Setelah ia sampai di depan goa dari Dungeon Zean, dungeon itu tiba tiba mulai memudar dan pada akhirnya menghilang seolah dungeon itu tidak pernah ada.
Ia yang merasa bahwa hal itu sedikit aneh hanya mengabaikannya dan mulai berjalan meninggalkan bekas area bekas dungeon itu.
Setelah ia berjalan di sekitar area itu cukup lama, ia melihat sebuah benteng besar seperti saat pertama ia melihat pemandangan di kota Roxy.
Merasa bahwa dirinya mengulang waktu, ia mencoba memperhatikan kembali area sekitarnya.
Setelah beberapa langkah dijejakinya, ia menemukan rumah kayu yang nampak seperti rumah kayu yang dulu sempat ia tinggali.
Setelah menghela nafasnya, ia kembali berjalan menuju rumah kayu itu dan kembali mengambil nafas panjang sesaat setelah sampai di sana.
Setelah mempersiapkan kebulatan teladnya, ia membuka pintu itu dengan sebuah harapan bahwa Flora dan demi human yang lain masih ada di dalam sana.
Namun ketika pintu itu di buka, ia tidak melihat siapapun disana.
Tak ingin tertelan dalam kesedihannya, ia pun mulai berjalan menuju setiap ruangan yang dulu pernah ramai sesak.
* Hemph...... * Anma mengembuskan nafasnya sembari menahan kesediahnya.
" Kamar Gellen dan Partynya, kamar Catgirl bersaudara, kamar Juan dan Jian, kamar anak anak demi human... " Anma membuka setiap ruangan itu sembari mengingat para demi human yang menempati nya.
" Dan yang terakhir, kamar Flora dan Liah " Anma sempat merasa khawatir mengenai apa yang akan ia lihat di dalam sana adalah sebuah kamar kosong yang akan membuatnya semakin merasa kesepian.
" Huuuh...... " Anma bersiap membuka pintu kamar itu.
* Creeee.....k * Pintu itu berdecit ketika terbuka.
Dengan perlahan Anma membuka matanya yang sempat ia pejamkan karena tidak kuat melihat kenyataan apa yang akan ia lihat.
" Ayah....? Kapan kamu kembali?! " Kata perempuan tua yang sedang duduk menghadap jendela kayu.
Anma yang memejamkan matanya apada akhirnya terkejut melihat sosok wanita tua sedang duduk di depan jendela kayu.
" Ah... Ada prajurit lagi yah. Maaf untuk yang sekian kalinya aku menolak untuk pergi dari sini. " Wanita tua itu menjawab tanpa melihat ke arah Anma.
" Ano, maafkan aku wanita tua. Apa yang sedang kamu lakukan di kamar milik Flora dan Liah? " Anma bertanya kepada wanita tua itu.
Mendengar suara yang dirasa tidak asing, wanita tua itu perlahan bangkit dari duduknya untuk melihat siapa yang berkata demikian.
Wanita tua itu menangis setelah melihat Anma yang sedang berdiri di depan pintu kamar itu.
" Hzp... Ayah...? Apakah itu ayah?! In..ini aku ayah.... Ini Flora!! Flora anak ayah!! Flora yang selalu menjadi tangan alam ayah!!! " Wanita tua itu berlari ke arah Anma sambil berkata demikian.
" Ayah..!!! Ayah!!!! Ayah!!!! Jangan tinggalkan Flora lagi!!!!! " Wanita tua itu memeluk Anma dengan erat sambil menangis.
" Flora? Apakah ini adalah kamu Flora? " Anma memeluk wanita tua itu sambil bertanya demikian.
" Huuuuuaaaa...... Ayah......!!! Akhirnya ayah kembali!!!! Flo...flora Flora sangat Merindukan ayah!!!! " Dalam pelukan Anma, wujud dari wanita tua itu perlahan lahan mulai berubah menjadi lebih muda dan pada akhirnya, wanita tua itu kembali menjadi wujud Flora seperti saat terakhir Anma melihatnya.
" Akh...... Flora.... Anak ayah.... " Anma mempererat pelukannya denga Flora.
" Hmph... Ayah...!!! " Flora menangis bahagia.
" Sudah sudah... Jangan menangis lagi ya. Ayah tidak akan kembali meninggalkan Flora " Anma memeluk Flora dengan erat sambil mengusap dan mencium kepala Flora yang masih menangis.
" Ayah..!!! Flora sangat merindukan ayah " Flora melepaskan pelukannya dan menatap mata Anma.
" Iya Flora, ayah juga merindukanmu" Anma kembali memeluk Flora.
Setelah mereka berdua melepaskan kerinduannya masing masing, Anma mulai bertanya mengenai keberadaan Liah dan demi human yang lainnya.
Belum sempat Flora menjelaskan apa yang terjadi, tiba tiba datang dua yang mengenakan baju baja lengkap dengan senjata besar yang di bawa.
Ketika Anma dan Flora menatap mereka berdua, kedua orang tadi langsung membungkuk hormat di depan Anma dan Flora.
Tidak lama setelah kedua orang tadi bersujud, kedua orang tadi lalu membuka pelindung baja mereka sembari mengucapkan selamat datang kepada Anma.
Melihat kedua orang tadi melepas helm mereka, Anma terkejut karena yang dihadapannya adalah monster yang dulu pernah ia ciptakan dan berhasil berevolusi.
" Alpa.... Sese.... Apakah ini benar benar kalian? " Anma melepaskan pelukannya dari Flora dan menghampiri Alpa dan Sese untuk mengusap kedua kepala mereka.
" Tuan.... Akhirnya.... Setelah enam ribu tahun menunggu... Tuan.... Tuan akhirnya kembali " Alpa mengusap air matanya yang menetes.
Disaat Alpa begitu bahagia melihat tuannya yang kembali, Sese hanya menundukkan kepalanya tanpa kata.
" Sudah.... Tidak usah menangis seperti itu Alpa. Dan untuk Sese, apakah kamu masih mengingat siapa aku " Anma menepuk kepala Alpa agar berhenti menangis dan setelahnya bertanya kepada Sese yang hanya terdiam.
" Akhm..... Sese, darakikana sesenama waktitulana kakabi grakalami U kaika " Alpa berbicara pada Sese. (Sese, dia yang disana adalah tuan kita yang menciptakan kita berdua)
" Alpa...? Narkawa grakalami U kaika waktiulana niwaka Arnama? " Sese bertanya mengenai kejelasan tentang Anma ( Alpa? Benarkah yang menciptakan kita berdua adalah tuan yang kamu panggil Anma disana ?)
Merasa bingung akan bahasa dari mereka berdua, Anma memberikan sebuah mantra bahasa kepada Sese agar Sese bisa berbicara seperti alpa serta Sese juga bisa memahami setiap kata yang ia dengar.
" Bukankah itu hampir tujuh ribu tahun lalu? Seharusnya tuan kita kan berada di dalam sana? " Sese kembali bertanya sambil menunjuk ke arah Dungeon Zean yang menghilang.
" Itulah kehebatan tuan kita sese. Kehidupan kita terhubung dengan beliau. Jadi selama beliau tetap hidup maka kita akan hidup. Mungkin karena beliau sudah menemukan inti dari goa itu, goa itu menghilang " Alpa menjelaskan kepada Sese mengenai Anma dan alasan mengenai hilangnya goa itu.
" Eh? Aku masih tidak percaya mengenai itu. " Sese tak percaya bahwa tempat kelahirannya telah menghilang.
" Benar Sese. Bukankah dulu kamu yang pertama memakan makanan yang di berikan tuan Anma dengan lahap " Anma membenarkan apa yang di katakan Alpa sembari mengingatkan Sese mengenai peristiwa pertama dalam hidup Sese setelah ia diciptakan.
" Ah.... Ano.... Tuan.... tuan mengerti perkataan saya? Saya kira hanya Alpa yang dapat berbicara dengan saya. " Sese terkejut mendengar Anma berbicara dengannya.
" Bukankah itu hal yang wajar bagi pencipta kalian untuk mengetahui bahasa kalian? " Anma menjelaskan.
" Hehehe.... Maaf tuan. Seharusnya saya bisa lebih mengingat keberadaan tuan. " Sese menundukkan kepalanya sembari meminta maaf.
Anma merasa sangat bahagia ketika ia bisa melihat kembali Flora, Alpa dan Sese.
" Yosh..... Karena kita telah berkumpul kembali, mari kita rayakan dengan makan bersama. " Anma bangkit dari duduknya sembari mengajak Flora, Sese dan Alpa untuk makan.
Sesampainya di ruang makan, Anma mengeluarkan sebuah tongkat dari telapak tangannya dan setelah nya ia menghentakkan tongkat itu ke tanah yang ia pijak.
Sebuah meja makan kayu yang lapuk dan kotor langsung berubah ketika sebuah lingkaran pentagon berputar di bawah meja itu. Meja makan yang semula bobrok itu pun berubah menjadi meja kayu berlapis silver yang diatasnya langsung muncul berbagai macam makanan yang lezat.
" Ano, ayah.... Dari tadi, Flora merasa penasaran mengenai baju yang ayah pakai. " Flora bertanya setelah ia duduk di kursi sebelah meja makan.
" Oh, ini..... Ini adalah baju buatan ayah sendiri. Apakah ini terlihat layak untuk di pakai? " Jawab Anma sambil menunjuk ke arah baju yang ia pakai.
Baju yang Anma pakai merupakan sebuah baju khas yang biasanya di pakai para alchemist atau ahli pembuat barang sihir. Baju itu memiliki warna dasar putih susu dengan jubah berwarna hitam kecoklatan serta corak bergaris berwarna oranye.
" Saya rasa, itu cukup bagus tuan. " Alpa memuji baju yang Anma pakai.
" Saya pun setuju dengan Alpa tuan. Dari yang saya lihat, tuan seperti penyihir yang sangat hebat. " Sese menambahkan
" Hehehe...... Bukan seperti lagi Sese. Ayah memang penyihir yang hebat. Buktinya, kita bisa ada di sini pun berkat kekuatan dari ayah. " Flora tertawa karena mendengar pujian dari Sese untuk Anma.
" Ya syukurlah kalau baju ini terlihat cocok " Anma tersenyum senang di depan Alpa, Flora dan Sese.
Alpa, Flora dan Sese membalas senyuman Anma dan setelahnya mereka pun mulai memakan makanan yang ada di meja makan.
Di atas meja makan itu, Flora sempat menangis bahagia karna dapat kembali memakan makanan buatan Anma.
" Tuan Anma.... Tuan Anma.... " Seorang memanggil namanya.
" Iya.... Alpa.... " Jawab Anma.
" Anma... Bangun.... Bangun.... " Suara itu semakin keras terdengar di telinganya.
" Akh.... Ternyata tadi cuma mimpi. " Anma mengusap kedua matanya sambil mencoba melihat seorang yang ada di depannya.
" Quinn.....? Kenapa kamu membangunkan ku? " Anma bertanya kepada seorang bernama Quinn.
" Hehehe.... Maaf mengganggumu tidur. Saat ini kita sudah sampai di lantai yang kamu segel " Quinn menjawab.
"Ah...m.... Benarkah...." Anma mengusap matanya untuk melihat Quinn lebih jelas.
" Benar Anma " Jawab Quinn.
Setelah Anma mengusap matanya dan mulai melihat dengan jelas, Anma melompat dari punggung giant golem.
Disaat Anma telah mendarat, Quinn yang tadinya melayang di samping Anma mulai terbang turun menghampirinya.
" Kamu benar Quinn. Kita telah sampai ke lantai yang aku segel. " Anma memegang sebuah dinding sihir yang terbuat dari batu.
" Jadi.... Apakah kamu akan menghancurkannya? " Tanya Quinn.
" Tentu saja Quinn. Di balik dinding ini, aku bisa merasakan kehadiran anak kesayanganku. Flora. " Anma menjawab sambil bersiap untuk menghancurkan.
" Wah senangnya, setelah sekian lama, aku bisa bertemu dengan anakmu yah..... Anma. " Quinn terbang sambil berputar putar karena senang.
Setelah merasa bahwa persiapannya selesai, Anma pun mulai menghancurkan segel serta proteksion yang ia ciptakan.
* Krruuuuuuuutuuuktuktuktuk.........!!Brrruuuuuummmmm..........!!!! * Segel yang Anma buat mulai hancur bersamaan dengan runtuhnya seluruh tembok sihir ciptaannya.
" Yosh..... Arcanest, ayo jalan.... " Perintah Anma kepada Arcanest.
Arcanest adalah makhluk ciptaan Anma yang memiliki bentuk hybrid dengan dasar seekor laba laba dan kura kura dengan bagian tempurung atasnya memiliki bentuk layaknya sebuah gunung dengan beberapa lubang berbentuk goa.
Selain itu, di bagian puncak gunung itu pun terbentuk sebuah kastil kecil yang terbuat dari batuan sihir berkilau berwarna biru muda sebagai tempat Anma tinggal.
" Graaaaaaaamm....... " Arcanest menjawab perintah Anma dan mulai berjalan kembali.
* Swupt... * Anma kembali melompat ke Giant Golem.
" Hey, Quinn.... Berhentilah membuang buang tenagamu dan beristirahatlah. " Anma memanggil Quinn yang terbang tak tentu arah.
" Ya... Baiklah... " Quinn terbang kembali ke arah Anma yang sedang duduk di bagian di balkon kastil.
Setelah Quinn sampai di samping Anma, Quinn langsung merubah tubuhnya menjadi batu rune suci.
" Quinn... Aku kembali berterima kasih kepadamu...." Anma mengangkat rune suci itu dan menatapnya.
" Tidak apa Anma.... Justru aku lah yang seharusnya berterima kasih kepadamu dan anakmu. Jika tidak.... " Jawab Quinn dalm bentuk rune suci.
" Usutsutsutsut..... Untuk sekarang kamu istirahatlah dahulu. Dan jika sudah saatnya nanti, aku akan mengenalkan mu kepada Flora " Anma mengusap rune suci dan setelahnya, ia menyimpan Quinn ke dalam sebuah tongkat yang ia pegang.
Tidak lama setelahnya, mulut goa dari lantai pertama pun mulai terlihat.
" Hyah!!!! Akhirnya!!!! Aku kembali!!!!!" Anma keluar dari dalam goa Dungeon Zean.
" Wah... Senangnya bisa kembali melihat alam yang indah ini " Anma merenggangkan tubuhnya sambil mencoba melihat sekelilingnya.
" Eh......? Ada apa dengan hutan ini? " Anma yang membuka matanya terkejut dengan apa yang ia lihat.
Hutan yang dulunya merupakan tempat yang asri serta hijau alami kini berubah menjadi sebuah hutan yang mengerikan. Pohon pohon yang semula rindang kini berubah menjadi pohon yang kekeringan. Di setiap sela sela pepohonan itu, rumput pemangsa tumbuh dengan lebat serta menjerat batang batang pohon yang kering.
" Grrrraaaaaaaaammmmm........!!!!" Arcanest mengerang karena sesuatu.
" Arc..... Ada apa denganmu....? Tidak biasanya kamu bertingkah seperti ini. " Anma merasa khawatir.
" Grrrrraaaaaaaammmmm.....!!!! " Arcanest menggoyangkan kepalanya ke kiri dan ke kanan serta menghentak hentakkan kakinya.
Merasa bahwa ada hal yang aneh, Anma melompat dari punggung Arcanest untuk melihat apa yang terjadi.
Anma terkejut setelah melihat bahwa rumput pemangsa sedang berusaha menjerat kaki dari Arcanest.
Tidak hanya itu, di saat ia mendarat di atas tanah yang di penuhi rumput pemangsa itu, ia melihat berbagai macam makhluk yang telah membusuk akibat terjerat oleh rumput pemangsa.
" Kasian sekali kamu Arc..... " Anma menatap ke arah Arcanest yang sedang berusaha melepas jeratan rumput itu yang mulai masuk kedalam tubuhnya.
" Arc..... Kembalilah ke wujud asalmu dan beristirahatlah dahulu.... " Anma terbang ke depan kepala Arcanest sambil mengusap kepalanya dengan sebuah perintah.
Arcanest yang semula bergerak penuh kegelisahan akhirnya terdiam setelah Anma mengusap kepalanya. Tidak lama setelah Arcanest tenang, Anma merubah bentuk dari Arcanest menjadi sebuah batu rune dan memasukkannya ke dalam tongkat yang ia pegang.
" Ya ampun!!!. Apa yang terjadi dengan hutan ini " Anma memandang area hutan yang tertutup oleh rumput pemangsa.
Sejauh mata memandang, ia hanya melihat pepohonan yang kurus kering tak berdaun yang terlilit oleh rumput pemangsa.
" Flora, Liah. Semoga kalian baik baik saja " Anma berharap.
* Swugh* Anma mendaratkan dirinya di atas rumput pemangsa yang sangat tebal.
* Brush!!!* Rumput yang Anma pijak tiba tiba amblas.
" Ya ampun.... " Anma terkejut karena rumput yang mulanya ia kira berukuran lima cm justru berukuran seratus lima puluh cm.
Ketika Anma terperosok kedalam rumput itu, rumput rumput itu mulai menjerat dan mencoba melubangi tubuh Anma.
" Dasar Gulma... " Anma menghentakkan tongkatnya ke tanah dengan keras.
* Br......u..........sh!!! * Seluruh rumput pemangsa yang menjerat di sekitarnya hancur dan membentuk sebuah area kosong yang terkepung tembok dari rumput pemangsa.
" Ya ampun.... Sepertinya rumput ini bukan rumput pemangsa yang biasanya. " Anma melihat ke arah rumput pemangsa yang sedang bergerak dengan cepat untuk menutup kembali area yang kosong tadi.
" Apa mungkin ini adalah ulah Flora..... ? " Kata Anma setelah melihat area yang semula sangat luas mulai tertutup kembali dengan rumput pemangsa.
" Cutter... Winds... Shockers..... " Anma merapal mantra pisau angin dan setelahnya ia menghentakkan tongkatnya ke tanah yang ia pijak.
* Sresetsetsetset.........!! Brash.....!!!* Seluruh rumput pemangsa yang mulai mendekat langsung terpotong bersamaan dengan angin yang berhembus dari seluruh sisi tubuh Anma.
Area yang semula di penuhi rumput pemangsa kini berubah menjadi sebuah area yang rata dengan tanah. Begitupun dengan pepohonan dan tubuh hewan yang membusuk ikut terpotong habis tak tersisa.
Setelah rumput pemangsa di sekitarnya terpotong, Anma melihat sebuah rumah kayu yang tidak asing baginya.
" Bukankah itu rumah kayu yang dulu? " Gumam Anma setelah melihat area di sekitarnya.
*" Swugh...... * Anma terbang ke arah rumah kayu.
" Akh.... Benar.... Ini adalah rumah kayu yang dulu.... " Anma memegang tembok dari rumah kayu.
Yakin bahwa rumah kayu itu adalah rumah kayu yang dulu di buat oleh para demi human, Anma pun mulai mengintip di sela sela lubang rumah kayu untuk melihat apakah ada seseorang di dalamnya.
" Crac..... " Sebuah bola mata tiba tiba menatap Anma dari balik tembok kayu itu.
Merasa bahwa mereka yang di dalam rumah kayu adalah ancaman, Anma pun mulai bersiap untuk sebuah pertarungan.
Ketika sesuatu mulai berusaha keluar dari rumah kayu itu, Anma mengacungkan tongkat yang ia pegang ke arah pintu rumah kayu.
" Crawl....... " Sosok monster tumbuhan keluar dari dalam rumah kayu dan mencoba menyerang Anma.
* Ting....!!! Buuuumm......!!!!!! * Tubuh monster itu bersentuhan dengan ujung tongkat yang Anma pegang dan setelahnya tubuh monster itu meledak bersamaan dengan hancurnya rumah kayu tadi.
" Ya ampun.... Ternyata tidak ada seorangpun di dalam rumah kayu ini. " Anma terduduk lemas setelah melihat bahwa rumah kayu tadi benar benar kosong.
Merasa terpukul atas apa yang ia lihat, Anma terduduk sembari memikirkan apa yang telah terjadi pada Flora dan lainnya.
* Tbluk..... * Sebuah kepala jatuh dari langit dan menghantam tanah dan menarik perhatiannya.
" Sepertinya hanya monster ini saja yang hidup dalam rumah kayu ini " Anma mengambil kepala monster itu dengan menggunakan sihirnya.
* Sugh.... * Kepala monster yang tadinya berada cukup jauh dari jangkauan Anma, kini telah menempel di telapak tangannya.
Setelah melihat wajah monster tadi, Anma terdiam tanpa kata. Tatapan matanya terus menatap ke arah wajah dari sebuah kepala. Perlahan, sebuah air mata mulai mengalir keluar dari matanya. Dengan tangan yang gemetaran, ia memeluk kepala itu sembari memanggil nama anak kesayangan nya.
" Flora..... Flora..... Flora.....!! " Anma menangis sambil memeluk sebuah kepala.
"Flora.... Flora....!!! " Ia terus menangis sembari memanggil nama anak kesayangannya.
Ia terus menyesali perbuatanya yang tanpa sengaja telah membuat Flora tiada. Ia memeluk kepala itu sembari beberapa kali mengusapnya untuk melepas kerinduannya. Dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipi, ia terus menangisi kepergian Flora akibat salahnya sendiri.
" Flora.... Semoga kamu bisa tenang di alam sana. " Ucapnya sembari memeluk kepala dari Flora untuk yang terakhir kalinya.
Anma yang tidak menerima kenyataan bahwa Flora terbunuh dengan tangannya sendiri mulai bersiap untuk sebuah ritual pembangkitan. Dengan mengeluarkan berbagai macam benda dan menaruhnya melingkar di sekitar kepala Flora dan setelah sebuah mantra selesai diucap olehnya, sebuah lingkaran pentagon sihir berwarna merah darah mulai terbentuk.
Ketika lingkaran merah itu mulai berputar dan menelan kepala Flora dan benda benda yang telah disusunnya tadi. Benda benda itu mulai melebur sebelum akhirnya menyatu menjadi sebuah tubuh seorang wanita.
Untuk kedua kalinya, Anma menarik kembali jiwa dan raga Flora dari alam lain untuk membuat Flora kembali hidup dengan tubuh dan ingatan yang sama seperti sebelumnya.
Anma memangku tubuh milik Flora yang belum bernyawa sambil sesekali memeluk tubuh itu dengan sebuah harapan bahwa jiwa, raga dan ingatannya bisa menyatu kedalam tubuh yang itu.
" Flora.... Bangunlah sayang.... A...ayah sudah kembali...." Anma membisikan sebuah kata di telinga kanan Flora.
Tidak lama setelahnya, tubuh Flora mulai ditutupi oleh berbagai macam akar tumbuh tumbuhan yang keluar dari bawah tanah yang Anma pijak
" Flora........ Ayah mohon.... kembalilah.... " Anma mempererat pelukannya karena takut bahwa ritualnya tidak berhasil dan mengakibatkan tubuh Flora akan menghilang.
Perlahan tapi pasti, ikatan dari akar dan tubuh tumbuhan tadi mulai menutupi seluruh tubuh Flora beserta tubuh Anma yang memeluknya.
" Flora.......!!!! " Anma berteriak ketika matanya mulai tertutup oleh akar tumbuhan.
Dalam keadaan cemas, Anma berharap dan terus berharap agar ritualnya berhasil.
" Owa...... Owa..... Owa..... " Sebuah tangisan bayi tiba tiba terdengar dari keheningan yang semula Anma rasakan.
Ketika Anma mencoba menarik akar tumbuhan yang menghalangi pandangannya dari tubuh Flora, akar tumbuhan itu menyusut dengan cepat dan masuk kedalam tubuh seorang bayi yang ada di atas pangkuan nya.
" Bayi....? Apa mungkin? " Anma terheran heran karena tubuh Flora berubah menjadi bayi.
" Owa...... Owa..... Owa..... " Bayi itu terus menangis.
Mendengar sebuah tangisan itu, Quinn keluar dari tongkat milik Anma dan mencoba melihat bayi siapa yang sedang menangis.
" Ara.... Ara... Anma..... Siapakah bayi manis ini...? " Quinn bertanya kepada Anma sambil memainkan pipi bayi yang tembam itu.
" Awh..... " Bayi itu terdiam saat Quinn memegang tangannya.
" Ah...... Manisnya.... " Quinn kegirangan karena melihat bayi yang sangat imut.
" Quinn..... Tenangkan dirimu. " Anma langsung memeluk bayi itu sambil meminta Quinn untuk mengendalikan dirinya.
" E......? Ya ampun... Anma.... Aku kan masih ingin bermain dengannya " Quinn menunjukkan ekspresi kesal.
" Quinn.....?! " Anma memanggil Quinn dengan nada yang mulai meninggi.
" Ya, baiklah... Aku minta maaf... " Quinn tertunduk dan meminta maaf kepada Anma.
Melihat Quinn mulai terlihat tenang, Anma mulai memperhatikan kembali bayi yang ia pegang. Ia mengangkat bayi itu dan menatapnya penasaran.
" Awawa...... Awh...? " Bayi itu berusaha berbicara dengan Anma sembari berusaha memegang wajahnya.
" Em......h..... Gemasnya " Quinn kegirangan.
" Apa mungkin ini Flora? Tapi kenapa berubah menjadi bayi? Hm....... Apa mungkin kedua dunia mulai berjauhan dan menyebabkan hal ini terjadi.....? " Anma memainkan jari telunjuknya ke tangan bayi itu sembari berfikir mengenai kemungkinan bahwa hukum dalam dunia game mulai memudar.
" Anma... Anma... Anma... Biarkan aku mememeluknya...... " Quinn meminta.
Tanpa adanya jawaban dari Anma uang sedang melamun, Quinn langsung mengambil bayi Flora dan memeluk nya.
" Awawa...... " Bayi itu mulai memberontak ketika Quinn memeluknya.
" Berhati hatilah Quinn.... " Anma mencoba merebut kembali bayi Flora.
" Ah.... Manisnya.... Hucuhucuhucu..... " Quinn berusaha menghibur bayi itu agar tidak menangis.
Anma menatap ke arah Quinn yang sedang sibuk bermain main dengan bayi itu. Di saat yang sama, Anma juga berfikir berfikir mengenai apa yang seharusnya ia lakukan terhadap bayi itu. Anma terkejut dalam lamunannya ketika bayi itu mulai menangis.
Quinn terus berusaha menghibur bayi itu dengan berbagai cara mulai dari membuat sesuatu dari sihir miliknya maupun melakukan hal hal konyol agar bayi itu berhenti menangis.
Quinn yang bingung mengenai apa yang akan ia lakukan untuk menghibur bayi itu, Quinn langsung menyerahkannya kepada Anma.
" Anma.... Tolong..... " Quinn menyerahkan bayi itu kepada Anma dan setelahnya Quinn bersembunyi ke dalam tongkat Anma.
" Ya ampun.... Quinn...... Awas saja nanti... " Anma memperingatkan Quinn untuk sesuatu.
" Anma.... Maaf.... " Quinn menjawab dari dalam tongkat.
" Owa...... Owa..... Owa..... " Bayi itu menangis semakin keras.
" He.......eh. Hey bayi.... ? Kenapa kamu menangis? Apakah kamu lapar? " Anma berbicara kepada bayi itu.
" Howa..... Owa...... Owa..... Owa..... " Bayi itu terus menangis dan sesekali memberontak dari tangan Anma.
Anma yang belum pernah mengurus bayi sekali pun hanya bisa kebingungan menghadapi situasi ini. Tidak lama setelahnya Anma menemukan sebuah ide dan langsung menggunakan ide itu untuk membuat bayi itu tenang.
" Semoga berhasil. Memorial......... Transfer...... *Bam......* " Anma menghantamkan dahinya ke dahi bayi yang ia pegang untuk mengirimkan seluruh ingatan bersama Flora ketika dunia masih berupa game.
Bayi tadi sempat menatap Anma sesaat sebelum akhirnya bayi itu menangis lebih keras dari sebelumnya.
Tangisan bayi yang sangat keras membuat seorang menghampiri Anma.
" Ano.... Maaf tuan. Apakah itu bayi anda? " Seorang petualang berpakaian ranger keluar dari semak semak.
" Ah... Iya.. Maaf.... Apakah tangisannya membuat tuan terganggu " Anma memandang petualang itu sambil berusaha membuat bayi Flora tenang.
" Tidak... Tidak... Tangisannya tidak membuatku terganggu. Hanya saja, saya merasa khawatir tentang bayi itu. " Jawab ranger itu.
" Syukurlah kalau begitu. Ano.... Apa yang membuatmu khawatir mengenai bayi ini? " Tanya Anma kepada ranger itu.
" Yah... Itu.... Terdapat benjolan di dahinya. Dan lagi... Sepertinya dia sedang berusaha meminta sesuatu. " Ranger itu mulai mendekati Anma.
" Ah.... Iya... Kamu benar mengenai benjolan ini. *scring* " Anma menekan benjolan tadi agar bayi Flora berhenti menangis.
" Oah.... Ternyata seorang wanita. " Anma bergumam di saat wanita itu mendekat.
Dilihat sekilas dari kejauhan, wanita itu memakai ikat kepala berwarna merah kecoklatan dengan rambut yang di potong pendek. Memakai pakaian pendek berwarna merah lebih terang dengan zirah kulit yang melindunginya. Wanita itu juga memakai sepatu kulit dengan celana peanjang kulit yang disampingnya tergantung sebuah pedang pendek di sisis kanan dan kirinya. Namun setelah Wanita itu mendekat, ia sempat berfikir bahwa dia adalah Riz yang telah berganti baju. Tapi setelah di lihat lebih sesksama, rambut dari wanita itu berwarna kuning kemerahan.
" Aduh... Cantiknya.... " Ranger itu terpesona oleh kecantikan dari bayi Flora.
" Wawawa..... Owa... Owa....." Bayi Flora merespon Ranger itu dan kembali menangis.
" Yosh... Yosh... Yosh.... Tak apa sayang.... " Anma mengusap dahi bayi Flora dan setelahnya memeluknya sesaat.
" Sepertinya dia hanya mengantuk. " Ranger itu mengintip wajah bayo Flora yang mulai tertidur.
" Ano... Tuan... Apa yang terjadi dengan bayi tuan tadi? " Tanya Ranger itu pada Anma.
" Saat aku sedang mencoba membuat tenda, seekor lebah tiba tiba menyengat nya. Dan membuatnya menangis. " Anma mencari alasan.
Meski sempat ragu dengan alasan Anma, Ranger itu akhirnya percaya apa yang di ucapkan Anma dan setelahnya mereka saling memperkenalkan diri.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!