NovelToon NovelToon

Suami Rasa Musuh

Prolog

Aji Pamestu seorang karyawan tetap di Pabrik Kopi. Wajahnya Tampan, tubuh proporsional, tinggi dan Putih. Namun, sifatnya yang usil, egois dan ingin menang sendiri, membuat kehidupan rumah tangganya selalu bartabur pertengkaran.

Ia menikah dengan seorang gadis bernama Mika Biola. Bekerja di sebuah Toko Baju, memiliki wajah cantik dan senyumnya sangat manis. Hingga siapa saja yang melihat senyumnya akan terpesona. Sifatnya yang pemarah dan perajuk selalu membuat kepala suaminya pusing.

Saat Baru pulang dari bekerja, Aji memasuki rumah kontrakannya dengan kondisi tubuh yang sangat lelah. Ketika baru akan memasuki ruang kamarnya, tiba tiba Aji mendapatkan panggilan telepon. Dan ia pun merogoh saku celananya kemudian menjawab panggilan dari sang penelepon tersebut.

Tertera nama Mika di layar ponselnya. "Halo mi," sapa Aji seraya menempelkan ponsel itu ke daun telinganya.

"Halo Pa, Aku hari ini lembur. Banyak barang barang baru masuk." Jelas Mika diseberang telepon. Aji menghela nafas kasar mendengar istrinya itu lembur hari ini. Pasalnya hari ini adalah hari Sabtu. Dan besok hari libur. Meski hari libur, terkadang Aji harus datang ke pabrik untuk membantu pengecekan pengiriman barang. Aji berencana untuk mengajak Mika malam Mingguan seperti Orang muda pada umumnya.

Namun, hal itu jarang mereka lakukan karena sama sama disibukkan dengan urusan pekerjaan. Dalam sebulan, mungkin hanya bisa menikmati Dua malam Minggu paling banyak.

Aji memutuskan untuk beristirahat sejenak. Karena tubuhnya benar benar lelah hari ini. Saat terbangun, Aji segera membersihkan diri dan bersiap untuk mencari makan malam di depan Gang rumahnya.

Sesampainya disana. Aji bertemu dengan Bagas teman seperjuangannya yang sedang makan disana. Mereka makan sambil mengobrol hingga suapan terakhir. "Ji, ntar malem lu kemana?" tanya bagas yang sudah menyelesaikan makannya sambil mengelap mulutnya dengan tissue.

"Nggak ada tujuan. kenapa?" sambil meletakkan botol minum yang baru saja ditenggaknya. "Bini lu nggak di rumah." Tebak bagas.

"Mika lembur," jawabnya dengan nada sedikit kesal. "Hahahah, lu kayak jomblo Ji." Bagas malah menertawakan temannya itu. Walaupun sudah terbiasa, tetapi Aji merasa tambah kesal jika di ungkit kembali masalahnya.

"Hah! nggak tau lah gue Gas. Apa rencana lu malem ini?"

"Gue mau ke Net, nge Game aja kayak biasa!" jelas bagas.

"Gue ikut lu aja lah. Bosen gue nggak ada yang di kerjain" ucap Aji.

"Terserah lu dah. Yuk, berangkat sekarang kalo mau ikut." Ajak Bagas seraya berdiri dan membayar makanannya. Aji pun mengikuti langkah Bagas menuju motornya yang terparkir di tepi jalan.

Mereka kemudian pergi menuju Net tempat biasa Bagas bermain bersama teman temannya yang lain. Sesampainya disana Bagas mengamati Komputer yang tak ada pemainnya. Kebetulan tersisa Dua slot saja. Penjaga Net tersebut sudah hafal dengan Bagas akan bermain berapa jam jika malam Minggu begini. Ia pun segera membuka billing untuk bagas dan temannya.

Bagas dan Aji akhirnya larut dalam permainan Game Dota2 yang sedang mereka mainkan saat ini. Suara diruangan yang sangat berisik tersebut. Membuat Handphone Aji yang sedang berbunyi tak kedengaran. Hingga berkali kali panggilan masuk itu tak kunjung mendapat jawaban.

Mika sangat kesal karena teleponnya tak mendapat sahutan dari suaminya."Huh!! dasar menyebalkan!! kemana sih nih orang!" gerutu Mika sambil memasukkan ponselnya kedalam tas. Ia pun mencari tukang ojek agar segera sampai kerumah. Beruntung malam ini sangat ramai, jadi Mika tak perlu cemas.

Maaf kalau ceritanya Gaje ya. Karena aku baru belajar menulis. Mohon bimbingannya, jika suka silahkan berikan dukungan kalian. Thankyou....

Part 1

Pekerjaan pagi ini sangat banyak, membuat semua staff sangat sibuk. Aji yang bekerja dibagian kepala Gudang Kopi itu harus meneliti dengan saksama barang barang yang akan di kirim ke Produsen diluar kota. Saat semua barang sudah dimuat ke dalam mobil khusus barang, Aji kembali ke ruangannya dan menaruh papan kerani diatas meja kerjanya.

Kemudian, ia membuat data laporan yang telah dicatat secara terperinci. Setelah selesai, ia membawa berkasnya ke ruang Manager.

Tok!

Tok!

Tok!

Aji mengetuk pintu ruangan tersebut terlebih dahulu. Dan saat mendapatkan sahutan dari dalam, ia segera mendorong pintu itu dan masuk ke dalam. "Ini berkas laporannya Bu." Menyerahkan map ke meja Ibu Vivi selaku Manager di Pabrik tersebut. Ibu Vivi ini lebih muda umurnya dari Aji. Jika diluar pekerjaan, mereka seperti teman biasa. Karena di Kantor memang di tuntut Profesional.

"Letakkan di sini Pak." Perintah Vivi sambil mengarahkan pandangannya ke berkas yang di pegang Aji untuk di letakkan di samping Laptopnya. Aji segera menaruh berkas tersebut, lalu undur diri. "Saya permisi Bu," pamit Aji.

"Terimakasih." Vivi menoleh sekilas kemudian tersenyum dan mengangguk. Aji kemudian keluar dari ruangan Manager untuk kembali keruangannya sendiri. Ia pun melanjutkan kembali pekerjaannya.

Usai menginput Data yang di kirim sore nanti, Aji menelepon Staff bagian Marketing untuk meminta bukti laporan Kopi yang sudah siap untuk di setor ke Supermarket ataupun ke Toko pengecer langsung. Aji meraih gagang Telepon di sisi mejanya dan menghubungi Bagas Staff Bagian Marketing. Yang tak lain adalah teman seperjuangannya dari masa Sekolah dulu.

"Halo Gas, apa laporannya sudah selesai?," tanya Aji setelah panggilannya tersambung.

"Sudah, akan segera di antar Ji." Sahut Bagas.

"Baik," Aji menutup panggilan Teleponnya.

Tak lama kemudian Bagas datang dengan tumpukan berkas laporan. Bagas menaruhnya di depan Aji, setelah menjelaskan beberapa hal Bagas kembali ke ruangan.

Tak terasa waktu cepat bergulir, Aji masih belum selesai dengan pekerjaan yang di berikan oleh Bagas tadi. Ia kemudian menghentikan aktifitasnya untuk mengisi perutnya yang para cacing cacingnya sudah berdemo minta di beri jatah. Aji berlalu dari ruangannya menuju Kantin, dan langsung memesan makanan. Setelah itu, ia duduk bergabung dengan karyawan yang lain yang sedang menikmati makan siangnya bersama sama.

**

"Mi, yuk kita istirahat dulu. Gue udah laper banget ini." Ajak Meisya teman Mika sekaligus sahabat.

"Iya. Bentar mei, ini gue dikit lagi selesai." Mika sedang ngepacking barang barang untuk di kirim ke Toko Cabang. Meisya kemudian menunggu sejenak dan tak lama kemudian Mika keluar dari Gudang penyimpanan, lalu menghampiri Meisya. Mereka lalu menuju warung langganan mereka di samping Toko tersebut.

Di sela sela makan, mereka sambil mengobrol dan membahas barang yang akan masuk Minggu besok. Hingga mereka selesai makan. Jam istirahatnya masih tersisa setengah jam lagi. Dan mereka pun kembali lagi membahas masalah barang yang di jual di Toko mereka.

"Mei, berapa banyak barang yang akan masuk Minggu besok?" tanya Mika. Mereka telas menyelasaikan makannya Lima menit yang lalu.

"Kata pak Anwar banyak Mi, Satu truck." Jawab Meisya. Dan ketika barang baru banyak yang masuk, pasti mereka akan lembur.

"Lembur dong kita." Jawab Mika dengan sedikit helaan. "Ya, udah pasti itu Mi!"

Mereka kemudian kembali lagi untuk bekerja setelah jam istirahat usai. Mereka bekerja dengan sangat kompak, saat Mika usai merapikan Baju Pajangan di Etalase, ia melihat mobil Hitam memasuki area Toko. Ya, itu adalah sang pemilik Toko. Karena disini merupakan Toko Pusat. Sudah pasti pak Anwar datang untuk mengecek keadaan tokonya.

Mika dan Team segera menyambut kedatangan pak Anwar. "Selamat sore pak," sapa mereka bersamaan. "Selamat sore, bagaimana Toko hari ini. Apakah lancar penjualannya?." Tanya pak Anwar.

"Lancar pak," jawab mereka bersamaan. Kemudian pak Anwar berjalan menuju ruangannya. "Mika, ikut saya keruangan sebentar." Ajak pak Anwar seraya memasuki ruang kerjanya. Lalu duduk di Kursi kebesarannya. Mika mengekori langkah pak Anwar dan kemudian masuk ke dalam.

"Duduk." Perintah pak Anwar lembut. Mika pun menurut. Ia duduk berhadapan dengan pak Anwar yang di depannya di batasi dengan meja kerja. "Ada yang bisa saya bantu pak?," tanya Mika hati hati. "Ya, seperti biasa Mi. Kamu tentu sudah paham. Barang baru akan segera masuk ke Toko kita, kamu handle seperti biasa ya." Pinta pak Anwar.

"Baik pak, akan saya handle sebaik mungkin." Jawab Mika.

"Apa barang yang akan di kirim untuk Toko Cabang sudah selesai di Packing Mi," lanjut pak Anwar. "Sudah pak, semua sudah rapi dan di cek dengan teliti agar tidak ada yang kurang. Tinggal di antar saja sebentar lagi." Jelas Mika dengan detil.

"Bagus kalau begitu, kamu memang bisa di andalkan Mi. Terimakasih untuk kerja samanya ya!." Ucap pak Anwar.

"Iya pak, sama sama. Semua juga berkat kekompakan dengan para Team, jadi semua bisa teratasi dengan baik." Mika menjawab dengan sedikit mengulas senyum. "Apa ada perlu yang lain pak?," tanya Mika kembali.

"Tidak ada, ya sudah. Kamu boleh kembali bekerja. Sebentar lagi juga akan berganti shift kan."

"Iya pak, kalau begitu saya permisi." Mika keluar dari ruangan pak Anwar dan kembali mengamati baju baju pajangan, tujuannya agar lebih terlihat rapi dan menarik perhatian. Dan para pembeli pun senang, rata rata mereka yang sudah berbelanja di Toko mereka akan datang kembali. Sudah sangat banyak sekali pelanggan setia di toko tersebut.

Sementara di dalam ruangan, Anwar terus mengamati Mika dengan tatapan kagum. Ia telah 3 Tahun mempercayakan tokonya pada Mika, jika ia harus berangkat keluar kota. Karena Mika orang yang sangat jujur dan juga disiplin serta loyal dengan waktu. Dan itu membuat pak Anwar memberi gaji lebih pada karyawannya yang tidak hitung hitungan masalah waktu. Selain Mika, juga ada Meisya yang selalu di percaya untuk membantu Mika.

Pukul 16:30. Para karyawan toko baju mulai bergegas dan over handle karena pergantian shift. Setelah selesai, Mika mengganti Baju seragam toko dengan baju biasa miliknya.

Setelah selesai, ia keluar bersama Meisya.

"Gue telfon laki gue dulu bentar Mei." Interupsi Mika pada Meisya yang sudah duduk di atas motornya. "Sok atuh silahken." Jawab Meisya.

Mika mengeluarkan ponselnya dari dalam tas, dan menghubungi Aji.

"Halo, udah pulang Mi?," sahut Aji di seberang sana.

"Udah, kamu udah keluar apa belum." Tanya Mika.

"Belum, ada rapat mendadak. Kamu pulang sama Mei aja dulu." Jelas Aji.

"Oh, ya udah kalau gitu." Mika memasukkan kembali ponselnya kedalam tas setelah mematikan sambungan panggilan.

"Mei, gue nebeng lu." Langsung naik ke boncengan.

Meisya melajukan kendaraannya dengan kecepatan sedang. Saat sudah jauh, Anwar yang sedari tadi mengamati mereka berdua dari balik jendela ruangannya. Langsung menutup Gordyn jendela, dan mengambil kunci mobilnya yang tergeletak di sudut meja lalu buru buru menutup pintu ruangan dan setengah berlari menuju mobilnya. Agar ia tak kehilangan jejak karyawannya itu.

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya, mohon masukkannya agar aku bisa lebih baik lagi untuk menulis. Thankyou!!

Part 2

Motor Meisya memasuki halaman rumah Mika, kemudian Mika turun dari boncengan setelah motornya berhenti.

"Thank Mei, mampir dulu yuk," ajak Mika sambil merogoh kunci rumahnya dari dalam tas.

"Gue langsung Mi. Dahh." Pamit Mei, kemudian melajukan motornya meninggalkan Mika sendirian.

Mika langsung membuka kunci pintu dan masuk kedalam rumah. Ketika hendak menutup pintu, Mika melihat mobil hitam yang sangat ia kenal berhenti di seberang jalan rumahnya.

"Itu kan pak Anwar, mau ngapain ya? apa ada yang mau di sampaikan." Mika bergumam.

Saat menyadari bahwa yang sedang di tatapnya hilang, Mika langsung menutup pintu rumahnya dan mengunci rapat. Saat berada didalam kamar. Mika kembali berfikir tentang keberadaan Anwar yang mengawasi dirinya tadi. Mika hendak menelpon nomor Anwar, namun telah keduluan oleh orang tersebut.

"Halo pak," sapa Mika dengan sopan.

"Halo Mi, maaf mengganggu waktumu," ucap Anwar.

"Ia, ada apa ya pak?" mika bertanya penasaran.

"Ah, tidak ada. Apa suami mu belum pulang," Anwar mengalihkan topik pembicaraan.

"Belum pak, ada apa pak? apa ada yang ingin bapak sampaikan." Mika masih penasaran.

"Ah, tidak Mi. Ya sudah saya tutup telponnya," Anwar mematikan telponnya.

Sementara Mika masih bingung. Ia akhirnya memutuskan membersihkan diri ke kamar mandi.

Anwar memasuki Kafe dan memesan minuman. Setelah minuman datang, ia langsung menyedotnya hingga tandas.

"Ahh. Kenapa Aku bertindak bodoh begini." Anwar memaki dirinya sendiri. Ia yang tak paham dengan tingkahnya yang tadi dilakukan, merasa kacau. Anwar meremas rambutnya pelan. Saat kepalanya ia palingkan ke kiri, disana ia melihat orang yang sangat dikenalnya. Orang itu terlihat sedang serius membahas sesuatu dengan rekannya, dan beberapa saat setelahnya mereka saling berjabat tangan dan meninggalkan orang yang di kenalnya kembali duduk.

Anwar terus mengamati Dua orang yang tersisa tersebut, tanpa mengalihkan pandangan. Walau tak dapat didengar apa yang mereka bicarakan. Anwar yakin, mereka sangat dekat.

Hari yang mulai gelap. Membuat Dua orang di sebelah kirinya yang berjarak beberapa meter itu pergi meninggalkan Kafe. Selama ini Anwar sering sibuk dengan urusan diluar kota, membuat ia jarang bertemu dengan orang yang beberapa saat berada di dekatnya. Dan Anwar memutuskan untuk kembali pulang kerumah.

**

"Terimakasih ya Ji, sudah mau repot repot mengantar saya pulang." Ucap Vivi sambil menampilkan senyum terbaiknya.

"Tidak masalah Vi, kalau begitu saya pamit pulang. Hari sudah gelap, pasti Mika sudah menunggu." Jawab Aji dan hendak kembali melajukan motornya. Namun dengan cepat Vivi memegang tangan Aji. Aji yang sadar tangannya di pegang, langsung mengarahkan pandangan matanya ke tangan Vivi yang sedang menggenggam lengannya.

"Ada apa?" tanya Aji dengan ekspresi bingung. Dan yang ditanya pun langsung gugup.

"Ah, maaf Ji. Tidak apa apa, terimakasih.. Kamu hati hati pulangnya." Vivi langsung melepas genggaman tangannya pada lengan Aji.

Aji pun kemudian pergi meninggalkan Vivi. Selama di perjalanan Aji merasa bingung dengan sikap Vivi barusan yang menurutnya tak seperti biasa. Hingga ia sampai di rumahnya.

Mika yang mendengar suara suaminya pulang langsung membukakan pintu dan membantu Aji membuka jaket. Lalu membuatkan teh hangat dan di suguhkan di hadapan Aji duduk.

"Lama sekali rapatnya Pa," tanya Mika sambil memperhatikan wajah suaminya itu.

"Ia Mi, pabrik sedang menjalin kerja sama baru dengan orang yang sangat terkenal. Jadi banyak yang harus di paparkan untuk meyakinkan mereka." Jawab aji sambil menyeruput tehnya.

"Oh ya sudah kalau begitu, mau langsung mandi? atau mau Aku siapkan makan malam,"

"Aku mau langsung mandi, tadi sudah makan diluar." Aji bangkit dari duduknya dan menuju ke kamarnya.

Mika yang sengaja menunggu Aji pulang untuk makan bersama, terpaksa ia makan sendiri. Karena memang sudah sangat lapar.

"Coba kasih kabar kek kalo makan diluar, biar Aku nggak perlu capek capek masak!" gerutu Mika sambil membanting sendok di piringnya yang sudah kosong. Dan ia segera membereskan semuanya.

Mika masuk ke kamarnya dan mendapati Aji susah terlelap. "Hahh, malah di tinggal tidur duluan. Dasar nih orang." Kembali Mika mengomel dengan kesal. "Kayak dia aja yang capek kerja, gue juga kali" umpat Mika dalam hati.

Setelahnya Mika menyusul ke alam tidur, karena tubuhnya pun juga merasakan lelah seharian bekerja.

Vivi yang sejak awal menyukai Aji, perlahan lahan ingin menunjukkan sikapnya. Namun tidak terlalu buru buru. Selama ini ia berusaha sebaik mungkin untuk bersikap biasa saja di manapun mereka berada di saat bersamaan.

"Aku ingin menjadi milikmu Ji, kenapa dulu kau tidak pernah memandang kebaikanku. Tapi tak apa, Aku akan berusaha pelan pelan." Vivi menyeringai dengan senyum jahat.

Dulu, Vivi yang merekomendasikan Aji dan Bagas untuk bekerja di Pabrik Kopi. Pabrik tersebut merupakan warisan turun temurun dari keluarga Vivi yang sekarang ia perjuangkan untuk terus maju.

Semua berkat kerja kerasnya selama ini. Dan Vivi mulai menyusun rencana agar dapat meraih keinginannya tersebut.

Aji terbangun dari tidurnya saat tengah malam, ia merasakan tenggorokannya sangat kering. Ia mengamati meja nakas, namun tak ada air disana. Ia pun bangkit dari tempat tidur menuju lemari pendingin. Meraih botol air minum dingin itu, lalu menenggaknya hingga tersisa separuh. Mengambil Snack sebungkus dan membawanya ke ruang Tv.

Duduk sambil menikmati kunyahannya, namun fikirannya berkelana mengelilingi tali jemuran.Eh!

Meraih kembali botol minum yang sisa separuh itu dan menenggaknya hingga habis. Dan melemparkannya ke tong sampah bersama bungkus Snack tadi.

Aji balik lagi masuk ke kamar dan masuk kedalam selimut yang sama dengan Mika. Tangannya mulai bergerilya di area tubuh istrinya yang sedang nyenyak tidur dan mungkin sedang bermimpi sangat indah. Karena terlihat dari bibirnya sedang menyunggingkan sebuah senyuman tipis yang sangat manis.

Aji menyentuh benda empuk dan kenyil kenyil kayak kue Cenil itu dan di remes pelan. Karena Mika sedang tidur, takut membangunkan istrinya itu. Padahal kan kalo pengen tinggal di bangunkan aja. Toh dia Wajib jika sang empu menginginkannya.

Tapi, itu tak ia lakukan. Aji hanya ingin merasakan hangatnya benda yang kenyil kenyil itu agar dapat kembali tertidur. Namun malas sesuatu yang lain yang terbangun. Posisinya berada di bawah sana. 'Ah, si Panjul kenapa pake bangun sih.' Aji merabaa benda miliknya yang sudah terasa keras. Ia mengelusnya dengan pelan pelan agar si Panjulnya dapa tertidur. Bagaimana bisa si Panjul tidur, la wong tangan kirinya ngremess ngremess cenil di dalam sana. Sementara tangan kanannya mengelus elus si Panjul. Aji hanya tersenyum dengan yang ia lakukan. 'Dasar ya kamu, tangan yang nakal' ucap Aji dalam hati.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!