Drttt drtt drtt .
Suara ponsel bergetar. Nadia yang sedang mendesain pun menghentikan aktivitasnya. Dilihatnya Rena menelpon.
"Hallo Nad. Dimana kau? Apa kau bersama Riko?" tanya seseorang di balik telpon dengan nada tergesa.
" Tidak. Aku di kantor menyelesaikan desainku. Memangnya kenapa?" tanyaku dengan bingung.
"Oh God. Ternyata aku tidak salah lihat" gumam si penelpon dengan suara pelan.
" Rena kau bicara apa? aku tidak mendengarmu kau tahu?" ucapku.
"Nad dengar aku, aku melihat Riko memasuki kamar hotel bersama adikmu. Kau cepatlah kemari untuk meyakinkan" ucap Rena.
"Apa kau bilang? Riko ke kamar hotel dengan adikku? Yang benar saja, kau jangan bercanda." ucap Nadia.
" Ya ampun Nad, mana mungkin aku bercanda. Percayalah padaku. Kau bisa membuktikan nya sendiri,ok. Aku menunggumu di hotel xx, cepatlah" ucap Rena.
" Baiklah aku akan kesana" ucapku dengan nada tergesa lalu mematikan telpon.
Nadia pun berlalu tergesa meninggalkan kantor. Untungnya ini waktunya jam makan siang.
" Taxi" ucapku melambaikan tangan.
"Hotel xx pak" ucapku.
" Baik nona".
Taxi pun melaju. 20 menit kemudian sampailah ia di depan lobby hotel.
"Terima kasih pak" ucapku sambil membayar taxi.
" Sama sama nona".
Nadia menghampiri Rena yang melambaikan tangan.
"Nadia cepatlah, kenapa kau lama sekali. Ayo mereka di kamar 204, aku sudah mengikutinya" ucap Rena terburu lalu menarik lenganku.
" Diamlah kau membuat ku deg deg kan saja"
ucapnya. Lalu berjalan ke arah lift mengikuti langkah Rena.
Ting. Pintu lift terbuka di lantai 5 .
"Itu kamarnya Nad, capat kau lihat " kami tiba di depan pintu kamar.
Terlihat pintu kamar terbuka sedikit. Sepertinya penghuni kamar lupa menutup pintunya.
Ia membuka pintu perlahan. Baru saja pintu terbuka tampak terdengar suara erangan dan ******* di dalamnya.
"Ahh"
"Ahh"
"Riko, ahhhh"
Degg! jantungku berdetak kencang mendengarnya.
Lalu terdengar sahutan pria.
"Ahh Alia" terdengar racauan pria.
'Alia, mungkinkah kalian...' pekikku dalam hati.
Perlahan kami berjalan mendekat, hingga ku lihat dua manusia bergumul hebat di atas ranjang. Mataku terbelalak kaget. Terasa seperti anak panah menghujam jantungku. Tubuhku membeku melihatnya. Bibirku terasa kelu.
"Riko ahh" racau si wanita.
"Bersama sayang" timpal si pria.
"Ahhh" pekik keduanya.
Ya mungkin mereka mencapai puncaknya.
Prok prok prok. Terdengar suara tepuk tangan dari sebelahku.
"Bagus sekali kalian" ucap Rena dengan mendengus sinis.
Dua manusia yang baru saja bergumul panas pun menoleh terkejut.
"Nadia"
"Kakak" ucap mereka bersamaan.
Dengan cepat Riko melompat turun dan memakai kembali celana pendeknya. Dia berjalan mencoba menghampiriku.
"Berhenti" bentak ku.
Riko pun berhenti beberapa langkah dariku.
"Sayang, ini tidak seperti yang kau lihat, aku bisa jelaskan" ucapnya.
"Ha-ha-ha" aku tertawa dengan air mata menuruni wajahku.
"Tidak seperti yang ku lihat? kau bisa jelaskan? ucapku mengulangi.
"Kau pikir aku bodoh? hah? teriakku nyaring.
"Semuanya sudah jelas" tambahku.
Rena meremas kedua bahuku mencoba menenangkan ku. Riko terdiam dengan pandangan bersalah. Alia hanya diam menundukkan wajahnya.
"Kau tega sekali padaku Riko. Kau menghianatiku" ucapku sambil menangis pedih.
"Sayang, maafkan aku"ucapnya.
"Aku khilaf" tambahnya.
"Maaf katamu?" sambil mengernyitkan wajah.
"Heh" Nadia mendengus.
"Bagaimana bisa aku memaafkanmu?" teriakku histeris.
"Kau bajingan" teriakku. Dan 'Plak' sebuah tamparan mendarat di pipi Riko.
"Mulai detik ini hubungan kita berakhir, mulai saat ini kau tak lebih dari seorang asing" ucapku lalu berbalik pergi.
Riko menahan lengan Nadia.
"Tidak Nad. Kau tidak bisa seperti ini padaku. Maafkan aku, aku bersalah padamu" ucapnya memelas.
Nadia menghempaskan tangan Riko kasar.
"Jangan menyentuhku, kau menjijikkan" umpatku. Lalu menoleh pada Alia dengan pandangan kecewa.
"Kakak maafkan aku" ucap Alia menangis.
"Aku kecewa padamu" hanya itu yang ia ucapkan padanya.
Nadia pun berlalu pergi ia kecewa, marah, dan benci .
Keluar dari hotel xx.
"Nad, aku akan mengantarmu pulang. Kau tunggu disini aku akan mengambil mobilku" ucap Rena padaku.
Nadia pun mengangguk. Tak lama kemudian Rena pun kembali dengan mobilnya.
Tidd... suara klakson mobil menghampiri. Nadia pun membuka pintu lalu masuk.
Selama perjalanan tak ada yang mereka perbincangkan. Hanya ada suara tangisan pilu dari Nadia. Sesekali Rena juga menyeka air matanya yang ikut menetes. Ia turut bersedih atas apa yang telah terjadi. 'dasar pria brengsek.. berani nya dia bermain api dengan calon adik ipar nya sendiri. dasar adik tak berperasaan, mereka berdua sudah gila' umpatnya dalam hati. Ia begitu marah melihat sahabatnya di khianati seperti ini. 'Nadia...kasihan sekali kau' iba nya dalam hati.
Sesampainya di rumah. Nadia langsung berlari masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu nya kencang. 'brakk' suara pintu di tutup.
Rena pun ikut masuk ke dalam rumah. Mama dan Papa Nadia yang berada di ruang keluarga pun terjengkit kaget.
"Ah ya ampun " ucap mama kaget. Ia memegang dada nya yang berdebar.
"Ada apa dengan Nadia pah?" tambahnya.
"Hm entahlah coba mama lihat sana" kata papa sambil menyeruput teh hangat yang baru saja di buat istrinya itu. Lalu ia melihat Rena masuk k ruang keluarga.
"Rena ada apa dengan Nadia?" tanya mama.
"emh... sebenarnya Nadia" jawabnya ragu ragu.
"Ayo ceritakan saja. Apa Nadia ada masalah?" tanya mama lagi . Papa hanya diam mendengarkan.
"Begini Tante om ... " ucapnya lalu mulai menceritakan dari awal apa yang sebenarnya terjadi.
"Apa?" ucap mereka bersamaan dengan mata terbelalak.
Mama pun kembali duduk dengan lemas.
"Apa apaan mereka. Tak bermoral". ucap papa marah, kedua rahang nya mengeras. ia mengepalkan kedua tangannya erat.
"Oh ya tuhan, bagaimana bisa ini terjadi?" Mama pun menangis, meras terpukul atas apa yang terjadi. Ia tak menyangka putri kedua nya tega mengkhianati kakaknya.
"Pa bagaimana ini? bagaimana dengan pernikahan Nadia? kenapa harus Alia yang melakukannya?" tanyanya beruntun.
"Kita tunggu Alia pulang" ucap papa lalu merangkul pundak istrinya.
Beberapa menit berlalu setelah ia merasa sedikit tenang lalu "pa mama ke kamar Nadia dulu ya" ucapnya. Papa pun mengangguk.
"Rena, kau pulanglah dulu. Terima kasih sudah mengantar Nadia pulang" ucap papa.
"Baik om. Rena pamit om" ucap Rena. Papa hanya mengangguk dengan wajah datarnya.
Di kamar Nadia.
tok tok tok . Mama mengetuk pintu kamar Nadia.
"Sayang ini mama nak, boleh mama masuk?" tanya mama.
Ceklek, mama membuka pintu. Terlihat Nadia menelungkup di atas kasur menangis tersedu-sedu. Mama pun menangis, hatinya sakit melihat putrinya menangis pilu. Lalu ia mengusap air matanya dan menghampiri Nadia.
"Sayang" ucap mama dengan tangan mengelus rambutnya.
"Mama" ucap Nadia sambil menangis histeris.
"Kenapa mereka tega sekali padaku ma? bahkan adikku sendiri yang melakukannya" hiks hiks hiks ucap Nadia dengan tangisnya.
"Shut shut sayang. Mama disini mama disini. Menangis lah" ucap mama dengan membelai rambutnya dan memeluknya erat.
"Ini terlalu menyakitkan ma. Andai saja bukan Alia yang bersamanya mungkin tidak akan sesakit ini ma" ucap Nadia. Yang disebut dengan bersamanya adalah Riko. Ia enggan menyebutkan namanya.
"Ini terlalu menyakitkan ma, sungguh" ucapnya lagi.
"Bersabarlah sayang. Kau pasti bisa melewatinya" ucap mama menenangkan nya.
Nadia pun terus menangis sampai ia lelah dan tidur di pangkuan mamanya.
Hai readers. 👋 Ini karya novel pertama ku. tolong tinggalkan like nya ya biar author makin semangat untuk bikin episode selanjutnya. jangan lupa komentarnya juga. pencet juga love 💙 nya ya. jangan lupa vote dan hadiah juga . Hehehe author banyak maunya😁
Thank you 😊!
Hari pun beranjak malam. Lalu terdengar suara deru mobil tiba di pekarangan. Riko mengantar Alia pulang. Baru saja keduanya turun dari mobil ternyata papa dan mama menunggu nya di depan pintu. Papa pun berbicara.
"Masuk. Dan jelaskan apa yang kalian perbuat" ucap papa dengan nada dan raut wajah dingin. Mama hanya diam, sedih dan kecewa terpancar jelas di wajahnya.
Alia dan Riko saling menatap untuk sesaat lalu ikut masuk ke dalam rumah. Mereka pun duduk berhadapan di ruang keluarga.
"Apa yang kalian lakukan pada Nadia? katakan!" ucap papa dengan raut wajah menyeramkan.
Alia menunduk takut. "maaf pa" cicit Alia.
"Maafkan saya om, saya tak bermaksud menyakiti Nadia" ucap Riko.
"Sejak kapan kalian berhubungan?" tanya papa lagi.
"2 bulan terakhir om" jawab Riko jujur. Ia tak ada pilihan lain selain jujur. Walau bagaimanapun ia harus menerima konsekuensi atas apa yang ia lakukan.
"Berapa kali kalian tidur bersama?" tanya papa dengan wajah merah karena amarah yang menggebu.
Riko bungkam. Ia menelan saliva nya susah.
"Jawab" ucap papa penuh penekanan.
"em - 4 kali om" jawab Riko.
Papa pun bangkit berdiri lalu menarik kerah kemeja Riko dan melayangkan pukulan telak pada wajahnya bertubi tubi.
"Brengsek kau" teriak papa.
"Kau mempermainkan perasaan putri pertamaku lalu meniduri putri keduaku. Dasar kau bajingan" teriak papa penuh amarah.
Riko hanya diam tak membalas. Ia sadar ini kesalahannya.
"Papa stop pa. Kau bisa membunuhnya" mama melerai kemarahan papa. Papa pun menghentikan pukulannya dengan nafas yang masih memburu.
Darah mengalir dari hidungnya. Wajah Riko babak belur penuh lebam. Ia bangkit berdiri lalu duduk kembali. Alia hanya diam dan menangis ketakutan dengan kemarahan papanya.
"Alia, kenapa kau melakukannya? Kau pun tahu laki laki brengsek ini calon suami kakakmu" tanya papa dengan nada frustasi.
"Hiks hiks. Maaf pa. Maafkan Alia" ucap Alia sambil terisak.
"Sudahlah pa. Nasi sudah menjadi bubur. Sekarang bagaimana keputusan selanjutnya pa?" ucap mama dengan mata sembab.
"Hahhh" papa menghela nafas.
"Waktu pernikahan tinggal 5 hari lagi. Dan Nadia tentu saja tak Sudi menikah denganmu" ucap papa ketus.
"Tapi, pernikahan akan tetap berlangsung dengan Alia sebagai penggantinya. Kau tetap harus bertanggung jawab atas putri keduaku. Tak peduli ini sebuah khilaf atau kesalahan, kalian akan menikah" putus papa final.
"Dan beritahukan ini pada orang tuamu" ucap papa.
Lalu beranjak pergi dengan mama ke arah kamarnya, meninggalkan mereka berdua yang diliputi penyesalan.
Riko hanya bisa pasrah atas keputusan yang diucapkan calon mertuanya. Ia menyesal telah mengkhianati Nadia. Ia begitu tak sabar menahan hasrat nya yang sudah lama tak tersalurkan. Tentu saja ia bukan pria suci . Ia sudah sering tidur dengan para kekasihnya dulu. Tapi ia tak pernah tidur dengan Nadia sekalipun. Nadia begitu kolot karena tak mau melakukan hubungan intim pikirnya. Tapi ia menghargainya karena sangat mencintainya.
Tapi di suatu malam ia berada di club' dan bertemu Alia. Ia selalu melampiaskan pada minuman jika ia menahan hasratnya pada Nadia. Entah setan apa yang merasukinya tiba tiba saja ia menginginkan pelepasannya . Dan sebuah kebetulan Alia berada di club' yang sama. Lalu bermain bersama calon adik iparnya yang ia ketahui menyukai dirinya. Tapi penyesalan memang selalu berada di akhir.
flashback
Di club'.
Riko sedang anteng meminum wine nya. Ia sedang melampiaskan nya pada minuman ketika hasratnya pada Nadia mulai naik.
"****" aku tidak bisa menahannya lagi. Nadia aku menginginkanmu" desahnya.
Lalu datanglah Alia.
"Riko" panggilnya.
Riko pun menoleh. "Hei sedang apa kau disini?" tanyanya heran.
"Aku ingin mengatakan sesuatu padamu" jawabnya.
"Katakan saja" ucap Riko sambil menenggak habis wine nya.
"Aku menyukaimu. Aku tak akan merebutmu dari Nadia. Tapi aku akan memberikanmu milikku yang berharga. Apa kau mau menerima nya?" tanya Alia tanpa ragu.
"Hei, kau jangan gila" ucap Riko.
"Aku tahu kau butuh penghangat ranjang sekarang. Biar aku menghangatkan ranjangmu. Aku tak akan meminta kau menikahi ku" ucapnya.
"Kau serius? kau akan menyesal" ucap Riko.
"Ya aku serius" ucapnya mantap.
"Baiklah kau yang memintanya" ucap Riko yang wajahnya telah memerah.
Mereka pun melakukannya di sebuah kamar yang tersedia di club' malam itu . Awal pergulatan panas pun terjadi.
flashback off
Alia pun juga menyesal telah mengkhianati Nadia. Tapi mau bagaimana lagi ia tak kuasa menolak Riko, ia mencintainya. Ia pikir dengan tidur dengannya itu akan jadi kenangan sebelum Riko menikah dengan kakaknya. Ia tak bermaksud merebutnya hanya saja ia ingin memberikan mahkota' nya pada orang yang ia cintai. Dan sekarang ia menyesal telah menyakiti kakaknya.
Kini mereka berdua hanya bisa termenung dengan penyesalan mereka.
Jangan lupa like dan komen ya readers..
selamat membaca❤️
Jadiin favorit juga 💙
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!