NovelToon NovelToon

Bukan Menantu Pilihan

Awal bertemu

"Hisss sakit banget." Samar-samar terdengar suara kesakitan di belakang rumah kecil, milik seorang gadis berumur dua puluh empat tahun.

Yumna gadis berumur dua puluh empat tahun mencari sumber suara itu sambil membawa kayu yang besar, untuk berjaga-jaga jika ada yang berniat jahat padanya.

Setelah Yumna mengitari rumahnya yang sangat sederhana itu,

dia melihat seorang pria sedang bersandar pada dinding rumahnya sambil meringis kesakitan.

Yumna terlihat bingung dan takut saat melihat pria itu, tapi dengan sangat hati-hati Yumna pun mendekat.

Awalnya Yumna ragu untuk mendekat, tapi ketika dia melihat ada darah di dada pria itu, dia memberanikan diri untuk mendekat dan menolong pria tersebut.

"Pak Anda kenapa?" Yumna bertanya pada pria itu dengan takut-takut dan tubuh yang gemetar.

"Tolong sembunyikan aku! aku mohon!" pinta pria itu dengan berbisik pada Yumna.

Mendengar itu Yumna sempat terkejut, tapi saat dia melirik pada luka pria itu akhirnya Yumna pun mengangguk, dan langsung memapah pria asing itu masuk ke dalam rumahnya yang terlihat sudah usang di makan usia.

Sesampainya di dalam kamar, dengan takut-takut Yumna membantu membaringkan tubuh pria itu ke kasur kecil miliknya.

Sebenarnya Yumna sangat takut membawa seorang pria ke dalam rumah, karena Yumna tinggal seorang diri di sini. Mamahnya meninggal dua tahun lalu, sedangkan ayahnya pergi entah ke mana sejak dia masih kecil.

"Gimana ini?" gumam Yumna sambil melirik pada pria yang sedang berbaring di atas kasurnya itu.

"Tolong aku minta air!" Pria itu bersuara, membuat Yumna langsung menoleh padanya.

"Bapak mau air?" Yumna bertanya dan Pria itu mengangguk lemah sesekali terdengar ringisan dari bibir pria itu.

"Tunggu di sini dulu ya Pak! biar saya ambilkan air minum untuk Bapak," pesan Yumna tersenyum dan langsung pergi ke dapur untuk mengambilkan pria itu air.

Tidak berselang lama Yumna sudah kembali sambil membawa air segelas air putih di tangannya.

"Ini minumlah!" Yumna menyodorkan air minum dan membantu pria itu untuk duduk.

Pria itu pun meminum air yang di bawa Yumna sampai habis.

Yumna yang melihat luka di da*da pria itu merasa khawatir, dia langsung membuka kancing kemeja dari pria itu.

"Maaf Pak, kalo saya lancang, saya hanya ingin melihat luka Bapak aja." Yumna meminta maaf pada pria itu, yang langsung di jawab anggukan olehnya.

Yumna membuka kancing kemeja itu dengan sangat hati-hati, kemudian dia bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan pria itu.

Tak berselang lama Yumna sudah kembali sambil membawa kotak P3K di tangannya, dan dengan telaten dia membersihkan, lalu memberikan obat merah pada luka pria itu.

Apa yang Yumna lakukan itu pun tak luput dari tatapan si pria, dia memperhatikan Yumna dengan tersenyum.

"Selesai," kata Yumna tersenyum saat melihat luka pria itu sudah berhasil dia perban,

"Terima kasih," ucap pria itu.

"Sama-sama Pak, Bapak istirahatlah di sini, biar aku istirahat di luar," jawab Yumna tersenyum dan berlalu meninggalkan pria itu untuk tidur di ruang tamu.

* Dua jam kemudian *

Saat Yumna tengah asik menatap langit-langit rumahnya, malam ini dia merasa sangat gelisah karena berani membawa pria asing ke rumahnya, dan saat Yumna tengah asik dengan dunianya, dia melihat pria itu keluar dari kamar dengan tertatih.

"Hey, Bapak mau ke mana?" tanya Yumna dengan raut wajah khawatir.

"Maaf saya mau kebelakang sebentar," jawab pria itu dengan berjalan sedikit tertatih karena luka di bagian kakinya.

"Oh, kenapa nggak panggil saya aja, mari saya antar," tawar Yumna dan dia langsung memapah pria itu.

"Ini kamar mandinya Pak, maaf memang keadaannya seperti ini."

"Iya, nggak apa-apa kok, terima kasih," jawab pria itu dengan tersenyum sangat manis, membuat Yumna hampir saja terpanah. Namum, buru-buru dia memalingkan wajahnya.

Sambil berjalan masuk ke kamar mandi, dia itu terkekeh saat melihat tingkah Yumna, yang seperti malu-malu itu.

Setelah sepuluh menit di kamar mandi pria itu pun akhirnya keluar.

"Mari Pak, saya bantu ke kamar!" tawar Yumna tersenyum, pria itu mengangguk dan Yumna langsung memapahnya kembali ke kamar.

"Hati-hati Pak," ujar Yumna, pria itu tersenyum mendengar Yumna yang begitu perhatian padanya.

Ini kali pertamanya laki-laki itu nyaman disentuh oleh orang asing.

Setelah sampai di kamar Yumna hendak kembali ke ruang tamu, tapi langkahnya terhenti kala pria itu mencekal pergelangan tangannya.

"Hey tunggu! kita belum berkenalan, nama kamu siapa?" Pria itu bertanya dengan mengulurkan tangannya,

Yumna tersenyum dan menerima uluran tangan pria itu.

"Yumna." Yumna memperkenalkan diri dengan tersenyum sangat manis.

"David." Pria itu pun memperkenalkan diri.

Yumna sempat terpesona saat melihat mata pria itu. Namun dia langsung mengenyahkan perasaan anehnya.

'Cantik sekali, benar benar seperti bidadari,' batin David tersenyum.

____________

* Keesokan paginya *

Yumna menggeliat kala mendengar pintunya di gedor-gedor dengan sangat kencang dan terdengar suara gaduh dari luar rumahnya.

ada apa sih? batin Yumna.

"Hey! Yumna, keluar kamu!" teriakan banyak orang begitu terdengar dari dalam membuat Yumna ketakutan.

Yumna berjalan untuk mengintip, dia terkejut dan sangat ketakutan saat melihat betapa banyaknya orang di luar rumahnya.

Orang-orang itu terlihat sangat marah. apa mereka tau kalau ada laki-laki di rumahku? batin Yumna.

"Ada apa?" David yang mendengar suara gaduh dari luar, langsung menghampiri Yumna dan bertanya.

"Itu, eh pokoknya Bapak, jangan keluar ya! Bapak kembali aja ke kamar, Bapak kan masih sakit," pesan Yumna dan dia berjalan untuk membukakan pintu, dengan tekad yang kuat, Yumna memberanikan diri untuk membuka pintunya.

"Mana laki-laki itu?" teriak salah satu warga sambil melenggang masuk melewati Yumna yang masih berdiri di ambang pintu.

"Eh laki-laki apa?" tanya Yumna dengan berpura-pura tidak tau.

"Halah, dasar tukang bohong, saya liat semalam kamu bawa laki-laki masuk ke rumah," tuding salah satu warga dengan tatapan tajam.

"Kalian salah paham," ujar Yumna lesu.

"Halah mana dia? ayok cari ke semua penjuru!" teriak salah satu warga. Namun belum mereka masuk, David sudah berada di ambang pintu ruang tengah membuat mereka menghentikan langkah.

"Nah, itu dia," tunjuk salah satu warga yang melihat David sedang berdiri di ambang pintu antara ruang tengah menuju kamarnya.

"Kalian harus di adili, ayok kita bawa mereka ke desa!" Salah satu warga itu terus saja memprovokasi, membuat keadaan semakin ricuh.

"Eh, tunggu kalian salah paham, semalam dia terluka, makannya aku bawa dia masuk, jangan bawa dia, aku yang salah, aku minta maap," tutur Yumna dengan nada memohon.

"Nggak ada maap untuk wanita rendahan seperti kamu, berani-beraninya kamu bawa laki-laki ke rumah ini, sedangkan kamu tinggal seorang diri," geram salah satu warga dengan sedikit berteriak, dan itu membuat Yumna ketakutan.

"Tapi aku cuma bantu dia, nggak lebih," tutur Yumna dengan air mata yang mulai mengalir.

"Halah, pokoknya kalian harus di adili," teriak warga dan langsung menarik tangan Yumna.

"Jangan," teriak Yumna saat warga menarik tangannya.

"Kalian salah paham, dengerin penjelasan aku dulu," bela Yumna.

BERSAMBUNG....

Hai 👋 semoga suka ya sama ceritanya, jangan lupa kalau kalian sudah selesai membaca, tolong ya tinggalkan like and komennya 🙏

Kalau ada typo atau apalah itu yang mengganggu, harap di maklum ya 🙏 jempolku emang suka nakal 😂😂

Kalau ada yang mau ngasih bunga atau love monggo dengan senang hati aku akan menerimanya 😂

Bantulah author Somplak sedikit ini untuk menjadi lebih baik. Terima kasih 😘

~*Salam sayang Author Somplak Dikit*~

Menikah

"Tunggu!" David berteriak menghentikan langkah warga yang ingin membawa Yumna ke luar.

David menghampiri warga yang mencekal pergelangan tangannya Yumna itu, dan menepisnya.

"Atas dasar apa kalian akan mengadili kami hah?" tegur David ke warga, setelah dari tadi dia hanya diam memperhatikan.

Entah kenapa David merasa tidak tega melihat Yumna memohon seperti itu, sedangkan Yumna tidak bersalah sama sekali. Semalam Yumna hanya ingin membantunya yang sedang kesakitan.

"Kalian itu sudah berzinah," tuduh warga dengan yakinnya, membuat David tersulut emosi.

"Mana buktinya? apa kalian punya buktinya?" tanya David dengan melirik tidak tega ke arah Yumna yang sedang menangis.

"Kalau kalian nggak ada bukti, jangan main hakim sendiri, karena kami nggak melakukan apa pun, gadis ini cuma bantu saya aja," sambung David.

Dari kejauhan seseorang yang melihat ada keramaian langsung mendekat, dan menerobos masuk ke arah kerumunan warga, dia terkejut karena di sana ada seseorang yang dari semalam dia cari.

"David ada apa ini?" tanya laki-laki itu, matanya pun melirik pada Yumna yang sedang menangis.

"Dia berzina dengan wanita ini, dan kami akan mengadili mereka." Salah satu warga menjawab dengan berteriak.

"Tenang dulu bapak bapak-bapak, ibu-ibu, saya kenal sama laki-laki ini, dia bos saya dan saya jamin kalo mereka tidak berbuat apa-apa." Laki-laki itu mencoba menenangkan warga.

"Sudah warga tenang dulu, saya selaku RT di sini yang akan mengurus mereka, kalian tunggu saja di sini," tutur RT tersebut yang baru saja datang, dia pun langsung mengajak David dan Yumna masuk ke dalam.

__________________________________________

"Pak RT saya tidak berbuat apa yang di tuduhkan warga pada saya Pak, saya bersumpah saya hanya menolong Bapak ini saja." Yumna berkata dengan bersujud di kaki laki-laki yang di panggil RT tersebut.

"Yumna bangun! jangan kaya ini," titah pak RT lalu menarik Yumna agar kembali duduk.

"Maaf sebelumnya, bisa tolong kalian jelaskan kronologinya," pinta pak RT tersebut.

Lalu mengalirlah cerita awal mula David yang di kejar-kejar seseorang sampai terluka, dan Yumna-lah yang menolong David, pak RT mengangguk mengerti.

"Tapi Nak David, warga di sini masih menjunjung tinggi adat istiadat, dan warga di sini akan mengadili siapa pun yang membawa lawan jenis masuk ke rumah saat di rumah tidak ada orang." Pak RT menjelaskan.

"Apa tidak ada jalan keluar lain pak?" tanya David.

"Ada."

"Apa itu?" tanya David antusias.

"Yaitu kalian harus menikah," jawab Pak RT membuat mata Yumna membola.

"Nggak Pak RT, gimana bisa cuma karena menolong seseorang kita harus di nikahkan?" tolak Yumna sambil menangis tergugu, dia tidak ingin menikah hanya karena hal seperti ini.

Dia berpikir jika pernikahan di lakukan karena terpaksa itu tidak akan lama. Lagi pula dia tidak siapa David dan bagaimana dia. Bisa jadi David sudah mempunyai istri dan anak.

"Mau bagaimana Yumna, ini sudah tradisi di sini, kalian tinggal pilih, mau di adili atau menikah?" tanya pak RT lagi.

"Tapi---."

"Saya akan menikahinya," potong David dengan tegas, saat Yumna ingin berbicara.

"Nggak perlu Pak, Bapak nggak perlu menikahi saya, saya yakin warga akan mengerti," tolak Yumna halus. Dia benar-benar tidak ingin jika David melakukannya karena terpaksa.

"Apa kamu mau di adili hah?" geram tertahan David pada Yumna.

"Tapi---."

"Pak RT saya akan menikahi Yumna, tolong bilang pada warga agar mereka tenang." Lagi-lagi omongan Yumna terpotong dengan ucapan David.

"Dan Adit, persiapkan semuanya!" titah David pada laki-laki yang tadi datang bersama pak RT itu.

Laki-laki yang bernama Adit itu mengerti dan dia ingin mempersiapkan pernikahan dadakan itu.

"Dit tunggu!" panggil David saat Adit ingin ke luar.

"Ada apa?" tanya Adit.

David berjalan menghampiri Adit dengan sedikit tertatih karena kakinya yang masih nyeri. "Gua mau nikah yang resmi, bukan sirih," tutur David membuat mata Adit melotot.

"Lu serius??" tanya Adit untuk memastikan.

"Iya, udah sana urus semuanya!" titah David, dan Adit pun mengangguk.

_________________

* Sore harinya *

"Saya terima nikah dan kawinnya Yumna Saputri binti Fulan dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang sebesar dua juta lima ratus di bayar Tunai!" ucap David dengan lancar.

"Bagaimana saksi Sah?" seru penghulu pada para saksi.

"Sah!"

"Alhamdulillah, mulai hari ini kalian adalah sepasang suami istri," ujar Pak Penghulu.

"Yumna cium tangan suamimu!" Yumna mengangguk dan dia pun mencium punggung tangan David.

***

"Dav, gimana sama om dan tante? apa mereka akan menerima pernikahan ini? lu nggak mungkin kan tiba-tiba bawa Yumna dan bilang kalo lu udah nikah, bisa kambuh serangan jantung tante," ujar Adit pada David saat para saksi dan penghulu sudah pergi.

"Itu yang gua lagi pikirin, tapi gua memang harus tanggung jawab kan?" David melirik Yumna yang membawakan mereka teh.

"Pak David, Bapak pergi aja tanpa saya, biarkan saya tetap di sini, lagian pernikahan ini kan karena terpaksa, jadi saya tidak apa-apa di tinggal di sini," usul Yumna setelah menaruh teh di atas meja, dan itu membuat David marah.

"Bagaimana bisa kamu berpikiran seperti itu Yumna?" teriak David karena emosi mendengar perkataan Yumna.

"Tapi---."

"Kamu ikut saya ke Jakarta, karena sekarang kamu adalah istri saya, kamu tanggung jawab saya, jadi mana mungkin saya meninggalkan kamu di sini sendirian!"

"Tapi Dav gimana sama tante dan om?" tanya Adit, bukan menjawab pertanyaan Adit, David Malah memanggil Yumna.

"Yumna."

.

"Ya."

"Yumna kamu tetap ikut saya ke Jakarta, tapi apa kamu keberatan jika sementara waktu saya menyembunyikan status kita dari orang tua saya? setidaknya sampai ada waktu yang tepat untuk menceritakan nya."

"Saya tidak keberatan pak, jika bapak menceraikan saya pun saya tidak masalah, karena bapak kan menikahi saya karna memang terpak--."

"Yumnaaaaa," teriak David membuat Yumna menunduk.

"Jangan pernah berpikir saya terpaksa menikahi kamu, saya menikahi kamu karena memang saya mau, dan ingat satu hal lagi, jangan bicara soal perceraian, pernikahan itu sakral Yumna, bukan untuk main-main." David bicara dengan menatap wajah Yumna.

"Mengerti?"

"Iya pak, saya mengerti," jawab Yumna dengan menundukkan kepalanya.

BERSAMBUNG...

Hai 👋 semoga suka ya sama ceritanya, jangan lupa kalau kalian sudah selesai membaca, tolong ya tinggalkan like and komennya 🙏

Kalau ada typo atau apalah itu yang mengganggu, harap di maklum ya 🙏 jempolku emang suka nakal 😂😂

Kalau ada yang mau ngasih bunga atau love monggo dengan senang hati aku akan menerimanya 😂

Bantulah author Somplak sedikit ini untuk menjadi lebih baik. Terima kasih 😘

~*Salam sayang Author Somplak Dikit*~

Bukan Menantu Pilihan

Beberapa hari kemudian setelah benar-benar sembuh, David memutuskan untuk kembali ke Jakarta,

dia juga membawa Yumna ke Jakarta.

* Sesampainya di Jakarta *

"Nyonya, mas David sudah pulang," seru salah satu asisten rumah tangga David.

"Di mana bi?" tanya bahagia Ajeng, David baru saja kabur dari rumah karena tidak mau di jodohkan dengan Diana, (Ajeng adalah ibu dari David).

"Dia di bawah Nyonya, dia juga bersama Mas Adit, dan satu perempuan," jawab asisten rumah tangga itu membuat Ajeng mengkerut kan kening.

"Siapa bi?" tanya Ajeng heran.

"Saya tidak tau Nyonya, baiknya Nyonya turun saja!" Setelah mengatakan itu Asisten rumah tangga itu pergi.

Ajeng turun bersama suaminya,

dia tersenyum bahagia saat melihat David, tapi saat melihat ke arah Yumna Ajeng terlihat sangat tidak senang.

Ajeng takut kalau wanita itu yang menyebabkan David pergi serta menolak perjodohannya.

"David sayang, kamu dari mana Nak? dua minggu kamu nggak pulang-pulang, Mama kangen, Mama juga khawatir banget sama kamu," ujar Ajeng dan langsung memeluk serta mengusap wajah sang anak.

"Maafin David Mah, tapi David cuma pingin nenangin pikiran dulu," jawab David lembut.

"Dasar anak nakal," kali ini Panji Wijaya ayahnya David yang berbicara, dia pun memeluk putra kesayangannya itu.

"David siapa wanita ini Nak?" tanya Ajeng penasaran.

"Oh, iya, aku lupa ngenalin ke Mamah,

Mah, Pah kenalin ini Yumna, dia orang yang di bawa Adit untuk membantu Bi Sri memasak di sini." David memperkenalkan Yumna pada kedua orang tuanya.

Ajeng tersenyum bahagia saat tau kalau wanita ini ternyata hanya seorang pembantu, tadi Ajeng sempat berpikir kalau wanita ini adalah penyebab kaburnya David dari rumah.

"Iya Nyonya, perkenalkan nama saya Yumna, saya yang mau kerja di sini." Yumna memperkenalkan diri dan tersenyum kepada Nyonya serta Tuannya.

"Saya Ajeng, ibunya David, dan ini suami saya Panji," jawab Ajeng dengan tersenyum.

"Bi," panggil Ajeng kepada asisten rumah tangganya.

"Iya Nyonya."

"Bawa Yumna ke kamarnya, dia akan kerja di sini buat bantu-bantu bibi, tapi biarkan dia istirahat dulu ya!" titah Ajeng kepada Bi Sri yang di jawab anggukan oleh BI Sri.

"Mari cah ayu ikutin bibi!" ajak bi Sri kepada Yumna.

"David, apa tidak kemudaan kalo dia kerja sebagai pembantu di sini?" tanya Ajeng kepada David seraya menyelidiki.

"Enggak Mah, lagi pula di kampung dia tinggal sendirian," jelas David.

"Benarkah itu Dit?" tanya Ajeng kepada Adit asisten pribadi plus sahabat anaknya itu.

"Mmmm iya Tante, dia sendirian di kampung, karena aku tau Tante butuh tambahan pekerja jadi aku bawa dia ke David," jawab Adit seraya melirik sadis ke arah David karena sudah membuatnya terjebak.

"Memangnya orang tuanya kemana Dit?" tanya Ajeng lagi,

hal itu sukses membuat Adit panik karena dia tidak tau menau soal itu.

"Mamah nanya-nanya nya nanti aja dong, aku kan baru pulang, apa nggak di sediain makanan dulu gitu lho," protes David manja, sebenarnya dia hanya ingin mamahnya berhenti nanya-nanya soal Yumna.

"Ah iya iya Mamah lupa, kamu sih bikin Mamah penasaran karena tiba-tiba bawa wanita, inget ya David kamu itu udah punya jodoh, jangan cari cewe lain ya," pesan Ajeng yang membuat David langsung menunduk.

"Mah bisa nggak, jangan bahas soal itu lagi, lagi pula ini bukan jamannya Siti Nurbaya mah," protes David dengan raut wajah memelas.

"Sudah sudah, bicarakan perjodohannya nanti saja, biar David masuk dulu," usul Panji menengahi perdebatan antara ibu dan anak itu.

"Bi Sri tolong siapkan makanannya ya!" perintah Ajeng pada Asisten rumah tangganya itu.

"Siap Nyonya."

"Bi, apa Yumna sudah tidur?" tanya David Kepada Bi Sri.

"Sepertinya belum mas ada apa?"

"Kalau dia belum tidur tolong panggilkan dia ya! biar makan bersama saya di sini," titah David membuat Ajeng menatapnya heran.

"Siap mas."

"David apa-apaan ini? kenapa kamu begitu khawatir sama wanita itu?" Ajeng seperti penasaran pada anaknya itu.

"Apanya yang gimana Mah, Yumna itu belum makan dari tadi, makannya David panggil," jelas david,

Ajeng menatap David dalam mencari jawaban lewat mata David.

"David, pokoknya Mamah pingin kamu menikah dengan menantu pilihan Mamah, denger itu Dav?" pesan Ajeng.

"Mamah ini selalu saja menantu Pilihan, menantu pilihan, padahal kan ini udah bukan jamannya Siti Nurbaya Mah, tolonglah biarkan David memilih," kesal David.

"Ya, karena Mamah hanya ingin Diana yang menjadi istri kamu Dav," ujar Ajeng lagi.

"Jangan paksa David mah," jawab David dengan tatapan kecewa pada ibunya itu.

"Sudah sudah, ayok kita makan dulu, bahas itu nanti saja," tutur Panji menengahi.

"Tapi Pah, Mamah nggak mau David salah pilih," ujar Ajeng.

"Sudah sudah," jawab Panji dan Ajeng mau tidak mau mengangguk.

Tanpa mereka tahu ada seseorang yang mendengarkan semua pembicaraan mereka.

BERSAMBUNG.....

Hai 👋 semoga suka ya sama ceritanya, jangan lupa kalau kalian sudah selesai membaca, tolong ya tinggalkan like and komennya 🙏

Kalau ada typo atau apalah itu yang mengganggu, harap di maklum ya 🙏 jempolku emang suka nakal 😂😂

Kalau ada yang mau ngasih bunga atau love monggo dengan senang hati aku akan menerimanya 😂

Bantulah author Somplak sedikit ini untuk menjadi lebih baik. Terima kasih 😘

~*Salam sayang Author Somplak Dikit*~

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!