" Sofie...Sofie...ayo buruan..nanti anak - anak saya bisa telat kesekolah lho, kamu ngapain aja sih ? lama banget. " Kata Bibi Mary.
" Maaf, Bi. Tadi saya lagi nyuci Bi." Jawab Sofie sambil merapikan beberapa ember tempat cucian pakaian.
" Kamu ga lihat ini sudah jam berapa ?" Bentak Bibi Mary.
" Ia, Bi. Maaf Bi. Jesi dan Jason, sudah siap nak, kita pergi ya...! Ucap Sofie sambil merapikan tas - tas sekolah Jesi dan Jason.
" Ia Tante." Jawab Jesi.
" Ini kunci motor, kamu naik motor aja ngantarnya, hati - hati dijalan." Kata Bibi Mary.
" Ia, Bi. Kami pergi, Bi."
Setiap pagi, Sofie harus mengantar Jesi dan Jason pergi kesekolah. Setelah itu ia akan siap - siap pergi mengajar di salah satu Sekolah Dasar di tempat tinggalnya.
Dari pagi hari sampai malam hari, Sofie selalu sibuk. Setelah pulang mengajar dari sekolah, ia harus mengajar privat dari rumah ke rumah.
Sofie harus bisa bertahan hidup, bekerja dari pagi hari sampai larut malam, itu bukanlah hal yang mudah.
Ia tinggal bersama Paman dan Bibinya. Dirumah Pamannya, ia pun tidak bisa bersantai ria, ia harus bekerja membersihkan rumah, memasak dan masih banyak lagi pekerjaan rumah lainnya.
Setelah mengantar Jesi dan Jason kesekolah, Sofie akhirnya berangkat bekerja. Ia tidak boleh naik sepeda motor, karena Bibinya tidak memberikan ijin padanya.
Sofie harus berjalan kaki ke sekolah untuk mengajar. Sekolah yang cukup jauh tidak membuat Sofie patah semangat. Demi anak - anak yang ia cintai ia tetap menjalaninya.
Sudah ada 2 jam perjalanan, akhirnya Sofie tibalah di sekolah ditempat dia mengajar. Wajahnya tampak lelah. Ia merasa haus. Keringat mengucur dari pelipis wajahnya.
" Selamat pagi, Miss Sofie? " Sapa Kevin sambil memberikan senyumannya. Kevin adalah guru bidang study Matematika di sekolah itu. Kevin adalah teman baik Sofie.
" Selamat pagi juga Sir. Kevin..!" Wah...hari ini cerah sekali ya wajahnya, sepertinya lagi dapat hoki nih ? hehehehehe..." Kata Sofie bercanda.
" Ahh... Miss Sofie bisa aja. Oh ya ntar malam sibuk ga ?''
" Emangnya mau kemana, Sir ?"
" Makan malam yuk, hehehe.."
" Makan malam? sepertinya ga bisa Sir, hari ini saya ngajar privat."
" Wah, kamu sibuk sekali ya ? Ya da deh lain kali kita makan bareng ya..!"
" Ya, makasih ya Sir."
Sofie pun melanjutkan pekerjaannya. Jam sudah menunjukkan waktunya ia mulai mengajar.
Sofie anak yatim piatu. Ia sudah lama ditinggal oleh Ibu dan Ayahnya. Dari kecil ia diurus oleh Paman dan Bibinya. Menjadi guru musik adalah cita - citanya, karena Sofie pintar bernyanyi dan memainkan beberapa alat musik.
Paman dan Bibinya tidak pernah sedikit pun mengerti akan keadaan Sofie. Bagi Paman dan Bibinya, Sofie melebihi seorang asisten rumah tangga.
Anak - anak Paman dan Bibinya setiap hari harus belajar dengan Sofie. Jika nilai ulangan mereka jelek, Sofie lah yang akan kena marah oleh Bibi Mary.
Hidup Sofie amatlah menderita. Kevin adalah teman kerjanya, ia sudah lama menyukai Sofie. Tapi Sofie belum mau menerima cinta Kevin. Karena ia tahu, bahwa Kevin dan Sofie mempunya perbedaan yang sangat jauh.
Kevin termasuk anak terkaya di daerah mereka. Ibu Kevin tidak menyetujui jika Kevin berdekatan dengan Sofie.
Setelah pulang sekolah Sofie harus membersihkan rumah, lalu pergi mengajar privat.
Cuaca sedikit mendung. Tapi Sofie tetap saja pergi mengajar privat. Hari ini ia akan pergi ke rumah Tante Raini, anaknya yang bernama Josea akan belajar musik piano.
Sofie terus berjalan kaki. Di tengah perjalanan, ia melihat ada mobil beriringan yang amat banyak. Ia pun menepi. Dalam benak Sofie mungkin itu adalah pejabat tertinggi di daerah itu yang sedang menjalani tugasnya.
Ada satu mobil mewah berwarna hitam pekat. Mobil itu berhenti. Kaca mobil itu sedikit terbuka. Sekilas ia melihat sang Paman ada didalam.
Sofie bertanya - tanya sedang apa Pamannya disana. Sekilas ia juga melihat ada seorang pria tampan dengan memakai kaca mata hitam.
Apa yang Pamannya lakukan dengan pria tersebut? Sofie pun menjadi penasaran. Sofie kembali lagi melanjutkan perjalanannya. Dan tibalah ia dirumah Josea.
Sofie mulai mengajarkan Josea bermain piano. Setelah selesai menjelaskan, Sofie memberikan latihan kepada Josea. Sofie duduk melamun. Ia masih memikirkan sang Paman. Apa yang Pamannya lakukan dengan pria berkaca mata hitam itu?
" Sofie, kenapa kamu melamun ?" Tanya Tante Raini.
" Ehhmm..maaf Tante, saya....???"
" Kamu ada masalah ya? cerita aja sama Tante, siapa tahu Tante bisa bantu kamu."
" Ga Tan, saya ga ada masalah. Mungkin hanya lelah saja." Jawab Sofie.
" Sofie, gimana kalau kamu itu ngontrak rumah Tante aja, rumah tante ada yang kosong mungkin kamu bisa tinggal disana supaya kamu ga terlalu capek untuk mengajar. "
" Maaf Tan, saya ga bisa ninggalin Paman dan Bibi. Anak mereka masih kecil - kecil, Tan."
" Ahh, kamu mau aja jadi pesuruh Bibi kamu itu. Dia itu sangat sombong, angkuh. Ya, saya tahu suami dia kerjanya bagus. Makanya dia seperti itu. "
Sofie hanya tersenyum. Jam sudah menunjukkan pukul 18.00 saatnya Sofie pulang. Sofie melanjutkan perjalanannya kembali. Ia tetap berjalan kaki.
Hari mulai gelap. Tibalah ia dirumah. Ia melihat kembali pria berkaca mata hitam itu. Pria itu ada dirumah mereka. Sofie melihat Paman, Bibi dan pria itu sedang berbincang - bincang.
" Selamat malam Paman, Bibi....." Sofie menyapa Paman dan Bibinya.
Pria itu melihat Sofie dari ujung kaki sampai ujung rambut.
" Sofie...kamu sudah pulang ?" Tanya Bibi Mary.
" Ia, Bi. Siapa pria ini Bi?" Tanya Sofie dengan lantangnya.
Bibi Mary langsung menarik tangan Sofie dan membawanya kebelakang.
" Kamu itu bisa ga sih sopan sedikit ?''
" Lah...saya kan cuma nanya siapa pria itu ? ada hubungan apa Paman dengan pria itu?"
" Kamu ga usah ikut campur masalah Paman mu. Dia itu boss nya Paman kamu. Dia adalah orang terkaya di dunia. Kamu ngerti ga sih ?"
"Terkaya di dunia ?''
" Ia. Kamu tahu ga, kita akan pindah dari rumah ini. Saya akan punya rumah yang mewah, besar dan mempunyai fasilitas yang mewah. Saya akan jadi orang kaya, Sof..."
" Bi, Bibi ga boleh sombong. "
" Eh..siapa juga yang sombong."
" Bi, tapi saya punya firasat tidak baik pada pria itu. Sepertinya dia orang jahat, Bi."
" Jangan nuduh macem - macem kamu ya..!"
" Tidak, Bi. Saya tidak menuduh dia macam - macam. Tapi sepertinya dia memang orang jahat Bi. Lihat saja cara berpakaiannya, jas hitam, pakai kaca mata hitam. Sungguh mengerikan. "
" Uda ah...kamu ga usah bawel. Sekarang kamu rapikan barang - barang, mungkin besok kita akan pindah. "
" Pindah ?"
" Ya , pindah."
Bibi Mary pun meninggalkan Sofie. Sofie masih tidak percaya dengan semua ini. Sofie semakin penasaran dengan pria itu dan pekerjaan Pamannya.
Hari yang dinantikan pun tiba. Akhirnya Paman dan Bibinya pindah ke rumah yang baru. Mereka telah membeli rumah yang sangat mewah dan megah.
Bibi Mary sangat senang sekali. Kesombongannya pun semakin menjadi - jadi.
Punya rumah besar, mewah, megah dan memiliki mobil yang super mewah dengan harga termahal itulah yang diharapkan Bibinya.
Bibi Mary tidak mengetahui uang itu dari mana, bagi dia yang penting hidupnya enak dan kaya. Orang - orang akan lebih memandang Bibi Mary.
Selama ini mereka tinggal hanya dirumah sederhana, dengan fasilitas apa adanya. Jika turun hujan, rumah tua itu akan bocor. Dimana - mana ember akan ditata dengan rapinya untuk menampung air hujan.
Sofie hari ini tidak mengajar. Ia membantu Paman dan Bibinya untuk bebenah pindah. Jesi dan Jason sangat senang sekali, karena rumah mereka juga dilengkapi dengan fasilitas kolam renang.
Tak perlu lagi Sofie membawa anak - anak Bibinya ke kolam renang. Semua tampak bahagia kecuali Sofie. Ia masih menanyakan dari mana uang untuk membeli rumah sebesar itu.
Selama ini, jika Sofie meminjam uang Bibinya, Bibi Mary selalu mengatakan tidak ada uang. Begitu juga dengan Pamannya. Mereka tidak mau meminjamkan uangnya kepada Sofie.
Rumah itu amatlah besar. Sofie akan semakin lelah untuk membersihkan rumahnya. Bibi Mary tidak mau memakai jasa asisten rumah tangga. Rugi besar jika ia akan memakai tenaga seorang asisten rumah tangga. Karena didaerah mereka, jasa untuk seorang asisten rumah tangga sangatlah mahal.
Setelah beberes pindah, mereka duduk bersama. Saling bercerita satu sama lain. Jesi dan Jason sangat senang mereka berlari - lari menaiki anak tangga.
" Sofie, kamar kamu dibawah dekat dengan dapur ya , supaya kamu bisa lebih cepat untuk memasak makanan. Sebelum berangkat bekerja, kamu harus bersihkan rumah ini. Kamu harus masak makanan dan kamu juga harus mengantarkan anak - anak sekolah. Kamu paham ?" Kata Bibi Mary dengan lantangnya.
" Bi, bagaimana dengan pekerjaan saya? privat saya juga ?"
" Sofie, kalau kamu membantah perintah Bibi mu, silahkan kamu pergi dari sini. Paman tidak suka dengan orang yang suka membantah. Kamu itu sama seperti Ibu mu. Suka membantah." Kata pamannya pada Sofie.
Sofie hanya diam. Ia tidak bisa lagi berkata - kata. Ia menahan air matanya. Begitu teganya Paman dan Bibi Mary. Tak sedikit pun ada rasa kasihan padanya.
****
Pagi yang cerah, selesai mengantarkan anak - anak, Sofie pun melanjutkan pekerjaan rumah. Hari ini sudah ada satu jam Sofie terlambat untuk mengajar. Ia sudah pasrah kalau Kepala Sekolah akan menegurnya kembali.
Ia tetap saja pergi mengajar. Di tengah perjalanan, ia melihat mobil Pamannya. Mobil itu memasuki kawasan terlarang.
Ya, kata orang - orang, itu adalah kawasan terlarang.
Kawasan terlarang ini sudah banyak diketahui orang, tapi orang - orang tidak berani memasukinya, karena mereka tahu kawasan itu milik seorang mafia kejam. Bukan saja kejam, bahkan ia mau juga membunuh.
Sofie semakin curiga dengan pekerjaan Pamannya. Ia mengurungkan niatnya untuk pergi bekerja. Ia menghubungi Kevin agar memberitahukan kepada Kepala Sekolah, bahwa ia ada urusan yang sangat penting.
Sofie mengikuti arah mobil itu. Dengan cepat berjalan, ia pun memasuki kawasan terlarang itu. Benar saja disana banyak mobil bermuatan besar.
..." Apa yang paman lakukan disini? siapa mereka - mereka itu semua ?" gumam Sofie....
Sofie melihat tempat itu dikelilingi tembok yang tinggi. Ia tak dapat masuk ke tempat itu. Ia mencari jalan agar bisa melihat tempat misterius itu.
Dekat dengan tempat itu, ada sebuah pohon besar. Sofie pun berniat memanjat pohon itu. Ia perlahan - lahan naik ke pohon itu.
Usaha tidak pernah menghianati hasil. Sofie berhasil memanjat pohon itu. Dan ia pun sangat terkejut dengan penampakan yang ia lihat.
Disana ada Paman, pria berkaca mata hitam itu dan masih banyak lagi para lelaki yang menurut Sofie sangat menyeramkan. Disana juga banyak truk - truk besar.
Sofie semakin penasaran apa sebenarnya yang terjadi. Sofie dengan sabar bertahan di atas pohon itu. Dan seketika matanya terbelalak ketika melihat seorang pria bertubuh tinggi dan besar, membuka pintu belakang truk itu.
Ternyata isi dari truk itu adalah senjata dan peluru. Sofie masih penasaran apa yang sebenarnya mereka lakukan. Sofie mengambil ponselnya dan membidik tempat tersebut.
Ia melihat Pamannya dan beberapa orang menaiki mobil besar dan pergi dari tempat tersebut. Dan tiba - tiba saja, dahan yang dipijak Sofie patah.
......Krakkkk.......
dan Sofie pun jatuh ..
" Aduhhh....sakit.....!"
Sofie merintih kesakitan.
" Ada mata - mata Bos.." Kata salah satu lelaki disana.
" Tangkap dia, dan bawa kehadapan saya." Titah Shane.
Dua orang pria langsung pergi keluar melihat apa yang terjadi.
" Siapa kamu ?" Tanya pria bertubuh tinggi besar.
" Maaf, saya ga sengaja. Saya hanya...?" Jawab Sofie sambil mencoba berdiri karena ia terjatuh.
" Kamu mau mencuri ya? seret dia bawa kehadapan Bos sekarang juga." Perintah pria itu.
" Lepaskan saya." Kata Sofie sambil mencoba melawan beberapa pria asing itu.
" Kamu sudah berani masuk kawasan kami Nona, kamu harus bertemu dengan Bos kami." Kata pria itu lagi.
" Ga perlu saya bertemu dengan Bos kamu. Lepaskan saya."
" Tidak Nona, kamu harus ikut bersama kami."
" Tidak ...lepaskan saya..."
" Tidak Nona, kamu harus ikut. "
Ya, begitulah terus Sofie tidak mau ikut bersama mereka dan akhirnya Shane pun keluar.
" Lepaskan dia..!!" Perintah Shane
Semua menjadi hening ketika Bos mereka Shane Denaro mendekati Sofie.
" Kamu..? Kamu mau apa disini?" Tanya Shane menatap Sofie dengan tatapan yang tajam.
" Kamu pasti tahu siapa saya kan? ada urusan apa kamu sama Paman saya? kamu jangan macem -macem ya sama Paman saya, kamu bisa saya laporin ke Polisi. Kamu ngerti ? " Gertak Sofie dengan suaranya yang kuat.
Shane tersenyum. Pria tampan itu menatap dalam wajah cantik Sofie.
" Jadi kamu saudara Paman Sammy? hahahaha...ya ampun ternyata Paman Sammy mempunyai ponakan secantik kamu ya? " Kata Shane sambil memegang dagu Sofie.
" Lepaskan tangan kotor mu. Apa yang kamu lakukan dengan Paman saya?"
" Kerja. Kerja sama dengan Paman kamu. Paman kamu itu sama seperti saya juga."
" Saya ga sudi Paman saya makan dengan hasil uang haram kamu."
" Hahahaha...uang haram hahahah..... eh wanita sombong, Paman kamu itu uda lama kerja dengan saya, masa kamu ga tahu sih?"
" Saya ga perduli lama atau tidak, yang jelas kamu lepaskan Paman saya. Kalau kamu ga mau melepaskan Paman saya, saya lawan kamu. Paham ?? saya ga takut sama kamu. "
" Nona, tolong dikecilkan suaranya. Saya tidak ingin berdebat dengan kamu. Atau kamu mau peluru - peluru itu bersarang di tubuh kamu?"
" Saya ga takut ancaman kamu. Kamu orang jahat. Kamu penghasut Paman saya. Saya akan melaporkan kamu ke Polisi, ingat itu. Saya tidak main - main."
" Baiklah. Sekarang kamu pergi dari sini sebelum saya marah."
" Ingat tuan, saya akan laporkan ke Polisi atas pekerjaan mu. Selama ini Bibi dan anak - anaknya makan dari uang haram yang kamu berikan untuk Paman."
" Pergi sekarang juga Nona, sebelum saya marah."
" Manusia iblis, kamu penjahat."
Sofie pun pergi meninggalkan tempat tersebut. Diperjalanan ia menangis. Akhirnya ia pun mengetahui kalau Pamannya mempunyai pekerjaan yang tidak halal.
Sofie ingin segera memberitahukan kepada Bibinya, bahwa pekerjaan Pamannya sebenarnya adalah ikut sindikat dalam penjualan senjata tajam secara ilegal.
" Bos, wanita itu uda terlalu lancang, apa tidak sebaiknya kita kasih pelajaran aja?" Kata salah satu ajudan Shane.
" Ya, saya akan kasih dia pelajaran karena uda ikut campur." Sahut Shane.
Shane melihat melihat fhoto - fhoto Sofie dari ponselnya yang tertinggal. Karena Sofie terjatuh dari pohon, ponselnya pun terlepas dari tangannya.
Para ajudan Shane tersenyum lepas setelah mendengarkan ucapan Bos nya itu.
****
Sofie pun memberitahukan pada Bibi Mary, bahwa Pamannya bekerja secara tidak halal, yaitu sindikat penjualan senjata tajam secara ilegal.
Bibi Mary tidak percaya. Ia pun marah - marah pada Sofie. Bibi Mary mengatakan jika Sofie pengacau dirumah itu.
" Kamu sudah gila, Sofie. Kamu menjelekkan Paman mu karena kamu iri sama saya. Benarkan ? pikiran mu sudah terganggu, kamu gila." Kata Bibi Mary sambil memukuli Sofie.
" Bibi, saya tidak bohong. Saya punya bukti, Bi." Jawab Sofie meyakinkan.
Sofie mencoba mengambil ponsel dari tasnya, tapi ia tak menemukannya. Ternyata ponsel Sofie diambil oleh pria berkaca mata hitam itu, Shane Denaro.
" Ponsel saya. Dimana ponsel saya, Bi?" Sofie terus mencarinya.
" Kamu pembohong Sofie. Kamu sudah berani memfitnah Paman mu. Saya akan melaporkan mu pada Paman." Kata Bibi Mary.
" Bi, saya benar - benar melihat Paman, Bi. Saya tidak bohong. " Kata Sofie meyakinkan dirinya.
" Cukup Sofie. Saya muak dengan sikap mu." Bibi Mary pun meninggalkan Sofie.
Tibalah malam hari, Pamannya sudah kembali. Bibi Mary menceritakan apa yang dikatakan Sofie. Paman Sammy pun terdiam. Ternyata keponakannya itu sudah mengetahui pekerjaannya yang sebenarnya.
Paman Sammy pun marah besar pada Sofie. Tamparan pun mendarat di pipi Sofie. Sofie menangis. Ia mengingatkan Pamannya agar bekerja di tempat yang benar.
..." Sofie uda mengetahui pekerjaan ku, ini tidak bisa dibiarkan."...
...Gumam paman Sammy....
Keributan pun terjadi pada pada malam itu. Tapi tetap Sofie mengatakan jika Pamannya salah karena pekerjaannya.
****
..." Sofia Agatha, kamu akan lihat apa yang akan terjadi pada mu. Saya tidak akan kasih ampun. Kamu akan lihat, apa yang akan terjadi pada mu."...
...Ucap Shane dengan mantapnya....
Shane Denaro. Pria bertubuh tinggi tegap, berwajah tampan tapi sayangnya ia adalah seorang mafia yang terkenal sangat kejam.
Shane juga anak yatim piatu. Kedua orang tuanya telah lama meninggalkannya ketika ia masih kecil.
Papa Mama nya dibunuh oleh teman terdekatnya. Saingan perusahaan lah yang membuat kedua orang tuanya harus pergi untuk selamanya.
Ia melihat langsung kejadian ketika orang tuanya dibunuh. Shane besar dan hidup bersama kakek dan neneknya. Ketika kakek dan neneknya juga meninggal, Shane harus hidup mandiri bersama Bibi Janet, asisten rumah tangganya yang sudah lama ikut dengan keluarga Denaro.
Menjadi seorang mafia bukanlah keinginannya, semua itu adalah karena ajakan dari temannya. Sehingga membuat Shane jadi menyukai akan nama tersebut.
Ia pun sukses dengan sindikat penjualan senjata terlarang itu. Selain itu, Shane juga tidak segan - segannya membunuh jika ada musuh atau orang terdekat yang menjadi mata - mata baginya.
Shane menjadi pria terkejam. Semua orang mengetahuinya. Tidak ada sedikit pun rasa iba pada orang.Jika Shane tidak suka dengan orang tersebut, tak sungkan ia langsung membunuh. Ntah mengapa, pihak kepolisian pun tidak bisa menangkap dia dikarenakan juga pengawasan Shane yang super ketat.
Penjualan senjata terlarang secara ilegal adalah pekerjaannya yang membuat Paman Sammy terlibat didalamnya. Paman Sammy pun menikmati hasil kerjanya, sudah berpuluh - puluh tahun ia ikut dengan Shane.
Selama ini Bibi Mary tidak mengetahui apa sebenarnya pekerjaan Paman Sammy. Sofie lah yang membongkar rahasia Paman nya sendiri.
****
Minggu pagi, Sofie pergi kepasar membeli keperluan dapur. Pagi - pagi sekali ia sudah pergi. Rumah Paman Sammy dikawasan elite. Tidak ada kendaraan umum yang lewat. Taxi pun hanya sesekali saja.
Sofie harus berjalan kaki hingga kedepan jalan raya umum. Sebelum tiba dijalan raya, ia diculik. Tak lain yang menculik dia adalah suruhan Shane.
Sofie pingsan karena mencium bius dari sapu tangan suruhan Shane. Keranjang belanja Sofie tertinggal dijalan.
Sofie tak sadarkan diri, ia pun dibawa kesebuah villa mewah milik Shane. Villa itu sangatlah sepi. Tidak ada pemukiman disana.
Di villa, Shane sudah menunggunya. Akhirnya mobil yang membawa Sofie tiba di villa itu.
" Semuanya beres Bos, Sofie ada didalam mobil." Kata seorang bawahan Shane.
" Bagus. Bawa dia kedalam. Ikat dia." Titah Shane.
" Baik bos." Sahut bawahannya.
Setelah anak buahnya membawa Sofie kedalam, mereka pun pergi. Di villa itu hanya tinggal mereka berdua, Shane dan Sofie.
Shane masuk kedalam kamar mewah itu. Ia melihat Sofie tak sadarkan diri. Ia menatap wajah Sofie yang cantik itu. Lekukan tubuhnya yang sempurna, kulit putih yang mulus, Sofie sungguh amat menggoda. Shane tersenyum. Sekarang ia tahu apa yang akan ia perbuat.
Tiba - tiba ponsel Shane berdering. Shane mengangkat ponsel tersebut. Ketika Shane menjawab ponsel tersebut, Sofie pun sadar. Perlahan - lahan ia membuka matanya.
Ia pun heran, kenapa ia ada di sebuah kamar. Seingat dia tadi lagi diperjalanan hendak kepasar. Sofie menjerit dan membuat Shane mengakhiri pembicaraannya.
Sofie mencoba membuka tali pengikatnya. Shane masuk kedalam. Sofie pun terkejut, begitu melihat Shane.
" Kamu ???"
Shane tersenyum begitu melihat Sofie.
" Ya, selamat datang cantik."
" Apa mau kamu?"
" Saya ingin balas dendam."
" Balas dendam ?? balas dendam apa?"
" Karena kamu uda ikut campur urusan saya. Kamu uda berani melawan saya."
" Melawan kamu? kamu memang pantas untuk dilawan, karena kamu pria berhati iblis. Kamu uda menghasut Paman saya."
" Oh ya?"
" Lepaskan saya atau saya akan laporkan ke Polisi."
" Coba aja."
" Kamu pikir saya ga berani. Saya berani melawan kamu."
Shane mendekati Sofie.
" Kamu cantik. Tapi sayangnya kamu bodoh. Kamu uda berani melawan saya."
" Kamu yang bodoh. Lepaskan saya. Saya akan berteriak agar Paman saya datang."
" Hahahaha...Paman Sammy.... keponakan mu ada disini, ayo tolong dia Paman hahahahaha...."
Sofie menangis.
"Hanya ada kita berdua disini. Jadi kamu tahukan apa yang harus kamu lakukan untuk saya ?"
" Cuihhh....saya ga sudi melihat kamu. Kamu bajingan. Lepaskan saya.....!"
" Hahaha terserah."
Kedua tangan Sofie masih terikat. Shane mandi dan setelah itu ia menghidupkan televisi. Bukannya menonton, ia malah sibuk bermain ponselnya. Tak terasa waktu sudah berlalu hingga sore hari.
Shane mendekati Sofie dan memegang wajahnya.
" Malam ini kamu milik saya." Goda Shane. Shane membuka tali pengikat tangan Sofie.
" Lepaskan saya, jangan sentuh saya."
Sofie mencoba lari keluar. Tapi sayangnya pintu kamar itu dikunci.
Shane hanya tersenyum.
" Kamu mau lari kemana? Disini banyak hutan dan binatang buas."
" Saya mau pergi, buka pintunya."
Shane mendekatkan wajahnya ke wajah Sofie.
" Kamu tahukan kesalahan kamu? kamu harus bayar itu semua."
" Saya ga salah. Saya hanya ingin melindungi Paman saya."
" Oh ya? kamu yakin dapat melindungi Paman kamu? kamu ga takut kalau Paman kamu itu mati?"
Sofie terdiam.
" Kamu jahat..."
Shane memeluk tubuh Sofie dengan erat. Sofie mencoba melepaskannya.
" Lepaskan saya." Ia mencoba melawan tapi sayangnya tenaganya tidak kuat untuk melawan Shane.
Shane pun menciumi wajah Sofie, ia mulai membuka pakaian Sofie. Karena pakaiannya susah dibuka, Shane pun menyobek baju Sofie sehingga baju yang ia pakai pun terkoyak.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!