Setiap pagi kedai "Bu Ratna" selalu sibuk melayani pelanggan yang membeli makanan untuk sarapan mereka.
Rain Almahera anak tunggal Bu Ratna selalu membantu sang ibu untuk melayani para pelanggan yang membeli makanan di kedainya.
"Rain tolong bungkusin dulu punya ibu itu ya!"teriak sang ibu yang sibuk juga melayani pelanggan lainnya.
"Iya bu," jawab Rain sambil menghampiri sang ibu yang memesan beberapa bungkus makanan. Rain selalu membantu sang ibu sebelum ia berangkat ke sekolahnya.
Hari ini hari Minggu jadi Rain bisa dengan leluasa membantu sang ibu. Sekitar jam 9 baru kedai agak sepi nanti jam makan siang kedai akan kembali ramai.
"Bu,, Rain nanti kalo lulus mau kuliah boleh nggak?"tanya Rain saat ia selesai membereskan meja dan mencuci piring yang kotor. Mereka duduk di salah satu meja yang ada di sudut ruangan.
Sang ibu memandang putri semata wayangnya dengan penuh kasih sayang. Ia lalu mengusap rambut panjang sang anak.
"Bukan boleh tapi kamu harus kuliah, Nak! Jangan pikirkan tentang biaya karena mendiang ayah sudah menyimpan deposito untuk kuliah kamu, Nak!" ucap sang Ibu sambil membawa anaknya ke pelukannya.
" Andai Ayah, masih ada mungkin ia akan bangga memiliki putri secantik dan sebaik kamu,lanjut sang ibu sambil menerawang jauh.
"Bu,ayah sudah tenang di sana,"ucap Rain sambil memeluk erat tubuh ibunya, percakapan mengenai sang ayah selalu membuat mereka jadi sedih.
Jam Makan Siang
Kedai Bu Ratna mulai kembali ramai, karena sekarang waktunya jam makan siang, kebetulan di sebrang kedai Bu Ratna ada beberapa gedung perkantoran, yang membuat kedai itu selalu ramai oleh para karyawan kantor.
Bu Ratna dan Rain sibuk melayani pelanggan, karena kedai Bu Ratna masih termasuk kedai kecil jadi beliau belum berani untuk menerima karyawan yang bisa membantunya. Karena selama ini dibantu Rain pun pekerjaan mereka terselesaikan.
Saat mereka sibuk, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan kedatangan dua orang pria berpakaian formal, dengan jas hitam melekat di tubuh mereka.
Yang satu bertubuh tinggi, kulitnya putih, rahangnya tegas tapi menampilkan wajah yang arogan dan dingin, sedang yang satu lagi lebih pendek dari pria dingin itu, namun wajahnya lebih bersahabat dan selalu tersenyum.
"Ngapain lo bawa gue ke sini?"ucap pria dingin itu pada pria yang lebih ramah.
"Udah deh bos, dijamin ketagihan,"jawab nya sambil menarik yang disebut bosnya itu ke meja dekat jendela.
"Bu itu pelanggan baru ya?"tanya Rain karena selama ini dia belum pernah bertemu dengan orang-orang itu.
" Sepertinya, udah kamu tanyain sana mau pesen apa? "jawab sang ibu sambil mendorong bahu anaknya untuk melayani tamu yang baru datang itu.
Rain pun menghampiri meja kedua orang itu, dengan membawa buku kecil di tangannya.
"Maaf Pak, mau pesan apa?"tanya Rain ramah dengan senyum tak lepas dari wajahnya.
Pria dingin itu menatap Rain dengan intens, bahkan ia juga memperhatikan Rain dari ujung rambut sampai ujung kakinya.
Hal itu membuat Rain agak risih, lalu ia buru-buru mengulang pertanyaannya,untuk menghilangkan rasa tidak nyaman.
"Kenalin nama saya Dio, dan ini teman saya Davian,"ucap pria yang berwajah ramah itu.
"Oh oke, pak Dio sama Pak Davian mau pesan apa biar saya catat?"jawab Rain ramah, dan menatap ke arah Dio, karena ia merasa risih saat melihat ke arah Davian.
"Yang spesial disini apa? Kam pesan itu! "jawab Dio. Lalu Rain pun mengangguk dan pamit untuk menyiapkan pesannya.
"Siapa cewek itu?"tanya Davi saat Rain sudah pergi.
"Urusan cewek aja gercep lu,"jawab Dio jengah.
Davian hanya mengangkat bahunya tak peduli lalu ia kembali mengulang pertanyaannya.
"Namanya kalo nggak salah Rain, dia anak tunggal pemilik kedai ini,"jelas Dio.
"Jangan macem macem dia masih SMA, bocah ingusan,"lanjutnya.
Davian hanya mencebikan bibirnya tak peduli. Lalu setelah itu pesanan datang dan yang mengantar wanita paruh baya yang kalo dilihat masih terlihat cantik di usianya yang sudah tidak muda lagi.
"Silahkan, selamat menikmati, semoga berkenan dengan makanan sederhana kami di sini!"ucapnya ramah. Dio dan Davian hanya mengangguk, lalu wanita itu pun berlalu.
"Nah itu ibunya, Dav,"ucap Dio saat bu Ratna sudah pergi.
"Pantes,"jawab Davi singkat.
"Pantes apa lo, nggak jelas,"ucap Dio sambil mengerutkan keningnya.
"Cantik,"jawab Davi sambil melahap makanan di depannya.
Dio hampir menyemburkan makanan yang ada di mulutnya saat mendengar ucapan sahabatnya.
"Selera lo udah ganti ke ibu-ibu, Bro!"pekiknya dengan tidak percaya.
Davi refleks menendang kaki sahabatnya itu di bawah meja.
"Sialan nggak lah, maksud gue pantes anaknya cantik, ibunya juga cantik,"jawab Davi jengkel.
Dio pun terkekeh dan kembali melanjutkan makannya, yang menurut dia makanan ini sangat enak dan mengingatkannya pada sang ibu yang jauh di sana.
Setelah mereka selesai, lalu Davian yang bergegas ke kasir dan membayar makannya. Saat ini yang bertugas di kasir adalah Rain.
"Meja 7 ya, Pak, totalnya 50k,"ucap Rain ramah. Lalu Davian mengeluarkan uang seratus ribu dan masih hadir buat nikung point orang pada Rain. Saat Rain mengambil uangnya, tiba-tiba Davi memegang tangan Rain dan berucap.
"Ambil kembaliannya Cantik, aku akan datang tiap hari ke sini!"ucapnya sambil mengedipkan matanya yang membuat Rain bergidik.
"Tapi, pak-"jawab Rain saat Davi langsung berlalu.
"Iiih ko ngeri gue ya,"gumam Rain sambil memasukkan uangnya ke laci.
Rain pun kembali menerima bayaran dari para pelanggan yang mengantri di kasir.
Hari ini berjalan dengan lancar, kecuali pertemuan dengan orang dingin itu.
Sekitar jam 8 malam mereka menutup kedainya dan pulang ke rumah yang jaraknya hanya 200 meter dari kedai.
Di Rumah Rain
"Bu,kok aku takut ya sama orang yang tadi pakai jas itu?"ujar Rain saat mereka sedang menonton televisi.
"Kenapa memangnya?"tanya sang ibu sambil mengerutkan keningnya.
Lalu Rain pun menceritakan kejadian saat di kasir.
Sang ibu pun mengangguk lalu ia berucap.
"Ya udah kalau mereka datang lagi biar ibu saja yang layani kamu yang lain aja,"ucap sang ibu. Rain pun mengangguk dan memeluk ibunya.
"Oya, emang kalo kerja kantoran Minggu nggak libur ya, Bu?"tanya Rain tiba-tiba.
"Mana ibu tahu, mungkin mereka orang sibuk, udah sekarang kamu tidur gih, besok kan sekolah!"jawab sang ibu yang diangguki Rain.
Di Rumah Davian
"Kamu dari mana aja sih dari kemarin nggak pulang?"omel mami Sherli pada Davian.
"Kerjaan banyak, Mam, makanya aku ga pulang,"jawab Davian datar sambil berlalu ke kamarnya.
Setelah di kamar ia membersikan tubuhnya yang lengket, lalu memakai boxer tanpa memakai baju. Itu kebiasaan Davian saat tidur.
Davian mengingat kejadian kemarin saat ia sedang berada di rumah Dio.
"Sayang, kamu kok nggak jemput aku sih?"ucap Tania sambil bergelayut manja di pangkuan Davi.
"Aku sibuk,"jawabnya datar.
Tania merupakan kekasih Davi entah yang ke berapa. Bahkan Dio sebagai sahabatnya kadang ikut pusing melihat ia bergonta ganti wanita setiap saat.
Dio yang masih asyik dengan ponselnya, baru menyadari saat Davian dan Tania sudah tidak ada di hadapannya. Namun, suara lenguhan terdengar dari kamar tamu rumah Dio.
"Sialan, nggak nyadar apa gue masih jomblo,"gerutu Dio sambil berlalu.
Kembali ke kamar Davian
Davian mengusap wajahnya kasar, ia jadi cowok brengsek gara-gara dia.
"Gara-gara kamu aku jadi kaya gini,"ucapnya sedikit berteriak.
"Gue benci liat cewek mana pun. Semua pasti gue dapetin bagaimanapun caranya,"lanjutnya.
Setelah kejadian 3 tahun lalu, Davian jadi cowok yang terkenal gonta-ganti cewek, bahkan semua ia dapatkan dengan mudah. Tapi di hatinya tidak sedikit pun ada rasa cinta untuk mereka, yang ada hanya bagaimana cara ia merusak yang namanya perempuan.
Davian selalu merasa gelisah saat malam datang. Ia selalu mengingat masa lalunya yang suram.
Saat ia hendak melelapkan tubuhnya untuk tidur, tiba-tiba ketukan di pintu kamarnya membangunkannya.
"Daviiii,,,,!"suara panggilan mami terdengar dari luar.
"Apaan sih Mami," gumamnya.
"Iya mam bentar!"ucap Davi lalu beranjak dan membuka pintu.
Sang mami sudah bersedekap di hadapan pintu kamarnya. Wajahnya terlihat marah.
" Kenapa sih Mam, kok gitu amat mukanya?"goda Davi.
"Udah cepetan turun, papi mau ngomong sama kamu,"ucapnya tak terbantahkan. Davi pun memakai kaos putih yang ada di kursi, lalu bergegas mengikuti sang mami.
Saat sampai di ruang keluarga nampak sang papi sedang duduk di sofa dengan ponsel di tangannya.
Sang mami duduk di sampingnya.
"Duduk!"titah sang papi tegas, dan itu pun langsung dilakukan Davian.
"Mau sampai kapan kamu kaya gini, Davi?"ucap Papi Rangga. Davi sempat mengerutkan keningnya saat mendengar pertanyaan sang papi.
"Maksud papi?"tanya Davian.
"Papi tahu apa yang kamu lakukan di luaran sana? Inget kamu tuh udah punya tunangan, Davi," lanjut sang papi.
"Tunangan?"Davian terlihat shock mendengar ucapan papinya kali ini.
"Iya kamu udah papi tunangkan sama anak sahabat papi, tapi untuk sekarang kalian belum bisa dipertemukan,"jelasnya.
Lalu tiba-tiba sang mami memberikan kotak berisi cincin.
Davian menerimanya dan melihat cincin tersebut, di dalamnya terukir inisial "DR". Davian mengerutkan keningnya.
"Mami tahu kamu sering bawa cewe, tapi mereka bukan jodoh kamu, segimanapun kamu mencintai dia, takdir tidak memihak sama kamu,"jelas sang mami.
"Terus apa cewek itu mau sama Davi, apa dia setuju?"tanya Davi penasaran. Karena saat ini dia sedang membenci yang namanya perempuan kecuali sang mami.
Papi dan mami saling pandang, lalu mereka mengangguk sambil tersenyum.
"Nanti saat waktunya sudah tiba, kami akan mempertemukan kalian untuk meresmikan tunangan kalian,"ucap sang papi.
"Inget jangan pernah menyakiti hati perempuan, Davi!"ucap sang papi mengakhiri percakapan mereka.
Davian pun kembali ke kamarnya sambil membawa kotak cincin yang diberikan sang mami.
" Sial,,, siapa yang jadi tunangan gue?"teriak Davi tertahan di kamarnya. Namun ia memgingat ucapan sang mami, kalo dia akan jadi jodohnya. Davian pun menyematkan cincin itu di kalungnya. Ia belum mau memakai cincin itu sebelum ia tahu siapa yang akan jadi tunangannya.
" DR" apa mungkin itu dari nama Diandra? "gumam Davian. Sampai akhirnya ia pun terlelap karena lelah.
Bersambung....
Hai... Welcome back setelah " MY POSSESSIVE LOVE " sekarang lanjut yuk ke cerita baru aku...
" DR"
kenapa judulnya irit banget biar kalian gampang nyari, sama mudah di inget aza oke...
Jan lupa tinggalkan jejak like, komen, sama bintangnya ya 5 kalo bisa😁😁
Sun online untuk kalian yang selalu baca cerita aku...
Oya atu lagi gabung di gc yuk biar bisa ngobrol brg aku
Rain Almahera lahir dari ibu bernama Ratna Dewi dan ayah bernama Heryawan. Dia gadis yang cantik, berkulit putih, tubuhnya juga mungil, rambutnya yang panjang menambah kecantikannya. Rain sangat mirip dengan ibunya.
"Bu kenapa nama aku, Rain? Kan kalo bahasa inggris itu artinya hujan. "tanya Rain pada sang ibu saat ia sedang membantu membereskan kedai.
Bu Ratna menoleh sambil tersenyum, lalu ia pun bercerita saat akan melahirkan putri kesayangannya.
" Saat itu hujan sangat deras, dan ibu sedang berjuang untuk melahirkan kamu, Rain, bahkan ayah juga membantu ibu, mendampingi ibu karena ia sangat mendambakan kehadiran kamu selama ini. "jelas Bu Ratna.
Rain menyimak penjelasan sang ibu, sampai lap yang ia pegang jatuh ke lantai. Lalu ia buru-buru memungut lap tersebut dan mulai mengelap meja lagi.
" Setelah kamu lahir, ayah langsung menamai kamu Rain Almahera karena hujan deras itu telah membawa berkah untuk keluarga kami, kami diberikan seorang bayi cantik yang menambah kebahagiaan kami. "lanjut sang ibu.
Rain pun langsung memeluk sang ibu dengan erat.
" Aku sayaaaang banget sama ibu! "ucapnya sambil menciumi wajah sang ibu.
######
"Bu ayo cepetan, keburu siang!" teriak Rain dari depan rumahnya. Sang ibu datang terburu-buru lalu mengunci pintu rumahnya. Mereka pun berangkat ke kedai. Lalu mulai memasak dan menyiapkan semua makanan.
Rain seperti biasa membantu sang ibu sebelum ia berangkat ke sekolah, yang untungnya jaraknya tidak terlalu jauh dari kedai.
Dari jam setengah 6 pagi sudah banyak pelanggan yang memesan untuk sarapan.
Sekitar jam setengah 7 Rain siap-siap untuk berangkat ke sekolah.
"Bu, Rain berangkat sekolah dulu ya"ucap Rain sambil mencium punggung tangan ibunya, dan juga mencium kedua pipi sang ibu.
"Iya sayang belajar yang bener ya! "ucap sang ibu sambil mengusap pucuk kepala putrinya.
Rain pun berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki. Saat ia sedang fokus berjalan tiba-tiba terdengar panggilan dari belakang.
" Raiiiiin tungguiiin! "teriak Alfikoh sahabat Rain. Ikoh panggilannya. Rain pun menoleh dan menunggu sahabatnya.
" Cepetan, Koh, lelet amad sih lu jalannya! "canda Rain sambil terkekeh.
" Iih elu mah, gue udah lari-lari kek gini! "gerutu Ikoh saat sudah berjalan berdampingan bersama Rain.
" Lo udah ngerjain tugas dari Pak Budi belum, Rain? "tanya Ikoh sambil membetulkan tali tasnya yang melorot.
" Udah dong, kalo lo? "tanya balik Rain.
" Udahlah, tumben banget ya gue ngerjain tugas. "kekeh Ikoh.
Rain hanya menanggapi dengan memutar bola matanya jengah. Tak terasa mereka sudah sampai di SMK Pratiwi tempatnya sekolah.
Mereka bergegas menuju kelas Tataboga di lorong sebelah kanan. Rain mengambil jurusan itu karena ia ingin memajukan kedai ibunya.
"Oya, Rain gimana hubungan kamu sama Kak Reza? "tanya Ikoh tiba-tiba saat mereka hampir sampai di kelasnya. Sebelum Rain menjawab ia melihat ke arah lapang dan di sana terlihat Kak Reza sedang jalan bareng dengan Kak Rena cewe populer di SMK ini.
Rain hanya menunjuk dengan dagunya pada Ikoh, lalu bergegas ke kelasnya. Ikoh melirik ke arah yang ditunjuk sahabatnya. Ia merasa miris dengan hubungan sahabatnya itu, karena yang ia tahu tiap kali, Rain menjalin hubungan cowonya selalu meninggalkannya dan memilih cewe lain.
Kelas hari ini berlangsung dengan lancar, Rain merupakan siswi cerdas di sekolahnya.
"Rain kita ke kantin yu! "ajak Ikoh saat jam istirahat. Rain mengangguk dan membereskan bukunya dulu ke dalam tas nya.
Mereka berjalan beriringan menuju kantin sekolah, saat mereka sedang berjalan sambil bercanda tiba-tiba.
" Bruuk..! "
Seseorang menabrak mereka hingga terjatuh.
" Aduuh kalo jalan liat-liat napa! "omel Ikoh sambil membantu Rain berdiri. Mereka berdua membersihkan roknya.
" Maaf-maaf gue ga sengaja, lo Alfikoh kan, dan lo Rain! "ucap cowo berkacamata yang menabrak mereka. Rain dan Ikoh hanya saling pandang.
" Kenalin gue, Vino! "ucap cowo itu sambil mengulurkan tangannya.
" Ya udahlah pan udah tau juga nama kita, duluan ya! "jawab Ikoh sambil menarik Rain menuju kantin.
Vino memandangi dua cewe yang melewatinya begitu saja. Lalu Vino pun mengikuti mereka ke kantin.
" Penasaran gue sama si Rain? "gumamnya dalam hati.
Rain dan Ikoh sedang menikmati batagor di meja sudut kantin.
" Rain kok bisa sih Kak Reza jadian sama Kak Rena? Tanya Ikoh tiba-tiba yang membuat Rain terbatuk. Lalu Rain hanya mengangkat bahunya tak peduli.
"Iih beneran gue penasaran ini, Rain? "lanjut Ikoh sambil mengguncang lengan sahabatnya.
" Ya karena gue gak cantik, udah lah ga usah dibahas. "jawab Rain seenaknya.
" Yaah kalo alasanya kek gitu berarti tih Kak Reza matanya juling, masa cewe cantik gini dibilang ga cantik. "gerutu Ikoh kesal namun sebuah tendangan di kaki membuatnya mengaduh.
" Apaan sih lo sakit tau! "omelnya sambil mengusap kakinya. Saat Ikoh menengok ke arah yang ditunjuk Rain di belakangnya, baru ia sadar kalo ternyata Kak Reza dan Kak Rena ada di sana bahkan sedang menatap ke arah mereka.
" Makannya mulut tuh dijaga kalo ngomong! "gerutu Rain, yang membuatnya jadi salah tingkah karena dia terus diliatin sama Kak Reza.
" Iya maaf abis gue esmoni sih! "jawab Ikoh.
" Esmosi Ikoh! "jawab Rain.
" Emosi elaah! "timpal Ikoh.
Akhirnya mereka tertawa bersama, dan setelah menghabiskan makanannya, Rain dan Ikoh pun kembali ke kelas.
Jam pelajaran berikutnya ternyata gurunya tidak hadir dan mereka diberi tugas untuk ke perpustakaan.
PERPUSTAKAAN
Kelas Rain sibuk mencari buku referensi buat tugas yang diberikan Bu Ela yang berhalangan hadir.
"Rain udah dapet belum bukunya? "tanya Ikoh sambil membawa beberapa buku di tangannya.
" Udah nih tapi atu lagi ada di rak atas, ga nyampe gue. "jawab Rain sambil mencoba melompat untuk mencapai buku yang dimaksud. Namun saat Rain mencoba meraih bukunya, ada tangan lain yang meraihnya tepat di belakang Rain.
Saat Rain menoleh ternyata Kak Reza.
" Eh, Kak, mau pake buku itu ya? "ucap Rain sedikit tergagap. Kak Reza hanya menatap intens pada Rain yang nampak salah tingkah. Saat Rain akan meninggalkan rak itu tiba-tiba tangannya ditarik Kak Reza.
" Tunggu Rain! "ucapnya yang membuat Rain terkesiap. Lalu dia memberikan buku yang tadi pada Rain.
" Aku minta maaf karena ga bisa mempertahankan hubungan kita, aku masih sayang sama kamu, tapi sepertinya takdir tidak memihak pada kita. "ucap Kak Reza sambil menggenggam tangan Rain.
Rain hanya terpaku mendengar semua penjelasan cowo yang ia cintai.
" Aku minta maaf. "lanjutnya lirih dan mencium tangan Rain kemudian berlalu.
Rain yang masih terpaku dengan peristiwa barusan tiba-tiba tubuhnya lemas dan merosot ke bawah.
" Kenapa rasanya begitu sakit, saat ia bilang masih sayang sama aku. "lirihnya sambil mendekap buku yang tadi diberikan oleh Kak Reza.
Ikoh kesal menunggu Rain yang tak kunjung datang ke mejanya. Kemudian ia pun berjalan menuju tempat Rain saat mengambil buku.
Ikoh terkejut saat melihat sahabatnya terduduk dengan air mata di pipinya.
"Rain lo kenapa? "bisik Ikoh saat menghampiri sahabatnya.
Rain hanya menatap Ikoh lalu ia langsung memeluk sahabatnya dengan erat.
Ikoh membalas pelukan sahabatnya sambil mengusap punggungnya berusaha menenangkan.
Sekitar 30 menit mereka terduduk di sana, tanpa ada yang mengganggu karena semua temannya sibuk dengan tugas mereka.
Rain belum siap bercerita pada Ikoh, sampai akhirnya suara bel pulang berbunyi. Rain dan Ikoh akhirnya kembali ke kelas dan mengambil tas mereka, tugas dari Bu Ela sudah ia berikan pada Ketua Kelas mereka.
Rain pulang bersama Ikoh, bahkan Ikoh mampir dulu ke kedai Bu Ratna.
Ia masih khawatir dengan keadaan sahabatnya.
"Koh sini makan bareng gue, sebelum lo pulang! "ajak Rain pada Ikoh. Ikoh pun mengangguk dan mereka makan bersama di meja sudut dekat kasir.
" Rain lo yakin baik-baik aja? "tanya Ikoh hati-hati.
" Gue baik-baik aja, Koh, besok di sekolah gue pasti cerita ke lo! "jawab Rain sambil menyuapkan makanannya.
Setelah mereka menghabiskan makanannya, Ikoh beebincang sebentar dengan Bu Ratna sementara Rain mencuci piring bekas makannya dan Ikoh.
" Makasih, Bu, makan siangnya, Ikoh ampe kenyang banget ini! "ucap Ikoh sambil tertawa. Mereka memang akrab jadi Ikoh sudah menganggap Bu Ratna seperti ibunya sendiri.
" Kalo gitu Ikoh pamit pulang dulu ya, Bu, besok Ikoh mampir lagi dah ke sini! "lanjutnya yang membuat Bu Ratna terkekeh.
Rain berjalan menghampiri sang ibu, lalu memijit bahunya.
" Apa hari ini rame, Bu? Ibu pasti lelah karena ga ada Rain! "ucapnya.
" Seperti biasa Rain, alhamdulillah, ga papa toh ibu bisa ngerjain semuanya kok. "jawabnya.
Mereka pun hanyut dalam percakapan ringan seputar sekolah Rain, sampai suara pintu terbuka, dan ternyata karyawan perusahaan di sebrang.
" Kok tumben telat makan siangnya! "ucap Bu Ratna ramah pada salah satu karyawan yang ia kenal.
" Iya nih, Bu, ada rapat dadakan, kami pesen seperti biasa aja, Bu! "jawabnya dan mereka pun duduk di meja yang sudah tersedia.
Rain pun mulai sibuk, membantu sang ibu menyiapkan pesanan para tamu, lalu menghidangkannya.
Rain yang tidak pernah mengeluh, selalu membuat Bu Ratna merasa beruntung.
Di luar terlihat cowo tinggi memperhatikan kegiatan mereka setiap hari...
Bersambung.....
Semoga ga bosen ya... Mudah mudahan bisa Up besok ini...
Aku gadang nih...
Jan lupa like, komen sma bintangnya ya,,,
Vote juga boleh😁😁
Oya masuk Gc Aku juga ya biar bisa ngobrol lebih dekat....
Tanpa kalian apalah artinya aku...
Makasiiiih... 😘 😘
Happy Reading...
Davian Bratasukma terlahir sebagai anak tunggal dari pasangan Mami Sherli Prameswara dan Papi Rangga Bratasukma. Karena terlahir sebagai anak tunggal ia sangat dimanja oleh kedua orangtuanya.
Kehidupan yang berlimpah harta membuatnya jadi cowok arogan dan tidak mengenal penolakan.
Usianya yang hampir menginjak angka 30 membuat dia terlihat lebih gagah dan matang, apalagi perusahaan yang ia pegang maju pesat.
Namun hingga kini ia masih belum mau mengakhiri masa lajangnya.
Davi terkenal sering gonta-ganti perempuan.
Malam ini seperti biasa Davi pergi ke tempat Dio bersama seorang perempuan dengan tubuh sexy.
"Sayang kita mau kemana? "tanya gadis itu sambil bergelayut manja di lengan kokoh Davi. Davi terus mempercepat jalannya saat sampai di depan rumah Dio. Kemudian ia membuka rumah Dio.
Dio yang saat itu sedang menonton televisi, tampak biasa saja karena ia tahu yang datang pasti Davi.
"Beuuh,,, cewek mana lagi nih?"sindir Dio sambil mengedipkan matanya.
"Berisik lo! "timpal Davi kemudian merangkul cewenya ke kamar yang biasa Davi pake.
" Sue ga liat apa disini masih ada jomblo! "omel Dio sambil mengalihkan saluran televisi yang jadi tidak menarik lagi.
Di kamar Davi
Terlihat mereka sedang berbaring di atas ranjang dengan peluh membasahi tubuh mereka, bahkan nafas mereka pun masih terengah. Cewe bernama Renata itu masih terlihat kesakitan, mungkin ini pertama kali untuk dia. Namun Davi tampak tak peduli ia hanya menyeringai puas telah menyalurkan hasratnya.
Davi hanya memanfaatkan setiap cewe yang mendekatinya, bahkan kadang dijadikan sebagai taruhan. Seperti Renata ia taruhan dengan Robin siapa yang bisa mendapatkan Renata akan memiliki motor sport milik Robin.
Bagi seorang Davian cewek mana pun gampang ia dapatkan, semuanya tanpa kecuali.
Semuanya terjadi setelah cinta pertamanya yg mengenaskan. Davian menjadi sosok yang sangat dingin dan hanya mempermainkan perempuan. Setiap yang menjadi ceweknya ia dapatkan semuanya dengan mudah termasuk tubuh mereka. Setelah itu Davian pergi meninggalkan mereka tanpa rasa bersalah.
Dio yang selalu jadi pelampiasan kemarahan para perempuan Davian, namun dengan harta yang berlimpah Davian menyuruh Dio untuk memberikan konspensasi pada para perempuan itu baik berupa uang atau pun perhiasan.
Pagi Hari
Davian terlihat sudah segar dengan rambut masih basah, ia menghampiri Dio yang sedang membuat sarapan di dapur.
Dio memang tinggal sendiri di rumahnya kedua orangtuanya tinggal di luar negri.
"Urusin cewek itu, Yo! "ucap Davi sambil duduk di meja makan sambil mengambil roti dan memberinya selai coklat.
" Diih, elu yang pake gue yang ribet, kebiasaan lu! "gerutu Dio dengan muka jengkel.
" Kapan sih lu tobat, mereka tuh cewe, Dav? "lanjut Dio kemudian duduk di depan Davian.
" Entar dah setelah gue bener-bener nemuin cewe yang sayang sama gue, yang ga liat gue dari harta gue doang, yang susah gue dapetin! "jawabnya santuy, yang membuat Dio menahan tawa.
" Ngapain lo tawa? "gerutu Davian sambil melempar sendok ke arah Dio.
Dio malah makin terbahak mendapat lemparan sendok dari sahabat gilanya.
" Lagian elu tuh keliatan banget sultannya, tiap deketin cewek pake baju bermerk, mobil mewah, gimana ga ngintilin lu tuh cewek. "jawab Dio sambil sesekali terkekeh.
Davian terdiam saat mendengar ocehan sahabatnya itu. Ia pikir benar juga apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu.
" Terus gue mesti jadi gembel gitu, baru dapat cewek yang bener? "tanyanya polos. Dio makin tergelak dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh sahabatnya itu.
Kemudian Dio berdiri dan menghampiri sahabatnya dan menepuk pundaknya.
Tak berapa lama terdengar suara memanggil Davian dari kamar Davian semalam.
" Daviaaan,,, sayaaaang!! "teriaknya. Davian bukannya menghampiri ia malah mendorong tubuh Dio, kemudian ia bergegas pergi meninggalkan rumah Dio.
" Sialan,,, ngapa jadi gue? "omel Dio saat melihat Davian memasuki mobilnya kemudian pergi.
Dio pun membuka kamar Davi dan melihat Renata sedang berusaha duduk sambil selimut membalut tubuhnya yang polos.
" Maaf, gue temennya Davi, dia tadi buru-buru berangkat ke kantor katanya ada meeting penting."jelas Dio karena melihat Renata mengerutkan keningnya.
"Kamu mau aku bantu? "lanjutnya. Renata yang memang kesulitan untuk berdiri akhirnya mengangguk.
" Aku mau ke kamar mandi, tapi badanku sakit semua, apa kamu bisa bantu aku? "ucapnya sambil menunduk.
Dio pun paham karena bukan kali pertama ia menolong perempuan Davi seperti ini.
Setelah selesai Dio pun bergegas keluar kamar dan menunggu Renata untuk diantar pulang.
Dio menunggu d sofa ruang tamu sambil memainkan ponselnya. Tak berapa lama Renata keluar dengan berjalan sedikit tertatih.
"Sialan semaleman gue gak dilepasin sama tuh monster. "gumamnya sambil membenarkan tali tas yang sedikit melorot.
Dio tak menyadari kedatangan Renata sampai tepukan di bahunya mengalihkan perhatiannya dari ponsel. Dio pun menoleh ke arah Renata yang berdiri di sampingnya.
" Eh udah siap, ayo aku anter kamu pulang! "ucap Dio sambil berdiri dan menyambar kunci mobilnya. Kemudian bergegas keluar rumah. Renata hanya mengikutinya dari belakang. Tubuhnya masih terasa nyeri walau ia sudah berendam air panas.
Saat mereka masuk mobil, Dio masih bertanya tentang keadaan Renata, namun gadis itu menjawab baik-baik saja. Dio pun akhirnya melajukan mobilnya dan mengantar Renata ke tempat yang dibilang oleh gadis itu. Suasana hening tanpa ada bahasan apa pun.
Di Kantor Davian
"Mana motor yang lo janjiin, gue udah menang banyak dari lo! "ucap Davian sambil menengadahkan tangannya pada Robin.
Robin terkekeh sambil melemparkan kunci motor yang dimaksud.
" Gue ga nyangka lo bisa dapetin cewek sombong kaya dia. "ucapnya sambil membantingkan tubuhnya ke sofa. Davian hanya menyeringai puas.
Mereka pun larut dalam obrolan ringan, lalu masalah bisnis sampai akhirnya Robin pamit kembali ke kantornya.
Setelah Robin benar-benar pergi, Davian menyandarkan tubuhnya ke sofa, dengan desahan yang berat,kemudian kedua tangannya menutup wajahnya dengan gusar.
"Gara-gara kamu, Di! Aku jadi kayak gini, aku benci pada semua cewek, aku jadi laki-laki breng***k gara-gara kamu! "lirihnya kemudian mengusap wajahnya kasar.
Setelah itu Dio datang dengan membanting pintu di belakangnya.
" Sialan lo, Dav! "ocehnya lalu membanting tubuhhnya di sofa samping Davi.
" Apaan lo! "ucap Davi sarkas. Kemudian berdiri dan berjalan ke arah jendela kaca besar yang menampakan pemandangan kota besar yang sibuk.
Dio melihat ke arah Davi kemudian berucap dengan nada jengkel.
" Udah deh lo berhenti, ngerusak anak orang, Dav! Gue ikutan ribet ngurusin para cewek lo! "ucapnya dengan penuh penekanan.
Dio selain sebagai sahabat juga adalah asisten pribadi Davian, yang siap melakukan apa saja.
Davian hanya menatap jengah ke arah Dio kemudian kembali menatap pemandangan di luar sana.
" Lo pake pengaman kan semalem? "tanya Dio penuh selidik. Davian pun menatap dengan jengkel ke arah Dio.
" Iya lah jijik banget kalo mereka sampe hamil anak gue, ga sudi gue! " omelnya yang malah mendapat cebikan dari Dio.
" Udahlah besok kan libur nih, gue ajak lo ke tempat baru mau? "sela Dio mengalihkan pembicaraan yang mulai dirasa menjengkelkan.
" Kemana? "tanya Davian sambil menatap Dio.
" Besok aja! "jawabnya santai.
Davian pun beranjak ke kursi kerjanya dan mulai membuka laptop dan beberapa berkas di mejanya yang mulai menumpuk. Davian memang gila kerja. Ia mampu menyelesaikan tugasnya untuk beberapa hari ke depan.
Pekerjaan yang menumpuk membuatnya betah tinggal di kantor hingga ia lupa untuk pulang. Davian dan Dio akhirnya tidur di kantor.
Keesokan Pagi
Davian dan Dio yang ketiduran di sofa kantor terbangun dengan badan yang pegal.
"Aaaw,,, sakit banget badan gue! "gumam Dio sambil meregangkan tubuhnya.
Davian juga tampak melakukan hal yang sama, kemudian ia beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Mereka kembali bekerja hingga makan siang tiba.
" Dav, ayo buruan gue ajak lo ke tempat baru! "ajak Dio sambil berdiri dan meregangkan ototnya yang kaku karena sepagian berjibaku dengan laptopnya.
Davian pun mengangguk tanpa sanggahan, kemudian mereka pergi bersama menggunakan mobil Davian. Hanya butuh waktu 10 menit unyuk sampai ke tempat yang dimaksud Dio.
Davian mengerutkan keningnya, saat Dio memarkirkan mobilnya di pelataran yang tidak terlalu luas dan di sana terdapat banner dengan tulisan "KEDAI BU RATNA".
"Ayo turun, ngapain lo masih diem dimari! "ajak Dio saat turun dari mobil.
" Lo ga salah ngajak gue ke tempat beginian? "jawab Davian sarkas.
Dio hanya terkekeh kemudian pergi lebih dulu, Davian yang ngga ngerti dengan maksud sahabatnya itu mengikutinya dari belakang.
Davian akhirnya bisa menyusul Dio dan masuk ke kedai tersebut, terlihat kedai itu ramai, dan ada 2 orang wanita di sana yang diyakini sebagai pemilik kedai. Yang satu wanita paruh baya yang masih terlihat cantik di usianya yang sudah tidak muda lagi, sementara yang satu lagi masih remaja dan terlihat cekatan saat melayani para pelanggan.
"Lo yakin bawa gue kesini? "ulang Davian saat sudah duduk di sebuah meja no 7 dekat jendela. Kemudian tak lama berselang datang remaja yang tadi diam di tempat kasir, rambutnya dicepol dengan rapih, sehingga lehernya yang jenjang terlihat indah di mata Davian.
Dia menanyakan pesanan kami, Dio yang menjawab, karena aku masih fokus memperhatikan gadis remaja itu dari atas sampai bawah.
"Dia masih bocah, Dav! "ucap Dio membuyarkan lamunanku.
Davian hanya menatap jengah pada Dio, tapi dalam hatinya ia merasa ada hal lain saat melihat gadis remaja itu.
Makanan yang dihidangkan ternyata membuat Davian dan Dio merasa lidahnya dimanjakan.
Setelah mereka selesai makan, Davian yang bergegas ke kasir untuk membayar, karena yang menjaga kasir itu, gadis remaja tadi.
"Aku akan sering kesini, cantik! "bisik Davian saat membayar makanannya. Gadis itu terlihat risih dan ada raut ketakutan di sana. Tapi Davian tidak peduli ia pun berlalu dengan tarikan di bibirnya.
" Kamu bakal jadi milik gue, cantik! "gumamnya sambil berlalu keluar kedai.
Dio sudah menunggu di mobil, setelah Davian masuk ia pun melajukan mobilnya meninggalkan kedai tersebut.
Saat mereka sampai di kantor, di ruangan Davian sudah ada cewek cantik duduk di sofa.
Bersambung.....
Happy reading...
Makasih ya udah setia baca cerita aku...
Like, komen, dan bintang kalian semangat buat aku.
Tungguin terus ya lanjutannya...
Semoga bisa up cepet...
Ngehalu juga ternyata butuh energi😁😁😘😘
Demi kalian jiwa halu aku terpanggil😂😘😘
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!