NovelToon NovelToon

Mengejar Cinta Four D

MCFD : Episode Satu

“Kak! Aku mencintaimu!” seru seorang gadis cantik nan mungil bernama Angelina.

“Tidak. Kau tidak boleh mencintaiku! Kau boleh mencintai orang lain, tapi tidak denganku, Lina!” tegas seorang pria berdarah Amerika itu dengan dingin, dia sudah menganggap Angelina adalah adiknya sendiri.

“Kak, aku benar-benar—”

“Kau adikku, dan aku adalah kakakmu, adik tidak boleh mencintai kakaknya, hapus rasamu terhadapku, kau harus tahu bahwa aku adalah kakakmu, Lina.” pungkasnya penuh penegasan terhadap wanita yang selalu menyatakan cinta padanya.

“Kak, aku—”

“Hapuslah rasamu terhadapku, Lina! Ingat satu hal, aku kakakmu, sampai kapanpun aku tidak akan mencintaimu, berhentilah untuk itu atau kau akan menderita seumur hidupmu jika tidak berhenti mencintaiku.”

***

Angelina adalah wanita cantik yang baru menginjak usia dua puluh tahun, dia mencintai kakak angkat yang sedari kecil telah menghabiskan banyak waktu untuknya. Salahkah dia mencintai pria dewasa yang usianya jauh darinya? Dia mencintai Dave, si pria tampan yang bersikap dingin terhadapnya, Dave hanya menganggapnya sebagai seorang adik, tidak lebih dari itu. Dia jatuh cinta pada Dave sejak lama, dia selalu menyatakan cinta pada laki-laki itu, namun Dave selalu menolaknya.

Akankah cinta itu masih ada disaat sudah dipatahkan dan ditolak berulang kali?

“Kak Dave,” sapanya pada seorang pria tampan yang sedang asik berlatih memanah di halaman belakang mansion mewah milik Calvin Brawster—pamannya.

“Hmmm.”

“Kak, aku membawakanmu makan siang!” serunya tersenyum lebar menatap pria itu, dia selalu bersemangat untuk memasak makanan agar dimakan oleh pria yang dia cintai.

“Letakkan saja disitu, Lin. Kakak akan memakannya nanti,” balasnya singkat tanpa menatap ke arah Lina, dia fokus ke papan bulatan di hadapannya.

“Tapi, Kak. Nanti makanannya dingin lho,” sanggahnya merasa diabaikan. “Tidak bisakah kakak menghentikannya sebentar?” tanyanya sedikit tersenyum miring. Rasa sesak ditolak secara halus menyelimuti hatinya.

“Lin.”

Suara dingin itu sudah mulai bersuara membuat Lina membeku seketika di tempatnya, dia menatap Dave dengan dalam, yang kini sudah mulai menatapnya dengan tajam. “Ba-baiklah, Kak.” Dengan cepat Angelina meletakkan makanan yang dia bawa di atas meja di bawah pondok kayu yang ada di halaman belakang mansion, dia segera pergi setelah meletakkan makanan yang dia bawa.

Dave mengembuskan nafasnya kasar saat melihat Angelina yang selalu saja memberikannya perhatian, dia sudah sangat muak bertahan dengan hatinya sendiri. Dia selalu berusaha keras menentang hatinya untuk tidak jatuh cinta pada Angeli, namun kenyataan gadis itu selalu saja mendekatinya dengan cara apapun.

Dia tidak boleh mencintai adiknya sendiri, Angelina sudah dia anggap sebagai adiknya, tidak boleh lebih dari itu. Dia sudah berjanji kepada paman Ryu untuk selalu menjaga Angelina dan melindungi Angeli.

Jatuh cinta hanya akan membuat hubungan keduanya hancur. Jadi, lebih baik seperti ini. Dia harus tetap berusaha keras untuk membuat Angelina menjauh darinya dengan cara mengabaikan secara perlahan, menjauh secara perlahan, dan bersikap dingin.

Ya, mungkin hanya dengan cara itu dia dapat menjauhkan Angelina dari dirinya sendiri.

“Kak!” seru seorang wanita cantik yang tidak lain adalah Devania—si adik bungsu kesayangan triple D.

“Devania! Kemarilah, Dik!” Dave tersenyum lebar ketika melihat untaian tangan melambai ke arahnya, senyuman indah terukir di bibir ranum Devania. Gadis kecil yang dulu selalu bermanja dengannya kini sudah beranjak dewasa.

“Ah, kakak. Kenapa kakak terus mengabaikan Angeli?” tanya si bungsu Devania yang selalu mencoba mendekatkan kakaknya bersama Angelina.

Dave meletakkan busur panahnya di atas meja yang ada di dekatnya, kemudian dia menyeka keringat yang mengalir ke permukaan wajahnya dengan handuk mini yang ada di lehernya. Kedua kakinya mulai melangkah ke arah pondok, di mana Devania berada.

“Kau tahu Angeli adalah adikku, 'kan, Devania Sayang? Kalian sama. Kau adalah adikku, begitupun dengan Angeli, kakak tidak boleh mencintai adiknya,” jawab Dave tersenyum kehangatan menatap adik perempuannya, dia mendudukan diri di samping Devania.

“Kak, Angeli bukan adikmu! Dia adalah anak paman! Kau bisa mencintainya!” seru Devania dengan tegas, dia menatap tajam ke arah Dave. “Tidakkah kakak melihat cinta tulusnya terhadap kakak?” tanyanya lagi, dia sungguh bawel terhadap Dave. “Angeli selalu menyiapkan kakak makanan, dia membuatnya sendiri. Tapi kakak seakan tidak bisa melihat cinta itu untuknya,” balas Devania dengan bibir cemberut.

“Kau terlalu dini untuk mengerti masalah cinta, Devania. Kelak suatu hati nanti, kau akan mengerti apa alasan kakak yang sebenarnya,” jawab Dave lirih, dia sedikit menghela nafas panjang.

“Alasan apa yang harus Nia ketahui, Kak?! Jika kakak mencintai Lina, ‘kan, Kakak bisa berbicara kepada papi sama mami langsung, dan kakak pun bisa berbicara kepada paman Ryu juga,” selorohnya mengajarkan Dave.

“Ck, tahu apa kau tentang cinta, Nia? Kau tetaplah anak kecil di mataku.” Dave tertawa lepas, dia mengacak-acak rambut si bungsu dengan gemas.

“Kak! Kau—” geram Devania menatap tajam ke arah Dave yang tertawa puas setelah mengacak-acak anak rambutnya.

Dari kejauhan seorang wanita tengah mengintai Dave yang bercanda dengan adiknya—Devania. Entah mengapa hatinya terasa nyeri saat Dave bersikap hangat dengan Devania. Sedangkan dengannya, Dave bersikap dingin. Sedingin es di kutub utara.

“Kenapa aku tidak bisa merasakan kehangatanmu, Kak? Apakah aku tidak layak untuk kau cintai? Aku ingin dekat denganmu, aku ingin seperti dulu, pada waktu aku belum beranjak dewasa. Kau selalu memberiku perhatian, kau selalu mengajarkanku belajar bela diri, dan lainnya. Mengapa aku tak bisa merasakan itu lagi darimu?”

—Bersambung—

MCDF : Episode Dua

Di ruang keluarga, berkumpul-lah keluarga kecil yang ingin membicarakan sesuatu yang penting menyangkut masa depan.

''Dave, Papi ingin bicara serius denganmu,'' ucap Calvin mengawali pembicaraan mereka di ruang keluarga.

"Apa itu, Pi?'' tanya Dave mengalihkan pandangannya menatap Calvin dengan serius.

"Sebagai anak tertua keluarga ini, tentunya kau sudah tahu, 'kan? Usiamu sudah tak muda lagi, Dave. Kau harus segera menikah," ucap Calvin nada lirih seraya melontarkan tatapan dalam menatap satu-persatu anak-anaknya. "Bagaimana, Dave?" tanyanya lagi.

Dave mengangkat wajahnya menatap sang ayah bersama sang ibu, binik matanya menatap secara dalam--melihat sebuah harapan di sana yang bergantung padanya.

"Apakah Papi sama Mami dalam artian ingin menjodohkan Dave?" tanyanya langsung, sebab dia bisa mengartikan pembicaraan orang tuanya itu dengan baik.

"Hmmmm, Dave. Ini demi kebaikan kamu, Nak." Riana mengembangkan senyuman di wajahnya menatap putra sulungnya dengan dalam. "Dave mau, 'kan, Nak?" tanya Riana penuh harap.

"Dave akan menjawabnya nanti, ya, Mi, Pi, izinkan Dave untuk memikirkannya terlebih dahulu sebelum mengambil keputusannya," jawab Dave nada lirih.

"Baiklah, Nak. Pikirkanlah dengan baik. Jika kau keberatan dengan perjodohan ini, kau bisa menolaknya, Dave." Calvin tersenyum hangat menatap putra sulungnya.

"Baik, Pi, Mi. Dave izin pamit untuk segera ke kamar ingin istirahat." Dave segera bangkit dan meninggalkan ruangan.

"Kak Dave sepertinya keberatan dengan apa yang Mami sama Papi katakan," ujar Daren menatap punggung kakak tertua sampai menghilang dari pandangan matanya.

"Ya, aku juga sepemikiran denganmu, Kak!" ujar Davi menyahut pembicaraan Daren.

"Bagaimana tidak keberatan. Tentu saja kak Dave memikirkan Angeli," sahut si bungsu Devania. ''Kak Dave pasti memikirkan perasaannya Angelina," sahutnya lagi berceloteh.

''Apa yang kau katakan, Nia?" tanya semua orang pada si bungsu yang sedang asik melahap cemilan yang ada di tangannya.

Seketika gadis itu terdiam mematung saat semua mata memandang ke arahnya.

''A-apa yang salah, Mii?" tanya Devania dengan wajah polosnya.

''Dave mencintai anak bibi Lila sama paman Ryu?'' tanya Calvin pada si bungsu--Devania.

"Ya ..., seperti itulah kenyataannya, Mi, Pi." Dengan raut muka polos si gadis itu tersenyum lebar tanpa memikirkan si kakaknya--Dave.

***

Dave duduk di tepian ranjang di dalam kamarnya, dia menatap langit-langit kamar dengan raut wajah bingung. Entah apa yang akan dia lakukan untuk saat ini. Haruskah ia menerima perjodohan yang akan membuatnya menyakiti hati seorang gadis cantik itu?

Ia mencintai Angelina sebagaimana gadis itu mencintainya, hanya saja dia telah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak jatuh cinta pada gadis itu, Angelina tetaplah adiknya, sampai kapanpun itu. Dia tidak boleh bertahan dalam rasa cinta yang salah antara dirinya dan gadis itu.

"Dave ...,'' panggil Riana tiba-tiba masuk ke dalam kamar. Dia menatap ke arah Dave yang terlihat sangat gusar. Sepertinya putranya itu banyak yang dipikirkan.

''Eh, Mam.'' Dave tersenyum simpul saat menyadari kehadiran sang ibunda di dalam kamarnya secara tiba-tiba.

''Sepertinya Dave begitu banyak yang dipikirkan, ada apa, Nak?'' tanya Riana, dia duduk di samping Dave di atas ranjang.

''Tidak ada, Mi," sahutnya sedikit berbohong, mencoba menutupi apa yang dia rasakan untuk saat ini dari Riana dan Calvin. Mungkin emang benar bahwa dia harus menerima perjodohan itu. Dia dibesarkan dan dirawat oleh orang tua angkatnya, mungkin dengan inilah dia balas budi--dengan menerima perjodohan itu.

"Dave, Mami tahu kau memiliki maslahah, ada apa? Yuk sini berbagi keluhanmu terhadap Mami, Mami akan mendengarkannya dengan baik,'' ujar Riana tersenyum hangat menatap putra sulungnya.

Riana memberikan rasa cinta yang sama terhadap four D, tidak ada yang dia beda-bedakan, semuanya sama di matanya, bahkan dia selalu memberikan perhatian yang sama dengan anak-anaknya, kasih sayang Riana begitu besar untuk four D, meskipun ketiga putranya bukan dia yang mengandung dan melahirkannya, tetapi rasa cinta itu begitu besar untuk anak-anaknya, dia selalu berusaha untuk menjadi ibu dan istri yang baik setiap harinya.

''Dave baik-baik saja, Mi. Tidak ada yang salah dengan Dave, Mi." Dave tersenyum hangat menatap sang ibunda, mencoba meyakinkan wanita itu bahwa dirinya baik-baik saja.

Riana menghela nafas panjang, kemudian netra matanya berpusat pada binik mata Dave dengan dalam, dia tahu bahwa putranya itu tengah menutupi sesuatu darinya. "Mami tahu bahwa kau tengah berbohong, Dave. Cobalah katakan pada Mami, apa yang kau pikirkan, Nak? Tidak kah kau ingin membagi bebanmu kepada Mami?" tegur Riana dengan lembut, dia berusaha untuk menjadi pendengar yang baik untuk putranya.

"Mi ...,"

"Katakan saja, Dave,"

"Dave akan menerima perjodohan itu, Mi. Itu saja yang ingin Dave sampaikan pada Mami.'' Dave kembali tersenyum hangat menatap sang ibunda yang menurutnya sempurna. Meskipun dia bukan anak kandung Riana, tetapi cintanya terhadap orang tuanya sangat besar.

''Dave, nak ..., Jika hatimu keberatan maka katakanlah, jika kau menolaknya, katakan. Di sini Mami dan papi tidak akan memaksamu untuk menerimanya, Nak.'' Riana menatap putra sulungnya dengan dalam, dia bisa melihat keterpaksaan dan pikiran dari raut wajah Dave.

"Tidak, Mi, Dave tidak keberatan untuk hal itu, bagaimana bisa Dave menolak apa yang papi sama Mami inginkan,'' jawabnya sambil tersenyum manis menatap Riana, kemudian satu tangannya meraih lengan sang ibunda, dia mendaratkan kecupan manis di punggung tangan sang ibu sebagai ras bakti dan terima kasihnya terhadap Riana--ibu angkatnya itu. "Terima kasih banyak telah mengajarkan Dave banyak hal, Mi. Dave sangat menyayangi kalian, hanya kalian yang Dave punya setelah kepergian orang tua kandung Dave.''

''Dave, kau tetaplah putraku sampai kapanpun itu, aku ibumu, ibu yang akan menjadi rumah ternyaman kalian, Nak. Meski usiamu sudah tak kecil lagi, tetapi kau tetaplah putra kecilku, putra yang selalu tidur di pangkuanku, Dave.''

"Dave tidak tahu harus membalas kebaikan Mami sama papi bagaimana lagi, kalian adalah orang tua yang sempurna bagi Dave. Terima kasih banyak, ya, Mi. Karena ketulusan dan keikhlasan Mami untuk merawat Dave bersama Davi,'' sahutnya lirih, dia meletakkan telapak tangan sang ibu di pipinya, merasakan kehangatan dari sang ibunda.

''Meskipun Mami bukanlah ibu yang mengandung dan melahirkanmu, tetapi Mami sama papi sangat menyayangi kalian.'' Riana mengelus pucuk kepala putranya dengan lembut. "Jika kau memiliki masalah, maka jangan pernah sungkan untuk mengatakannya, Nak! Mami akan tetap menjadi tempatmu untuk mengeluh.''

"I love you so much, Mom!"

****

Keesokan Paginya ....

Seorang pria tampan tengah berpakaian rapi dengan balutan texudo, dia berdiri di depan cermin menatap dirinya yang akan segera pergi ke kantor untuk mengurus-urusan kantor yang belum selesai kemarin.

Setelah berpakaian rapi dan sudah mempersiapkan tas kerjanya, dia pun berjalan meninggalkan kamar, dia melangkahkan kedua kakinya menuruni anak tangga untuk segera sampai di Garasi, di mana mobilnya terletak.

"Kak Dave!" panggil seseorang dengan nada besar sehingga menghentikan langkah kakinya, dia melihat ke arah belakang.

"Hmmm, ada apa, Lina?" tanya Dave to the point.

"Kak, bolehkah aku ikutmu ke kantor? Aku berjanji untuk tidak menyusahkanmu." Gadis cantik bernetra hitam itu tersenyum penuh harap menatap Dave.

"Untuk apa kau ikut denganku, Lina?" tanyanya dingin dengan raut wajah datarnya.

"A-aku hanya ingin menghirup udara segar di pagi hari, Kak!" ucapnya berseru dengan girang.

"Kau bisa pergi mencari udara segar di pagi hari dengan Devania, atau dengan Davi dan Daren, 'kan? Mengapa harus denganku?" tanya Dave dengan serius, dia hanya memasang wajah datarnya.

''A-apakah aku tidak bisa ikut bersamamu, Kak? Aku akan pulang sendiri nanti," ucapnya lagi, mencoba membujuk laki-laki itu agar mengizinkanya untuk ikut dengannya.

"Tidak! Pergilah bersama Daren atau dengan Davi, aku sangat sibuk hari ini."

Mendengar apa yang dikatakan oleh Dave membuat raut wajah wanita itu berubah seketika, wajah yang sejak tadi terlihat bahagia, justru berubah menjadi sangat murung.

"Maafkan aku, Lina. Mungkin dengan ini, aku bisa terlepas dari rasa bersalahku padamu, aku tak ingin menyakitimu lebih dalam saat kau tahu bahwa aku akan segera menikah."

MCFD : Episode Tiga

Seorang pria tengah berdiri tegak menatap ke arah langit dengan raut wajah penuh rasa kecewa, bagaimana caranya untuk menjelaskan kepada Angelina nantinya bahwa dia akan segera menikah dengan wanita pilihan orang tuanya, akankan cinta ini akan tetap ada setelah dia memutuskan untuk menikahi wanita yang sama sekali tidak ia cintai dan parasnya saja dia belum tahu seperti apa.

''Jika ini adalah caraku untuk melupakan cinta yang seharusnya tidak ada tertanam di hati kita, maafkan caraku, Angeli. Kuharap kau tahu bahwa aku juga mencintaimu, selayaknya kau mencintaiku, aku menyayangimu, namun aku sadar bahwasannya tidak seharusnya aku melakukan hal itu. Kau adalah adikku sampai kapanpun itu." ucapnya lirih seraya mengenduskan nafasnya kasar ke udara, tatapannya menatap ke arah langit biru yang sangat cerah itu. ''Tidak seharusnya semua ini terjadi, Lina. Maafkan kakakmu yang pengecut ini. Semoga kelak kau mendapatkan pria yang benar-benar menyayangimu setulus hati."

Dave memejamkan matanya sebentar untuk melepaskan rasa yang berkecamuk di dalam drinya saat ini, pikirannya sangat kacau bak benang kusut, ia hanya bisa berharap bahwa langkah yang ia ambil adalah langkah yang terbaik untuknya dan untuk wanita itu.

"Kak!"

Saat mendengar suara seseorang yang memanggilnya, Dave membuka paksa kedua bola matanya, dia menoleh ke arah samping. Terlihat wanita cantik berpakaian rapi dengan rambut panjang terjuntai ke bawah tengah mengembangkan senyuman di wajah indahnya menatap ke arahnya.

"Ada apa, Nia? Tidak biasanya kau datang kemari," sahutnya dengan heran.

"Memangnya aku tidak boleh datang kemari untuk menjenguk kakak?" tanyanya dengan bibir cemberut menatap ke arah Dave, dia melangkahkan kedua kaki jenjangnya mendekat ke arah kakak tertuanya.

"Tentu saja boleh, Nia. Kakak hanya merasa heran dengan kedatanganmu, sebab kau tidak pernah mau ikut kakak ke kantor," celetuk Dave tersenyum simpul menatap sang adik. Devania selalu datang diwaktu yang tidak tepat, di mana saat pikirannya sedang amat kacau.

"Aku hanya ingin mengunjungi kakak, aku tahu pasti kakak sedang tidak baik-baik saja, 'kan?" goda wanita itu dengan tersenyum menyeringai. "Jika kakak butuh teman curhat, Nia bersedia mendengarkannya, Kak!" sahutnya dengan nada gembira.

"Kakak baik-baik saja kok, kau dengan siapa kemari?" tanyanya mencoba mengalihkan pembicaraan dengan wanita itu, dia sangat segan untuk kembali membahas hal yang baru saja hendak dia lupakan.

"Kakak bohong, 'kan? Hayo! Kakak sudah pandai untuk berbohong, ya?" goda Devania sambil tertawa kecil menggoda sang kakak yang sejak tadi terlihat murung.

"No! Kakak tidak bohong, Nia. Bagaimana bisa kakak bohong denganmu?" kata Dave sambil menaikkan satu alisnya menatap wanita cantik di sampingnya itu.

***

Setelah dipaksa berulang kali oleh Devania, akhirnya laki-laki itu menyerah dan terbuka tentang apa yang sudah membuatnya galau, merasa tidak tenang dengan permasalahan ini.

"Jadi apa yang akan kakak lakukan? Apakah kakak akan membiarkan Angelina terluka saat mengetahui kakak sudah menikah?" tanya Devania dengan raut wajah seriusnya.

Dave menghela nafasnya panjang, dia menatap Devania dengan dalam. "Kakak minta jangan memberitahunya, Nia. Kakak belum siap untuk melihatnya terluka dan kecewa karena kakak," sela Dave meminta pada adiknya dengan penuh harap.

Seketika raut wajah gadis cantik itu berubah, dia tidak menyangka dengan keputusan yang diambil oleh sang kakak, padahal dia berharap bahwa kakaknya akan menolak perjodohan itu dan menikah dengan Angelina--wanita yang dicintai oleh Dave.

"Kau egois, Kak! Aku kira kau akan menolak perjodohan itu demi Angeli, ternyata tidak. Kau keterlaluan, Kak! Aku kecewa denganmu, Kak!" seru Nia protes, dia tidak habis pikir dengan keputusan yang diambil oleh Dave--kakaknya itu.

Ternyata realita berbeda jauh dengan ekspetasi yang dia harapkan. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana sakitnya hati Angelina saat tahu kenyataan Kak Dave akan segera menikah dalam waktu dekat ini.

"Jika kau berada di posisiku, kau akan mengerti alasan apa yang kakak sembunyikan, Nia." Dave bergumam di dalam hati, pandangan matanya memperhatikan gadis yang ada di hadapannya sangat kecewa dengan apa yang dia ambil.

Toh, bukankah level tertinggi mencintai adalah mengiklashkan?

Mungkin ini semua adalah suratan takdir yang sudah tertulis untuk mereka.

Hubungan mereka tak akan hilang, mereka terikat dengan hubungan kakak dan adik.

"Jika kau ingin membenci kakak, silakan. Kakak tidak akan melarangmu untuk itu, silakan lampiaskan kemarahanmu denganku, Nia."

"Kenapa kakak tidak berterus terang dengan mami sama papi bahwa kakak mencintai Angelina?" tanyanya dengan nada tinggi.

"Tidak bisa, Nia. Kalian adalah adikku, bukankah kakak tidak bisa mencintai adiknya? Kakak menyayangi kalian sebagai seorang kakak, tidak lebih dari itu, Nia."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!