NovelToon NovelToon

Terjerat Cinta Sang Casanova

TCSC - Epson 1

Ehem ini kisah nyata othor wkwkwk 🤣🤣

JANGAN LUPA LIKE, VOTE DAN KOMEN SERTA MASUKKAN KE RAK

Apa yang lebih menyakitkan dari pada patah hati? ENGGAK PUNYA UANG

^^^~ STARLA ZEANNE ABRAHAM ~^^^

Tok

tok

tok

"Zea cepat bangun, hari sudah pagi. " teriak Ibu dari luar pintu.

"Hmm. " gumamnya tanpa membuka mata.

Ibu mendobrak pintunya, berkacak pinggang melihat kelakuan anak gadisnya itu. Mulutnya komat kamit mungkin sedang membaca mantra eh menggerutu. "Ya ampun ini kamar apa kapal pecah, berantakan banget astaga. " sungut Ibu.

Ibu langsung pergi ke kamar mandi, tak lama kembali sambil membawa gayung.

Byur Ibu menyiram wajah puterinya itu, Zea langsung terbangun dan panik seketika.

"Banjir woy banjir. " ucapnya dengan panik.

"Banjir apa, makanya jadi anak perempuan itu mbok ya bangun pagi atuh neng. " omel Ibu.

Zeapun mengusap wajahnya yang basah, dia langsung nyengir kearah ibunya, namun nyatanya dalam hati dia jengkel dengan kelakuan bar bar emaknya. "Aku kira masih malam bu, makanya aku belum bangun. " elaknya.

"Kelakuanmu itu lho Zea, gimana mau punya pacar, kamu jadi perempuan enggak ada anggun anggunnya. " cibir Ibu.

"Halah Bu, pacar enggak penting bu, yang penting itu duwit alias uang. " balas Zea dengan santai. Ibu mendengus pelan mendengar jawaban puterinya, diapun berbalik dan ke luar dari kamar Zea.

Setelah kepergian ibunya, mau tak mau Zea bangun dan membereskan tempat tidurnya setelah itu pergi ke kamar mandi. Selesai dengan aktivitas paginya, dia ke luar dari kamar dan menuju ke meja makan. Zeapun memperhatikan penampilan kakaknya yang

terlihat rapi. "Eh bang Sak mau ke mana, tumben rapi bener? "

"Mau kerjalah, memangnya kamu kira abang mau ngeronda. " balas Sakti sambil tersenyum meledek.

"Minta uang dong bang Sakti, abangku yang paling tampan. " rayu Zea pada kakaknya.

"Hadeh kamu ini. " Saktipun mengeluarkan beberapa lembar uang, lalu memberikannya pada sang adik. Zea langsung tersenyum kegirangan mendapat uang dari kakaknya, ibu hanya menggeleng pelan melihat kelakuan puterinya.

Merekapun sarapan bersama dengan di temani candaan garing dari Zea. Selesai sarapan Sakti dan Zeapun berpamitan pada kedua orang tuanya.

##

Setibanya di sekolah Zea segera pamit pada abangnya lalu masuk ke dalam sekolahnya. Sakti melajukan motornya meninggalkan sekolah sang adik. Dengan cuek, gadis tomboy itu berjalan santai melewati genk dari Sonia, gadis cantik primadona di sekolah. Sonia dan genknya menatap benci kearah Zea yang berlalu dari hadapan mereka.

"Hei genk, sepertinya kita perlu mengerjai si tomboy itu deh. " ujar Serra, gadis berambut blonde.

"Memangnya lu berani Ser, kemarin kamu habis di lempar telur busuk sama si tomboy bukan! seru Carissa, si gadis bule. Serra merasa malu sekaligus kesal mengingat kejadian memalukan itu.

##

Sedangkan Zea kini berada di luar kelas sambil membaca komik. Ya bisa di bilang di sekolah Zea hanya memiliki beberapa teman saja, mungkin bisa dihitung pakai jari karena siswa siswi lain,merupakan orang kaya.

Puk seseorang menyentuh kepalanya, membuat Zea menoleh dan kembali acuh. Aiden mengulas senyumnya mendapat sikap jutek dari gadis di sebelahnya ini. "Kamu kenapa Ze, kayaknya bete banget gitu?"

"Enggak papa hanya saja kesenanganku telah kamu ganggu Den!

"Kenapa aku? aku 'kan hanya menghampiri dan menemani kamu yang sendirian di luar kelas. " Zea hanya diam, melanjutkan membaca komiknya lagi. Aiden tersenyum tipis,dia sudah terbiasa dengan sikap jutek dan galaknya si Zea.

Teng suara bel membuat Zea menghentikan hobbynya, dia bangkit dan masuk ke dalam kelas di susul Aiden. Zea berada di kursi paling belakang, karena mendengarkan pelajaran Sejarah malah membuatnya mengantuk wkwk.

Tak lama masuklah pak Didi, guru mata pelajaran Sejarah. Pria tua itu mencari kesudut ruangan, kedua matanya memicing kearah Zea.

"Zea Abraham, kenapa kamu memilih bangku di belakang?" tanya pak Didi.

"Di depan saya ngantuk pak jika mendengar penjelasan bapak! Murid lain langsung melihat kearah Zea namun Zea hanya acuh dan tak peduli. Pak Didi hanya menggeleng dan mulai menjelaskan Sejarah mengenai bom atom di negara jepang.

satu jam berlalu setelah pelajaran sejarah berakhir, Zea memutuskan mendengarkan musik di ponsel bututnya, sesekali dia mencuri dengar gibahan dari teman teman sekelasnya. Namun dia tak ambil pusing, karena membuat guru guru kesal adalah kebiasannya.

Merasa bosan Zea bangkit dan ke luar dari kelasnya. Tak sengaja dia berpapasan dengan Sonia, musuh bebuyutannya. Sonia memasang wajah sinisnya kearah Zea, "Jauh jauh dari Aiden, Aiden cuma milik gue. "

"Apa urusannya sama aku? " Zea menunjuk kearah dirinya sendiri dengan wajah bingungnya. Sonia mengeram kesal dengam wajah sok polos gadis dihadapannya.

"Bukankah kamu dekat dengan Aiden hingga dia menempel padamu. " Zea langsung tertawa mendengar lelucon dari Sonia.

Sejak kapan dirinya dekat dengan Aiden?? pertanyaan itulah yang kini berada di benak Zea. Zea menghela nafas dalam dalam,lalu menghembuskannya pelan, dia melirik Sonia melalui ekor matanya.

"Asal kamu tahu ya, Aiden sendiri yang mendekati ku, aku tak pernah meresponnya apa kamu enggak lihat. " ujarnya penuh penekanan.

"Minggir aku mau lewat. " Zea menyenggol tubuh Sonia dan bergegas meninggalkannya menuju ke kantin. Sonia mengepalkan tangannya, melihat kepergian Zea dengan sorot penuh kebencian.

Sampai di sana Zea langsung pesan makanan kemudian duduk. Tak lama pesanannya datang bersamaan dengan Tiara yang duduk berhadapan dengannya. "Eh Ze sepulang sekolah kita pergi ke toko buku yuk, aku mau mencari buku novel. "

Zea menimbang nimbang ajakan Tiara, kemudian mengangguk kecil. Tiara sangat senang Zea mau menerima ajakannya dan dia juga memesan makanan. Merekapun sibuk makan siang bersama sambil mengobrol berdua. Setelah selesai Tiara segera membayar pesanan mereka lalu pergi dari sana.

"Heran deh sama Sonya and the genks kayaknya mereka senang banget cari ribut sama kamu Ze!

"Biasalah Ra, kayaknya hidupnya enggak tenang jika enggak ganggu aku. "

"Kayak setan dong! mereka berduapun tertawa bersama sama, mereka masuk ke kelas masing masing. Zea memasang wajah masamnya melihat Aiden berada di sebelah bangkunya. Pengen banget memgumpat padanya namun Zea lagi malas bikin keributan. Dia langsung duduk di kursinya tanpa menyapa Aiden yang ada di sebelahnya.

Zea menoleh kearah Aiden dengan raut seriusnya. "Den, bisa enggak kamu enggak dekat dekat dengan aku, aku merasa enggak nyaman!

Aden menaikkan sebelah alisnya, mendengar ucapan Zea barusan. Dia menarik nafas dalam dalam, lalu menghembuskannya pelan. "Tapi Ze, hanya kamu gadis yang sikapnya normal di sekolah ini dan aku nyaman dekat dan berteman denganmu. " balas Aiden sambil tersenyum.

"Tapi enggak perlu terlalu akrab Aiden, aku enggak mau nantinya membuat seisi sekolah heboh, entar aku dituding jadi gadis yang menggoda kamu. " tegas Zea.

"Please Aiden, ngertiin posisi aku. " Zea menyela Aiden yang hendak berbicara padanya. Aiden terdiam, namun matanya terus memandang kerah Zea.

"Baiklah Ze, tapi kita masih bisa berteman 'kan?

"Tentu saja masih!

bersambung

TCSC - Epson 2

Kini Zea dan Tiara keluar dari toko buku, keduanya hendak masuk ke mobil milik Tiara. Hiks hiks hiks suara tangisan anak kecil membuat keduanya saling melirik satu sama lain. "Siapa yang menangis Ra? "

"Entahlah Ze, aku juga enggak tahu!

Keduanya memutuskan pergi kearah seseorang yang menangis, terlihat dari jauh seorang gadis kecil menangis sendirian di tepi jalan. Mereka berdua langsung menghampirinya, Zea langsung berlutut di hadapan gadis cilik itu.

"Sayang kamu kenapa menangis, apakah uang kamu jatuh? "

Tiara menepuk jidatnya mendengar pertanyaan Zea barusan. Gadis cilik itu menggeleng sambil mengerucutkan bibirnya. "Kalau kakak boleh tahu nama kamu siapa? "

"Khanza kakak, tadi Khanza perginya sama om Shaka dan kayaknya khanza tersesat. " gumamnya lirih.

Zea langsung berbisik di telinga sahabatnya, Tiara langsung menjitak kepala Zea setelah itu mereka kembali fokus pada Khanza. Zea mengusap kepala Khanza dengan lembut, lalu menggandengnya dan membantunya mencari sang om. Setelah lelah mereka memutuskan pergi ke restauran, Tiara memesan makanan untuk mereka bertiga.

"Kakak, ini pakai ini saja buat menghubungi om Shaka. " Khanza menyerahkan ponsel dari dalam tasnya pada Zea. Zea langsung mengambilnya dan segera menghubungi om dari Khanza ini.

"Halo, keponakan Anda bersama saya di restoran xx segeralah kemari! Setelah selesai Zea mengembalikan ponselnya pada Khanza. Tiara bantu Khanza memasukkan dalam tas.

Tak lama pesanan mereka datang, merekapun makan bersama sama. Tiga puluh menit berlalu seorang pria datang menghampiri ketiganya, Khanza berlari kearah omnya itu. Shaka bernafas lega telah menemukan keponakan cantiknya ini.

"Maafkan om ya Za, om lalai menjaga kamu. "

"Enggak papa om Khanza, untungnya Za ditolong kakak kakak cantik itu. " Khanza menunjuk kearah Zea dan Tiara, Sengaja mengamati kedua gadis itu dengan tatapan curiga. Zea yang pahampun langsung berdecak kesal pada pria asing dihadapannya.

"Om kira kami yang culik Khanza enak saja, kami masih sekolah kali om. Kayaknya om mulai pikun ya makannya keponakan om dilupain. " cerocos Zea.

"Pikun kepalamu, pria tampan kayak saya mana mungkin pikun bodoh, kamunya saja yang tidak lihat saya tampan!

"Enggak penting om, terpenting itu UANG dan Uang dan sebagai balas budi, om aja yang bayar makanan kita bye. " Zea menarik tangan Tiara dan mengajaknya pergi. Arshaka mendengus keras melihat kepergian kedua gadis barusan, dia segera menaruh uangnya di meja lalu ke luar dari Restauran.

##

Setibanya di Mansion, Shaka menemui orang tua dan adiknya di ruang tamu. Arshilla bangkit dan langsung memeluk puteri kecilnya itu.

"Sayang, mama sangat cemas sama kamu Za. " ucap Arshilla pada putrinya.

.

"Iya Mama, tapi untungnya Za di tolong kakak cantik. " Shilla menaikkan sebelah alisnya

mendengar jawaban puterinya, dia melirik

kearah sang Kakak Shaka diminta untuk menjelaskan. Shakapun menjelaskan kejadiannya pada keluarganya. Arshillapun langsung paham, dia kembali memeluk Khanza.

"Jadi penasaran sama gadis yang menolong puteriku. " gumam Shilla sambil melirik Shaka penuh arti. Shaka memutar bola matanya malas, bangkit dan pergi dari sana. Setelah kepergian Shaka, Arshilla langsung tertawa kencang dihadapan orang tuanya mengenai cerita kakaknya tadi.

"Jahil banget sih kamu nak, pasti di kamar kakak kamu itu tengah kesal sama kamu. " sambung bunda Jingga.

"Sekali kali menjahili si casanova kali bund! Bunda hanya menggeleng melihat tingkah puterinya, dia beralih pada sang cucu.

"Za, ayo ikut Oma ke kamar. " ajak bunda pada cucunya.

"Lets go Oma! Shilla membiarkan putrinya turun, dia tersenyum tipis melihat kepergian keduanya. Tak lama Papah Mike dan Alvaro pulang, papah Mike langsung menuju ke kamar sedangkan Alvaro menemui istrinya di ruang tamu.

Arshilla langsung memeluk sang suami, Alvaro terkekeh melihat tingkah manja istrinya. Tak lama senyumnya pudar, mengingat kesalahan dirinya kemarin pada Arshilla. Shillapun melepaskan pelukannya, menatap lekat pria yang menjadi suaminya ini.

"Kenapa Mas Al terlihat murung. " ujar Shilla dengan wajah penasaran.

"Aku teringat saat aku mengusirmu dulu sayang saat kamu sedang hamil Khanza. " gumam Alvaro dengan raut menyesal.

"Sudahlah Mas, lupakan saja masa lalu lebih baik fokus pada keluarga kecil kita. " Shills meraih tangan suaminya lalu diletakkan diatas perut buncitnya. Ya Arshilla hamil anak keduanya bersama Alvaro, Alvaro mengulum senyumnya sambil mengusap perut sang istri.

"Aku janji akan selalu membuatmu bahagia sayang. " ujar Alvaro dengan serius.

Ehem Shaka ikut bergabung bersama adik dan iparnya. Terlihat jelas jika Shaka masih sangat kecewa dengan Alvaro yang menyakiti adiknya kemarin kemarin. "Sekali lagi kamu menyakiti adikku karena perempuan lain, kupastikan detik itu juga aku pastikan nyawamu melayang. "

Alvaro mengangguk, dia sudah berjanji tak akan menyakiti Shilla lagi. Dia tak mau kehilangan istri dan putri mereka Khanza, Alvaro merengkuh tubuh istrinya dari samping sambil mengusap perutnya.

"Maafkan aku Shaka, aku janji tak akan mengulanginya!

"Bagus, aku pegang janjimu adik ipar. " Shilla menatap kakaknya itu dengan tatapan pekat serta memasang wajah manisnya.

"Kak Shaka bisakah kakak belikan aku buah apel dan susu ibu hamil!

"Ck suamimu 'kan bisa Shilla. "

"Shilla enggak mau jauh dari mas Al. " rengeknya manja. Arshaka hanya bisa mendengus keras melihat sikap menyebalkan adiknya. Diapun bangkit dan berlalu pergi meninggalkan adik dan iparnya. Alvaro tersenyum geli melihat tingkah istrinya, dia kecup kening sang istri dengan lembut.

"Kamu sengaja ya menyuruh kakakmu? "

"Iya Mas, habisnya kesel saja sama kak Shaka kayaknya masih marah dan kecewa sama kamu padahal aku sudah memaafkan kamu mas!

Alvaro tersenyum tipis mendengar penuturan istrinya. "Wajar sayang kamu adik perempuan dia satu satunya makanya dia sangat protektif padamu. "

Sementara Arshaka kini berada di pusat perbelanjaan, dia langsung membeli beberapa buah buahan serta susu ibu hamil,serta camilan dan lainnya. Setelah itu membawanya ke kasir dan membayarnya. Dia hendak ke luar dari toko namun tanpa sengaja, dia menabrak seseorang.

bruk

Alvaro mendongak, menatap kesal kearah gadis yang dia anggap sebagai penolong keponakannya. "Kamu lagi kamu lagi, apa kamu kalau jalan enggak lihat lihat atau kamu berniat membuntutiku. " ketus Arshaka.

Gadis di depannya terlihat bingung dengan ucapan Arshaka. Arshaka berdecak kesal dan berjalan melewatinya begitu saja. "Dilla, apa kamu baik baik saja? "

"Eh iya ya sudah kita masuk. " Gadis bernama Dilla itu mengajak Celine, sahabatnya masuk ke dalam pusat perbelanjaan.

##

Shaka melajukan mobilnya dengan raut kesal, bertemu dengan gadis kurang ajar yang mengatainya pikun. Diapun berkali kali mengumpat, terbayang wajah gadis yang dia tabrak seolah olah tak mengenalnya.

"Ck pura pura tak mengenalku, cih mengelikan! setelah itu dia fokus mengendarai mobilnya.

bersambung

JANGAN LUPA LIKE, VOTE DAN KOMEN

TCSC Epson 3

Maaf baru up soalnya kaki othor sakit, habis di jahit

jangan lupa like, vote dan komen

Langit berubah gelap, hujan turun dengan derasnya disertai angin kencang dan juga petir. Zea kini merapatkan selimutnya ke tubuhnya, menghalau rasa dingin yang menusuk kulit hingga ke tulang tulang.

"Dinginnya brrrr, kapan sih berhenti hujannya ck menyebalkan. " gumam Zea.

Cklek pintu di buka lalu masuklah Ibu ke dalam sambil membawa minuman. Ibu segera menghampiri puterinya, lalu duduk di sebelahnya sambil tersenyum. "Ze, ayo minum dulu sayang, ibu bawakan kamu teh hangat!

"Wah, terimakasih Bu! Zea menerimanya, menyeruput tehnya dengan pelan pelan, ibu mengulum senyumnya memperhatikan Zea namun senyumnya pudar kala mengingat seseorang. Setelah merasa hangat, Zea menaruh minumannya di meja, beralih menatap ibu tercinta. Dia menaikkan sebelah alisnya, merasa penasaran dengan apa yang tengah dipikirkan ibu.

"Ibu ada apa, katakan sama Zea kenapa ibu sedih? "

"Eh enggak ada apa apa nak! Ibu memaksakan senyumnya di hadapan Zea, Zeapun sebenarnya menyadarinya namun memilih tak bertanya. Ibu bangkit dan ke luar dari kamar puterinya, Zea menatap kepergian Ibunya dengan raut heran dan penasaran.

Zea kembali menyeruput tehnya hingga habis, setelah itu berbaring dengan selimut yang membungkus tubuhnya.

##

Pagi hari yang cerah, dengan penuh semangat Zea telah selesai bersiap. Diapun keluar dari kamarnya bergegas pergi ke meja makan.

"Yah, Ibu merindukan saudarinya Zea. " ujar Ibu dengan lirih.

Zea menghentikan langkahnya, dia merasa bingung dengan ucapan ibunya barusan. Diapun memilih bersembunyi, mencoba mencuri dengar obrolan orang tuanya. Ayah menghela nafas panjang, kembali menatap Ibu.

"Sudah jangan bahas lagi Bu, jangan sampai Zea mendengarnya. "

"Iya Ayah!

Zea merasa kecewa, tak mendapatkan informasi. Diapun muncul dan bergabung bersama orang tuanya, Ayah menoleh dan tersenyum hangat kearah puteri bungsunya.

"Di mana abang Sakti, Ayah!

"Abangmu sudah berangkat nak. " Zeapun mengangguk, dia ingin sekali bertanya mengenai ucapan ibu tadi namun dia urungkan. mereka bertiga sarapan bersama, Zea mencuri pandang kearah orang tuanya secara bergantian.

"Yah bagaimana kalau Zea cari kerja saja? "

"Fokuslah dulu sama sekolahmu sayang, Ayah enggak mau sampai kamu melalaikan pendidikanmu!

Selesai sarapan Zea segera pamit pada orang tuanya. Dia bergegas ke luar dari rumah dan menunggu kendaraan umum di tepi jalan. Gadis tomboy itu masuk ke dalam bus, selama perjalanan ke sekolah dia terus kepikiran ucapan ibunya yang dia dengar tadi.

"Apa benar kalau aku memiliki saudara lain selain bang Sakti? " gumamnya.

Setelah 15 menit, Zea turun dari bus dan menyeberang jalan. Dia bergegas masuk ke dalam area sekolahnya.

"Zea. " panggil seseorang

Zeapun langsung menghentikan langkahnya, menoleh ke belakang. Tiara langsung mengatur napasnya yang memburu, setelah tenang dia memandang kearah sahabatnya dengan lekat. Zea menatap sahabatnya itu dengan tatapan bingungnya.

"Kamu sudah lihat pengumuman di mading belum? "

"Pengumuman apa sih Ra? " Tiara menghela nafas panjang, menarik tangan Zea lalu membawanya ke tempat mading yang letaknya dekat perpustakaan. Sampai di sana Zea terkejut setengah mati, melihat foto dirinya di pajang dan lebih mengkagetkan adalah chaption di bawahnya.

"Siapa yang melakukan ini semua Tiara, katakan! geram Zea.

Tiara merasa gugup, terlihat jelas sahabatnya kini tengah menahan kekesalannya. "Sonya and the genks Ze. "

"Sialan, lagi lagi mereka. Aku harus memberi mereka pelajaran. " Zea berbalik dan berjalan terburu buru, Tiara langsung menyusulnya.

Sementara Sonya dan the genks berada di luar kelas, mereka tertawa bersama karens berhasil membalas Zea. "Aku yakin sebentar lagi si tomboy, jadi bahan gunjingan haha. "

"Sonya. " teriak Zea dengan suara menggelegar, Zea menghampiri Sonya dan teman temannya. Srek dengan berani Zea menarik rambut Sonya dengan keras, semua orang terkejut dengan tindakan Zea.

"Aw lepasin rambutku sialan. " makinya dengan nada kasar. Kedua sahabat Sonya tak tinggal diam, dengan keras mendorong tubuh Zea. Zea berdecak kesal, kesenangannya di ganggu. Dia langsung menatap tajam kearah Sonya dan tbe genk secara bergantian.

"Sekali lagi kalian memfitnahku, kupastikan kubabat habis rambutmu hingga botak. " Setelah mengatakan ucapan penuh peringatan. Sonyapun langsung bangun, merapikan rambutnya yang berantakan setelah itu masuk ke dalam kelas.

##

Sementara itu Kanza terus merengek pada orang tuanya dan juga pada Arshaka, pamannya. "Om, Za pengin ketemu kakak cantik dan Za kangen! rengeknya.

Arshaka menghela nafas dalam dalam, lalu menghembuskanya pelan. Dia menatap Khanza, keponakan cantiknya itu dengan raut bingung. "Tapi Om enggak tahu di mana kakak cantik tinggal sayang. " ujar Arshaka dengan lembut.

Huwaaa Hiks hiks Khanza menangis histeris, Arshilla berusaha menenangkan puterinya namun tetap tidak berhasil. Dia langsung melirik kakaknya, supaya membujuk Khanza.

Arshaka langsung menggendongnya, berusaha menenangkan Khanza namun semakin lama membuatnya frustrasi. "Za jangan menangis, baiklah baiklah om akan mencari keberadaan kakak cantik oke!

Khanzapun berhenti menangis, mata bulatnya kembali berbinar cerah memandang kearah omnya itu. Arshaka segera menghapus sisa sisa air mata di pipi keponakannya. "Om Shaka janji ya, bawa kakak cantik kemari secepatnya. "

"Iya Za sayang, om janji!

Shilla bernafas lega melihat puterinya yang telah berhenti menangis, namun dia tertawa kecil melihat raut frustrasi di wajah Arshaka saat ini. Arshaka menurunkan keponakannya, Khanza segera berlari kearah opa dan omanya.

"Kak, secepatnya kakak harus cari gadis itu. Aku enggak mau Khanza kecewa jika kakak enggak bisa mengabulkan keinginannya!

"Ya aku tahu Shill, aku akan mencarinya

segera. " Arshaka mengeluarkan ponselnya, dia menghubungi seseorang setelah itu bangkit dan pergi dari ruang tamu. Arshilla menatap kepergian sang kakak dengan senyuman penuh arti.

"Aku penasaran dengan gadis itu. " batin Arshilla.

Arshilla menoleh, tersenyum kearah suaminya yang memeluknya dari samping. Tangan Alvaro kini mengusap perut buncit sang istri dengan lembut, lalu keduanya berciuman singkat.

"Kamu jangan terlalu capek sayang, ingat kamu sedang hamil. "

"Aku enggak papa Kas, lagian tadi Khanza menangis karena ingin bertemu kakak cantik. " Arshilla memceritakan semuanya pada sang suami, Alvaro hanya tertawa kecil. Keduanya kembali memperhatikan puteri mereka yang bermain bersama opa dan omanya.

"Enggak kerasa ya mas, bentar lagi kita punya anak lagi. Padahal di awal awal pernikahan kita, sikap kamu begitu dingin padaku, apalagi kamu dulu masih terjerat cinta masa lalumu. "

"Seandainya dulu tidak ada Khanza diantara kita, mungkin aku sudah menyerah mas. " ujarnya sambil tersenyum kearah Alvaro. Mata Alvaro langsung berkaca kaca, tanpa sadar menitikkan air mata karena kesalahan di masa lalu.

Arshilla mengecup bibir suaminya sekilas, lalu mengusap rahang sang suami. "Aku enggak papa mas jangan nangis, entar diketawain Khanza lho. "

"Terimakasih ya sayang, kamu sudah maafin mas dan memberi kesempatan untuk suami brensekmu ini!

Arshilla mengangguk, bersandar di dada sang suami dan jemari mereka saling bertautan. Alvaro memgecupi puncak kepala istrinya dengan penuh kasih sayang.

"Mas, menurutmu bagaimaa kalau kita carikan pasangan buat kak Shaka? "

"Memangnya kakak kamu itu tak akan marah, jika kamu ikut campur sayang. " Arshillapun terdiam mendengar pertanyaan suaminya, dia kembali melirik Alvaro sambil tersenyum.

"Hemm ya sudah kita jodohin Arshilla sama gadis yang menolong Khanza, puteri kita

hehe. " Arshilla sangat berharap jika kakak dan gadis itu bisa menjadi pasangan yang serasi.

bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!