Pagi dalam sebuah pondokan terpencil di antara rerimbunan pepohonan pinus hitam, holm oaks dan beberapa minoritas sycamore menghijau, satu sosok bergulung masih terbelenggu kehangatan selimut berbulu. Irishak Bella menggeliat di atas pembaringan, terbangun oleh gonggongan kecil dan goresan cakar-cakar pelan di pintu kamar tidurnya. Udara cukup dingin mungkin 13 derajat Celcius, mungkin 12 derajat, meskipun matahari musim panas bersinar cerah jauh di atas bumi.
Turun dari ranjang, Irishak sempat menoleh pada sisi ranjang yang kosong. Sebuah perasaan terselip di balik relung hati. Ia sukai pagi, saat temukan dirinya dikalungi lengan-lengan primitif seseorang. And someone on her mind adalah pria yang telah lakukan begitu banyak tindak pidana padanya. Argumentasikan murka lantaran Irishak menyulitkan keluarganya, si pria merampas kesucian Irishak, menyekap dan menyanderanya. Setelah kucing-kucingan dengan si pria, Irish temukan, ia pasrah di bawah kendali Hellton Pascalito. Ia selalu berlari dan Hellton akan dengan senang hati mengejarnya, pria itu bahkan berburu dari depan.
Mengibas pikiran sesat di kepala, Irishak segera bangkit dari ranjang bertepatan dengan perutnya yang mulai keroncongan. Mengintip sejenak keluar, ia bisa menghirup aroma blueberry liar dari dalam hutan. Beberapa hari ini, ia sering masuk ke dalam hutan, memetik buah-buah liar yang menjalar di antara guguran jarum cokelat Pinus dan tanaman pakis. Sungguh aneh, penciumannya meningkat tajam. Buka sedikit jendela ruang tidur, Irishak merangkum udara bersih dan segar dari jarum-jarum, kulit kayu; seluruh tubuh pohon Pinus. Mengambil efek keuntungan untuk dirinya sendiri, ia bersua pada kedamaian sejati. Langkahnya kemudian terseret-seret menuju pintu dapati lambung tak ingin udara segar hanya ingin segera meremas sesuatu yang lezat.
"Buddy!" seru Irish gembira ketika pintu terbuka.
Labrador Retriever warna broken white berjinjit di atas kaki-kaki langsing tetapi kokoh, menyalak girang menyambutnya seakan ucapkan selamat pagi.
Guk Guk Guk!
"Hei, Buddy!" Irish ladeni si anjing. Mengelus kepala Buddy dengan senyuman gemas. "Well, aku bangun kesiangan!" kata Irish.
Kemudian malas-malasan pergi ke westafel kamar mandi yang sederhana, mencuci tangan, menyikat gigi dan basuh wajah. Abaikan perut yang menggiling angin, ia amati wajah di cermin. Tanpa cream pelembab wajah dan serum, kulit wajahnya berubah kusam.
"Memangnya ada orang masih berpikir tentang perawatan wajah saat mereka sedang dalam pelarian dan diburu mafia satu negara?" tanya Irish, bicara cepat pada diri sendiri dalam satu tarikan napas. "Kamu masih bernapas, you are so so lucky!"
Ia kemudian ke dapur keluarkan pan dan mulai mengaduk telur dalam mangkuk, rindukan Ibunya.
Dan .... Mengulas senyuman tipis.
Lupakan!
"Aku ingin daging. Apa kau juga, Buddy?" tanya Irish kemudian mengerut. Si anjing tiba-tiba tak terlihat padahal belum sampai lima menit, Buddy mengitarinya sambil kibaskan ekor. Sesuatu pasti menarik perhatian Buddy, entah musang atau kucing hutan.
Irishak Bella ..., berkutat dalam aroma omelet dan roti panggang, kemudian merebus daging sapi, tak sadari bahaya sedang merayap dengan pelan, datangi dirinya. Beberapa orang asing dekati pondokan, tempat ia disembunyikan Hellton Pascalito. Di awal, ia disembunyikan di peternakan sapi Hellton lalu berpindah ke apartemen bawah tanah kembali ke peternakan. Seminggu lalu, Hellton membawanya ke pondokan di tengah hutan luas sebelum pria itu pergi. Ia tiba-tiba rindukan suara berat Hellton Pascalito.
"Irishak Bella, apa kabarmu?”
Bukan suara Hellton tetapi suara seorang wanita asing. Tak ada suara anjing menyalak, tak ada bunyi mencurigakan, tanpa peringatan. Irishak segera berbalik cepat oleh sapaan tak bersahabat. Nama disebut, Irish temukan orang-orang bertopeng acungkan senjata padanya. Irish terpaku di tempat sedang panci berisi daging meletup-letup di belakangnya.
“Siapa kalian?" tanya Irishak tanpa rasa takut. Meski sadar penuh kehidupannya mungkin telah berakhir sekeras apapun Hellton Pascalito sembunyikan dirinya, ia akhirnya ketahuan juga; Irish terlihat tak takut.
"Wah wah wah, lihatlah wanita ini! Angkuhnya terpelihara dengan baik sekalipun ia akan mati hari ini," ujar si wanita.
"Kita semua akan mati," sahut Irish.
"Kau benar sekali. Aku putuskan kau lebih dulu pergi ke neraka tetapi setelah kau beritahu aku sebuah rahasia!"
"Apa yang ingin kau ketahui?" tanya Irishak menatap lurus pada wanita bertopeng.
"Sesuatu yang sangat rahasia dari tempat ini? Dalam ruangan ini? Jika kau beritahu aku, kita bisa lihat seberapa banyak nyawamu akan terselamatkan," kata si wanita sambil edarkan pandangan ke sekeliling dapur yang tak seberapa luas dengan banyak peralatan memasak kuno.
Irish tampak berpikir sebelum menjawab, sapukan pandangan sekeliling, mengulur waktu berharap si Iblis datang dengan sayap-sayap amarah, selamatkan dirinya.
"Mungkin perapian. Meskipun cuaca berubah sangat dingin, pemilik pondokan ini tak pernah nyalakan api," sahut Irish.
"Terima kasih ... senang berjumpa denganmu, Irish! Aku akan mencari sendiri!"
Sebuah tembakan meletus dari senjata salah seorang di antara mereka, mendarat di leher Irishak. Ia merasa seakan tertusuk lemparan jarum tajam. Irish refleks pegangi lehernya, dapati sebuah benda di sana. Ia segera mencabut benda itu dari lehernya, sebuah peluru bius. Tatapan nanar, beberapa detik berselang, tubuh limbung oleh pening. Ia merasa sedikit melayang lantas mulai hilang sadar. Tubuh segera luruh perlahan ke lantai bahkan tangan tak punya kekuatan pegangi meja dapur.
Dari antara penopang meja dapur, mata-mata masih terbeliak oleh shock. Seseorang lemparkan tubuh Buddy, si anjing penjaga milik Hellton yang ditinggalkan untuk menemaninya. Buddy jatuh gedebuk bersimbah darah, tergeletak mengerang kesakitan. Dua kaki depan mengais bergantian tanpa tenaga seakan minta tolong. Irish berusaha merayap ke arah Buddy dengan sisa-sisa kesadaran. Sungguh sangat kejam ketika sebuah tangan berbelati tajam menikam si anjing yang bernapas satu-satu menderita luka tembak dan banyak luka tusukan. Irish mengingat tangan itu, bertato sederhana di punggung tangan; enam segitiga mengelilingi sebuah bulatan. Tanpa sarung tangan, Hellton Pascalito akan temukan mereka. Tetapi, di mana pria itu?
Orang-orang itu lantas bergerak cepat, mencari-cari, memeriksa sesuatu. Irish tak peduli.
"Hei Bu ... ddy!" panggil Irish pelan. Mata si anjing menatapnya sendu, di antara erangan sekarat, teteskan butiran air bening dari salah satu sudut mata. Tatapan Buddy meredup sebelum perlahan terpejam rapat. Irish saksikan peristiwa na'as itu, menahan sesak dalam dadanya. Tubuh Buddy meregang, dua tarikan napas panjang sebelum berhenti bernapas. Hati Irish tersayat-sayat, kesedihan gerogoti dirinya. Mungkin hanya seekor anjing, seekor binatang, tetapi Buddy adalah sahabatnya. Irish berhasil pegangi salah satu kaki Buddy, sekuat tenaga menarik si anjing padanya. Tubuh Buddy masih hangat tetapi dalam hitungan jam akan segera kaku. Irish ingin muntah. Ia seolah melihat akhir dari dirinya sendiri.
Buddy ....
Harusnya mereka sarapan omelet, roti panggang juga daging sapi. Aroma makanan berganti aroma darah. Harusnya setelah sarapan, mereka jelajahi hutan dan memetik blueberry liar.
Buddy ... di mana Tuan-mu?!
Mata Irishak tertutup. Dunianya berubah gelap gulita.
***
Mohon Dukungannya ya ....
Kirimkan aku Vote, Like, Komentar dan sejumlah hal yang dibutuhkan agar The Secret Woman of Mafia semakin populer.
Aku mencintai Kalian, Readers....
Berangsur siuman, pandangan buram Irishak Bella terbentur tubuh Buddy. Anjing itu terbaring tak jauh darinya. Irishak rasakan kaki juga tangan terikat erat pada kursi dapur. Tak berusaha meronta sebab tubuh sangat lemas, terlebih ngilu dan perih hampir di seluruh wajah. Tak diragukan lagi, saat tak sadarkan diri, ia telah dipukuli dengan brutal. Mungkin ditampar atau ditinju berulang kali untuk pulihkan kesadarannya. Dari pantulan kaca oven tua di dapur, agak kabur tapi dipastikan wajahnya babak belur, berubah bengkak dalam hitungan menit. Makin diperhatikan ia tampak seperti sepotong daging membusuk akibat kelamaan direndam dalam air.
Indera pendengarannya dengan jelas menangkap suara-suara di sekitarnya. Si wanita yang menganiaya dirinya diketahui bernama Rose, Irish tak yakin itu nama asli si wanita. Si Rose berseru penuh tekanan dari balik topeng.
"Jangan tinggalkan jejak, iblis itu akan habisi kita jika kita ketahuan! Bersyukurlah Bodoh, dia tak pasang CCTV di pondokan ini!"
"Si Iblis yang lalai. Mungkin pikirnya, tempat ini tak akan ditemukan!"
"Dia bahkan tak menaruh sniper seperti biasa."
"Dia hanya pecundang!"
"Jaga mulutmu, Idiot!" maki Rose tersinggung. "Jika dia Pecundang, kita tak akan kesulitan berurusan dengannya! Akan mudah saja bagimu hancurkan dia!"
"Hei hei hei! Berhenti bertengkar!" tegur si pria dengan tato bulan segitiga. "Wanitamu sudah bangun, Rose," ujarnya lagi ketika menoleh pada Irish, dapati Irish sedang tersenyum sinis pada mereka.
Rose bergerak cepat ke arah Iris, tumit sepatu boot-nya berdetak di lantai kayu.
"Irishak, bekerja samalah! Beritahu aku berapa kode brangkas di sebelah sana?!" tanya Rose membungkuk. Wajah mereka sejajar. Irish berpaling ke arah yang dimaksud.
"Aku tidak tahu ...," sahut Irish menggeleng, "benda itu bukan milikku!"
Tanpa diduga-duga.
Plaaakkk ... Plakkkk ... Telapak tangan si wanita mendarat keras di pipi Irish.
Irish mengerang kesakitan. Rasakan sesuatu dari sudut mata mengalir turun ke pipi. Tak sedikit cairan nodai bola mata hingga ia kerjab-kerjabkan mata susah payah menahan pedih. Rambutnya kemudian dicengkeram kuat, dipaksa mendongak hingga matanya dan mata Rose bertemu. Pupil sempurna sangat indah, cokelat terang dan besar dengan tatapan sangat tegas, menikam mata Irish yang menahan kontaminasi cairan darah dalam kelopak matanya.
"Kau pasti tahu, Irishak! Berikan kode brangkasnya pada-ku, aku akan kasihani nyawamu!"
"Bullshit!" maki Irish meludah ke wajah Rose, napas terpatah-patah. Tindakan Irish picu amarah si Rose setara ledakan petasan.
Plaaakkk ... Plaakkk ... tempelengan bolak balik. Lehernya kemudian dicekik kuat sebelum dihajar kepalan satu tangan bertubi-tubi bahkan Rose sangat gregetan menyiksa Irish. Wanita itu satukan dua tangan, layangkan pukulan keras hingga Irish dan kursinya terpelanting ke lantai. Seakan tak buat ia puas, Irish masih ditarik kasar kembali ke posisi semula. Rose berbalik mengambil pisau pemotong daging yang dilihatnya di atas meja dapur, yang digunakan Irish untuk memotong daging. Kilatan pada plat besi terasah sangat tajam berkilau diterpa cahaya, membuat jantung Irish berdegup kencang.
"Kau akan beritahu aku, atau aku akan mencincangmu, masukan dalam panci dan berikan potongan tubuhmu pada kekasih keparatmu itu," ancam Rose.
Irish mengulas senyuman di atas bibir-bibir yang pecah.
"Lakukan saja, ja***g! Lakukan sebelum dia datang dan menghancurkanmu! Kamu akan lihat kemarahannya," balas Irish mengejek, darah bercampur ludah mengalir dari bibirnya.
Mengumpat panjang.
Si Rose geram sendiri hadapi tingkah Irish yang tidak mau turuti kehendaknya dan malah bertingkah menyebalkan. Rose mengangkat plat tipis pisau daging menampar pipi Irish kuat hingga Irish rasakan gigi-gigi seakan copot dari gusi. Ia menahan erangan di bibir. Luka di bibir bertambah lebar. Si Rose berubah tak sabaran. Peringai mulai gelisah. Ia mondar-mandir apalagi pria di depan brangkas belum sukses pecahkan kode keamanan brankas. Si wanita meraih tangan Irishak yang terikat dan bersiap akan memotong tangan kanan Irish dengan pisau dapur.
"Jangan gegabah, Rose!"
"Arggggghhh ... tu puta madre! f**k! f**k!" Sumpah serapah keluar dari mulut si Rose, ia mencengkeram gagang pisau makin kuat.
"Dia mungkin tak tahu! Si iblis mungkin hanya tidur dengannya tanpa beritahu wanita ini rahasia! Bukankah kau mengenal Iblis itu dengan baik?" Suara pria di depan oven yang dipanggil Idiot oleh Rose. Tangan si Idiot terus mengutak-atik sebuah brankas di belakang oven lama dalam dapur itu, bolak-balik meniup serbuk pada angka-angka di brankas seakan mencari tahu angka mana yang paling sering muncul. Irish tak pernah tahu ada benda besi canggih di belakang oven tua yang kusam. Pondokan dan Hellton Pascalito benar-benar misteri dalam hidupnya.
"Ja***ng ini menguji kesabaranku! Percuma saja. Kita apakan dia?" tanya si wanita.
"Seperti yang kau inginkan, Rose! Cincang dia seukuran daging sapi lalu rebus saja dia dalam panci! Si Iblis tak akan sadari saat ia menyantap sup berisi potongan tubuh kekasihnya!" jawab seseorang lain yang sedari tadi diam, mengintai keadaan sekitar dari jendela kaca dapur. Pria yang menikam Buddy.
"Kita juga akan kirimkan sup istimewa pada Ibunya," saran si pria di depan tirai jendela lagi.
"Ibunya?!" Rose terdengar bersemangat. "Hubungi Ghost, bunuh Ibu Irishak Bella. Racuni wanita itu, lakukan tanpa tinggalkan jejak. Sekarang!
Irish tahu mereka hanya mengancamnya. Ia hanya terdiam, lagipula ia benar-benar tak punya kekuatan bahkan saat ia bersuara, tenggorokannya seakan terpotong bagi dua.
"Per ... cuma saja. A ... ku tak ta ... hu apapun!"
"Shut up! Lihat ini? Kamu lihat, Irish?"
Si wanita perbesar layar ponsel, menarik wajah Irish yang memar hingga sedikit terangkat dan perlihatkan video. Ibunya duduk tercenung, di toko roti, tempat favorit mereka seakan menunggunya datang. Tak ingin terpancing Irish mengumpat tanpa suara pada wanita di depannya.
"Perra!" (ja*****Ng) "¡Vete a la chingada!" (persetan denganmu).
"Apa kau ingin Ibumu berakhir seperti Ayahmu? Diracuni diam-diam? Ah tidak, matinya terlalu mudah. Bagaimana kalau kita mengikat tubuhnya dalam mobil dan mendorongnya ke sungai? Atau menculiknya dan merendamnya dalam tong asam hingga kulit tubuhnya terangkat?"
"Yang terakhir, lebih seru!"
Mereka psikopat.
"Jangan sentuh Ibuku!" desis Irish geram.
Si wanita tersenyum senang karena berhasil buat Irishak melemah.
"Baiklah. Bekerja samalah Irish!"
"17071997."
Irish berikan sandi, hanya menerka. Hellton gunakan tanggal lahir Irish untuk sekuriti kode di apartemen pria itu. Mungkinkah Hellton terapkan hal yang sama? Apakah Hellton akan mengampuninya? Rahasia pria itu mungkin terbongkar, tetapi Irish tak bisa korbankan ibunya.
"No access! She lie!"
"Sialan kau, jangan menguji kesabaranku!" guman si wanita kehilangan akal sehat menendang bangku Irish kuat hingga terlempar. Secepat kilat datangi Irish yang hampir mati lemas kemudian menendang Irish dengan kesal.
Uhuk uhuk uhuk ... Irish terbatuk. Darah mengucur dari bibirnya.
"Bunuh saja Ibunya!" jerit si Rose semakin menjadi-jadi, hilang ketenangan. Berbalik pada Irish. "Setelah Ibumu lalu giliranmu!"
Ia keluarkan sesuatu dari dalam saku jaket hitamnya kemudian menghirup serbuk putih itu dengan tangan-tangan gemetar. Seketika pejamkan mata dan kembali rileks.
"Kau idiot ...," keluh Irish merasa sesak napas. Mengapa Iblis Terkutuk itu tidak datang untuk selamatkan dirinya? Ia perlahan mulai tenggelam dalam kesedihan.
"Ya, aku idiot. Aku menganiaya istri kekasihmu tadi pagi dan biarkan dia sibuk dengannya sebelum datang kemari." Si wanita kembali menghirup obat terlarang. "Kau menunggunya Irish?! Dia tak akan datang!"
"Mantan istri!" Meskipun babak belur dihajar Irish masih bisa bicara dengan nada mengejek.
Si wanita tertawa sumbang, "Itu yang dia katakan padamu? Mantan istri? Persetan, mereka belum bercerai dan pria itu terlalu lemah jika berurusan dengan si mantan istri meskipun wanita itu berkhianat!"
Si wanita kembalikan si bubuk putih ke dalam saku jaketnya. Ia menarik rambut Irish agar bangkit.
Irish berusaha sekuat tenaga tak meringis atau mengerang kesakitan atau si psikopat akan menggila.
"Ini terakhir kali ... kau mau beritahu aku?"
"Go to the hell!" maki Irish.
Bug Bug ....
"Hentikan Rose! Bawa dia kemari!" Si Idiot beri perintah.
"Kau berhasil?"
"Ya, keamanan tingkat pertama. Masih ada sandi masuk lagi! Biarkan dia yang lakukan untuk kita!"
Rose dan si pria bertato segera lepaskan ikatan Irishak dan menyeret Irish ke depan brangkas. Tangannya kemudian dituntun untuk menekan angka pada brangkas.
1121SH4K
Klekk ....
Irish tertegun. Kode brangkas itu adalah kombinasi angka dan huruf, namanya. Irishak menjadi semakin sedih. Mereka mendorong Irish menjauh saat pintu brangkas terbuka hingga Irish terjatuh ke lantai.
"Tamatlah kau, Iblis!" seru si Pria bertato dan ketiganya saling pandang melihat isi dalam brangkas.
"Bagaimana dengan wanita ini?!" tanya Si Bodoh.
"Urusanmu! Bunuh saja dia!"
***
Well ...
Aku menunggu Vote darimu. Please jangan lupa kasih Rate ya! Yang ada tanda bintang lima. Makasih atas bantuanmu, Readers. Membungkuk.
Ja'o Mora Ne'e Miu (Aku mencintaimu)....
Seminggu lalu ....
"Kemana kau akan bawa aku, Hellton?"
Pria di sisi Irishak Bella, Hellton Pascalito tak menjawab. Padanan dari sikap tertutup, ekspresi datar, seolah tidak acuh, pertegas kesan angkuh karakter pria itu seakan secara alamiah memang terlahir untuk sulit ditebak dan penuh rahasia. Komposisi rahang kaum Adam sejati, janggut tebal mengelap dan gaya rambut klasik semakin perkuat karakter misterius Hellton Pascalito.
Irishak berdecak frustasi ..., siapa pria ini sebenarnya?
Berhari-hari bersama Hellton sejak disandera bahkan berbagi ranjang, Irish masih tak tahu informasi detil identitas Hellton kecuali pria itu adik sepupu seorang mafia queen, Salsa Diomanta. Irishak memburu aktivitas para mafia, ia berikan bantuan pada pemerintah untuk bersihkan negara dari perdagangan manusia, penyelundupan anak, prostitusi keji, pengedaran obatan terlarang; ia malah jadi buronan para penjahat satu negara.
Adu nyali, Irish lalu ajukan diri jadi saksi bersama bukti-bukti yang telah ia kumpulkan selama bertahun-tahun lantas secara resmi berada di bawah perlindungan negara. Namun, sayang sekali, beberapa polisi korup dengan sengaja longgarkan pengamanan padanya, who know's, mungkin perbuatan walikota. Kakak walikota adalah pemimpin tertinggi, Capo Tua, dalam organisasi Mafia. Irish hanya bisa menduga-duga. Ia lantas jatuh dari tangan satu mafia ke tangan lainnya, kabur-kaburan dari amarah para penjahat yang terganggu. Mula-mula ia minta pertolongan Elgio Durante saat tak sengaja diselamatkan pria itu. Tuan Durante adalah seorang pengusaha yang pada awalnya sama sepertinya, memburu mafia. Namun, pria itu kemudian berhenti mengejar Mafia setelah menikahi Puteri Salsa Diomanta. Adik perempuan Tuan Durante juga menikahi Lucky Luciano, seorang mafia, menambah daftar panjang alasan Elgio Durante untuk berhenti.
Irish lega untuk sementara waktu ketika wali Durante, Tuan Abner Luiz, sembunyikan dirinya di laboratorium pribadi mereka. Namun, Hellton Pascalito temukan cara untuk sudutkan Elgio Durante gunakan Aruhi hingga Elgio Durante serahkan dirinya pada Hellton. Di sanalah bermula.
"Kau tak akan beritahu aku?" tanya Irishak melirik pria di sebelahnya. Bahkan saat mereka bercinta pria itu tak bersuara. "Mengapa susah memulai percakapan denganku?"
Irish mendengus kesal sendiri dapati Hellton sama sekali tampak tak menggubrisnya hanya hembuskan napas kasar sebagai jawaban; terus saja mengemudi tenang di atas wajah-wajah angkuh.
Mereka berkendara menuju suatu tempat, melalui jalanan terjal mengarah pada sebuah pegunungan. Pepohonan pinus hitam menjulang ke angkasa, sesekali cemara putih terlihat di bibir jalan. Udara menjadi semakin dingin. Entah berapa lama. Irish berhenti bertanya. Empat jam perjalanan dan Irish jatuh bangun dalam tidur, bangun lagi lalu kembali tertidur. Hanya itu yang bisa ia lakukan sementara kepalanya terasa pening. Ia mulai mual-mual. Saat ia tersadar tubuhnya sedang diselimuti. Kepalanya diatur agar nyaman lalu dilingkari syal.
Ketika mata mereka bertemu, Irish melihat kesunyian dalam mata pria itu. Tersesat dalam waktu, seakan percaya mereka bisa dekat tetapi hanya sekejab, Hellton kembali menarik diri, tak ingin dijangkau. Irish berpikir ia sendiri tak ingin menggapai.
Irish melihat dirinya dalam diri Hellton. Jadi, mereka hanyalah dua garis sejajar. Sejauh apapun ditarik tak akan pernah bertemu kecuali ada garis penghubung.
Mobil kemudian masuk ke sebuah jalanan berumput. Buddy, anjing penjaga milik Hellton di bangku belakang tampak berbaring dengan tenang. Sikapnya sama seperti tuannya, acuh tak acuh. Namun, saat Irish tawari biskuit, Buddy kibaskan ekor, gembira dapat camilan. Mereka memulai persahabatan yang manis.
Sebuah atap pondokan terlihat di puncak bukit bersanding dengan pucuk-pucuk sycamore di antara para Pinus yang dominan, menikmati jadi minoritas. Musim panas seolah tak mempan menguji kegigihan akarnya mencari minuman, daunnya hijau dan rimbun. Atau karena perbukitan itu cukup lembab, banyak mengandung nutrisi yang dibutuhkan si pohon? Ada banyak cinta?
"Kamu akan bersembunyi di sini, Irish," kata Hellton pecahkan lamunannya yang melompat-lompat dalam pikirannya. Akhirnya pria itu bicara setelah jam-jam panjang hanya membisu. Itupun dengan nada pelan nyaris berguman.
Hunian itu terlalu megah disebut bungalow ... vila ... tetapi terlalu istimewa untuk disebut pondok. Rumah kecil dengan fitur pondok berburu terlihat sangat mengesankan, terbuat dari kayu gelondongan yang di desain sedemikian rupa dengan latar belakang lanskap hutan Pinus dan barisan perbukitan yang tenang.
"Baiklah, berapa lama?" tanya Irish lebih pada diri sendiri tetapi didengar Hellton. Pria itu berpaling menatap Irish tajam, bicara tanpa alihkan tatapan.
"Sepertinya kamu belum peka pada situasimu Irish."
"Pernyataan yang bagus untuk memancing konflik," kesah Irish.
"Konflik?!" tanya Hellton keheranan mencengkeram setir.
"Lupakan! Bukannya aku tak pahami situasiku, Tuan. Berapa lama kita berdebat soal ini? Semua ini dimulai olehmu! Jika kau biarkan aku naik pesawat dan pergi ke perbatasan, aku mungkin telah keluar dari negara ini!" Irish mendengus. Ingat bagaimana ia akan kabur ke pulau yang paling dekat dengan perbatasan, keluar dari sana. Tujuannya adalah Islandia, tempat neneknya berasal. Namun, Hellton memanggul bazooka di pundak dan mengancam akan ledakan pesawat jika Irish berani kabur. Irish akhirnya mengalah dan biarkan Hellton menyanderanya lagi. "Aku ingin keluar dari negara ini dan pergi ke suatu tempat. Aku muak pada penjahat," jawab Irish terdengar mual sungguhan. Ia tak ingin bertengkar dengan Hellton. Mereka selalu berdebat untuk banyak hal dan baru akan berhenti ketika tiang-tiang ranjang berderit.
Bukankah sangat gila?
Irish segera palingkan wajah hindari tatapan Hellton Pascalito. Belakangan ia tak sanggup menantang Hellton lama-lama.
"Kau tak akan pergi kemanapun! Aku akan melindungimu!" Hellton bicara dingin. Padahal beberapa Minggu lalu, pria itu kedapatan tersenyum lembut bahkan terbahak-bahak pada dua ponakannya, Aruhi dan Arumi Diomanta.
Irish seakan mendengar pria itu katakan, "kau milikku!!!" dengan banyak tanda seru.
"Tinggalah sedikit lebih lama dalam mobil, aku akan bersihkan hunian untuk kita." Hellton Berkata lebih lanjut.
Kita?!
Hellton turun dari mobil, berkemas. Irish perhatikan dari balik mobil. Ia pegangi kepala, merasa terserang pusing dan mual yang semakin intens muncul. Hellton bolak-balik ke dalam rumah. Tak berhenti bergerak. Pria itu menghilang ke belakang pondokan sebelum kembali ke mobil mengambil bahan makanan dan membawa masuk. Buddy berlarian sambil menyalak, mengejar kupu-kupu.
"Turunlah!" suruh Hellton saat mobil telah kosong, mengangguk ke dalam pondok lalu lebih dulu masuk. Patuh, Irish turun dari mobil dengan selimut hangat membungkus tubuhnya. Perjalanan jauh, pikiran kalut dan serangan pening membuat Irishak sedikit menjauh dan muntah-muntah hingga lemas.
Oh sial ... siklus haid-nya juga berubah aneh.
"Tidak ... jangan konyol!" keluh Irishak bangkit dan berjalan sempoyongan, masuk ke dalam pondok.
"Kamu baik-baik saja?" tanya Hellton mendekat. Meskipun rautnya datar tetapi nadanya terdengar khawatir. Irish tanpa sadar mundur.
"Aku ingin istirahat!"
"Mari kita keluar dan hirup udara segar. Mabuk-mu akan segera reda. Udara dari pohon Pinus akan sembuhkan kamu," saran Hellton terlihat berperang hebat dengan dirinya sendiri sebelum akhirnya ulurkan tangan hendak meminta Irishak terima usulnya.
"Berhentilah perhatian padaku!" sahut Irish tajam. "Aku hanya ingin tidur."
"Baiklah, mari aku an ...."
"Aku bisa sendiri!" potong Irishak bergerak ke ruangan yang ia tebak adalah ruang tidur.
"Irishak ...."
Braaaakkkkk!!!
Pintu tertutup keras sebelum Hellton selesai dengan ucapannya. Irish masuk ke satu-satunya ruang tidur dalam pondok tersebut. Bukan berniat kasar. Ia takut Hellton tiba-tiba agresif, cemaskan dirinya sendiri. Cemas tubuhnya mendadak bertingkah di luar kehendak.
Dibalik pintu kejutan menanti. Kejutan mirip, saat Lucy Pavensie dari kisah The Chronicles of Narnia menemukan dunia ajaib dibalik pintu lemari tua milik profesor Digory Kirke, kendatipun yang ditemukan Irish bukan Pinus dengan banyak salju dan seekor Faun (manusia setengah kambing) yang ramah. Seandainya Narnia benar ada dan ia bisa sungguhan kabur ke sana.
Irish menikmati sajian di depannya, sedikit terhibur.
Tempat tidur besar di atas lantai-lantai kayu cokelat mengkilap yang dirakit oleh kemahiran tingkat tinggi. Lampu tidur berdiri di atas kerangka, mungkin dulunya adalah tanduk seekor binatang besar. Sedang meja ..., tempat lampu ditaruh ..., dari pohon yang baru saja ditebang. Lukisan-lukisan di dinding menampilkan suasana alam damai dan segar, berdampingan dengan jendela-jendela pondok yang sajikan langsung kehidupan tenang hutan. Overall, seluruh elemen struktural pondok secara ekspresif, refleksikan maskulinitas seorang Hellton Pascalito. Dengan brutal dan kasar, pondok itu seperti lampiasan pribadi pria itu. Irish mendesah tidak suka sebab reaksi tubuhnya saat bola matanya mentok di ranjang adalah dirinya dan Hellton dalam sebuah tarian harmoni.
Memukuli keningnya sendiri, Irish pergi ke ranjang, segera bergelung dalam selimut. Ia bahkan menambahkan selimut perca ke atas tubuhnya. Pening juga mual-mual menggila, ia hanya ingin tidur. Dipandanginya langit-langit tinggi kamar dengan balok-balok kayu yang terekspos penuh.
Ia dan Hellton seperti sepasang kekasih yang mengambil waktu bersama untuk semakin rekatkan jarak, membangun chemistry. Pria itu menggiringnya ke ranjang, bercinta dengan gairah liar dan meledak-ledak kemudian mendekapnya hingga pagi. Asmara senyap teraneh dalam hidup Irishak Bella, tak kuasa menyangkal. Ia seorang reporter terkenal satu negara. Kisah panasnya sering jadi buah bibir, tak pernah serius berkencan dengan para pria hanya senang lambungkan dan hancurkan mereka tepat sebelum ia diajak pergi ke ranjang. Cara pertahankan keperawanan yang bagus hingga berusia 26 tahun tetapi tak mempan trik itu pada Hellton Pascalito.
Irishak tertidur.
"Irishak, kamu harus bangun dan makan!"
Suara ketukan di pintu. Aroma lezat tertangkap indera penciumannya, sungguh mengguncang.
Pria itu juga bertingkah seperti Ibunya. Irishak bolak-balik dengan gelisah.
"Biarkan aku mati kelaparan!" sahut Irish malas-malasan. "Tolong abaikan aku, Tuan!"
Hellton tak sukai jawaban Irish. Terbukti dari pintu yang segera dibuka, selimutnya disingkap. Irishak mendesah bertambah pening saat ia digendong ke dapur. Mereka duduk berhadapan.
"Kamu harus makan sesuatu! Atau kamu akan kelaparan!" Hellton sorongkan mangkuk berisi sup panas yang uapnya masih mengepul.
"Mengapa kau lakukan ini padaku?" tanya Irish.
"Lalu, apakah kamu akan mengganggu suami Aruhi, mengintimidasinya untuk lindungimu?" Hellton balik bertanya. Pembicaraan menyerempet pada Elgio Durante. Irishak pernah sangat berharap berakhir bersama Elgio Durante bahkan ..., ia jatuh cinta pada pria itu.
"Aku bisa pergi ke negara yang tak terima mafia sebagai warganya!" jawab Irish tak ingin bahas soal rasa aneh di masa lampau pada suami wanita lain.
"Di mana itu, Irishak?" tanya Hellton terdengar pincang. "Negara mana yang pemerintahnya bersih dari mafia?" Lipatan kening tersusun rapat.
Irish tak mungkin katakan ke mana ia ingin pergi. Ia tak ingin Hellton buntuti dirinya.
"Kau terobsesi padaku, Hellton!" ujar Irish tiba-tiba. Lalu memaki kebodohannya. Mengapa ia suka memercik api? Tangan Hellton berhenti menggunting daging sapi dalam mangkuk menjadi potongan-potongan kecil. Hanya sejenak sebelum kembali mengaduk sup dan sodorkan pada Irish. Ia menukar mangkuk Irish mungkin maksudnya agar Irish lebih mudah dengan irisan daging yang lebih kecil.
"Anggap saja begitu!" balas Hellton. "Apa kau ingin kita bercinta sebelum perutmu terisi makanan, Irishak?" tanya Hellton tiba-tiba hingga Irish merasa tulang-tulang dada mengejang. Irish mengangkat wajahnya, terperangah.
"Apa?!"
"Kau selalu memancing amarahku karena kau tahu akan berakhir di mana," lanjut Hellton bersuara berat utarakan pikirannya. Tatapan petualang pria itu buat Irish meremang.
Menahan napas dan debaran aneh, Irishak berkata lirih.
"Aku akan makan sekarang!"
***
Wait me up .... Emm, aku pakai sejenis alur maju mundur dalam gaya penulisan Secret Woman of Mr. Mafia. Semoga tak bikin bingung readers.
Vote-nya jangan lupa ....
Aku mencintaimu....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!