NovelToon NovelToon

Dikejar Cinta CEO ( Lika Liku Cinta Aira )

Kehancuran Aira

Mentari mulai memudarkan sinarnya senja itu. Aira nampak menyusun makanan di meja makan untuk menyambut kedatangan suami tercinta. Suaminya telah satu Minggu dinas ke luar kota dan hari ini adalah hari kepulangan sang suami.

Aira memulas wajahnya dengan make up tipis. Ia tak menyukai dandanan yang terlalu berlebihan. Bahkan tanpa mengenakan make up saja, wajahnya sudah memancarkan kecantikan alami. Ia membalut tubuhnya dengan dress berwarna pink yang membuatnya semakin terlihat cantik.

" Ma... ma..." panggil Bayu, putranya yang baru berusia 2 tahun.

" Eh, anak ganteng mama, mau bantu mama beres-beres ? " ucapnya seraya menggendong Bayu yang dari tadi menarik-narik ujung dress yang dipakainya.

" Sebentar lagi papa pulang, sayang. Kamu kangen sama papa kan ? "

Bayu menganguk-anggukan kepalanya sambil tersenyum.

" Hem... Mama juga kangen sama papa, sayang " gumam Aira sambil menciumi pipi tembem Bayu.

Tak lama berselang, terdengar suara mobil berhenti di depan rumahnya.

" Papa... " pekik Bayu senang.

Aira menurunkan Bayu. Bayu segera berlari ke arah pintu diikuti oleh Aira. Aira segera membuka pintu dan nampaklah Yuda, sang suami yang kini ada di hadapannya.

" Papa... " ucap Bayu dengan dengan wajah berseri-seri.

" Hey, anak papa yang ganteng. Papa kangen berat nih " ucap Yudha segera menggendong Bayu kemudian menciumi wajah dan perut bocah itu hingga ia merasa kegelian dan tertawa.

Aira mencium punggung tangan Yuda dan dibalas dengan ciuman di kening oleh sang suami. Mereka masuk ke dalam rumah setelah Aira menutup pintu.

Aira membawakan secangkir teh yang telah disiapkan untuk Yuda, saat sang suami duduk di sofa bersama Bayu.

" Sini sayang, ada yang ingin mas bicarakan " ucap Yuda sambil menepuk sisi sofa di sampingnya.

" Apa mas ? " tanya Aira sambil mmyimpan teh di atas meja, lalu duduk disamping Yuda.

Bayu turun dari sofa, kemudian mengambil mainan pesawat yang ada di atas karpet. Yuda menarik nafas panjang sambil menatap lekat pada Aira.

" Kamu kenapa sih mas ? Kok tegang gitu... Ada masalah di kantor ? " tanya Aira cemas saat melihat raut wajah Yuda.

Yuda meraih tangan Aira, menciumi jemarinya kemudian memeluk Aira. Melihat interaksi dari kedua orangtuanya membuat Bayu menghampiri mereka lalu ikut memeluk mereka. Yuda membawa Aira dan Bayu dalam pelukannya.

" Aku mencintaimu, sangat mencintaimu Aira. Aku mencintai kalian berdua lebih dari apapun. Kalian berdua hidupku " bisik Yuda membuat Aira tersenyum mendengar ucapan suaminya itu.

" Aku juga cinta kamu, mas " balas Aira.

Ketiganya berada dalam pelukan cukup lama hingga terdengar kembali suara mobil berhenti di depan rumah.

" Ada tamu, mas ? " tanya Aira sambil melepaskan diri dari pelukan Yuda.

Ketika Aira akan bangkit, Yuda mendahului Aira berjalan menuju pintu.

" Biar aku saja " ucapnya.

Yuda membuka pintu kemudian keluar. Tidak lama, ia kembali bersama seorang wanita muda yang membawa koper.

Melihat Yuda bersama seorang wanita, membuat Aira kaget dan bangkit dari duduknya.

" Siapa dia, mas ? " tanya Aira bingung.

" Dia... Istriku " jawab Yuda lirih.

" Ap... Apa mas ? Is...tri kamu bilang ? " tanya Aira tak percaya dengan pendengarannya sendiri. Seketika tubuhnya lemas, seisi ruangan serasa berputar. Untungnya ia masih bisa menahan tubuhnya agar tidak terjatuh.

Aira mencoba menguatkan diri, berharap ucapan suaminya tadi hanyalah gurauan semata.

" Apa maksud kamu, mas ? " tanya Aira lagi, melihat ke arah wanita yang sedari tadi menunduk dan berdiri di belakang suaminya.

Aira terduduk lemas di sofa, pandangannya mengabur, seluruh ruangan terasa berputar-putar, bahkan suara Bayu dan Yuda hanya sayup-sayup terdengar. Ia pun jatuh terkulai.

Yuda segera membawa istrinya itu ke dalam kamar diikuti Bayu yang kini mulai menangis melihat sang ibu menutup matanya. Setelah membaringkan Aira di atas ranjang, Yuda segera menggendong Bayu dan mengambil minyak kayu putih.

1 jam berlalu, Aira masih belum siuman. Bayu kini telah tidur dalam dekapan Yuda. Yuda memindahkan Bayu ke kamar tidurnya yang ada di sebelah kamarnya. Sedangkan wanita yang diakui sebagai istri oleh Yuda kini ada di kamar tamu di lantai atas.

Aira mengerjapkan matanya, masih merasakan pusing di kepalanya namun ia berusaha bangun. Aira menggapai segelas air minum yang ada di atas nakas. Menyadari sang istri telah sadar segera Yuda menghampiri Aira lalu memberikan segelas air untuk Aira.

Aira menolak berusaha mengambil sendiri gelas itu. Pengakuan Yuda tadi membuatnya menjadi antipati kepada suaminya itu. Yuda menghela nafas, mencoba memahami yang dirasakan oleh istrinya itu.

" Aku bisa jelaskan semua " ucap Yuda setelah Aira meneguk air yang ada di gelas.

" Aku tidak mau mendengar penjelasan kamu. Kamu jahat mas... Kamu khianatin aku, khianatin hubungan kita... " cerca Aira. Air mata mulai jatuh membasahi pipinya.

" Maaf... Maafkan, mas " lirih Yuda berusaha memeluk Aira.

" Gak usah dekat-dekat, mas... Pergi !! Aku benci kamu, mas " pekik Aira sambil melempar apa yang ada di sekitarnya ke arah Yuda.

Yuda bergerak cepat memeluk istrinya yang dilanda amarah. Mendekap erat istrinya itu. Aira berontak, ia memukul-mukul dada Yuda berusaha melepaskan diri dari pelukan sang suami. Tapi Yuda tak melonggarkan sedikit pun pelukannya. Air mata Aira semakin deras mengalir membasahi dada Yuda.

" Maafkan, mas... Mas cinta sama kamu " ucap Yuda sambil menciumi pucuk kepala Aira.

" Bohong... Mas bohong... Kalau mas cinta sama aku, mas gak akan bawa perempuan lain ke rumah ini " teriak Aira lagi.

" Mas tahu mas salah... Tapi semua ada alasannya " ucap Yuda mencoba membela diri.

" Alasan apa ? Alasan kalau mas sudah bosan padaku ? Begitu kan ? Jawab mas... ! " gertak Aira. Kali ini Aira berhasil melepaskan pelukan Yuda.

Yuda meraih tangan Aira tapi ditepis oleh Aira. Yuda merasa sedih, ia menatap istrinya itu dengan lembut.

" Bukan begitu, sayang... Dengarkan penjelasan mas dulu " mohon Yuda.

" Cukup mas... Tak perlu menjelaskan apapun lagi... "

" Sayang... " Yuda berusaha memeluk Aira kembali

" Gak usah sayang-sayang. Kamu pergi, mas. Aku gak mau lihat kamu " usir Aira.

Yuda menatap istri tercintanya dengan sendu. Ia sadar apa yang dilakukannya sudah sangat menyakiti perasaan Aira. Ia pun tak ingin ada dalam kondisi seperti ini. Ia terpaksa menikahi wanita itu sebagai bentuk tanggung jawabnya sebagai seorang laki-laki yang telah merenggut kehormatan seorang wanita, walaupun itu karena kecelakaan yang tak ia sengaja.

" Mas tunggu kamu tenang. Nanti kita bicarakan lagi " ucap Yuda berusaha mencium kepala sang istri. Namun Aira bergerak menjauh.

Yuda keluar dari kamar, ia bersender di depan pintu. Membentur-benturkan kepalanya ke pintu kemudian terduduk lesu di depan pintu. Air matanya mengalir.

Sepasang mata memperhatikan Yuda yang tertunduk lesu. Ia merasa sangat bersalah telah memasuki kehidupan rumah tangga orang lain, merusak hubungan dua insan yang saling mencintai.

Memutuskan pergi

Aira membenamkan kepala di bantal, ia menumpahkan air mata yang terus menerus keluar dari matanya. Aira tak pernah mengira bahwa suami yang sangat dicintainya bisa begitu tega melakukan ini semua kepadanya. Rasa sakit yang harus dideranya kini bak ditusuk belati yang terus-menerus menghujam di dadanya.

" Kamu tega mas... Kamu jahat... ! " lirih Aira yang tenggelam dalam kepedihan yang dalam.

Ingatan tentang masa lalu, saat sang ayah meninggalkan ia dan ibunya kembali terngiang. Tentu saja ia tidak akan pernah lupa, siang itu saat ia pulang dari sekolah, ia menemukan sang ayah bersama dengan seorang wanita datang ke rumah dan menyatakan bahwa itu adalah istri barunya. Ibunya dengan lapang dada menerima wanita itu untuk menjadi madunya, walaupun perih dan getir tapi sang ibu berusaha menerima takdirnya demi Aira.

Perlakuan yang diterima sang ibu dari madunya ternyata tak sebaik yang dilakukan oleh ibunya. Madunya begitu tak tahu malu, meminta segala sesuatu yang merupakan hak dari Aira dan ibunya termasuk memonopoli sang ayah. Hingga akhirnya Aira dan ibunya diusir dari rumah. Beruntung nenek Aira menerima mereka kembali. Sang nenek berusaha menguatkan ibunda Aira agar tetap berjuang demi Aira.

Aira tak ingin apa yang menimpa ibunya dulu juga menimpanya. Pikiran-pikiran buruk berputar-putar di benaknya. Aira tak ingin menjadi yang terusir tapi ia pun tak punya keinginan untuk mengusir wanita suaminya itu. Bagaimanapun sakitnya, tapi ia masih punya hati agar tak bersikap buruk.

Aira menghapus air mata dari mata indahnya yang kini sembab. Aira bangkit dari ranjangnya berjalan menuju lemari besar yang ada di kamarnya. Ia mengeluarkan pakaian dan surat berharga miliknya dari dalam lemari kemudian mengemasi ke dalam koper. Tak lama, ia menuju kamar Bayu yang terletak di sebelahnya dengan masuk melalui pintu yang terhubung dengan kamarnya.

Dipandanginya wajah polos Bayu yang sedang terlelap. Aira menghapus air mata yang mulai menetes kembali membasahi pipinya.

" Maafkan mama, nak... Kita harus berpisah dengan papa " lirih Aira sambil mengelus kepala Bayu.

Aira mengambil pakaian Bayu dan beberapa perlengkapannya, kemudian memasukkan ke dalam koper bersama pakaian miliknya. Aira meraih Bayu ke dalam gendongannya. Bocah tampan itu menggeliat namun tak membuka matanya. Aira mencoba menenangkan Bayu agar tak terjaga. Bocah itu kembali tertidur dalam gendongan Aira.

Aira membuka ponsel kemudian memesan taksi online. Tak lama berselang, terdengar deru mesin mobil berhenti di depan rumah. Aira bergegas keluar dari kamar dengan menggendong Bayu dan menarik kopernya. Dilihatnya Yuda yang tertidur di sofa, kondisinya nampak kusut dan berantakan. Aira ingin menyentuh kepala suaminya itu, namun tangannya terhenti saat ia teringat pengakuan Yuda tadi. Tangan Aira mengepal kemudian ia berlalu meninggalkan Yuda.

Aira memasukkan koper ke dalam taksi pesanannya. Pada saat ia akan masuk ke dalam mobil, sebuah tangan menghalangi membuat Aira berbalik. Aira terkejut karena Yuda kini ada di hadapannya.

" Kamu mau kemana ? " tanya Yuda lirih.

" Bukan urusan, mas " jawab Aira dingin.

" Kamu istri mas, jadi apapun yang kamu lakukan itu urusan mas " ucap Yuda menegaskan.

" Sejak mas bawa perempuan itu masuk ke dalam rumah kita, berarti mas sudah siap mengeluarkan aku dari rumah ini " sahut Aira sinis.

Yuda menarik tangan Aira, mencegah agar sang istri tidak sampai masuk ke dalam mobil yang dipesan.

" Lepas, mas ! " titah Aira sambil berusaha melepas pegangan tangan Yuda.

" Biar aku yang antar kamu. Kamu mau kemana ? " tanya Yuda.

" Pak, biar saya yang antar istri dan anak saya. Ini bapak terima uangnya sebagai ganti ongkos " seru Yuda pada supir taksi sambil memberikan dua lembar uang seratus ribu.

" Cukup mas... Aku gak perlu kamu antar. Cukup kamu lepaskan aku dan Bayu. Aku tidak akan menuntut apa-apa dari kamu " ucap Aira sambil masuk ke dalam taksi.

Yuda tak menyerah, ia menahan agar pintu taksi tak bisa ditutup dengan tangannya.

" Jadi setelah kebersamaan kita selama 8 tahun, yang kamu inginkan perpisahan ? Lalu kamu anggap apa hubungan kita selama ini " tanya Yuda mencoba menahan Aira.

Aira tersenyum kecut, menahan getir yang ada di hatinya.

" Kebersamaan kita selama ini, adalah waktu terindah yang diberikan Tuhan, mas. Jangan kamu mempertanyakan lagi bagaimana perasaanku dalam hubungan ini. Tapi semua itu tak ada artinya lagi, mas. Kamu yang membangun dan kamu juga yang menghancurkannya. Seharusnya aku yang bertanya, mas... Sebenarnya mas anggap apa hubungan kita ? Seberapa besar rasa cinta yang mas miliki ? Sampai-sampai... " Aira tak meneruskan ucapannya. Hatinya begitu perih hingga suaranya terdengar tercekat menahan tangis dan amarah.

Ucapan Aira seolah membungkam Yuda, ia merasa tertampar dengan penuturan sang istri. Ia tidak tahu lagi bagaimana cara menahan istri tercintanya agar tidak meninggalkannya.

" Jalan, pak ! " seru Aira pada supir taksi itu.

Aira menutup pintu dan jendela mobil, kemudian mobilpun segera melaju. Aira tak kuasa lagi menahan air matanya. Butiran hangat itu kembali mengaliri pipinya. Aira memeluk Bayu dengan erat. Saat ini hanya Bayu yang bisa menguatkannya.

Yuda terdiam sesaat, kemudian ia menyadari jika Aira telah berlalu. Yuda berlari masuk ke dalam rumah kemudian meraih kunci mobilnya. Ia bertekad akan mengejar Aira dan membawanya kembali.

" Mas mau kemana ? " suara seorang wanita membuat langkah Yuda terhenti.

" Kamu istirahatlah dulu, aku ada urusan penting " ucapnya datar tanpa menoleh kemudian keluar dari rumah dan bergegas menyalakan mesin mobilnya.

Wanita itu melihat kepergian Yuda dari balik jendela dengan tatapan sendu.

" Maafkan aku, mas... Karena aku, hubungan kalian jadi seperti ini " gumamnya lirih. Tanpa terasa air mata meleleh, membasahi pipinya.

Yuda melajukan kendaraannya dengan sangat kencang. Ia tak mau kehilangan jejak istri dan anak tercintanya. Sayangnya, ia tak menemukan taksi yang tadi membawa orang yang paling dicintainya. Meskipun sudah larut malam, namun jalanan masih tetap ramai sehingga menyulitkannya untuk menemukan kendaraan tadi.

Yuda menarik rambutnya kasar, terkadang ia memukul stir mobil. Ia merasa frustasi tak tahu harus mencari kemana istri dan anaknya itu.

" Aira... jangan tinggalkan aku... Aku tak bisa hidup tanpamu " gumamnya di sepanjang jalan.

Satu tujuan yang ada di pikiran Yuda, yaitu rumah sang mertua. Ya, mungkin saja Aira kembali ke rumah sang ibu. Yuda memutar laju kendaraannya memasuki area tol, butuh waktu sekitar 30 menit untuknya agar sampai di rumah mertua yang dihormatinya.

" Tunggu aku, Aira... Aku akan membawamu kembali. Aku tak akan menyerah. Aku akan meninggalkannya untukmu, untuk kebahagiaan kita " Yuda bergumam sambil melajukan mobilnya.

Yuda sampai di depan sebuah rumah dengan halaman yang luas. Ia mengurungkan niatnya untuk masuk dan mengetuk pintu rumah mertuanya, mengingat ini sudah sangat larut. Ditambah lagi, ia bisa melihat kamar yang selalu ditempati istrinya itu gelap tanpa ada penerangan. Bisa ia pastikan jika Aira tidak pulang ke rumah sang ibu.

Yuda meremas kasar rambutnya, ia menyandarkan keningnya di atas kemudi mobil.

" Kamu pergi kemana Aira ? Kalau tidak disini, aku harus mencari kemana " lirih Yuda.

Yuda menutup matanya, mencoba berpikir keras kemana perginya istri dan anak tercintanya. Hingga akhirnya ia menemukan jawaban dari pertanyaannya.

Yuda kembali menyalakan mesin mobilnya dan segera berlalu.

Mencari Aira

Aira sampai di depan sebuah apartemen. Ia menekan bel, lama tak jua pintu apartemen itu terbuka. Aira memaklumi jika sang tuan rumah, mungkin tengah tertidur lelap karena ini memanglah sudah sangat larut. Aira kembali menekan bel, kali ini terdengar suara pintu terbuka.

Ceklek...

Nampak seorang wanita cantik memakai baju tidur berkimono membuka pintu sambil mengucek matanya. Seketika matanya terbelalak saat melihat Aira berdiri di depan pintu dengan membawa koper besar dan menggendong Bayu.

" Aira... " ucapnya tak percaya dengan yang dilihatnya. Ia mengerjapkan matanya, memastikan jika sosok wanita yang berdiri di hadapannya itu benar-benar sahabatnya.

" Masuk ! " serunya sambil membawa masuk koper milik Aira.

Mereka berdua duduk di sofa setelah Aira menidurkan Bayu di kamar tamu.

" Sebenarnya ada apa ? " tanya Sarah saat menyadari kondisi sahabatnya yang sangat kusut dengan mata yang sembab.

Aira terdiam, ia tak tahu bagaimana harus memulai cerita. Hanya lelehan air mata yang menjawab pertanyaan Sarah. Sarah memeluk sahabatnya itu, mencoba menenangkan Aira.

" Mas Yuda... Dia..." Aira tak meneruskan ucapannya. Suaranya tercekat karena tak bisa menahan tangisnya lagi.

Sarah memeluk dan mengelus punggung Aira.

" Kamu tenangkanlah diri dulu. Ingat... Aku selalu ada disisimu, siap mendengarkan keluh kesahmu jika kamu telah siap menceritakan semua. Sekarang beristirahatlah dulu " ucap Sarah.

" Terima kasih... Maaf aku sudah merepotkanmu " ucap Aira lirih.

" Hei... Kita ini bersahabat sejak lama. Kamu sudah kuanggap seperti adikku sendiri. Jadi jangan sungkan " Sarah melepaskan pelukan.

" Seandainya mas Yuda datang, tolong rahasiakan jika aku dan Bayu ada disini " pinta Aira yang dibalas dengan anggukan oleh Sarah.

Aira masuk ke kamar tamu, kemudian membaringkan dirinya di samping anak semata wayangnya itu dan memeluknya.

Pagi-pagi sekali Aira sudah bangun. Ia merapikan apartemen juga memasak untuk mereka semua. Sarah yang baru saja terbangun, kaget mendapati Aira yang sedang menata makanan di meja makan.

" Sepagi ini, kamu sudah selesai memasak ? " tanya Sarah yang baru saja keluar dari kamarnya.

" Sesiang ini kamu baru bangun ? " Aira menjawab pertanyaan Sarah dengan pertanyaan bernada sindiran.

Sarah tersenyum simpul.

" Sudah mau menikah tapi masih suka bangun siang... " ucap Aira lagi.

" Iya... iya... Baiklah, aku mungkin bisa belajar darimu " sahut Sarah sambil duduk di meja makan dan menghidu aroma lezat masakan yang Aira buat.

" Keponakan aku yang tampan itu, masih tidur ? " tanya Sarah karena tak melihat Bayu bersama Aira.

" Masih tidur, mungkin dia kelelahan " jawab Aira lirih pandangan matanya mulai terlihat sayu.

Sarah meraih tangan sahabatnya itu.

" Sebenarnya ada apa dengan mas Yuda ? Mengapa kamu sampai pergi dari rumah ? Kalian sedang ada masalah ? " pertanyaan demi pertanyaan dilontarkan Sarah.

Aira menundukkan kepalanya, ia tak tahu harus memulai dari mana. Baginya semua yang terjadi bagaikan mimpi buruk.

" Aira..." Sarah memanggil namanya saat sang sahabat tak mengeluarkan sepatah kata.

Aira tersadar, ia mengatur nafas menenangkan perasaannya.

" Mas Yuda... menikah lagi " suara Aira terbata menahan tangis.

" Hah ? Mana mungkin begitu. Mas Yuda sangat mencintai kamu " Sarah tak percaya dengan apa yang baru saja Aira katakan.

" Tapi kenyataannya begitu... Kemarin, Mas Yuda membawa istri barunya ke rumah " jelas Aira dengan uraian air mata di pipi.

Sarah mengepalkan tangan kemudian memukulkan kepalan tangannya ke atas meja makan menimbulkan bunyi piring yang terguncang karenanya.

" Tega sekali Mas Yuda... Apa yang ada di pikirannya ? Hubungan kalian berlangsung sejak lama dan hanya berakhir seperti ini. Dia benar-benar... " ucap Sarah yang mulai emosi namun tak melanjutkan ucapan saat dilihatnya Aira yang mulai menangis.

Sarah mendekat, menghampiri sahabatnya itu lantas memeluk erat Aira.

" Aku ada disini, menangislah jika itu bisa membuatmu tenang. Tapi berhentilah jika itu hanya menambah perih lukamu " tenang Sarah.

Sarah sangat tahu bagaimana hubungan Aira dan Yuda terjalin. Yuda yang merupakan kakak kelas mereka, sudah menaruh hati pada Aira sejak pertama kali mereka bertemu. Walaupun Aira tak terlalu menanggapi tetapi Yuda tak pernah menyerah untuk bisa mendapatkan hati Aira hingga akhirnya Aira luluh dan menerimanya. Hubungan mereka terus berlanjut hingga mereka selesai kuliah dan bekerja. Pada akhirnya mereka menikah setelah berpacaran selama 5 tahun.

Sarah tak mengira pernikahan yang telah berjalan 3 tahun serta telah dikaruniai seorang anak yang tampan dan lucu itu kini berada diambang kehancuran hanya karena orang ketiga. Sungguh Sarah tak habis pikir, bagaimana mungkin Yuda bisa mengkhianati Aira padahal ia tahu betul jika Yuda sangat mencintai Aira.

" Mama... " suara Bayu menyadarkan Aira dan Sarah.

Aira segera menghapus air matanya saat melihat Bayu berada di sampingnya. Segera ia membawa Bayu ke dalam pangkuannya.

" Anak mama sudah bangun " ucap Aira memeluk Bayu. Bayu menyentuh wajah sendu Aira.

" Mama... angis " ucap Bayu.

" Mama gak nangis sayang, mama cuma pusing sedikit " Aira menjawab dengan senyuman.

" Num obat ya " ucap Bayu begitu perhatian, membuat Aira terharu.

" Mama sudah punya Bayu... Bayu itu obat buat mama... " lirih Aira menciumi wajah tampan Bayu.

" Hei, jagoan... Tante Sarah mau dipeluk juga dong ! " ucap Sarah sambil membuka lebar kedua tangannya.

Bayu turun dari pangkuan Aira kemudian berjalan ke arah Sarah dan memeluk Sarah.

" Ate calah au..." ucap Bayu sambil menutup hidung dan melepas pelukannya.

" Masa sih ? Tante udah mandi tahu" ucap Sarah membaui badannya.

" Api Oong " jawab Bayu sambil tertawa. Sarah meraih Bayu dan menghadiahinya dengan gelitikan di perut Bayu membuat bocah tampan itu tertawa tak henti.

Ting... tong... Terdengar suara bel pintu membuat Aira dan Sarah saling beradu pandang.

" Kalau mas Yuda yang datang, gimana Sar ? " tanya Aira cemas.

" Kamu masuk ke kamar aku, terus masuk ke kamar mandi. Jangan buat suara, kunci pintu kamar mandinya " seru Sarah.

Aira segera masuk ke dalam kamar Sarah bersama Bayu. Sarah mengatur nafas, bagaimanapun ia harus siap menghadapi Yuda.

Sarah bergerak menuju pintu apartemen dan membukanya. Tebakan mereka benar, Yuda kini telah ada di hadapan Sarah. Yuda menerobos masuk ke dalam begitu pintu terbuka.

" Dimana Aira ? " tanya Yuda sambil melihat sekeliling ruangan.

" Lho, bukannya Aira di rumah. Kenapa mas Yuda mencari Aira disini " jawab Sarah menutupi dengan bersikap tak tahu apa-apa.

Yuda bergerak ke dalam, ia mencari ke dapur, bahkan ke kamar tamu. Begitu Yuda akan masuk ke dalam kamar utama, Sarah melarang.

" Mas ini apa-apaan sih ? Kenapa mas masuk ke dalam tanpa seijinku " Sarah menekankan kalimatnya.

" Kenapa mas pikir Aira ada disini... Memangnya untuk apa Aira datang kemari " tegas Sarah.

Yuda terdiam, ia tak tahu harus berbuat apa. Ia enggan untuk menceritakan masalah yang sebenarnya pada Sarah.

" Kalau mas tidak percaya, buka saja pintu itu dan lihat apakah Aira ada di dalam atau tidak " seru Sarah sambil bergerak membukakan pintu kamarnya.

Pintu terbuka, namun Yuda tak menemukan Aira dan Bayu disana. Pada saat Yuda akan melangkahkan kaki memasuki kamar Sarah, seseorang bertanya kepada mereka...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!