NovelToon NovelToon

Baby Girl

episode 1

Dinda tersenyum getir melihat sebuah surat cerai dari suaminya, begitu fatal kah kesalahan nya jika melahirkan seorang bayi perempuan.

"Jadi mas bersungguh-sungguh ingin menceraikan ku " Dinda ingin mendengar langsung dari mulut suaminya, ah ralat lebih tepatnya mantan suaminya.

"Cepat tanda tangan aku tak ada waktu lagi " ucap ardian to the point.

"Ah baik lah jika itu yang mas ingin kan akan aku lakukan, dengan cepat Dinda menerima surat perceraian dan langsung ia tanda tangani, setelah ia tanda tanda tangani langsung ia serah kan kembali pada mantan suami ny"

"Akan aku urus pembagian harta gono gini nya" ucap Ardian tanpa melihat lawan bicaranya.

"Terima kasih tuan, tapi maaf tidak perlu saya tunggu di meja pengadilan " jawab Dinda sambil tersenyum menatap mantan suaminya. Setelah mantan suaminya hilang di balik pintu rumah sakit, ia dia baru saja melahirkan seorang putri yang sangat cantik.

Sebelum pergi Ardian memandang mantan istrinya, iya mulai detik ini yang ada di hadapan nya sudah bukan bagian hidup nya, tapi lihat lah wanita yang masih berbaring di tempat tidur rumah sakit ini tersenyum, tapi senyum itu adalah senyum termanis yang pernah dia lihat, apa itu senyum bahagia atau senyum terluka, entah kenapa dia tidak mengenal sosok istrinya.

****

Dinda memandang putrinya yang tidur dengan damai setelah suster memerintahkan untuk di beri ASI yang pertama untuk bayinya, sekali-kali dia mengeliat saat Dinda mengusap pipi merah putrinya, mulai detik ini dia akan menjadi single mom.

"Semoga kau menjadi putri kebanggaan bunda," sambil mencium kening Putri nya.

"Welcome to world baby girl "

Ceklek

Dinda langsung mengalihkan pandangan saat pintu ruangan nya di buka oleh seseorang, dan muncul Dokter yang membantunya proses persalinan.

"Selamat siang nona, saya ingin mengecek keadaan nona" Ucup dokter sopan.

"Siang , silahkan dok " dokter memeriksa keadaan dinda setelah selesai dan normal.

"Putri nya sangat cantik persis seperti ibu nya, siapa nama putri nya nona " ia memang betul putrinya mirip dengan nya hanya 20% menuruti gen suaminya, ah ralat mantan suami nya

"Mutiara ayu Azalia " sambil memandang wajah putrinya.

"Nama yang indah,baiklah saya akan memeriksa pasien yang lain " pamit dokter setelah Dinda mengizinkan barulah dokter berlalu dari ruangan Dinda.

***

sedangkan di mansion sana, khususnya di ruang keluarga yang tanpa merasa bersalah sedikitpun akan apa yang telah dia lakukan pada wanita di rumah sakit sana.

"Akhirnya kau menceraikan wanita pembawa sial itu juga son " ucap Marni ibu nya Ardian .

"Mom " protes ardian.

"Apa, kau ingin membela wanita pembawa sial itu ingat son keluarga kita menginginkan cucu laki-laki bukan wanita, ingat itu " sambil berlalu meninggal kan suami dan anak nya di ruang keluarga.

"Mom mu benar Ardu, keluarga Pratama menginginkan pewaris laki-laki bukan perempuan, kau bisa mencari wanita yang bisa memberimu keturunan laki-laki, bukan wanita yang tak jelas asal usulnya " ucap arsel ayah Ardian.

"Tapi kenapa dad menyetujui waktu Ardi ingin meminang dinda" tanya ardian, sambil menatap ayahnya.

"Jika kau tidak menikah, perusahaan Pratama grup yang kau pimpin sekarang akan di ambil alih oleh saudara dari kakek mu, itu sebab nya kami menyetujui keinginan mu, sekarang kau tau keluarga besar Pratama ingin penerus laki-laki bukan perempuan" jelas arsel.

mohon kritik dan saran , jangan lupa jadikan favorit ♥️

episode 2

Setelah sudah di perbolehkan pulang disini lah mereka di rumah kontrakan yang jauh dari kata mewah tidak seperti rumah mantan suaminya yang sangat megah, kontrakan yang cukup untuk kasur tidur dan menjadi satu untuk tempat memasak, tapi Dinda sangat bersyukur dia tak ingin merepotkan ibu panti tempat dia di besarkan, ia dia anak yatim piatu kedua orang tua nya sudah meninggal karna kecelakaan dan saudara dari ibu dan ayah nya tidak ada yang ingin merawat nya.

Dinda cukup tau diri dia tak ingin menyusahkan saudara biar pun dia di besarkan di panti tapi ibu panti sangat baik dan sangat menyayanginya. itu sebab nya dia tak ingin merepotkan ibu panti cukup dulu dia merepotkan sekarang dia harus berusaha dan bekerja keras untuk membesarkan putri nya, permata hatinya. putri yang tak di ingin kan suami nya karna alasan dia menginginkan penerus perusahaan jadi menginginkan bayi laki-laki bukan bayi perempuan yang telah dia lahir kan sekarang.

Tok tok ....

"Dengan ibu Dinda Widia putri " ucap jasa kurir.

"Ia saya sendiri" ucap Dinda bingung karna dia baru pindah dan sekarang ada jasa kurir tapi dia tak pesan apa pun.

"Ini paket nya Bu, silah kan tanda tangan " sambil menyerahkan paket dan memberikan bukti untuk di terima Dinda. Setelah jasa kurir nya pergi Dinda membuka isi paket nya.

"SURAT PENGADILAN" tampilan awal saat Dinda membuka amplop coklat, yang menyatakan dia sudah resmi berpisah dengan suami nya, cinta pertama nya, Dinda tersenyum getir dia rela melepas mimpinya mendapatkan beasiswa keluar negeri tapi apa balasannya luka yang menganga dia terima.

"semoga kau bahagia mas" Dinda mengingat awal bertemu dirinya dan mantan suaminya.

( Flashback on )

"Sendiri saja nona, bolehkah saya duduk disini " ucap pria yang tak Dinda kenali.

"Silahkan tuan" ucap Dinda sambil membereskan buku yang dia baca.

"Ardian " sambil mengulurkan tangannya.

"Dinda" sambil menangkupkan kedua tangannya.

"Maaf " ucap ardian tak enak, hanya dibalas anggukan kepala oleh wanita yang dia kegumi dalam diam dan baru sekarang dia berani mendekatinya.

"Hari-hari Ardian mendekati Dinda walau tak terlalu di respon oleh nya, karna dia kakak kelas setelah dia lulus dari sekolah menengah atas tak pernah dia menemui dinda, setelah selesai dengan gentle Ardian meminang dinda dengan ibu panti. Ibu panti sempat menolak lamaran Ardian karna dia tau betul anak asuh nya mendapatkan beasiswa melanjutkan pendidikan di luar negeri tapi Ardian menjanjikan akan membiayai karna dia tak ingin kehilangan Dinda untuk yang ke dua kali nya, dengan berat hati ibu panti mengizinkan.

(Flashback off)

***

keesokan harinya seorang pria sedang berkutik dengan dokumen nya, yang masih menumpuk di meja marmer, sekali-kali kening nya berkerut bertanda dia sedang berfikir tiba-tiba, saat merasa getaran yang di ciptakan oleh ponsel milik nya, sebelum menjawab ardian melihat siapa yang menggangu nya, menampilkan ID mommy.

drrrr drrr....

"iya mom "jawab Ardian, setelah memencet tombol hijau.

"bagaimana apa kau sudah menceraikan wanita itu " ucap mom nya.

"mom bisakah membahas ini nanti setelah Ardi sampai di rumah " sambil memijit pelipisnya pusing.

"son mom hanya bertanya kenapa kau menjawab nya seperti itu " ucap nya kesal setelah mengeluarkan unek-unek nya langsung dia mati kan sepihak.

sedang kan di sana Ardian memandang telpon yang sudah di matikan mommy nya sepihak ardian hanya menggeleng kepala melihat kelakuan mom nya seperti anak kecil yang tak mendapatkan permen saja, pikirnya dan langsung melanjutkan pekerjaan yang tadi sempat tertunda karna menjawab panggilan mom nya.

maaf jika masih banyak kata typo 🙏 mohon kritik dan saran dan jangan lupa jadikan favorit ♥️

episode 3

3 tahun berlalu.

Hari hari dinda lalui bersama putrinya, selama ini Dinda bekerja keras dia tak ingin suatu saat kehidupan putrinya tak berkecukupan walau sekarang juga tidak berkecukupan tapi dia sangat bersyukur putrinya tumbuh dengan sehat dan menjadi putri yang cerdas. Jika kalian bertanya mantan suaminya dia sudah menikah sebulan setelah berderai darinya.

" unda " panggil ara, menyadarkan dinda dari lamunannya.

"Iya sayang " jawab Dinda, setelah sadar dari lamunannya.

"Puk puk unda " sambil memperagakan tangannya menepuk panta* karna dia tak bisa tidur jika tak di tepuk panta* nya.

"unda ecok ita dualan agikan "ucap nya sebelum dia tidur.

"Iya sayang, apa putri bunda capek biar ara dirumah saja biar bunda yang jualan" ia Dinda menghidupi diri nya dan buah hatinya dengan jualan keliling, kalau tidak dia jualan di depan rumah, hanya itu yang bisa dia lakukan karna dia tak ingin meninggalkan putrinya.

"enddak unda, ala itut " sambil menggeleng kepala kecil nya.

"Baik lah tapi ara harus tidur nanti jika kesiangan bunda tinggal mau " ucap Dinda.

"Ndak auu unda,ala itut " ucap nya dengan mata berkaca-kaca, lihat la sekarang dia sudah ingin menangis

"bunda tidak akan meninggalkan Ara, Jika putri nya bunda ingin ikut ayo kita tidur " sambil mencium kepala putrinya dengan sayang.

***

"Agi unda "ucap Ara, sambil mengucek mata karna baru saja bangun tidur.

"Eh,, putri bunda sudah bangun, pagi sayang " sambil menghampiri putrinya.

"inum unda " ia Dinda membiasakan saat bangun tidur sebelum melakukan aktivitas harus minum air putih.

"Ini sayang " sambil menyerahkan air yang dia bawa, dengn cepat dia menerima gelas yang diberikan bunda.

"Habis ini gosok gigi, mandi dan kita pergi jualan " dengan cepat putrinya mengangguk kepala.

"Unda Andi " dengan susah payah dia membuka baju nya sendiri, Dinda tertawa melihat tingkah putrinya yang paling suka ikut jualan dengan nya.

"Sini bunda bantu sayang " sambil melepaskan baju dan memandikan putrinya, jika dia mandi sendiri akan menjadi lama bukan mandi tapi main air lebih tepatnya.

" Bulung akak tua indap di dendela talau cudah tua gigi nya inggal dua, hihihi gigi dua unda " Ara terkekeh geli setelah menyanyi. Saat ini mereka menuju perjalanan untuk julaan kue yang sudah Dinda buat .

"Gigi siapa yang dua ara " tanya Dinda.

"Gigi nya Bulung akak tua unda " hihihi Ara kecil terkekeh geli membayang dia mempunyai gigi dua .

"Emang gigi nya Ara ada berapa " tanya bunda.

"Ayak unda penyuh" sambil menunjukkan gigi putih susu milinya.

"Iya, gigi nya putri bunda penuh tidak dua ternyata, kita sudah sampai Ara duduk disini ya kita nunggu kakak kakak nya nya pulang sekolah " ucap Dinda.

"Cekolah itu apa unda " ucap Ara sambil menatap bunda nya minta penjelasan.

"Sekolah itu tempat kita menimba ilmu, jika ada sudah besar nanti ara juga akan sekolah seperti kakak-kakak yang ada di sana " tunjuk Dinda pada sekolah di sebrang sana.

"Ala Penen cekolah sekalang unda " ucap Ara kecil.

"Iya nanti jika umur nya Ara sudah lima tahun " sambil menunjuk kan lima pada putrinya.

"Macih Ama ya unda bial ala bica cekolah " ucap Ara lagi.

"Masih dua tahun lagi, Ara yang sabar ya sayang " ucap Dinda.

Tingg Tongg ......

bel sekolah sudah berbunyi menandakan jam belajar sudah selesai, Melihat semua murid keluar area sekolah ada yang di jemput ada yang masih menunggu entah itu orang tua nya atau supir nya, Ara dengan patuh duduk di kardus melihat mereka yang memasuki mobil atau membeli jajan, disaat bunda nya sibuk melayani yang membeli kue yang bunda nya buat.

"Ibu saya minta risoles nya 4 " ucap siswa yang membeli.

"Ini kue nya nak " ucap dinda.

"Berapa ibu " ucap siswa lagi.

"Sepuluh ribu nak " ucap dinda, dan siswa tersebut menyerahkan uang nya.

"Unda " ucap Ara, setelah lama diam dan memperhatikan bundanya, sekarang jualan kue bunda nya sudah habis.

"Iya sayang, apa Ara haus nak " tanya Dinda, dan Ara kecil memgangguk kepala sebagai jawaban.

"Ini " sambil menyerahkan air yang ia bekal dari rumah, langsung diterima oleh putrinya dan teguk setengah dari botol yang ia bawa.

"Sudah nak " ucap bunda, di balas anggukan kepala oleh putrinya.

"Unda, itu akak nya cendilian " sambil menunjuk siswa perempuan yang duduk seorang diri di halte samping sekolah.

"iya dia sendirian nak, Ayo kita menghampirinya nak "sambil membereskan tempat jualan nya,

"Nunggu siapa nak " tanya Dinda, saat mekera sudah sampai di halte tempat murid yang duduk seorang diri.

maaf jika masih banyak kata yang typo 🙏 mohon masukan dan saran jangan lupa jadikan favorit ♥️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!