“Terus Kenapa Kalo Gue Cowok Ngga Bener? Lo Tanya Nyokap Bokap Gue Dah Bener Apa Belum Jadi Orang Tua”
-Athan Emilio Grissham
Pict. Athan Face Claim
Athan tengah duduk di ruang santai sambil memakan camilan dan menonton netflix, tadinya lelaki tampan itu akan pergi keluar bersama Dicky tapi gagal mendadak karena Dicky harus mengantarkan kedua orang tuanya ke rumah saudara. Jadinya Athan berada di rumah sekarang dengan santai tanpa memikirkan apapun.
Brakkk
Pintu terbuka dengan lebar, siapa lagi kalau bukan tuan Nicolas, ayah Athan. Pria paruh baya itu kembali terpengaruh minuman keras, padahal masih sore taapi sudah teler. Athan beranjak dari duduknya berusaha membantu tuan Nicolas untuk pergi ke kamarnya.
“pa.” panggil Athan.
“hey kamu mirip sekali dengan mamamu yang menyebalkan itu!.”
“papa mabuk, biar Athan bantu ke kamar.”
Tanpa sengaja tuan Nicolas melihat tato di lengan anaknya.
“kamu! Siapa yang mengajarimu hah!!.”
“Athan yang mau pa.”
“anak kurang ajar!.” buuugghh Tuan Nicolas memukul putranya dengan keras, menghajarnya hingga babak belur, namun Athan hanya diam.
“tuan tuan, jangan seperti ini tuan, kasihan den Athan.” Bi Sumi membantu Athan untuk bangun sambil mendorong tuan Nicolas “den Athan pergi saja den, tuan pasti sedang pusing.”
“tolong papa ya bi Sumi.”
“iya den Athan jangan khawatir”.
Athan mengambil Jaket dan kunci motornya meninggalkan rumah.
Sampai di lampu merah
pun Athan masih berfikir mau kemana dia sekarang, sedangkan dia tidak mungkin kemarkas yang di kunci karena kunci markas di bawa oleh temannya. Rumah Aletta adalah tujuannya, tanpa berfikir lagi, Athan melajukan motornya menuju rumah Aletta.
Tepat saat motor Athan terparkir di halaman rumah Aletta, gadis itu tengah menyirami bunga didepan rumah.
“lagi apa cantik?.” Teriak Athan yang membuat Aletta kesal
“dih ngapain lo kesini!.”
“galak amat cantik-cantik.”
“berisik lo.”
Athan mematikan motornya dan membuka helm yang dipakainya, Aletta yang melihat wajah Athan penuh luka, langsung membersihkan tangannya dan menghampiri Athan.
“lo kenapa lagi?.”
“masa tamu ngga si suruh masuk sih.”
“ya udah masuk, nyokap sama bokap lagi ngga di rumah.”
“okey sabi nih buat ***-***.”
“enak aja lu kadal gurun.”
“canda ta.”
Athan dan Aletta masuk kedalam rumah, Athan langsung naik kelantai dua dan duduk dengan santai di ranjang milik Aletta. Sedangkan gadis itu hanya menggeleng dan pergi mengambil kotak p3k didekat kamar kedua orang tuanya.
Aletta masuk kedalam kamarnya. Gadis itu mulai mengobati luka yang ada di wajah Athan, sedikit demi sedikit hingga selesai semua.
“jadi sama siapa lagi?.” Tanya Aletta, bukan sekali dua kali gadis itu mengobati luka Athan, entah diwajah ataupun di kakinya karena jatuh dari motor.
“bokap.”
Aletta hanya mengangguk, dia tidak ingin menanyakan lebih lanjut mengenai hal tersebut mengingat keadaan keluarga Athan yang lumayan bisa disebut buruk. Berita mengenai Jessica atau ibunda Athan seorang Aktris yang terlibat cinta lokasi dengan lawan mainnya membuat keadaan semakin memburuk, wanita paruh baya, wanita karir.
“ta, ntar malem ikut gue lagi yuk.”
“kemana?.”
“nonton balapan.”
“lo ngga turun, tumben?.”
“engga, motor gue belum service lagi.”
“oke, tapi gue ngga mau di tinggalin.”
“iya ngga gue tinggalin, tenang aja.”
“oke deh. Lo tadi belum makan kan? Kebetulan gue latihan masak, lo mau nyoba ngga?.”
“boleh.”
Mereka turun kelantai dua menuju dapur, Athan duduk di kursi depan meja makan menunggu Aletta menyiapkan makanan dimeja. Menu yang di buat Aletta adalah ayam saus pedas dengan kangkung.
“ta mana nasinya?.”
“kan gue suruh nyobain dulu.”
“ya elah gue laper, butuh nasi.”
“ya udah bentar.”
Aletta mangambil nasi yang di maasaknya di rice cooker, lalu menaruhnya ke atas piring dan memberikannya pada Athan. Aletta yang menunggu lelaki itu mengatakan sepatah kata, tapi sejak tadi hanya menikmati makanan tanpa berkomentar.
“than! Gimana rasanya!.” Bentak Aletta yang mulai kesal
“hahaha enak!.” Ucap Athan sambil menunjukkan kedua jari jempolnya.
Tidak membutuhkan waktu yang lama semua piring yang ada di meja hanya tinggal piring, sisa nasi sebutir pun tidak ada sama sekali. Aletta senang karena makanannya di terima dengan baik oleh Athan, itu pun perdana dia masak karena pembantu dirumahnya tengah pulang kampung ddan kedua orang tuanya sedang di luar kota selama tiga hari.
Selesai makan, Athan mengambil camilan milik Aletta di lemari yang berisi banyak camilan. Athan duduk di ruang keluarga sambil menonton film kesayangannya, bukan sinetron yang sering ditayangkan melainkan film anak-anak upin-ipin, badannya memang besar, suka balapan motor, tapi Athan masih sama seperti anak pada umumnya yang menyukai tayangan ringan dengan sedikit candaan.
Sembari menunggu malam datang, Aletta membersihkan halaman rumahnya yang tadi tertunda dengan kehadiran Athan. Hanya menyirami bunga dan membakar sampah daun yang jatuh dari pohon mangga di depan rumah.
Hari mulai senja, Aletta masuk kedalam rumahnya dan memutuskan untuk mandi, dilihatnya Athan yang tertidur di sofa dengan tv yang masih menyala menayangkan berita sore hari. Tepat Aletta lewat, berita itu menayangkan mengenai Jessica yang terlibat perselingkuhan dengan aktor lawan mainnya, Aletta langsung mematikan tv dan mengambilkan selimut untuk Athan pakai.
Aletta mengganti pakaian rumahnya dengan kaos hitam polos di padukan celana jeans, tak lupa gadis itu mengeringkan rambutnya yang masih basah.
Ceklek
Terlihat Athan dengan wajah bantalnya.
“lo ngga bangunin gue sih ta.” Ucap Athan protes, lelaki itu masuk di duduk di ranjang milik Aletta
“lo kan tidur lelap banget, mana tega gue bangunin lo, lagian masih jam segini.”
“iya sih, tadi Roni telpon gue, dia turun malam ini.”
“Roni yang mana?.”
“temen satu markas gue.”
“anak sekolah sebelah?.”
“iya bener.”
Athan membuka pintu kearah balkon di kamar Aletta, lelaki itu keluar dan menutup kembali pintu kaca tersebut. Athan mengambil rokok yang di simpannya di celana, menyalakan sebatang rokok tersebut sambil melihat bulan yang mulai muncul di balik awan berjalan.
Aletta melihat Athan yang tengah di balkon sambil menghisap rokoknya, lelaki itu nampak berbeda dari dua tahun yang lalu sebelum keberangkatan Dimas ke Surabaya.
Dimas Emilio Grissham, kakak kandung Athan yang tengah menempuh pendidikan sebagai mahasiswa di salah satu universitas yang ada di Surabaya, pria kelahiran Jerman itu belajar kedokteran karena dia menyukai bidang tersebut.
Jika ada Dimas di sampingnya, mungkin Athan tidak akan sehancur ini, dia mendapatkan segalanya, termasuk harta, tapi Athan hanya mendapatkan kasih sayang dari Dimas sejak kecil. Dan Aletta adalah sosok yang bersamanya sejak kecil, sosok yang sejak kecil selalu menangis karena di goda Athan tapi tak pernah ingin di pisahkan.
Setelah menghabiskan sebatang rokok, Athan kembali masuk kekamar Aletta, gadis itu sudah siap dengan pakaian santai tapi terkesan seksi.
Fiuuuwittt
“cakep banget dah.” Ucap Athan sambil memakai jaketnya kembali
“kemana aja lo.” Jawab ketus Aletta
“hahaha, gue ngga suka punya gue dilihat orang-orang, jadi pake jaket ya sayang.” Athan melempar Jaket yang ada disofa kearah Aletta.
“Athan nyebelin banget!!.”
⁂
Nb. Cerita ini udah ada di ****** dengan nama akun @kopi_opta tetapi belum di revisi, namun di sini sudah di Revisi ya.....
Thanks mood!
“Gue Bukan Orang Jahat Yang Ngga Peduli Sama Sekitar, Gue Cuma Takut Terlalu Jauh Melangkah Untuk Masalah Orang Lain”. -Aletta Fredella
pict. Aletta Fredella Face Claim
Aletta terbangun dari tidurnya di ranjang putih single size di kamar miliknya yang berdominan warna hitam putih, dilihatnya jam menunjukkan pukul 6.23, Aletta segera beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi tanpa membereskan selimut dan bantal nya yang berantakan.
Hanya butuh 15 menit di kamar mandi dan mengganti baju tidurnya dengan seragam sekolah putih abu-abu khas anak SMA, Aletta menuruni tangga setelah memakai sepatu dan tasnya dengan terburu-buru. Memesan ojek online seperti biasanya, namun saat tengah membuka aplikasi, suara motor Athan terdengar dan berhenti didepan gerbang rumahnya.
“Aletta!!! Aletta!!.” Aletta yang kesal karena Athan terus berteriak di depan rumahnya.
Aletta langsung membuka pintu gerbangnya dengan wajah kesal.
“Apa! jangan teriak-teriak, berisik.”
“ehehe, ayok.”
“tumben banget lo kesini pagi-pagi, biasanya juga telat.”
“engga dong hari ini.”
“ayok, ntar keburu telat.”
Aletta mengambil helm yang diberikan Athan dan naik keatas motor Athan untuk pergi ke sekolah.
Sekolah mereka berjarak lumayan jauh dari rumah Aletta, bahkan untuk kerumah Aletta, Athan harus bolak-balik jika pergi kesekolah, tapi hal itu menjadi kesenangan tersendiri untuk Athan.
Sampai di sekolah, hampir saja gerbang tertutup, tapi mereka berdua masih bisa masuk setelah memarkirkan motor ditempatnya yang sudah penuh dijam segini.
Athan dan Aletta langsung ikut berbaris di lapangan dengan yang lain, menaruh tasnya di belakang barisan.
“lo kebiasaan telat kalo senin.” Lirih Lala sahabat Aletta sekaligus teman sebangkunya yang memiliki nama lengkap Meyla Anastasya Putri.
“gue bangun sedikit kesiangan.”
“baguslah untung ngga di tutup tadi”.
“iya lo bener.”
Upacara bendera selesai, semua murid masuk kekelas masing-masing dengan buku yang dikipas-kipaskan ke tubuh dan wajah, keringat yang bercucuran, bau kelas yang penuh dengan bau keringat padahal masih pagi selalu terjadi disaat selesai olahraga dan upacara hari senin.
“shuutt! Shuutt!.”
Aletta menengok kebelakang kearah Athan yang mengganggunya terus.
“apa?.”
“ntar ikut gue pulang sekolah.”
“ngga bisa, gue kumpul MPK.”
MPK atau Majelis Perwakilan Kelas di SMA Galileo yang akan mengadakan Festival seni tahunan SMA Galileo dan selalu pecah acaranya.
“dih sok sibuk.”
“bodo amat.”
Guru masuk kelas,
“selamat pagi anak-anak.”
“Pagi bu.”
“Pagi ini ibu tidak bisa mengajar karena ada rapat, sebelum itu ibu membawa teman baru yang akan bergabung di kelas ini. Masuk nak.”
Seorang gadis cantik dengan seragam SMA Negeri masuk, rambutnya panjang keriting tapi terlihat sangat indah untuknya, memiliki kulit sedikit hitam tetapi terlihat sangat eksotis.
“silakan perkenalkan dirimu.”
“hi semua, perkenalkan nama ku Alisa Niara atau Alisa, mohon bantuannya.”
Semua bertepuk tangan, sedangkan mata Athan terus menatapnya tanpa berkedip sedikit pun.
“duduk disana ya samping Athan.”
“baik bu.”
Alisa berjalan kearah Athan dan duduk di sampingnya.
“dih nyebelin banget muka si Athan.” Celetuk Aletta lirih, namun Lala masih mendengarnya sangat jelas.
“lo cemburu ta.”
“dih engga lah, gila aja, tuh muka kayak om-om pedofil tua ngga.”
“hahaha iya sih, tapi Alisa lumayan cakep juga.”
“eksotis, sesuai dengan tipe Athan.”
Karena guru tidak mengajar, banyak anak kelas 2 IPS A keluar kelas pergi ke kantin, ada juga yang tidur dibelakang kelas, ada pula yang ngerumpi di pojokan, menggambar aneh-aneh di papan tulis, main game, nonton film horror, dan masih banyak lagi.
Tapi Aletta memutuskan meneruskan membaca novel yang baru dibelinya kemarin lusa, sedangkan Athan tengah menggoda Alisa yang duduk di sampingnya.
“ta ikut gue yuk, Aldo main basket.” Ajak Lala
Aletta yang tadinya engga niat kemana-mana dan ingin stay di kelas memutuskan ikut dengan Lala karena mendengar perbincangan Athan dan Alisa yang menyebalkan untuknya.
“ayo.”
Aletta berjalan bersama Lala meninggalkan kelas mereka, saat menuju lapangan basket, Aletta bertemu dengan Dinda dan Micella.
“eh Athan mana?.” Tanya Dinda dengan wajah ketusnya
“tuh dikelas sama anak baru.” Jawab Aletta singkat dan langsung pergi.
Aletta duduk dipinggiran lapangan bersama Lala, namun gadis itu tetap sibuk dengan kegiatannya hingga ponselnya berbunyi, sebuah telepon dari bunda nya.
Aletta sedikit menjauh dari lapangan untuk menerima telepon tersebut.
“ya halo bun.”
“sayang, ayah sama bunda ngga bisa pulang besok lusa, tapi pulang minggu depan.”
“iya ngga papa kok bun, Aletta bisa jaga diri.”
“ayah udah tf uang buat kamu, ntar makannya beli aja ya sayang, ngga usah masak.”
“iya bun, makasih.”
“ya udah bye sayang.”
“bye bunda.”
Aletta menghela nafasnya kasar, bukan sekali tapi berkali-kali kedua orang tuanya hampir tidak pernah berada di rumah. Hanya sewaktu Natal saja mereka berdua libur dan stay dirumah.
Acara sekolah yang mendatangkan orang tua, Aletta dan Athan saja yang orang tuanya tidak pernah hadir, dan mereka berdua selalu menjadi langganan masuk keruang guru untuk di interogasi terkait kedatangan orang tua yang sekali saja tidak pernah.
Aletta duduk di bangku taman, dia kembali termenung. ‘its okay Aletta, bukan sekali, jadi lo pasti udah terbiasa’
Setelah menguatkan hatinya kembali karena sebuah kekecewaan, Aletta melangkahkan kakinya menuju ruang MPK, mungkin dia akan tidur beberapa menit sebelum masuk kelas.
“loh ta, lo ngapain ke sini.” Namanya Gracelia Anugerah, wakil ketua MPK dari kelas 2 IPA C, anak yang sering mendapatkan piala setiap hari senin, pemenang olimpiade Biologi dan memiliki cita-cita sebagai dokter.
“ehehe gue ngantuk, jadi kesini.”
“ya udah kebetulan gue ada urusan olimpiade minggu depan, lo bisa jaga di ruang MPK, kuncinya ntar taruh aja di tempat biasa.”
“okay siap, semangat grace.”
“thanks.”
Grace meninggalkan Aletta, Aletta kemudian masuk dan duduk di sofa sambil memainkan ponselnya, hanya melihat instagram. Tiba-tiba notif instagram muncul di panel notif hp nya.
(@AthanEmilio) : AlisaNiara Mulai Mengikuti Anda
‘dih PDKT beneran tuh kadal gurun’
Aletta mematikan ponselnya dan mulai memejamkan mata untuk masuk kedalam alam mimpi.
Jam menunjukkan pukul 10 saat Aletta membuka mata, suara Grace terdengar di telinganya tengah berbincang dengan suara laki-laki yang tidak asing untuk Aletta.
“dah bangun lo ta.” Ucap lelaki tersebut
Aletta langsung duduk saat matanya menangkap sosok Athan duduk di depannya.
“ngapain lo disini?.”
“nyariin lo, terus gue ketemu Grace dan bilang kalo lo tidur di ruang MPK.”
“dih sok sok an nyariin.”
“hehehe temenin gue yuk nyari buku, gue dapet tugas dari bu Vira soalnya ulangan Sosiologi kemarin gue dapet nilai jelek.”
Aletta bangun dari sofa, berdiri didepan kaca dan merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Kemudian berpamitan pada Grace untuk pergi duluan dengan Athan.
Sampai di perpustkaan, Aletta dan Athan mengisi buku hadir didepan, tujuan Aletta langsung menuju rak buku yang berisi buku-buku sosiologi yang dibutuhkan Athan.
“ta.”
“hm.”
“tadi gue dapet kontaknya Alisa.”
“lo suka sama Alisa?.”
“engga juga sih, eh mungkin belum, menurut lo gimana?.”
“gue ngga tau, tapi Alisa kan anak baru, jadi mungkin belum sekarang gue bisa nentuin dia itu kayak gimana.”
“bener juga sih lo. Ntar lo jadi acara sama anak-anak MPK kan?.”
“jadi.”
“ya udah gue mau nganterin Alisa pulang aja.”
“hahaha bilang aja kalo nganterin Alisa, pake nanya gue ada acara MPK atau engga.”
“hahaha lo tau aja, oh ya gue besok ngga bisa jemput lo.”
“ah elah, tenang aja kalik, gue biasanya juga berangkat sendiri.”
“hehehe.”
“dah ni, gue dapet bukunya.”
Aletta memberikan buku sosiologi pada Athan.
“makasih ta.”
“sama-sama.”
Mereka duduk berdua disalah satu meja yang ada di perpustakaan, Aletta membaca buku novel yang diambilnya dari rak novel. Sedangkan Athan mengerjakan tugasnya, hening cukup lama hingga bel masuk berbunyi.
“hah… gue males banget ikut pelajaran matematika.”
“ayolah than, lo mau remedial lagi.”
Athan langsung menggeleng dan mengikuti Aletta keluar dari perpustakaan menuju kelas mereka.
⁂
“Lo salah kalo mikir kita adalah lebih dari itu, kita cukup hanya itu dan kemudian kita memilih jalan kita masing-masing.” -Athan Emilio
Pict. Roni Face Claim
Suara gebrakan meja terdengar sangat nyaring dari lantai dua, Athan yang mendengarnya pertama kali langsung keluar kamar dan melihat kebawah dari pinggiran tangga. Terlihat Ayahnya, Nicolas, tengah mabuk seperti biasanya. Pakaian yang sudah tidak berbentuk lagi, bibi Sumi pembantu keluarga Athan keluar dari dapur dan membantu Nicolas untuk naik ke lantai dua.
Namun sebelum mereka bertemu, Athan masuk kedalam kamarnya dan keluar dengan pakaian rapi dan juga kunci motor di tangannya.
“den Athan mau kemana?.” Tanya bibi Sumi tatkala mereka bertemu di tangga
“mau pergi bi, jaga papa.”
“iya den.”
Athan langsung pergi begitu saja tanpa mengucapkan sepatah kata lagi.
Motor Athan melaju sangat kencang dijalanan, wajahnya memanas tatkala mengingat keadaan ayahnya, Athan pun akan seperti itu jika hal tersebut terjadi padanya, dan hal itu tidak akan pernah terjadi dikeluarganya kelak, dia tidak ingin mengulang kesalahan orang tuanya pada hidupnya juga. Dan membuat anak-anak menjadi sasaran kesakitan tersebut, Athan tidak akan pernah melakukan hal tersebut.
Athan menghentikan motornya di pinggir jalan, dia tidak memiliki tujuan selain markas dan juga rumah Aletta. Akhirnya Athan memutuskan putar balik kerumah Aletta dan berharap Aletta tidak bosan karena kehadirannya.
Hanya butuh beberapa menit Athan sampai didepan gerbang rumah Aletta, rumah itu nampak sepi dengan lampu redup padahal masih jam 7 malam, harusnya Aletta ada di rumah, tapi sepertinya belum pulang.
Athan ingat kalau Aletta ada acara MPK, tapi harusnya jam segini sudah ada dirumah. Athan pun menuju ke SMA Galileo dan memastikan Aletta ada di sana.
Dan benar, Aletta tengah berada di halte depan sekolahnya.
“lo ngapain jam segini masih disini?.” Tanya Athan begitu sampai didepan Aletta
“nunggu bus.”
“lah mana ada jam segini, naik, gue anterin pulang.”
Aletta langsung naik ke atas motor Athan, hanya dalam diam mereka menikmati perjalanan hingga sampai didepan rumah Aletta.
“makasih than.”
“ya elah santai aja kalik, gue tadi kesini tapi gue feeling lo belum balik, jadi gue ke sekolah, ternyata bener. Kenapa ngga bilang sih biar gue jemput.”
“batrai hp gue low.”
“astaga.”
“hehehe, mau masuk dulu nggak?.”
“bolehlah.”
Aletta membuka gerbang rumahnya dan menyuruh Athan masuk bersamaan dengan motor, setelah itu Aletta menutupnya kembali.
Aletta langsung naik kelantai dua menuju kamarnya untuk mandi dan mengganti seragam sekolahnya dengan baju santai, sedangkan Athan masih tetap berada dilantai satu di ruang keluarga sambil menonton tv.
Setelah mengganti mandi dan mengganti pakaiannya, Aletta turun untuk memasak makan malam.
“than, lo belum makan kan?.”
Athan menggeleng santai.
“oke gue masakin.”
Makan malam kali ini Aletta membuat menu simple, lebih dari simple, instan. Yaitu ramen instan yang dibelikan kedua orang tuanya saat berada di Korea kunjungan proyek.
Hanya butuh beberapa menit Aletta selesai menghidangkan di meja makan.
“Athan! Sudah jadi.”
Athan yang mendengar suara nyaring Aletta langsung melihat kebelakang.
“dih apaan, cepet amat lo masak.”
“iyalah.”
Athan duduk di depan meja makan dengan wajah datar.
“gue disuruh makan mie jauh-jauh kesini.”
“ini enak tau, coba aja dulu.”
“dimana-mana yang namanya mie itu sama aja dan sekaligus ngga sehat.”
“bacot! Kalo lo ngga mau biar gue sendiri yang makan.”
“eh engga engga, gue mau kok, ini enak pasti.”
“dih ngeselin banget jadi manusia.”
Athan dan Aletta memakan makanannya yang ada di meja, karena sama-sama lapar, makanan yang dibuat Aletta habis tanpa ada sisa, hanya tempatnya yang kotor.
Selesai membersihkan piring dan juga alat makan yang kotor, Aletta naik ke lantai dua, karena Athan sudah dulu naik ke lantai dua menuju kamar Aletta, untuk tidur katanya.
Namun saat membuka pintu, Athan tengah membaca buku diary milik Aletta.
Aletta yang melihat hal tersebut langsung merebutnya dari Athan, dan menyembunyikannya di belakang badan gadis itu.
“lo apa-apaan sih buka privasi orang!.” Bentak Aletta, dia takut Athan membaca halaman itu.
“sejak kapan ta?.” Tanya Athan dengan wajah datarnya.
Degg
Jantung Aletta seakan berhenti berdetak detik itu juga, rasanya sakit apalagi melihat reaksi Athan yang jauh dari kata bahagia.
“gue-, ngga usah di fikirin kalik.”
“gimana gue ngga mikirin, lo satu-satunya sahabat gue, keluarga gue yang sangat gue sayang, dan gue ngga mau ngerubah apapun tentang itu, setelah gue tau lo suka sama gue, semua ngga akan sama ta, kita ngga akan pernah sama lagi.” Jelas Athan yang membuat Aletta berkaca-kaca
Sudah sangat lama rasanya Aletta ingin menghapuskan perasaan itu pada Athan, tapi makin hari makin bertumbuh layaknya anak kecil yang kemudian menjadi dewasa, sama seperti perasaan Aletta yang makin hari makin membesar.
“selama ini lo salah kalo mikir kita adalah lebih dari itu semua, kita cukup hanya itu dan kemudian kita memilih jalan kita masing-masing.” Lanjut Athan sambil meninggalkan kamar Aletta.
Aletta yang mencoba mengejar Athan dengan wajahnya yang penuh dengan air mata hanya membuahkan kekosongan, Athan meninggalkan rumahnya begitu saja.
Hiks hiks hiks
Aletta terus menangis di kamarnya sendirian, beberapa kali Lala menghubunginya, Aletta sama sekali tidak menjawab.
Lala bertemu dengan Athan di club malam saat Lala tengah berkencan dengan pacarnya Aldo Airlangga dari kelas 2 IPS B. dan Lala melihat Athan yang sepertinya sangat stress hingga menghabiskan beberapa gelas minuman keras. Explicit Content
Mereka semua 17 tahun beberapa bulan yang lalu kecuali Aletta yang masih 15 tahun karena saat SMP mengikuti kelas akselerasi.
Aletta memutuskan membawa buku diary nya ke halaman belakang, memasukkannya ke tong pembakaran sampah dan di bakar hingga habis. Kalau memang perasaannya membuat masalah besar, maka dia akan menghapusnya, termasuk meembakar buku diary yang di tulisnya tentang Athan.
Selesai membakar bukunya, Aletta masuk ke kamarnya kembali dan melihat ponsel, beberapa pesan masuk dari Lala yang memberitahunya mengenai Athan.
Tapi Aletta tidak bisa kesana, dia ingat mengenai Roni teman satu markas motornya, Aletta mencari instagram Roni dan mengiriminya pesan DM untuk membantu Athan di club, Aletta tidak akan membiarkan Athan mengendara motor dengan keadaan mabuk.
Beberapa menit kemudian Roni membalas dan mengatakan akan menuju club tersebut untuk menemui Athan, tak lupa Aletta mengucapkan terima kasih banyak karena membantunya, Athan seperti itu juga karena kesalahan Aletta yang tidak mengubur perasaanya pada lelaki itu.
Sampai Roni menghubunginya kembali mengenai Athan, Aletta engga memejamkan mata, dia terus memperhatikan panel notifikasi di ponselnya yang tak kunjung masuk dari Roni.
Tring
Satu pesan masuk dari Roni yang mengatakan sudah bersama Athan dan mereka akan tidur di markas malam ini karena tidak mungkin Roni membawa lelaki itu pulang kerumahnya dengan keadaan mabuk berat.
Walaupun Athan meracau terus mengenai Aletta, Roni hanya diam, jika di posisi Aletta mungkin akan jatuh cinta pada Athan, mereka telah bersama sejak kecil, wajar jika salah satu menyimpan perasaan. Dan Roni mengerti hal tersebut, tapi jika di posisi Athan yang tidak ingin persahabatan mereka hancur karena berubah jadi cinta yang kemudian di putuskan karena kekecewaan dan tidak saling mengenal akan lebih sakit dari ini.
“udah than, lo berisik banget, tidur aja dah, lama-lama gue tendang juga lo.”
⁂
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!