar saja Mark menolehnya dengan kaget dan spontan menutup flip ponselnya, "Kamu belum waktunya cuti, Sorry!" ucap Chelsea mengingatkan.
Namun Mark paham Chelsea tengah berusaha membalasnya, diapun tersenyum dan menghampiri gadis itu ke kasurnya, keadaan berbalik seimbang kini gadis itu menjadi panik dan langsung beringsut mundur memeluk erat kedua-lututnya lalu menyebunyikan wajahnya disana.
"Darimana, Nona tahu saya menikmatinya?" Mark bertanya menggodainya, tak kapok-kapok memang ini anak pikirnya, Chelsea tidak menjawab, membuat Mark ingin terus menjahilinya pikirnya lagi, lumayan sikap Chelsea menjadi hiburan disela-sela kebingungannya bagaimana menghadapi kemarahan Shinta nanti, lalu dengan santai direbahkannya kepalanya diatas punggung kaki Chelsea.
Sejenak keduanyapun saling beradu pandang, namun Chelsea langsung membuang muka, jantungnya tiba-tiba berdegup kencang, "Duh berat nich kepala" keluhnya dalam hati, tapi entah kenapa dia tak kuasa untuk menolak Mark kali ini, dia membiarkannya tetap disana.
Melihat Chelsea yang kali ini terlihat tak berdaya, Mark melanjutkan kejailannya, diraihnya wajah Chelsea supaya kembali menatapnya, "Katakan.....?" lanjutnya, sambil terus dipandanginya paras indah yang berubah merona itu.
Merasa sudah tidak bisa menghindari tatapan tajam Mark akan dirinya Chelseapun menutup mata, begitupun dengan Mark, diapun tak mengerti dengan apa yang saat itu tengah menyelimuti perasaannya "Wajahmu sempurna!" ucapnya lirih hampir tak terdengar.
Tak lama ponsel Mark kembali bergetar, Mark kembali mengangkat ponselnya sambil terus memperhatikan wajah indah dihadapannya, demikian pula dengan Chelsea perlahan dia memberanikan diri membuka matanya kembali, "Sayang tua padahal Steven kalah ganteng" pikirnya, Mark tersenyum melihat kepolosan Chelsea yang terlihat terpana menatapnya kali ini.
"Iya Sayang maaf terputus, sehat Kamu?" Mark menyambung kembali percakapan teleponnya, "Aku kangen Sayang," ucap Shinta terdengar jelas, membuat Chelsea kesal ternyata pengawalnya bukan hanya menjaganya saja selama ini "Dia tidak fokus menjagaku, padahal digaji besar" batin Chelsea.
Mark menangkap perubahan raut wajah Chelsea yang kini berubah cemberut menatapnya, "Kamu membuatku tidak bisa fokus Sayang" lanjut Mark entah ditujukan kepada siapa, tiba-tiba saja kalimat itupun disadarinya tidak nyambung untuk menjawab Shinta, "Ya..., sama, Sayang, sudah makan Kamu?" jawab Mark merevisi jawabannya kembali, sambil memencet hidung chelsea dan beranjak bangkit meninggalkannya.
Chelsea memegangi hidungnya, dia benar-benar mati gaya, "Kog pergi? kan aku masih mau dengar ngobrolin apa," gumamnya dalam hati, namun dia tak sanggup untuk menatap kepergian pengawalnya, kembali dia merebahkan diri, menarik sebuah buku novel berjudul "I Hate My Bodyguard" dari bawah bantalnya, memang sudah lama novel itu belum selesai dibacanya.
Selesai menelepon Mark kembali masuk menemui Chelsea, kembali dia terpana menatap kemolekan tubuh gadis itu yang tercetak jelas dalam balutan baju tipisnya, gunung kembarnya begitu padat, "Glek" Mark menelan ludah, Chelsea sadar Mark kembali menghampirinya, "Ngapain kesini lagi? pacaran sana!" ucap Chelsea ketus sambil meliriknya, Mark menunduk berusaha mengusir nalurinya.
"Masih mau nonton DJ AL?" tanya Mark, dia ingat sudah sejak minggu lalu Chelsea minta diingatkan tentang malam itu, memang malam Sabtu adalah jatahnya berkumpul clubbing dengan teman-temannya atau beberapa kali Mark sempat mengawal Chelsea pacaran dengan Steven dan gayungpun bersambut, Chelsea terlihat beranjak dengan mata berbinar-binar, dia lupa dengan semua yang telah terjadi begitu polosnya gadis ini pikir Mark prihatin.
"Pas malam ini Audrey Birthday juga dan dia akan traktir You minum," ucapnya bersemangat, Mark hanya mengangguk sambil terus memandanginya "Memang nakal-nakal anak sekarang 17 tahun saja sudah mabuk-mabukan" pikirnya, "Hmmm....Ganti pakaianmu Nona, dengan dress repot gendongnya!" Mark kembali mengingatkan, memang iya setiap saatnya selalu berakhir dengan menggendong Chelsea yang pulang dengan kondisi mabuk, namun hal itu Mr. Jamespun memang mengijinkannya, "Asal Dia bisa menjaga kesuciannya, saya ok dengan itu Mark." terngiang pesan Mr. James dulu saat Chelsea baru menginjak usia 16 tahun.
Chelsea menggeleng "Ini kan rok panjang" sanggahnya, "Iya tapi tipis" batin Mark geram, namun Chelsea tidak mengindahkannya malah terlihat langsung memakai sepatunya, akhirnya Markpun menyerah.
Lanjuuuuuut Kuy
Pukul 9 Malam
Mark menjalankan mobilnya sedikit ngebut, karena DJ Favorit Chelsea akan memulai shownya pukul 10 teng, kalau sampai terlambat nona-nya bisa ngamuk-ngamuk pikir Mark, sambil sesekali diliriknya Chelsea dari kaca spion.
Untuk Mark kadang Chelsea bisa menjadi pengobat rindu kepada Clea adik perempuannya, namun Clea berbeda, adiknya tidak seliar ini, mana berani adiknya pakai baju tipis hingga kelihatan perdalaman begitu batinnya dengan tetap tidak terima dia terus membanding-bandingkan adiknya dengan gadis kawalannya namun sebelum mereka masuk mobil, Chelsea sempat berdalih walau belahan sampingnya tinggi hingga paha itu tetap long dress.
"Aku akan akan risih jika menggendong orang mabuk dengan pakaian minim begitu" pikir Mark jauh melayang membayangkan kerepotannya nanti, kemudian diliriknya lagi, "Ah!" gumamnya pelan, Chelsea kini terlihat tengah membuka dua kancing bagian atasnya, "Bandel sekali dia," batin Mark lagi-lagi mengeluh, dia benar-benar tidak suka dengan cara Chelsea berpakaian malam itu, padahal biasanya dia menurut untuk menggunakan pakaian sopan.
Sementara yang tengah dipusingkan sama sekali tidak menyadari kalau dirinya sedang menjadi bahan tontonan, Chelsea asik mengamati jalanan, malam itu banyak pasangan muda-mudi yang tampak mesra berjalan bergandengan bahkan ada yang berciuman disepanjang trotoar.
Tanpa sadar Chelsea memegangi bibirnya ada yang masih membekas disana, kemudian dia menoleh sopirnya, "Dia mencium bibirku, apa minta minta dia ajarin aja ya, supaya Steven balik" pikirnya, "Hey.." pekiknya sambil menepuk bahu Mark yang kini menolehnya dari spion, "Harus bayar berapa, kalau kursus ciuman?" lanjutnya dengan spontan yang sontak pertanyaan itu membuat Mark batuk tersedak, seperti biasa Mark mengacuhkannya, "SMA kog oon begini" pikirnya sambil menahan tawa, "Berapa?" lanjut Chelsea penasaran, "Saya tidak tahu Nona" jawabnya, dia memang tidak paham kemana arah tujuan pertanyaan Chelsea sebenarnya, secara tidak ada tempat kursus untuk hal itu.
Tak lama gadis itu menyandarkan kembali posisi duduknya seraya menggerutu, "Dasar oon, masa gak bisa itung, tarif sendiri!"
Kini dia paham ternyata maksud Chelsea adalah minta diajarinya, Mark memutar otak mencari jawaban untuk membuat gadis itu mengerti bahwa hal itu tidak boleh dia inginkan, namun "Bisu ya?!" kembali Chelsea terdengar memarahinya, akhirnya diapun kembali mengabaikannya.
Setengah jam berselang Mark memarkirkan mobilnya kemudian dia menoleh majikan kecilnya yang tengah cemberut menatap kearahnya tajam, "Kita sudah sampai, skip dulu jawabannya, karena harus dihitung dengan kalkulator," ucap Mark santai sambil tersenyum, Chelsea hanya membuang muka, Markpun segera turun dan membukakan pintu mobil baginya.
"Alamak!" batin Mark, dia terkesiap dengan belahan dada Chelsea yang terlihat begitu ranum hingga membuat jantungnya kini berdebar kencang, "Ini akan menggoda banyak orang juga!" pikirnya, "Mana jaketmu Nona?" sambil dia kembali celingak-celinguk kedalam mobil mencari jaket majikannya, namun dengan acuh Chelsea turun dengan tergesa-gesa dia nampak tak sabar ingin segera menemui teman-temannya yang memang sudah 30 menit lalu sampai lebih dulu disana.
Chelsea berjalan setengah berlari memasuki gedung club, dengan sigap langsung Mark mengikutinya namun baru sampai tak jauh dari pintu Chelsea menghentikan langkahnya, dia sejenak mengamati teman-temannya yang sudah nampak asik minum sambil menari-nari menikmati kencangnya alunan music tecno mengelilingi meja besar yang tepat tak jauh dari panggung, mereka adalah Olivia, Miranda, Soffie, Bella, dan Audrey.
Mark sedikit heran dengan sikap nonanya, "Mereka sexy-sexy, ini pesta Audrey, bagaimana dengan pakaianku?" tanyanya sambil merapat mundur supaya terdengar, "Bagaimana Nona?" tanya Mark supaya Chelsea mengulang pertanyaannya memang kencangnya suara music membuat dia tidak mendengarnya dengan jelas, Chelsea dengan sedikit geram dia membalikan tubuhnya, kemudian dia berbisik, "Bajuku sexy gak?!" tanyanya lagi sambil lanjut gadis itu membuka lebih lebar belahan atas bajunya tepat dihadapan Mark.
Lagi-lagi mata laki-laki itu terbelalak lalu dengan gugup dia reflek berusaha mengancingkannya, Chelsea spontan langsung menepisnya, pikirnya istri bukan apa-apa bukan berani-beraninya mengatur caranya berpakaian, "Apa sich katro!" pekiknya sambil mendelik kesal, "Nona bisa diperkosa orang dengan dada terbuka begitu," jawab Mark sambil membalas tatapannya tajam, "Tapi Mereka baik-baik saja selama ini?" Chelsea berdalih sambil menunjuk kearah teman-temannya, akhirnya Mark menunduk sambil menarik napas panjang, percuma juga berdebat Chelsea tidak akan mengerti pikirnya.
Melihat pengawalnya yang kini telihat kalah Chelsea langsung meninggalkannya, dengan cepat dia menyelinap menyusup diantara sesaknya pengunjung menghampiri meja teman-temannya, "Ah!" gumam Mark panik mengikutinya.
"Hello Girls...." Sapa Chelsea setengah berteriak pada teman-temannya, serentak merekapun menoleh dan memburunya mereka tampak bergantian saling memeluk, "Miiiiiss Youuuuuu!!!" pekik mereka dengan girang menyambut kehadiran Chelsea yang kali ini terlambat datang, "You late Girl?" tanya Miranda sahabat dekatnya, "Yea.... My Bodyguard buat masalah!" keluh Chelsea sambil menoleh kearah Mark yang tak jauh berdiri mengawasinya, sekilas Mirandapun ikut mengarahkan pandangannya kearah Mark dengan wajah kesal namun Mark membalas sikap keduanya dengan mengangguk hormat.
Tak lama Audrey menghampiri Chelsea dan langsung menghadiahkannya segelas minuman, "For You....Cheers!" ucapnya sambil tersenyum, "Aww! My Fav! Thank you love!" pekik Chelsea girang, langsung diciumnya pipi gadis itu, "Happy Birthday Drey..." langsung diteguknya habis minuman itu, kini ketiganya tampak akrab mengobrol.
Audrey sebelumnya bukanlah teman Chelsea, dia adalah mantan Steven juga, baru terakhir-terakhir ini setelah satu sekolahan tahu Chelseapun, telah diputuskan Steven akhirnya mereka dekat.
Audrey kembali dari toilet sambil membawa satu gelas minuman lagi dan memberinya untuk Chelsea, "Berikan untuk sopirmu" katanya, Chelsea mengganguk lalu keduanya menghampiri Mark dan memberikannya, "For you, as a gift." ucap Chelsea yang kini sudah terlihat sedikit mabuk, Mark menggeleng karena dia tidak pernah minum jenis minuman cewek pikirnya, "Its my birthday." ucap Audrey memaksa, "Ok, sedikit saja, untuk hari baikmu!" jawab Mark menyerah lalu meneguknya sedikit, "Happy Birthday Ms," katanya lagi, Audrey terlihat sedikit kecewa karena Mark tidak menghabiskanya, melihat itu Chelsea langsung berbuat sesuatu, secepat kilat gelas itu direbutnya dari gengaman Mark dan dihabiskannya, "Dia tidak biasa minuman mahal, kasih dia beer!", Audrey dan Mark terlihat melongo tak menyangka Chelsea mau menghabiskan sisa orang pikir keduanya heran, "Aku mabuk!" lanjut Chelsea sambil tertawa lebar, akhirnya Audreypun ikut tertawa, dirangkulnya temannya itu kembali duduk di meja.
Satu jam berlalu sudah, Mark terus awas berjaga-jaga sambil menghitung berapa banyak majikan kecilnya minum, sudah empat gelas dan biasanya gelas ke enam gadis itu akan tumbang, namun karena belum tengah malam dengan sabar dia tetap berdiri menungguinya, kembali terdengar ABG itu riuh berkelakar, "What Bebe? Really?" teriak Soffie, "Apa? apa gimana tadi?" tanya Miranda juga seperti sedang memastikan sesuatu, "Chelsea dikiss bodyguardnyaaa Ms! Oh no kaaaan?" jawab Bella yang memang duduk berdekatan dengan Chelsea sambil menunjuk-nunjuk kearah Mark.
Mark yang sedari tadi terus mengawasi akhirnya paham dia kini tengah menjadi bahan pergunjingan lalu sebagai tanda hormat dia mengangkat botol beernya, tetapi para ABG itu hanya melengos, "Dasar ABG" pikirnya.
"Chel, gimana rasanya?" tanya Audrey menyelidik, sebetulnya gadis itu masih menyimpan dendam bahwa Chelsealah penyebab Steven memutuskannya, dan kini curhat Steven atas kecurigaannya bahwa Chelsea ada hubungan special dengan pengawalnya terbukti, "Aku harus kasih tau Steven memang sikap over protective pengawalnya itu karena Chelsea selingkuh dengannya, Hmm!" batin Audrey lega, "Hah Apa???" Chelsea menolehnya dengan balik bertanya, "Gimana rasanya dicium sopiiiiir?" Audrey mengulang ucapannya dengan nada kesal, "Tau....Lupa," jawab Chelsea cuek sambil mengangkat bahunya, merekapun akhirnya saling cekikikan karena memang sudah sama-sama mabuk.
"Sudah setengah satu Nona, saatnya pulang." Mark datang mengingatkan nonanya, "Aku masih mau segelas lagi, tolong pesankan," pinta Chelsea dengan nada lembut membuat semua terheran, terutama Audrey begitu terperangah dengan sikap mesra Chelsea kepada pengawalnya, "Benar! pantas saja gelas bekasnya dia minum," batinnya lagi.
Sebetulnya Markpun kaget dengan perubahan sikap nonanya saat itu, tapi mungkin karena mabuk berat dan masih tidak mau pulang makanya demikian pikirnya, "Mohon maaf tidak bisa," Jawab Mark karena ingat pesan Mr. James bahwa Chelsea paling lambat pukul 1 sudah harus pulang namun Chelsea terlihat menunduk seperti kecewa, "Ah! merajuk lagi!" batin Mark, tiba-tiba Miranda berdiri mengampirinya, "Hey Ganteng, pesankan satu lagi untuk temanku," ucap gadis itu sambil lanjut mengelayuti pinggangnya dengan manja.
Menanggapi Sikap Miranda membuat Chelsea menatap kembali pengawalnya dengan pandangan tidak nyaman, ingin sekali dia juga menegur Miranda yang walaupun sedang berusaha membantunya tapi tidak harus memeluk begitu pikirnya, akhirnya diapun ikut berdiri menghampiri, "Aku haus udara panas sekali, tolonglah segelas lagi ya?" pintanya lagi dengan lirih, "Sudah 5 gelas koktail, bercampur kalian meminum lagi 1 botol Wiskey?" jawab Mark kepadanya, "Hanya satu lagi, ya?" pinta Chelsea yang kini berbisik, namun pengawalnya mengabaikannya malah lanjut menuntun Miranda kembali duduk, padanya laki-laki itu hanya melirik sambil mengacungkan telunjuknya sebagai isyarat untuk dia menunggu dan hal itu sungguh membuatnya geram, "Memalukan!" pekik Chelsea sambil berlari menuju kearah pintu keluar, namun tak Mark sudah dapat menggenggamnya, "Lepaskan! Kau jaga Miranda saja!".
"Saya bayar bill dulu, ikutlah" ucap Mark sambil menuntun nonanya kearah kasir, kini gadis itu terlihat menurutinya.
Mark mengantri sambil tetap memegang erat Chelsea yang berdiri dibelakangnya, tiba-tiba gadis itu memeluk punggungnya erat, "Satu lagi saja," katanya lagi, "No!" Jawab Mark singkat, tangan kanannya menggapai kepala gadis itu dan menepuknya lembut, "Besok lagi ya," jawabnya, "Eummmmm engga mau," rengek Chelsea menyelinapkan wajahnya diantara lengan dan pinggang pengawalnya, "Ya?" pintanya lagi sambil mendongakan wajahnya memelas, hampir saja paras wajah itu membuat Mark menyerah dan mengijinkannya minum kembali.
"You Next Sir," Ucapan kasir menyadarkan Mark untuk maju, rupanya sejak tadi kasir itu telah menungunya, "Berapa?", "Meja 8? Bill kekasihmu 3.5 juta Tuan, yang satunya lagi atas nama Audrey sudah dengan kartu kredit." Jawab kasir itu, yang terlihat turut menikmati keromantisan keduanya kali ini, "Biasanya yang ceweknya galak, yang cowoknya sabar, ini agak kebalik" pikirnya, karena seringnya Mark dan Chelsea terlihat bersama disana, "Ok thank you" jawab Mark, selesai membayar seperti biasa Mark menawari nonanya untuk digendong, Chelseapun menurut.
Sesampainya dekat pintu keluar, seseorang menghadangnya yang ternyata Audrey, "Hey, Mister Driver!" Sapanya, "Yes Audrey?", "Bawa saja Dia ke Hotel, kalian saling suka kog!" ucap Audrey dengan pandangan licik, "Hus! Nona, mana pengawalmu?" Mark penasaran Pak Billy lama tidak mengawalnya lagi, "I am not a Baby!" Jawabnya, sambil membuang muka dan berlalu meninggalkan keduanya.
#Tetap dirumah saja ya Ders 🙏😘
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!