NovelToon NovelToon

All For Dreams

PERUSUH SEKOLAH

...Peringatan:...

...Ini adalah karya orisional pertama yang saya keluarkan secara serius. Jika ada kekurangan di setiap episode, mohon maaf yang mendalam...

...Good luck...

...Ikuti terus kisahnya...

.

.

.

“Sebelum bapak mengakhiri pidato pada pagi hari ini, ada satu orang yang ingin bapak panggil kedepan, salah satu siswa paling rusuh dan gak punya kerjaan,” Dengus Pak Bino kesal.

“Mari kita beri A+ untuk Alferon Adidjaya” Lanjutnya bertepuk tangan mandiri dan berharap akan banyak riuh makian dan hinaan dari para peserta upacara, namun sepertinya pak Bino harus lebih banyak ikhtiar dan Sedekah lagi, sepertinya?

Pak Bino menghentikan tepuk tangannya, memandang seluruh peserta upacara yang malah bermuka ketakutan hingga Feron datang dikawal oleh pak Ibram dan pak Puad, tangannya sengaja di diikat kebelakang dengan tali Polypropylene layaknya tahanan pidana,tapi bukannya bermuka kalut ataupun takut Feron malah bermuka ceria seperti baru menang piala oskar, dan pandangan itu tak luput dari pak Bino yang semakin kesal.

“Nah! Karna tokoh utamanya sudah ada didepan kita, mari bapak introgasi secara merakyat!"

Biar malu

Sambung pak Bino dalam hati.

“Skor kamu ditahun ini sudah 90 Feron!!!” Ucap pak Bino menekankan nama Feron didepan mic membuat suara nggiiiiiingggggg… yang memekakkan telinga.

Feron berusaha menutupi telinganya yang hampir tuli karna perbuatan pak Bino dan micnya, namun mengingat tangannya yang diikat usahanya-pun menjadi sia-sia, kasihan sekali.

“Lah? Terus apa hubungannya sama penangkapan saya ini pak 'Binosaurus' yang terhormat?” Jawab Feron ketus melirik pak Bino yang sudah bermuka marah siap memberikan kalimat hinaan.

Tidak ada rasa takut darinya, diperhatikan satu sekolah sudah menjadi makanan sehari-hari bahkan ibu-ibu kantin sengaja berhenti mengantar cemilan pagi keruang guru hanya untuk melihat Feron yang dipermalukan oleh pak Bino selaku pemimpin upacara senin pagi pada seluruh orang se-SMK 1 tapi gagal itu.

Kumis tebal pak Bino seketika berkedut melihat kelakuan satu murid ajaib ini, ya ampun lihatlah siapa yang dia lawan sekarang. Disebelah kirinya pak Ibram wakil kepala sekolah dan pak Puad selaku guru kedisplinan sekolah juga ikut mengapitnya namun hati Feron tidak bergetar sedikitpun.

“Astaugfirullah” Pak Bino hanya bisa istighfar mengusap dada sambil geleng-geleng kepala di tempatnya berdiri.

“Next question, siapa kompolotan kamu yang pagi ini nongkrong dan ngerokok di kedai janda itu?”

Kali ini pasti hahahahaha!!!

Pak Bino tersenyum iblis kembali mempertaruhkan keberuntungannya menghadapi pengikut jin Iprit satu ini.

“Hahahahahaha!!!!”

Kan,sudah ku tebak ni anak pengikut Iprit, gak ada yang lucu malah ketawa gaje

Seru hati pak Bino merutuk kesal.

“GAK USAH KETAWA, INGAT DURASI!!!!” Feron langsung berhenti tertawa memandang pak Bino yang sudah panas di podium.

“Tentu saja pak Ibram dan pak Puad, kami tadi ngerokok sambil main kartu remi bareng bahkan mereka sengaja nyamar lo buat main sama saya, sampai kami bertaruh Rp 10.000 buat menambah keseruan main remi lo pak Bino dan juga ni ya pak, kami bahkan olahraga bareng keliling sekolah, iyakan pak Ibram, pak Puad?” Terang Feron semangat memandang kiri dan kanannya.

Pak Bino di tempatnya hanya bisa face palm, bisa-bisanya ajudan kepercayaannya malah terhanyut pada permainan anak usia 16 tahun, benar-benar tidak bisa dipercaya.

Sementara itu, penonton hanya dapat tertawa dan memaklumi hal ini, melihat acara rutin gratis tiap pak Bino selaku kepala sekolah yang memimpin upacara mulai mempermasalahkan seorang anak DPIB Bernama Alferon Adidjaya dalam kesehariannya, yang jujur sebenarnya bukan merugikan malah menghibur.

Pak Bino hanya bisa terdiam dan memilih membubarkan massa, percuma melawan batu cepung seperti Feron yang otaknya saja sudah tenggelam ke dasar sungai itu.

“Buang waktu saja” Kata pak Bino cemberut.

.......

.......

.......

Setelah keluar dari ruang BK, Feron bukannya langsung ke-kelas untuk mengikuti pelajaran malah mampir ke koperasi buat beli jajan.

“Pas banget, habis mengelabui pak Bino enaknya minum yang dingin-dingin” Feron membuka kulkas dan memilih satu minuman kemudian menutup kembali pintu kulkas secara halus.

PLUP

Bunyi pintu kulkas tertutup pelan.

“Alferon Adidjaya~” Ucap suara itu menekan setiap huruf pada nama Feron.

Perasaan gua ngak enak banget dah, apa jangan-jangan ada kiamat kubro?

Monolog hati Feron mulai berkeringat dingin tidak ingin membalikkan badan.

Feron melirik kecil kebelakang “Kan hati kecil gua bener, seharusnya gua balek aja ke kelas dari tadi, ih sebel deeeeh!” Keluh Feron sok manja menjitak kepalanya sendiri dan mencoba ngesot tanpa membalikkan badan untuk menghindari makhluk yang sedang mengeluarkan aura mencekam tersebut.

Namun naas, belum sempat mencapai ambang pintu tangan sang guru sudah lebih dulu menarik rambut yang berada di depan telinga Feron hingga sang empunya harus berjinjit karna gurunya menarik kuat rambut malang itu setinggi dagu sang guru yang terbilang jangkung. Sungguh lebih baik jika telinga yang dijewer daripada rambut yang ditarik.

“Ampun pak Ryou ampun~” Ucap Feron menyatukan kedua tangannya membuat gekstur memohon yang kentara.

“Sudah berkali-kali saya mendengar kata itu dari mulut kamu tapi 5 menit berikutnya kamu pasti ulang lagi” Kesal sang guru semakin menarik kuat rambut Feron.

Ryouichi atau KTP indonesianya bernama 'William Birtrainy' adalah wali kelas Feron sekaligus orang yang bertanggung jawab atas perilaku apa saja yang dilakukan seluruh murid kelas 11 DPIB, termasuk murid ajaibnya satu ini, Feron yang terlampau aktif disetiap ia lengah.

Setiap hari bahkan menit, Ryou pasti akan menerima surat dari guru BK atas tindakan Feron yang semakin bertambah semester maka sifatnya juga ikut bertambah itu. Sungguh sebenarnya dosa sebesar apa yang pernah ia perbuat hingga mendapatkan sekumpulan murid seperti mereka ini tuhan terlebih tuyul berkepala jabrik ini.

Ryou dengan kesal menarik kerah baju Feron kuat hingga menyeretnya keluar koperasi tanpa memperdulikan Feron yang hampir meregang nyawa karnanya.

“Pak saya belum bayaaarrr!!!” Teriak Feron mencoba bernego namun Ryou seolah tuli, ia mencoba untuk tidak memperdulikan racauan sang murid yang pasti akan mencari jalan kabur di saat ia lengah, dan itu tidak akan terulang lagi. Feron mencoba melirik Ryou yang sudah bermuka sangar.

Tidak bisa.

Inner Feron menghela nafas gusar dan pada akhirnya dengan sisa tenaga Feron cepat-cepat merogoh saku bajunya mengeluarkan uang dan melemparnya pada penunggu koperasi.

“MAAF PAK, FERON GAK SOPAN!” Teriak Feron sudah jauh dari koperasi, ia masih diseret ryou tanpa ampun.

.......

.......

.......

Sesampainya dikelas, Feron dilempar hingga berhenti didepan kaki buk Mayang, guru matematika terdisiplin sepanjang sejarah Feron bersekolah di SMK dan kebetulan juga yang masuk hari ini.

“Maaf tidak sopan buk Mayang, silahkan dilanjutkan pelajarannya” Ucap Ryou pergi begitu saja meninggalkan Feron yang terduduk pasrah mengusap sayang kepalanya.

“Untung rambut gua jabrik jadi hantaman keras agak lama nyampe ke otak kapasitas 64 GB ini hehehehehe” Celetuk Feron masih mengusap kepala dan berdiri membersihkan pantatnya.

“Assalamualikum buk Mayang guru matematika paling cantik kuuu (mendekati Buk Mayang) hampir aja ibuk saya ajak kawin lari kalau gak ingat ada dua bontot yang nongol di belakang” Gombal Feron menarik turunkan alisnya, ia mencoba menarik simpati buk Mayang yang sudah menyilangkan tangan di dada, menatap Feron kecut.

Feron hanya bisa tersenyum canggung dan beralih mengambil tangan kanan buk Mayang dan menurunkan sebelah kakinya membuat gekstur seperti akan melamar dan langsung mengecup punggung tangan buk Mayang yang malah langsung tersipu malu di perlakukan seperti itu.

Buk Mayang cepat-cepat menjauhkan kembali tangannya “Udah?” Ucap buk mayang mencoba sinis pada Feron yang malah menampilkan smirk puas.

“Udah apa dulu ni buuukkk?”

Buk Mayang yang sudah hafal dengan siasat Feron langsung cepat-cepat mengalihkan topik, memilih merapikan buku pr di atas meja dengan cukup kasar agar Feron setidaknya peka dengan keadaan.

“Mana pr kamu?” Tanya buk Mayang tegas tanpa menatap Feron, takutnya buk Mayang kembali salah tingkah.

“Eh?”

“Hahhhh heh hah heh!!! Ambil ini cepat” Buk Mayang yang sudah jengah tidak ingin meladeni Feron, ia memilih menyerahkan spidol dan mengarahkan Feron untuk menghadap kearah papan yang sudah tersedia soal.

“UWAU!!” Teriak Feron takjub.

...*Soal*...

...Bentuk sederhana dari (A-2B6C-2)-2 . (A-1B-3C-5/4)4...

...adalah….....

Feron tercengang menatap soal dihadapannya, melirik buk Mayang malah matanya melebar nanar menatap Feron, gagal Feron kini mencoba peruntungan melirik Nanda teman sebangkunya sekaligus sahabat sepergoblokan yang malah cuek pura-pura mencari jawaban.

“Bangke lo Nan, mana arti persahabatan bagai kepompong kita” Gumam Feron mendengus kesal, dengan mulut monyong menatap Nanda dari depan kelas.

Sementara Nanda hanya bisa nyengir dibangku.

Sorry ya Feron, gua sengaja hahahahahahah

Isi hati Nanda mentertawai sang sahabat.

Feron yang sudah kesal memilih kembali fokus memperhatikan soal didepannya kemudian beralih melirik buk Mayang yang sibuk membuka buku pr teman-teman Feron untuk menilai jawaban mereka.

“Kalau saya bisa menjawab dengan benar, boleh saya bebas hukuman buk?” Tanya Feron menatap buk Mayang yang langsung berhenti dari kegiatannya memeriksa pr dan memandang Feron, mencoba menimang ucapan sang murid.

Dilihat dari soalnya yang merupakan pembahasan baru dan juga belum pernah dijelaskan pada Feron sepertinya boleh juga

Inner hati buk Mayang tersenyum jahat.

“Ok, tapi kalau kamu jawabnya salah, saya akan beri kamu hukuman yang lebih berat lagi, setuju!?” Tanya buk Mayang.

“Ok” Jawab Feron menyetujui ucapan buk Mayang tanpa berpikir dua kali.

Feron Kembali menatap kepapan tulis, menghembuskan nafas sejenak dan mulai menulis jawabannya dengan percaya diri.

Jawaban:

\= (A4B-12C4) . (A-4B12C-5)

\= A0B0C-1

\= 1 . 1 .1/C

\= 1/C

Feron meletakan Kembali spidol dan menatap buk Mayang dengan smirk andalannya, ia duduk dikursi sebelah Nanda dan mengeluarkan buku pelajaran. Sementara buk Mayang terus memperhatikan papan tulis dan bukunya bergantian, enggan percaya dengan jawaban Feron.

“Aura kepintaran seorang Feron memang tiada tanding” Kata Feron sombong.

“Sombong~ sombong~ gini nih kalau tuhan memberi pintar disebalik kebodohan” Ujar Nanda ketus tanpa menatap Feron.

“Ape tuh maksudnya?” Tanya feron langsung menatap Nanda meminta jawaban lebih.

“Ya itu maksudnya”

Nanda menatap Feron begitu juga sebaliknya.

“Aneh” Balas Feron mengalihkan atensinya kedepan.

.......

.......

.......

Bunga di barisan sebelah merenggangkan tangan bahagia dan ingin mengatakan…

“Jam paling menyiksa akhirnya berakhir juga, alhamdulillah~ yes!!!” Sayang sekali itu bukan bunga yang berbicara, melainkan Feron yang sedang mengeluarkan bekal dengan semangat.

“Kok lo bisa baca isi pikiran gua” Tanya Bunga menatap Feron.

“Itu manusiawi Bung, gua juga gak suka sama tu angka” Feron mulai semangat membuka dan melahap bekalnya dengan rakus.

“Pelan-pelan aja Ron, lu makan kayak orang gak ngemil setahun, sangat tidak kaya dan terkesan pengangguran” Feron tidak memperdulikan ucapan absurb Nanda, ia malah semakin semangat untuk memakan bekalnya dengan rakus.

BRAK!!!!

“Uhuk!”

Hingga Alfi yang datang seperti Jailangkung mengagetkan Feron dan Nanda yang tengah minum langsung menyemprot Alfi.

“Alfi an*ying!” Maki Feron pada Alfi yang tengah menyeka air hujan gratis dari Nanda.

“Ya maaf” Ucap Alfi nyengir.

.......

.......

.......

“Anterin gua ke kos Ron” Nanda mengekori Feron dan Alfi yang hendak pulang keparkiran siswa.

“Woke~” Balas Feron merogoh saku celananya, mengeluarkan kunci motor.

Alfi yang ingin megeluarkan motor seketika berhenti dan beralih merogoh saku bajunya mengangkat telfon dari seseorang.

“Hmm… ok iya” Ucap Alfi langsung mematikan telefon dan beralih menatap Feron dan Nanda bergantian.

“Guys gua duluan ya, sorry Nan gak bisa ikut ngantar”

“Ga apa-apa Fi, sans aja” Jawab Nanda calm.

Alfi yang ingin menarik gas motor langsung ditahan oleh Feron yang menampilkan wajah misterius.

“Besok jam 7 lo harus dah siap sama anak-anak, gua tunggu ditempat perjanjian kita”

Bisik Feron pada Alfi yang langsung diangguki oleh sang empu.

“Daaaaa Alfi~” Ucap Feron melambaikan tangannya mengantarkan kepergian Alfi yang mulai hilang ditikungan pagar, sementara Nanda kini malah menatap Feron curiga.

Tempat perjanjian? Jam 7? Apa maksudnya

Inner Nanda bertanya-tanya.

“Yok Nan naik”

Tiba-tiba saja Feron sudah duduk diatas motor dan menyuruh Nanda untuk segera naik keatas motornya, Nanda hanya dapat diam memikirkan pembicaraan Feron dan Alfi yang tak sengaja ia dengar itu, namun karna Nanda yang juga tidak ingin berpikir terlalu jauh akhirnya malah melepaskan fikiran negatif yang sempat singgah karna Nanda percaya apapun yang di lakukan kedua sahabatnya pasti tidak akan merugikan siapapun. Bernarkan?

.......

.......

.......

Sesampainya dirumah dua lantai bernuansa Victoria, Feron memarkirkan motor maticnya di Carport dan masuk kedalam rumah itu dengan pandangan bosan, memilih masuk seraya menatap smartphonenya yang sudah menunjukkan pukul 12 malam, sudah sangat larut.

Feron menatap sekilas pada lantai dua rumah tetangganya, lampu kamar itu menyala menandakan rumah sudah ditempati namun Feron acuh saja toh bukan urusannya juga. Sampai diruang tamu Feron mencium aroma gosong.

“Cobaan apalagi si ini?” Frustasi Feron bertanya lelah bercampur jengkel berjalan kedapur.

Kepulan asap semakin menebal, Feron mempercepat langkahnya dan melihat Adiniata tengah panik dengan masakannya yang mengeluarkan api. Sementara Feron hanya dapat terperangah dan mengeluarkan nafas lelah. Ia mengambil kain lap yang tak jauh darinya, kemudian mencucinya di zink dan langsung menutup masakan gosong ber-api tak lupa juga mematikan kompornya.

“Sudah Feron ucapin sama kakak, kalau dapur ini wilayah Feron, jadi kakak ngak usah nyentuh” Kalimat Feron berucap acuh membuang masakan gagal itu ke tong sampah.

“Maaf, kakak hanya ingin memasak makan malam Fer” Tutur Adiniata menunduk menatap mahakaryanya yang malah berakhir di tong sampah.

Feron menghela nafas dan tersenyum pada sang kakak.

“Mulai besok Feron akan buat makanan beku supaya kakak gak capek-capek masak lagi” Ucap Feron menepuk Pundak sang kakak yang langsung berbinar senang.

Meletakkan tas dan membuka pakaian sekolah menyisakan singlet hitam, Feron mengambil apron dan memakainya bersiap kembali mengepulkan asap di dapur.

“Biar Feron yang masak”

...****************...

Tok

Tok

Feron yang tengah termenung menatap plafond sambil terlentang di kasur seketika langsung duduk menatap pintu. Jam sudah menunjukkan pukul 1 malam, tak ayal rasanya jika Feron sedikit parno.

“Ron ini kakak” Setelah mengetahui si pengetuk akhirnya Feron berjalan santai kearah pintu dan membukanya, terlihat Adiniata yang tengah ketakutan melirik kiri kanan.

“Ada apa kak?” Tanya Feron.

“Kakak tidur dikamar Feron saja” Adiniata dengan muka takutnya langsung melesat kedalam kamar Feron, sementara pemilik kamar malah bertanya-tanya mengapa sang kakak bisa tiba-tiba ketakutan seperti itu. Feron tanpa sengaja malah melirik jendela yang langsung berhadapan dengan rumah tetangga dan menyadari ada sesuatu yang janggal.

Tanpa mengambil resiko di jam 1 malam, Feron memilih berbalik dan mengunci pintu. Dilihatnya Adiniata yang sudah meringkuk di tempat tidurnya, membuat Feron sebagai pemilik kamar harus rela merentangkan kasur tambahan dilantai karna tempat tidurnya telah di sabotase oleh sang kakak.

“Mengapa hantu itu suka menggagu si” Gumam Feron menatap dendam plafond kamarnya yang tak bersalah.

PRANK!!!

“Ck!” Feron langsung berdecih dan memilih menutup matanya mencoba tidur.

“Gak mungkin itu ayah, ayahkan keluar kota” Gumam Feron disela ketakutannya.

Sementara tetangga Feron yang kebetulan berjalan kedapurnya hanya dapat melihat dari jendela dapur, menatap seekor musang yang tengah mengacak-acak halaman rumah Feron dengan semangat seperti mencari sesuatu.

Ia mengalihkan atensinya kembali "ROBERT! DIMANA BEAR KU!" Teriak salah satu suara memerintah.

"Akan segera datang tuan" Ucap Robert mengalihkan pandangannya dari halaman rumah tetangga.

...TBC...

mari kita mulai

Di hari senin yang cerah, bukannya melaksanakan kegiatan rutin tiap sekolah, kelompok Feron malah memilih membuat ulah baru. Sesuai instruksi Feron sebelumnya, kini Alfi dan yang lainnya tengah berada di sebuah rumah tua menunggu sang ketua datang. Regas di ambang pintu hanya menatap tajam sekolah yang akan menjadi tempat balas dendamnya. Dibalik punggungnya sudah tersedia pemukul baseball.

Sementara itu, Alfi yang sudah ketar-ketir kini hanya dapat memandang smartphonenya hampa. Ia sudah menghubungi Feron berulang kali, namun panggilannya selalu diriject oleh sang ketua.

“Dia bilang akan menunggu kita tau-taunya kita yang nunggu dia” Sungut Alfi memasukkan kembali smartphonnya kesaku jaket.

Teng... Tong...Teng…(Bel masuk sekolah)

“Tandanya sudah berbunyi” Ucap Breo.

Ting!

Alfi yang hendak berjalanpun seketika langsung berhenti dan memilih merogoh saku jaketnya membaca pesan.

“Guys” Semua langsung berbalik menatap Alfi yang sudah tertinggal beberapa langkah dibelakang mereka.

“Kita jalankan sesuai yang telah direncanakan, tangkap Bruno and the ganks dan beri pelajaran” Perintah Alfi serius.

“Theo, udah lu bobol cctvnya?” Tanya Alfi langsung mengalihkan atensi pada Theo yang duduk di sofa pojokan, tengah fokus dengan laptop di pangkuannya.

“Gak usah lo peringati juga gua udah tau tugas sendiri” Ucap Theo pedas, Alfi sedikit tersinggung namun ia memilih bungkam dan berjalan pergi saja. Jujur, Alfi dan Theo tidaklah terlalu akrab untuk urusan seperti ini.

...***...

Sementara itu di kantin SMA 2 tempat yang akan dilangsungkannya tawuran dadakan, Feron sebagai ketua gank malah asyik sarapan dikantin.

“Yaampun enaknya~” Ucap Feron memakan makanannya dengan lahap hingga membuat perhatian penjaga kantin langsung terarah padanya.

“Nak, kamu gak masuk kekelas? Sudah bel masuk lo” Tegur penjaga kantin polos.

“Sebentar lagi buk, kasian makanan seenak ini di tinggal” Balas Feron menghabiskan mie terakhirnya, dan langsung berdiri berjalan kearah sang ibu kantin untuk membayar kemudian pergi dengan terburu.

“Dasar anak jaman sekarang” Ucap penunggu kantin memandang uang dari Feron tanpa menaruh curiga sedikitpun padanya.

...****...

Feron berjalan menelusuri koridor SMA 2 dengan santai, seakan sudah mengetahui seluk-beluk sekolah ini. Memasang headband kebanggannya dengan santai Feron mengarahkan kakinya menuju lantai 2, didalam langkahnya yang begitu lambat Feron membuka bungkusan permen yang sengaja ia simpan untuk momen yang sebentar lagi ingin dimulai.

“Asyik rasa strobery, hap!”

Diperjalannya mengelilingi sekolah Feron juga sempat menyapa beberapa guru yang lewat, guru tidak menyadari kalau Feron sebenarnya penyusup yang mengamati sekolah karena outfits yang dipakai Feron adalah baju unggul SMA 2 sesuai dengan outfit hari ini.

“Bukkk” Sapa Feron ramah dengan senyum cerah.

“Iya-eh! Kamu kok belum masuk, sana masuk kelas pelajaran sudah dimulai” Ucap sang guru.

“Baik buk, ini saya juga mau masuk kelas” Guru itu berlalu pergi tapi perasaannya sedikit aneh melihat Feron namun pemikiran itu langsung ia tepis jauh, murid di SMA 2 hampir mencapai 1000 jiwa jadi tidak ada alasan untuk mengenal wajah mereka satu persatu bukan?

Saat mencapai kelas IPA 2 Feron berhenti tepat di jendela sudut, mengintip kedalam, jendela kelas cukup tinggi membuat hanya Pundak keatas Feron saja yang dapat dilihat penghuni kelas.

Pelajaran tengah dimulai khidmat, Feron memperhatikan dengan serius hingga pandangannya berhenti kepada seorang siswi. Memandang cukup lama siswi itu, ada sebuah rasa sakit yang dirasakan Feron dihatinya namun dengan cepat ia tepis jauh rasa itu. Ia beralih memandang seorang pemuda yang duduk disebelah sang gadis, Feron menatap dingin pemuda tersebut.

Siswa yang di pandang Feron tersentak dan seketika langsung mengarahkan atensinya menatap feron, ia sudah merasakan aura ini sedari tadi.

Rupanya...

Inner pemuda itu.

Drrrrttt… Drrrttt...

Feron mengambil smartphonnya dan menatap satu pesan singkat dari Alfi.

From: Alfi

Kami menunggu perintah selanjutnya

“Heh~!” Feron mengetikkan beberapa kata kemudian menyimpan Kembali smartphonnya dengan smirk misterius. Feron memandang pemuda itu kembali dan menggerakkan mulutnya seraya berlalu pergi.

...Gua nunggu lo di tengah lapangan Bruno Ferdinand Brahma...

Gerak mulut Feron yang berhasil diterjemahkan pemuda bernama Bruno itu. Tidak ingin tertinggal Bruno segera berdiri dan meminta izin kepada guru yang mengajar.

“Pak saya izin sebentar” Ucap Bruno sopan.

“Oh iya, silahkan Bruno”

Bruno langsung keluar bergegas mengejar Feron yang santai menuruni tangga.

“Berenti disana Alferon Adidjaya!” Seru Bruno.

Feron berhenti, dengan perlahan membalikkan badan menatap Bruno.

"Rupanya benar, ada tikus yang berkeliaran" Bisik Bruno.

.......

.......

.......

Ting!

“Gimana Fi?” Bisik Regas yang sudah bersiap di depan toilet pria untuk melaksanakan rencana pembekapan salah satu anggota Bruno.

“Lakukan! Semua berpencar perkelompok. Gua sama Regas disini, Desta Robi lu pimpin ke Timur, Breo Lulba kalian pimpin ke Barat, Stevan Bagas dan yang lain ke Selatan, kita harus bekerja cepat karna ini daerah musuh, ingat! Hanya beri pelajaran pada para gank” Semua bubar dengan mengenakan outfits SMA 2 hari ini, persis seperti pakaian siswa lainnya, membuat mereka mudah berbaur.

Setelah kepergian para anggota, Regas dan Alfi kini berpura-pura masuk kedalam toilet, menunggu sang mangsa keluar. Alfi pergi ke arah wastafel membasuh tangan sementara Regas sudah siap dibelakang bilik toilet.

Mengepung satu ajudan Bruno pasti akan membuat pertahanan mereka terpecah, dan itulah rencana Alfi saat ini.

“Wah enaknya habis ba-“

Tuk!

Bruk!

Regas memukul kuat tengkuk salah satu komplotan kepercayaan Bruno hingga pingsan.

“Aduh pak Tejo, kok bisa semua CCTV kita rusak bersamaan?” Ujar salah satu guru mencoba memperbaiki CCTV.

“Karna sudah tua kali pak, makanya mereka minta di upgrade”

“Haaaaahhh~ sepertinya” Mereka Kembali melanjutkan pekerjaan tanpa menaruh curiga sedikitpun.

Sementara Theo yang sudah berhasil menyadap seluruh sekolah itupun malah tertawa geli mendengar kepolosan guru-guru SMA 2.

“Astaga hahahahaha…. Bodoh sekali mereka itu ya, hmm.. bagaimana kalau kita lihat dulu dimana teman-teman atau gua tidur siang seb-

“Jika sampai gua ngeliat lo lalai Theo, jangan harap lo bisa dapatin CPU computer dari gua” Ujar suara

Feron diseberang. Sementara Alfi yang juga mendengar peringatan Feron hanya

dapat tersenyum mengejek ditempatnya. Mereka semua memiliki handsfree ditelinga

dan bodohnya Theo lupa meng-mutekan microphonenya sehingga apa yang ia ucapkan

terdengar oleh para anggota lainnya.

Bodohnya gua

Seru hati Theo malu dan langsung meng-mutekan microphonenya.

Kembali pada Feron, kini ia telah sampai di lapangan yang berada tepat di tengah sekolah, dibelakangnya Bruno mengikuti dengan siaga. Feron memasang maskernya dan berhenti berjalan, membuat Bruno seketika langsung waspada dan dengan cepat memasang kuda-kuda bersiap.

.

.

.

Bruk!!!

“Kenapa Nan?”

“Gak apa-apa War”

Mungkin Nanda menjawab begitu namun berbeda dengan tubuhnya yang langsung limbung kepelukan Anwar, sementara sang empunya hanya tersenyum maklum melihat Nanda yang langsung bangkit dari pelukannya.

“Makasih War” Ucap Nanda mencoba menyembunyikan rona diwajahnya. Ada apa dengan dirinya? Apa karna aktifitasnya yang padat di Passus? Nanda menggelengkan kepalanya dan mencoba berjalan walau sempoyongan.

“Ok” Jawab Anwar berlalu pergi tanpa menyadari perubahan pada wajah Nanda.

Nanda mengambil duduk di kursinya mencoba menetralkan detak jantung yang sempat menggila, menaruh jajanan di meja yang baru saja dia beli bersama Bunga, ini tidak biasanya Nanda akan menerima ajakan Bunga untuk berbelanja Bersama, tapi disebabkan sahabatnya yang juga berstatus sebagai teman sebangkunya Feron tidak hadir dengan alasan yang tidak diketahui akhirnya ia dengan terpaksa menerima ajakan Bunga.

“Si Feron memang gak datang ya Nan? Udah jam keluar main pertama tu makhluk kagak muncul juga” Bunga bertanya kepada Nanda, mungkin saja dia punya jawaban.

“Lu kayak baru kenal dia kemaren aja Bung, biasalah tu~ tapi tadi pagi dia ngirim pesan kalau ada kendala dijalan berdua sama si Alfi, setelahnya gua gak tau” Jawab Nanda berpura-pura acuh padahal dia khawatir sekali.

“Ooo~ gua kira dia nongkrong di kedai depan kampus godain janda lagi, dia kan gitu terus sifatnya, GAJE!” Tuding Bunga memakan jajanannya.

“Iye bener juga lo Bung, hahahahaha… palingan entar tu anak timbul macam jin” Timpal Nanda mencoba menghilangkan fikiran negative yang sempat singgah.

Namun kenyataannya,

Keadaan SMA 2 semakin ricuh, kaca jendela semua pecah halaman sekolah terbakar ruang kelas hampir semua rusak dan ditengah lapangan terlihat Bruno yang dipukul bertubi-tubi oleh Feron hingga babak belur.

Tangan dan kaki Bruno sudah mati rasa, sementara Feron terkilir di tangan kanan dengan kening yang tak henti mengeluarkan darah. Semua anak-anak dibubarkan oleh kepala sekolah namun sebelum mencapai pagar, lingkungan sekitar mereka sudah terbakar, mereka terkepung, membuat guru dan petugas sekolah lainnya terpaksa harus mencari jalan lain agar para murid dapat keluar.

“Udah gua bilang sama lo Bruno” Feron berjongkok mencengkram kerah kemeja Bruno yang sudah dipenuhi darah.

“Gua gak pernah bercanda” Suara berat Feron berhasil membuat bulu kuduk Bruno berdiri, belum sempat Bruno mengeluarkan kata, bogeman mentah bertubi kembali dilayangkan Feron tepat di muka Bruno.

Bruno terkapar tak berdaya seluruh panca-indranya mengleuarkan darah, ia sudah tidak dapat bergerak lagi. Sebelum satu pukulan mengenai Bruno seorang siswi datang melindunginya hingga tinju Feron malah mendarat dipipi mulus itu, Gadis itu terkejut merasakan cairan amis yang semakin banyak keluar dari hidungnya menyebabkan liquid bening tanpa permisi ikut mengalir dengan deras dipipi putih itu.

“Afni…” Afni terkejut, mengapa orang ini bisa tau namanya. Ia menatap tepat kearah mata Feron yang masih belum percaya ia telah meninju Afni.

“Ka-“

Regas yang sudah memakai alat penyamaran berlari menghampiri Feron, Afni dan Bruno yang sudah tidak berdaya.

“Ini balasan buat lo bang*sat!” Regas memukul kaki Bruno dengan pemukul baseball yang sengaja dia persiapkan untuk momen ini.

“TIDAK!!!” Afni langsung memeluk Bruno kuat.

“Hahahahahahaha! Cacat!!! Cacat!!! Cacat!!!”

Krak!!

Suara tulang retak tak membuat Regas berhenti malah semakin gencar memukul kaki Bruno.

“Tolong!!” Teriak Afni menangis pilu tanpa mengendurkan pelukannya pada Bruno yang nafasnya semakin berat.

Feron tersentak melihat Afni yang menatapnya dengan tatapan terluka.

“Gas udah Gas!” Feron yang tersadar dari lamunan bodohnya seketika mencegah Regas yang semakin brutal memukul kaki Bruno bahkan Afni juga ikut terkena pukulan bertubi Regas.

Namun Regas seperti sudah termakan dendam hingga tak mendengarkan Feron, Feron yang emosi langsung mengunci pergerakannya.

“Lo lupa tujuan kita ha!” Feron menatap Regas marah.

“Ingat! Kita gak buat dia cacat Gas! Kita cuma ngasih pelajaran, PAKE OTAK JANGAN DENGKUL!!!” Marah Feron yang tidak habis fikir dengan kelakuan brutal Regas.

“PIKIRKAN MASA DEPAN KITA SEMUA JUGA BE*GO!!!” Teriak Feron murka ditengah lapangan yang sudah kacau.

Semua berhenti berkelahi, mereka menatap tepat kearah Feron dan Regas. Bahkan para guru SMA 2 juga ikut memperhatikan kedua remaja itu. Regas hanya menatap Feron marah, tidak ada ucapan yang dikeluarkannya, hanya deru nafas yang memburu.

DOR!

DOR!

DOR!

“Polisi!!!” Jerit salah satu bawahan Feron.

“Cih, gua butuh penjelasan lo Gas, sekarang BUBAR!!!!” Teriak Feron mengakhiri tawuran.

Alfi yang mendengar titah Feron seketika langsung meninggalkan korbannya yang pingsan, dengan gesit Alfi keluar dari para gerombolan siswa SMA. Sementara Regas hanya menatap lurus kearah Bruno, tidak. Lebih tepatnya pada kepala sekolah yang sangat menghawatirkan Bruno dan Regas benci itu. Ia mundur perlahan dan berbalik berlari meninggalkan SMA 2 dalam pikiran beserta dendam yang membuncah.

Dasar keparat

Isi hati Regas menjerit marah.

Guru kedisiplinan SMA 2 tidak tinggal diam.

“JANGAN BIARKAN MEREKA KABUR! TANGKAP SEMUA!” Teriak salah satu guru mengintruksi semua satpam yang berada di lokasi untuk menghalangi langkah kabur gank Feron.

“Ini diluar dugaan” Gumam Feron tersenyum kecut memandang para satpam.

Zwingggg…..

Prankkk…..

“LARI KETUA! JANGAN BERHENTI!!!” Teriak Alfi memukul para satpam dengan batu bata hingga mereka pingsan menciptakan jalan kabur bagi mereka.

Tok…Tok…Tok…

“Silahkan masuk?” Ucap buk Ariani masih sibuk dengan laptopnya.

Pintu dibuka, menampilkan pak Sutejo selaku guru BK kelas Feron.

“Ah, pas sekali” Pak Sutejo langsung duduk didepan meja Ryou yang sedang menikmati mie kuah spesialnya.

“Makan pak Sutejo” Ucap Ryou ramah.

“Tidak usah, bapak William lanjut saja” Ucap pak Sutejo menampilkan senyumnya pada Ryou yang makan dengan lahap.

“Hahhh~” Pak Sutejo akhirnya mengeluarkan nafas gusar yang sudah lama ditahan.

"Ada apa pak? sepertinya terlihat lelah sekali?" Tanya Ryou memandang basa-basi pada pak Sutejo. Namun dihatinya ia jelas tau kalau ini masalah muridnya yang bernama Feron, itu pasti.

Apa lah masalah yang ditimbulkan bijik kelapa (Feron) itu lagi……

Tanya hati Ryou jengkel.

“Sebenarnya tadi saya sempat kekelas bapak, namun…” Pak Sutejo berhenti sejenak, Ryou dan buk Ariani juga ikut berhenti dari aktifitasnya dan menatap pak Sutejo, meminta ia untuk melanjutkan ucapannya yang masih menggantung itu.

“Feron tidak masuk sejak pagi kata teman-temannya, kira-kira apakah dari keluarga ada memberi kabar atau bagaimana pak?” Tanya pak Sutejo menatap Ryou penuh tanya.

Ryou menaruh sendok yang sempat menggantung diudara, beralih memandang pak Sutejo dengan pandangan yang sulit diartikan.

Betul kan, si Feron lagi. Rasanya aku sudah banyak kehilangan berat badan setelah memegang kelas anak itu.

Ryou tidak habis fikir, ia menggaruk kasar kepalanya hingga beberapa helai rambut pirang rontok dari kepalanya. Pak Sutejo dan buk Ariani sempat khawatir, kenapa tiba-tiba guru satu ini terlihat begitu setres?

"Dia pasti kesana" Ujar Ryou tiba-tiba berdiri, membuat pak Sutejo dan buk Ariani bertanya-tanya apa maksud perkataannya.

.......

.......

.......

“Udah Bell masuk tapi si Feron belum kasih kabar juga, apa jangan-jangan beneran pergi ke-kedai janda itu?” Sungut Nanda menendang-nendang kursi Feron brutal.

"Gak bisa dibiarin kalau itu bener" Lanjut Nanda menendang meja Feron hingga terlempar keluar kelas.

“Gak usah segitunya juga Nan”

Seketika ekspresi Nanda menegang, dengan gerakan patah-patah ia menatap ke sumber suara.

“Fer-?“

...TBC...

kau...!!!

“Gua Anwar nan” Tukas Anwar duduk dibangku Feron, Nanda langsung salah tingkah dan memilih untuk mengacuhkan Anwar yang tiba-tiba bersikap aneh.

“Kok lo duduk disini? Emang si Adam gak kesepian?”

“Lo nanya kayak Adam cewek aja, noh liat sendiri” Anwar menunjuk bangkunya sambil mencari kesempatan untuk menipiskan jarak diantara mereka. Nanda mengikuti arah telunjuk Anwar, dapat ia lihat Adam yang tengah memprofokasi meja dan bangku Anwar untuk aksinya menggoda sang pujaan hati, Hawa yang duduk diseberang bangku Anwar.

“Dah jelaskan sekarang, nah mangkanya gua ngungsi kesini mumpung si Feron gak datang”

“Oooo jadi gitu toh” Ucap Nanda paham langsung mengalihkan wajahnya ke Anwar, wajah mereka sangat dekat bahkan Nanda dapat mendengar deru nafas masing-masing. Nanda yang sempat terpaku seketika langsung menghadap kearah sebaliknya dengan wajah blushing menunduk tidak ingin menatap Anwar, apakah Anwar mendengar detakan jantungnya yang semakin kencang ini? Nanda berd’oa semoga tidak.

...…..####*****#####..........

Disalah satu rumah mewah Kawasan perumahan elit, Feron dan kawan-kawannya duduk menunggu antrian pengobatan dari Luna sang dokter.

“Ini ada apa lagi si? Kok semuanya pada babak belur, kemana  wajah tampan kalian?” Tanya Luna beruntun seraya datang membawa obat.

Luna mengambil duduk tepat dihadapan Feron yang sudah terkapar, ia memilih membersihkan luka Feron terlebih dulu.

“Pelan-pelan woy sakit ni, auch!” Protes Feron yang diacuhkan Luna.

“Kalo gak mau sakit gak usah kelahi, lagian pada ngapain si tiba-tiba hancurin SMA 2? Lu pada gila ya?” Caci Luna menekan luka Feron kuat.

“Cuma latihan tinju, siapa tau tendangan gua makin gak berasa” Jawab Regas yang ada di kursi seberang.

"YA GAK USAH SAMPAI HANCURIN SEKOLAH ORANG JUGALAH DUNGU!!!!! SAMSAK DIRUMAH LO APA FUNGSINYA SIH? HERAN" Teriak Luna tidak habis fikir.

"Sabar kak, tenang. Kami cuma silaturahmi ke sana kok" Tambah Alfi semakin aneh.

“Tuhan… maafkan hambamu ini karna memilih bergaul dengan makhluk-makhluk du*ngu seperti mereka” Do'a Luna.

"Sebenarnya aku hanya menyapa saudara tiri, dan memberikan beberapa hadiah pada tubuhnya" Smirk Regas misterius.

"A-apa? Re-Regas, jangan aneh-aneh. Itu bisa membuat hubungan kedua sekolah semakin merenggang lo" Tegur Luna pada Regas.

“Ini gak ada hubungannya dengan sekolah, apa yang hilang harus dibayar olehnya” Tersirat nada dendam di ucapan Regas.

“huhhhh~” Luna hanya dapat menghela nafas kasar, akhirnya mengingat apa yang menjadi pokok permasalahan.

“SMK 1 dan SMA 2 benar-benar tidak pernah akur, selalu mencari masalah satu sama lain. Jadi, bagaimana keadaan saudara tirimu itu?” Tanya Luna.

“Tulang kaki kirinya patah dan sedang kritis” Kata Regas santai berjalan kedapur untuk mengambil air. Luna hanya dapat memandang regas tanpa bisa berkomentar lagi.

“Lun, kira-kira ni lengan gua kapan sembuhnya?” Tanya Feron tiba-tiba menatap lengan kanannya yang sudah di perban Luna.

“6-8 minggu” Jawab Luna kembali melanjutkan kegiatannya.

“Anj*ir! Lama amat”

“Masuk issekai sana biar luka lu diobati palladin!!!” Marah Luna menjawab ngawur seraya beralih kearah Theo.

“Apa hubungannya?” Ucap Feron mengerucutkan bibirnya seraya membelai lengan yang sudah diobati Luna.

“Yang lebih penting, gimana cara kalian terutama kau Feron untuk mengelabui sekolah? Tentu saja berita akan cepat tersebar, jangan berpikir mereka bodoh!”

Feron menyeringai.

“Gua udah nyiapin suatu hal yang akan menyalahkan seorang Bruno, benerkan Theo”

Theo yang disangkut pautkan Feron dengan masalah ini malah ikut tersenyum misterius membenarkan ucapan sang ketua.

“Diujung koridor SMA 2, satpam menemukan graffiti Ditembok pagar, isinya….” Lapor pak Guntur memperlihatkan foto bukti yang ditemukan pada kepala sekolah SMA 2.

Sontak Kepala sekolah langsung terkejut dan tidak habis fikir dengan apa yang ia lihat.

“Bruno….” Monolog kepala sekolah menerawang marah.

“Bruno itu anak kepala sekolah, semua hal yang ia lakukan akan dilindungi oleh ayahnya termasuk yang satu ini” Ucap Feron meminum air yang sudah disiapkan oleh Luna sedari awal.

“Hah?” Luna tidak paham apa maksudnya.

“Dasar idiot” Sembur Alfi yang fokus memperban lukanya sendiri, sementara Luna yang mendengar ucapan Alfi langsung emosi melempar botol obat dan tepat mengenai luka memar di Pundak Alfi hingga sang empunya langsung menggeram sakit tak tertahankan.

...******...

Pagi hari dikelas 2 DPIB

“Nanda tolongin guaaaaa” Feron menangis Bombay pada Nanda yang baru saja datang.

“Ngapain lo meluk gua ha!?”

Bukannya menjawab Feron malah mengusapkan hidungnya pada jilbab Nanda hingga membuat gadis itu berjengit jijik.

“Jadi gini……” Feron mengeluarkan kitab agama dan membuka dihalaman pr.

“Gua kurang tau sama tajwid dalam pr ini Nan~ jadi please tolongin gue liat pr lo yaaa” Ucap Feron menatap mata Nanda lekat dengan jejak air mata dipipi ingin memberi gaya sok imut.

Ho’o tapi anda salah orang wahai Feronnnn~

Inner Nanda.

“Mau sok imut lo, mau kayak Arsy, iya! Najis woy” Nanda memencet hidung Feron kuat hingga membuat wajahnya terdorong kebelakang.

“Nannnnn~” Feron Kembali ingin mengeluarkan air mata buaya.

Pluk!

Sebuah buku terlempar tepat pada muka Feron.

“Nan~”

“Apa lagi!!?” Nanda mulai emosi memandang kearah Feron yang duduk disebelahnya.

Feron menggoyangkan tangan kanannya.

“Tulisin dong Nan” Ucap Feron bergelayut manja di tangan Nanda.

“Kapan sih lo gak nyusahin gua?” Tanya Nanda melirik Feron.

“Kalau gua udah dapat pacar” Balas Feron nyengir.

“Gua rasa itu mustahil. Makanya belajar kidal” Sungut Nanda.

“Kidalin kamu aja deh” Balas Feron Melirik Nanda genit.

“Itu gombal! Gombal an*ying jauh amat Bahasa lo dah!” Walaupun marah Nanda tetap membantu menulis jawaban dengan mencoba meniru tulisan ceker ayam Feron.

Sang empu sontak tertawa ceria memandang sang sahabat yang walaupun emosi tapi masih ada hati nurani untuk membantunya.

...*Pelajaran dimulai*...

Bismillahirahmanirrahim, ya allah semoga bukan hamba yang ditunjuk aamin

 gumam Feron memegang al-qur’annya grogi.

“Hmmm~ lumayan selanjutnya” Buk Mila memperhatikan semua muridnya intens, Feron mencoba biasa-biasa saja agar tidak keliatan tegangnya, keringat dingin mengalir dari pelipis Feron yang melirik buk Mila yang memandang kearah bangkunya.

“Kamu!” Darah Feron hilang, buk Mila menunjuk kearahnya.

“A-“ Ucapan Feron seketika terintrupsi.

“Saya buk?” tanya Bunga yang duduk diseberang Feron.

“Iya” Ucap buk Mila, darah Feron langsung Kembali naik ke tubuhnya.

Sepanjang pelajaran Feron selalu baca ayat kursi agar buk Mila tidak menunjuknya untuk membaca al-qur’an. Feron sadar ini salah, tapi mengingat hari dimana buk Mila memberikan KULTUM manis kepada Feron sungguh tak terlupakan.

Pelajaran selesai, buk Mila keluar malah Alfi yang masuk dengan semangat 45.

“Hay… sahabat seperjuanganku!” Ucap Alfi datang dan langsung mengambil kursi untuk duduk dihadapan Feron, saat meletakkan bekalnya Alfi menatap Feron yang mukanya pucat pasih.

“Lu kenapa? Kok tegang gitu?” Tanya Alfi menatap Feron penuh tanya.

“Gua selalu sport jantung tiap buk Mila yang ngajar” Jawab Feron.

“Lah, bukannya buk Mila ngajar pelajaran agama? Kok lo sport jantung si?” Tanya Alfi tak paham.

“Gua lemah sama pelafalan al-qur’an Aalfiiiiii!!!!” Geram Feron.

“Ooo~”

Akhirnya mereka memulai makan dalam diam, sesekali nanda memperhatikan Feron dan Alfi yang makan dengan mulut berdesis mirip ular.

“Sebenarnya ni pertanyaan dah mau gua keluarin dari tadi, tapi gua pen nyari momen yang tepat aja”

Nanda meletakkan sendoknya dan menghadap kearah Alfi dan Feron yang sedang mengunyah makanan pelan.

“Kalen kemaren tu sebenarnya dapat musibah apa si? Kok bisa bonyok gini?”

“A…? i-itu nan kam-“ Jawaban Feron seketika terintrupsi oleh sebuah teriakan.

“Assalamualaikum!!!”

“Waalaikumsalam” Jawab ketiga sahabat itu kompak.

Seorang gadis pendek datang kekelas dengan semangat, mengganggu introgasi Nanda saja. Nanda jadi kesal.

“Lu ngapain disini?” Sewot Nanda.

“Lah, kakak-kan memang udah Kembali” Gadis itu tersenyum mengambil bangku dan duduk didepan Nanda.

“Kembali dari alam barzah ya? HAHAHHAHAHAHAH….” Feron langsung kicep memandang Nanda yang sudah bermuka kesal.

“Ya gak lah, kakak baru selesai magang kemaren dan hari ini langsung datang kesekolah. Sebenarnya kakak pengen datang dari tadi pagi tapi karna kalian masih belajar makanya kakak tunda sampai istirahat”

Jelas gadis itu Panjang lebar.

“Udah kak Ayu?” Tanya Nanda mengintimidasi.

“U-udah” Gadis yang Bernama Ayu itu langsung merapat ke Alfi.

"Nanda kenapa Fi?" Bisik Ayu.

"Datang bulan kayaknya" Bisik alfi membalas

“Ngapain lo bisik-bisik!”

Alfi dan Ayu langsung kicep sementara Feron malah lanjut makan hingga hanya tersisa satu suapan lagi.

“Woy sapu ijuk!!! Jawab pertanyaan gua dulu woy!” Nanda langsung memukul luka di punggung Feron hingga membuat Feron harus menahan jeritannya dengan susah payah.

“Omg~” Geram Feron tertahan.

“Lo juga luka disini!” Ucap Nanda yang sekarang persis seperti emak-emak yang memarahi anaknya.

“Alfi jelasin ke gua sebenarnya semalam kalian ngapain?” Desak Nanda menarik kerah Alfi.

“Se-sebenarnya kemaren tu kami kecelakaan tunggal Nan, Feron kecampak dan guling-guling di aspal sementara gua nyunsep ke tong sampah” Alfi menjelaskan kronologi yang tercipta karna grogi secara cepat.

Nanda melepaskan cengkramannya pada kerah baju Alfi hingga membuat sang empunya langsung bernafas lega, sementara Ayu hanya menyimak, memandang Feron yang masih menunduk.

“Trus kenapa kalian malah masuk sekolah?” Tanya Ayu.

“Kami gak ingin ketinggalan pelajaran lagi” Jawab Feron yang sudah menegakkan kepalanya Kembali.

“Sa-sakit banget ya Ron, sorry gua bener-bener gak tau” Kata Nanda bermuka sendu merasa bersalah.

Nanda benar-benar polos, mudah sekali mengelabuinya

Monolog hati Alfi.

Di depan ruang guru, seorang siswa mengenakan outfits sekolah lain berjalan santai tanpa takut akan ditangkap oleh anggota Passus yang berpatroli, ia bahkan dengan berani memandang kelayar CCTV yang sedang memperhatikannya.

“Sekolah ini cukup bagus” Monolog siswa itu memperhatikan sekitar, hingga pandangannya menangkap seorang anggota Passus putri yang tengah ber-isitirahat di Gazebo.

Siswa itu berjalan tanpa gentar, merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan sebuah surat.

“Permisi kakak”

Anggota Passus menatap siswa itu terkejut, saat ingin bersuara siswa itu langsung mengintrupsi.

“Tenang kak, saya datang kemari bersama teman-teman yang sekarang berada di ruang kepala sekolah. Saya gak ada niatan lain kok cuma pengen nitip ini aja” Siswa itu menyerahkan sebuah surat yang langsung diterima oleh anggota Passus itu.

“Tolong beri ini pada Alferon Adidjaya kelas 2 DPIB ya” Ucap siswa itu tersenyum ramah.

“O-ok” Jawab Pasuss putri.

“Terima kasih” Siswa itu langsung berlalu pergi.

Theo yang tak sengaja melihat siswa itu langsung bersembunyi dibalik dinding curiga, bersembunyi sampai siswa itu berlalu pergi dan kembali menatap ke anggota Passus yang membolak-balik surat tipis pemberian siswa misterius.

“Sepertinya aku kenal siswa tadi” Gumam Theo langsung pergi dengan tergesa.

...TBC...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!