Semilir angin itu berirama syahdu, dan membelai daun - daun padi di pematang sawah. Sore ini aku masih menunggu nya.
Tadi pagi ada surat, entah dari siapa?
Ku coba bertanya kepada si kurir pembawa surat " dari siapa ini, De ?"
Bocah tengil,ingusan itu menjawab " bang Anto, mba Nera "
" Anto? anak pak kiai? yang ganteng itu? " gumam ku dalam hati, dadaku berdetak keras . Mulai lah kubuka surat itu, dibacalah dengan sejuta rasa dalam hati.
untuk Nera
Maaf, hanya tulisan dan kertas selembar
bisakah kita bertemu ,dipematang sawah bang Mahfud? nanti sore, ba'da ashar.
ada yang ingin saya sampaikan.
Jika bersedia, tolong balas lagi surat ini lewat Idam.
terima kasih
Anto
Kubalas suratnya dengan jawaban iya, dan habis ashar aku pun pergi menunggunya.
" Assalamualaikum, Nera. Sudah nunggu lama? " sahut Anto menyapa mengagetkan ku.
" Eh bang Anto " jawab ku tertunduk malu ditambah tubuh ini tiba - tiba gemetar.
Aku sudah membayangkan hal - hal yang ambigu, dimulai kenapa bang anto ngajak ketemuan disini? Kenapa harus pakai surat segala? Apa ini rahasia? Kalau di film - film, acara kaya gini itu, mau nyatain perasaan suka sama kita.
Aaah.. aku senang sekali, kalau bang Anto sampai nembak aku. Nyatain perasaan nya sama aku, ahh jiwa bucinku teriak.
" Saya tak tahu, harus memulai dari mana ya ?" ceritanya membuka obrolan lagi.
" Emang, abang mau apa? sok aja kalau mau mengatakan sesuatu mah " jawabku tersipu.
" Gini,kamu kenal sama Astuti kan?, menurut ku ketika kamu mau berangkat sekolah, kelihatannya kamu teman dekat Astuti? " tanya Anto.
" Oh, Astuti . Iya bang ,emang kenapa sama Astuti ?" tanyaku penasaran.
" Duh jadi malu. Ini saya sudah lama suka sama Astuti, kata abah kalo suka 'gak boleh pacaran. Tanya dulu orang terdekat nya, dia udah ada yang punya atau belum. Biar nanti abah datangin keluarga nya. Gitu Ner, jadi mohon maaf, saya berani bertanya mengenai Astuti pada mu " jelas Anto pada Nera.
jleb, hati Nera merasa malu saat mendengar penjelasan Anto.
dikira anto suka pada Nera, nyatanya dia dijadikan nara sumber untuk mengetahui tentang informasi mengenai Astuti.
Hemm, menyesalnya Nera setelah mengetahui maksud Anto.
"Kenapa,ke aku sih?
kenapa 'gak datangin saja orangnya?
kan aku yang jadi gede rasa, gede harap, dan ahh menyesal deh ih.
Boro udah seneng "
Gerutu Nera dalam hatinya kesal.
khayalnya, kalau bang anto suka sama dia, mungkin Nera akan menjadi wanita paling beruntung, dapetin laki-laki sholeh kaya Anto, ganteng, anak pak kiayi, dan kaya.
" Astuti belom punya pacar, tapi yang naksir banyak disekolah, sepengetahuan ku itu juga , karena walau kami berteman dekat, masalah asmara Astuti jarang cerita bang "
jelasku pada Anto.
" Dia disekolah pintar ya, Ner? "
tanya anto penasaran lagi.
Hatiku mulai terbakar cemburu, kesel, gak Suka, pengen pulang terus ngurung di kamar.
Diiih, kenapa ngasih surat dan ngajak ketemuan berdua, kalau mau nanyain orang lain mah di jalan juga bisa atau mungkin dimanaaaa gitu ditempat rame ? nanyain pintar, astuti? yang ada aku, juara kelas, tukang ikut olimpiade, menjadi perwakilan sekolah untuk debat, aku juga atlet beladiri.
" Astuti masuk 10 besar bang, anak manis. primadona sekolah kayaknya. kalo dikalangan anak kelas dua di SMA Negri Bina Bakti mah " jawab ku kesal.
" Bang, aku permisi duluan pulang ya,kalo sudah beres bertanya nya, soalnya kuatir ibu nyariin " jawab ku sambil membalikan badan untuk pergi. Anto mengganggukkan kepalanya, sambil tersenyum.
Anto pelajar SMA kelas 3 , anak sholeh, cerdas, dan anak kiayi terkenal .Menurut Orang-orang dikampungku keluarganya cukup disegani, cukup terpandang dan menjadi keluarga panutan di kampungku.
Anto anak di elu - elukan oleh para ibu dan gadis di kampungku.
Sebagai anak ke empat dari 7 bersaudara, yang semua kakaknya berhasil melanjutkan sekolah keluar negri salah satunya ke timur tengah, mungkin intuk melanjutkan sepak terjang sang ayah.
Sedang Nera hanya anak tukang dagang sayuran dipasar. Dikampung ibunya terkenal pembuat kue terenak, makanya selain dagang sayuran ibunya adalah penjual kueh dan makanan lainnya.
Iya ini berkisah latar tahun '90 an, dimana belom ada handphone atau smartphone.
Ini zaman surat menyurat jika ingin berkabar-kabar ria. Belum ada sms, telpon pun masih ke warung telpon atau wartel.
Harganya jangan ditanya, pada masa itu cukup menguras uang saku jika hanya ingin menelpon beberapa menit saja.
Beda dengan zaman sekarang, canggih, murah, dan mudah pastinya. Bisa dimanapun, kapanpun yang kita mau.
-----------------------------------------------------------------------
Disekolah
"Astuti..."
teriak Nera sambil berlari menuju Astuti.
" Isk, 'gak nungguin berangkat bareng " gerutu nera pada Astuti. Astuti tersenyum anggun, sambil menutup mulut kecilnya,
" Maaf ya, aku ada jadwal piket, kamu tahu sendiri kan. Takut telat . Lagian kamunya sih jam karet "
" Oh ya, ada salam buat kamu dari bang anto "
Goda ku pada Astuti.
Astuti senyum, sambil mukul bahu ku " bohong kamu mah " jawabnya senang sambil malu - malu.
" Aslinya, diterima gak salam nya? " kataku lagi.
" Wa 'alaikumussalam, ihh aku malu. beneran ini tuh Ner? awas ya kalau bohong. kok bisa lewat kamu sih ? ,kenapa 'gak langsung saja nyampein langsung ke aku " jawab Astuti malu - malu.
Aku mengangkat bahu dan telapak tangan ku, sambil memanyunkan mulutku pula.
---------------------------------------------------------------------
Pulang sekolah,
Idam berlari sambil meneriaki ku
" Mba Nera,tunggu ! "
" Apa Idam ? kamu meneriaki ku kaya bocah lihat poci " jawabku pada Idam.
" Ini ada surat dari bang Anto ,sama dua kado. sudah ya, Idam pulang dulu. Dah mba Nera "
Apalagi nih si Anto ,ngasih kado segala. hah paling nitip tolong kasihin ke Astuti. Surat nya ini untuk siapa ya ? Untuk aku atau untuk Astuti ya?
Duh mana si Idam sudah pergi lagi, hemm ya sudah lah mungkin sekalian ama surat pernyataan cinta kayanya mah buat si Astuti.
Besok aja deh di kasihkan ke Astutinya. Aku nya laper pengen makan. Ah entar deh, habis beres makan saja kerumah Astutinya.
Gerutu nera.
Sambil makan,
Anto ,padahal kan bisa lewat Idam kirim langsung ke Astuti, kok ke aku terus gitu lho?
jadi laki - laki gak gentle amat.
Isk,aku tuh males kalau sudah begini.
Awalnya seneng di deketin ama kamu, tapi kalau buat mak comblang mah aku gak bisa.
anak kiayi kok pacaran?
" Bu, Nera ke rumah astuti dulu ya " izin pada ibunya.
" Yaa, jangan lama . bukannya kamu besok ada tournament taekwondo? Kamu harus banyak istirahat! "
" Ya bu, assalamualaikum "
Nera pergi ke rumah Astuti.
Dijalan
tidiiid...
Suara klakson motor,
Penunggang motor ninja itu memberhentikan motornya, sembari membuka kaca helmnya tepat disamping ku.
" Nera! " sapanya lembut.
Nera berhenti dari jalannya,
" bang Anto, baru pulang ? "
" Iya Ner, kamu mau kemana? " tanya Anto.
" Mau ke rumah Astuti,bang" jawab Nera
" Aku anter ya ?" ajaknya
" Jangan, entar di motornya dempetan. hehehe bukan makhram bang " sindir Nera.
Anto tertawa terbahak - bahak mendengar jawaban Nera .
" Iya deh bu ustadzah. oh Iya mau tanya lagi? " tanya Anto.
" Diih, abang dah kaya polisi aja atau pegawai kecamatan. Emang mau nanya apa lagi? " jawab Nera.
" Tadi Idam sudah ngasihinsesuatu ke kamu? " Tanya Anto lagi.
" Sudah abang " jawabnya kesal
" Saya tunggu jawabannya ya, kalau sudah di baca. Saya pamit " katanya lirih.
Nera mengangguk, sambil melihat Anto menghilang dari pandangannya.
Sesampainya di rumah Astuti,
" As,aku bawa sesuatu nih buat kamu? "menyodorkan dua kado dan satu surat pada Astuti.
" Buat aku, ini Ner? dari siapa? " menerimanya dengan senang.
" Dari bang Anto "jawabnya.
" As, kamu kaya yang bahagia nerima kado dan suratnya? btw kamu suka juga sama bang Anto? sumringah banget siih? " tanya heran Nera ke Astuti.
" Jujur ,aku bahagia pas kamu bilang bang Anto suka aku. Apalagi sekarang dia ngasih kado plus surat cinta. Jujur dari dulu juga aku naksir dia. Ihh gadis mana coba yang gak suka dia? " ucap Astuti bahagia dan bangga.
Setelah ngobrol lama, sudah makan ini itu, curhat sana sini. Akhirnya Nera harus pulang.
dia Pamit ke Astuti karena besok dia ada tanding.
-----------------------------------------------------------------------
Di tournamen taekwondo
Gedung riuh dengan penonton yg memenuhinya.
Aku disuruh siap-siap oleh pelatihku.
" Ner ,gimana siap? " ucap sabem Jody padaku. aku mengangguk siap.
Di bangku sebrang peserta aku melihat Anto pun sedang persiapan, sepertinya dia tanding juga. entahlah dia akan melawan siapa.
Para panitia memanggil peserta berikutnya.
ternyata sekarang giliran Anto melawan Dito kakak kelasku . Entahlah siapa yang harus aku dukung.
Pertarungan sangat sengit sekali, beberapa kali Anto dikalahkan oleh Dito. Tapi Anto masih bertahan dan akhirnya posisi berbalik kini Anto yang menguasai arena tarung.
....braaak...
Anto menjatuhkan Dito, akhirnya Anto menang. aku ikut bersorak .
Anto keluar dari arena, lehernya celingak celinguk seperti mencari seseorang.
Nera memanggil nya dari kejauhan.
Anto menjawab sapaan dengan senyuman manisnya ke arah Nera.
Kini giliran Nera yang tanding.
next..
Aku menang lagi.
tubuhku lelah, istirahat ditempat duduk . mengucurkan minuman ke arah muka sendiri, terengah - terengah, berdiri sosok laki -laki dihadapan ku.
" Bang, Anto " sapa Nera
" Permainan nya cukup menarik, kamu banyak menerima point. Keren. "
puji Anto pada pada Nera.
" Sama . Abang juga di akhir bisa jatuhin lawan. itu juga keren . Selamat ya atas kemenangan nya! " jawab Nera tersenyum.
Setelah proses pembagian tropi pemenang .
Anto mengajak pulang bareng Nera ikut nebeng dimotornya.
" Ner, pulang bareng yuk. Ikut motor abang aja! " ajak Anto.
" Maaf bang, aku gak biasa dibonceng oleh orang lain selain keluarga ku atau teman perempuan ku. Jadi aku naik angkot aja. maaf ya bang " tolak halus Nera.
" Ner , mau bareng ke terminalnya?. Yu cabut sekarang, takut kemalaman " kata Dito mengajak Nera.
" Iya bro, kita bareng, lagi nunggu Dinda dia masih ganti baju " sahut Nera pada Dito.
Anto masih ada disamping Nera.
" Ehmm, ner . Suratnya dah dibaca belom ,kadonya gimana ? " tanya Anto penasaran.
" Ouh ,ya ampun. maaf aku lupa nanyain ke Astuti ,insyaa Allah besok ya bang. Mudah-mudahan Astuti ngasih balasan suratnya. mudah-mudahan dia, balas cinta nya abang " jawabnya dengan sumringah.
" Bang, aku pulang duluan ya, Dinda dah selesai. Dah abang sampai ketemu lagi " kata Nera sambil merangkul Dinda.
" Ner, maksudmu surat itu dibaca astuti? bukan sama kamu? " tanya Anto.
" Ner, aku perlu bicara Ner, ada waktu sedikit aja? " tambah Anto memohon.
" Insyaa Allah besok ketemu ya bang, entar Nera kasih surat balasannya. Aku buru-buru takut kemalaman "
Anto menarik napas dan mengusap tengkuknya bingung. Tapi ya sudahlah
-----------------------------------------------------------------------
Sepulang sekolah di rumah Astuti,
Nera sengaja main dulu ke rumah Astuti, berharap surat yang Anto berikan padanya sudah ia buat surat balasannya.
" As, bang Anto minta balasan surat cintanya dari kamu. kemarin akau ditanyain mulu "
sahut Nera memulai obrolan.
" Udah ah, jangan bahas - bahas Anto. aku gak mau dan gak suka sama dia " ketus Astuti.
" Mana aku lihat suratnya, romantis gak, As? "
tanya Nera.
" Kamu mau kadonya? " tanya Astuti.
" Lah, itu kan punya kamu dari Anto, kalo Anto tahu hadiahnya dikasihin ke aku. Disangkanya aku dah nikung " tolak Nera.
" Ner, kayanya kamu keliru deh ?, aku balikin lagi deh hadiahnya ke kamu atau ke Anto "
ketus Astuti.
" Kenapa?, jelek hadiahnya? atau mungkin murah? " Tanya Nera aneh pada Astuti.
" Udah deh, nih aku balikin surat ama hadiahnya. aku titip pesan buat bang Anto, kalau laki-laki itu harus Jentle, jangan bulak - belok kalau cinta katakan langsung. Keburu diambil orang " kata Astuti kesal.
" Ya sudah, aku pulang dulu ya. yakin ini hadiah balikin lagi? gak bakal nyesel nih? "
Ancamnya kepada Astuti.
Astuti menggelengkan kepalanya, yakin.
Nera izin permisi pulang pada Astuti.
------------------------------------------------------------------
Diperjalanan menuju pulang, Nera terus memikirkan bagaimana bisa ketemu sama Anto, kalau harus ke rumahnya Nera malu.
Masa anak gadis bertamu ke rumah laki-laki.
apalagi anak kiayi ternama. Tapi bagaimana ini kado dan suratnya?
Kalo sudah bertemu dengan Anto, ia ingin berhenti menjadi kurir cinta Anto.
Lelah dia rasa , ribet banget.
" Mba Neraaaa.........." ada yang berteriak memanggil Nera.
"Haaah, si Idam. Apa Dam?" tanyaku.
" Mba di tunggu bang Anto di sawah pak mahfud " jawab Idam.
Ouuh semoga menjadi kurir cintanya Anto segera berakhir. Gerutu hati Nera.
" Bang Anto, ada apa? " sapa Nera.
"Ner,kayanya abang perlu ngomong sesuatu deh, sama kamu. Perihal Astuti " kata Anto.
" sebetulnya, saya juga ingin segera berakhir jadi kurir cinta abang sama Astuti. Soalnya gak enak saja sama adik abang, Idam. Maaf ya bang, bukannya gak mau nolongin, tapi saya itu enggak bisa kalau terus - terusan kaya gini. Lagian Astuti titip pesan buat abang, katanya kalau cinta mah jentle bilang atau ungkapin sendiri ke orang nya langsung. ouh iya ini surat dan kado dari Astuti ,maaf dia mau ngembaliin ini semua bang. Maaf juga saya belum bisa nolong sesuai harapan abang ". jawab Nera menjelaskan sambil memberikan semuanya kepada Anto.
Deg, wajah Anto memerah seketika .
" Idam, waktu ngasih surat dan kado ini bilang apa ke kamu, Ner ? apa dia bilang suruh kasih ke kamu atau ke Astuti ?"
jelas Anto kesal.
" Adik abang, cuman bilang ini dari bang Anto saja. Yaa saya pikir ini semua buat Astuti, jadi tanpa pikir panjang ini semua saya kasih ke Astuti " Jawab Nera polos.
" Tahu enggak sih, Ner? itu semua buat kamu!" gerutu Anto dalam hati penuh dengan kekesalan yang tak terungkap.
" Ouh ya udah, surat dan kadonya aku kasih buat kamu aja. Di buka dan di baca kalau enggak keberatan hadiahnya entar di pakai "
jelas Anto lirih.
" Ihh, yaa enggak bisa lah. Masa surat cinta orang saya baca? nih saya kembalikan suratnya ,kadonya saya bawa pulang "
" Bang saya pulang duluan ya, takut di cari ibu, makasih ya bang " kata Nera polos dengan aksen tomboynya.
Saat membalikkan badannya, tas gendong yang digendong Nera di pegang erat Anto,
" Tunggu dulu, maaf sebulan lagi saya akan ikut pelatihan ke kota. Karena besok pengumuman kelulusan anak kelas 3, kemungkinan besok saya langsung pergi ke kota Jakarta untuk ikut ujian beasiswa universitas ke Mesir dan Madinah. Saya akan tinggal bersama kakak saya yang nomer dua. Sekalian saya mau izin pamit "
mendengar Anto berpamitan pada Nera, ada gejolak sakit tak mau ditinggalkan. Ada rindu sebelum dia pergi. Nera berbalik ke arah Anto,
" Abang mau berangkat ? semoga abang bisa, semoga abang sukses, semoga abamg diterima " Nera meracau sambil tertunduk sedih. Ada rasa kecewa ditinggalkan, ada rindu entahlah rasa apa itu?
Anto pun tertunduk, lirih
" Insyaa Allah , saya akan setia menunggu sampai saya mampu bilang sama abah, untuk bisa mempersunting kamu kelak"
Mendengar kata-kata lirih di balik wajah tertunduk Anto, Nera mencoba mengangkat wajahnya yang dari tadi tertunduk. Apa dia tak salah dengar, bang Anto mengatakan hal tersebut?
ingin mulutnya berkata, abang tolong ulangi sekali lagi. Kau mencintaiku atau untuk siapa kau setia? Siapa yang akan kau sunting abang?
" Bacalah surat itu, aku telah menyimpan nomer telpon dan alamat rumah kakakku yang di Jakarta. Aku izin pamit Nera, assalamualaikum "
kami melepas pertemuan kami, dengan berbalik satu sama lain menuju arah rumah masing-masing.
Nera masih berpikir, ini mimpikah?, benarkah dia akan setia padaku? Padahal aku belum mengucapkan akan setia pula padanya, dia akan berusah bilang ke orang tuanya untuk mempersuntingku. Hahahaha mimpi kamu Nera.
Sesampai di rumah, Nera tak sabar membuka surat yang dipikirnya untuk Astuti. Pas surat itu dibukanya, mata Nera berkaca - kaca, berderai air matanya . Dia menyesal dan sesak di dadanya. Dia mencoba membuka kado-kado itu, di dalam kadonya ada secarik kertas,berderai lagi bola matanya. Kado satu nya lagi dia buka, lagi-lagi dia menemukan secarik kertas dan jam tangan kecil.
dia memeluk surat dan tulisan-tulisan di secarik kertas itu dengan haru.
sesak dan menyesal, andai Anto jujur sedari awal. Mungkin tak seperti ini? andai astuti langsung mengatakan bahwa surat itu jelas - jelas untukku, mungkin sekarang aku sudah bisa membalas surat Anto .
next..
Aku Astuti sahabat Nera dari Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas aku selalu satu sekolah dengan Nera.
Nera itu sahabat yang selalu faham dengan kondisiku. Intinya kami best freind forever lah.
Dari dulu aku suka bang Anto, dia tetanggaku. kami tinggal dikawasan perumahan yang sama.
aku naksir berat sama bang Anto, diantara Anto dan saudra-saudaranya, ada dua orang yang ganteng dikeluarga kiayi Hasan. abdullah sa'adi kakak Anto dan Anto sendiri.
cuman ka abdullah tidak tinggal di Indonesia, dah 2 tahun terakhir ini beliyau tinggal di Maroko. Untuk mengenyam pendidikannya disana.
Hari itu aku bahagia, bak gayung bersambut. Nera datang padaku bahwa ada salam dari bang Anto. Senanglah aku pastinya, bagaimana enggak senang coba? Lelaki sesoleh, seganteng dan sekeren bang Anto nitip salam untukku.
Lelaki impian para gadis di kampungku. keluarga kiayi Hasan adalah keluarga terpandang dan di elu-elukan warga sekitar.
Nera ,memberikanku kejutan lagi. Dia membawa sepucuk surat dan dua kado berwarna merah muda dan biru muda.
katanya itu dari bang Anto.
Ya Allah,mimpi apa aku semalam?
Bang Anto, segitu sukanyakah bang Anto padaku.
selepas Nera pergi, aku buka surat itu dengan rasa bahagia. ku bukalah surat cinta itu.
Tapi setelah membaca surat itu aku terbelalak terkejut melihat isi suratnya.
Teruntuk *Nera
Di peraduan bawah langit..
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Entahlah kau membaca surat ini malam harikah, pagi harikah, siang harikah atau mungkin sore hari.
Nera, maaf aku lancang.
Dengan berani memberikan surat ini.
Sebetulnya selama ini yang aku sukai bukan Astuti, melainkan kamu.
Maaf, jangan marah.
Astuti hanya menjadi alasanku untuk bisa berkenalan dengan mu.
Selama ini, aku sering memperhatikanmu maaf ya?
Saat latihan gabungan, saat kamu tanding, saat kamu naik podium, saat kamu ikutan lomba debat disekolahku. Dan paling aku suka saat kamu mengajar di mesjid dekat perumahan.
Entahlah sejak kapan hati ini selalu merindu?
Nera, seminggu lagi aku ke Jakarta,aku akan ikut tes beasiswa ke luar negri. Selepas tanding besok aku ingin kita bisa pulang bareng.
hehehe berharap kamu menerima hati ini.
aku tahu kamu tidak berpacaran sebetulnya abah pun melarang aku pacaran.
aku tak mengajak kamu pacaran, tapi biarkan aku mengutarakan isi hati ini saja.
Nera, semoga kamu memaafkan kelancangan ku.
pengagummu
Anto*
Jujur hati ini sakit setelah membaca surat ini.
kupikir surat ini untukku. Ternyata untuk Nera ,kenapa dia bisa seceroboh itu? hsrus nya dia tanya untuk siapa surat dan kado-kado ini?
Nera, Nera,
kau tak pernah berubah selalu saja berpositif thinking ke orang.
Kasihan bang Anto, mungkin hari ini dia menunggu jawaban Nera.
biarlah bang Anto lebih gentle lagi untuk mendapatkan Nera dan berkata langsung padanya.
*******
pov Anto
Semenjak kita sering latihan gabungan antar sekolah di Gor olahraga sekitar perumahan.
Teman-temanku asyik ngomongin kamu Ner.
Mereka pada kesemsem sama kamu.
Aku ada dibagian obrolan mereka.
Sampai ada yang meracau menyebut-nyebut nama kamu terus.
Hahaha teman-temanku pada tergila-gila padamu.
Kata teman-teman, kamu tidak cantik tapi mempesona.
Sampai ada yang taruhan berlomba - lomba dapetin hati kamu. Sekali lagi aku salah satu pengagummu juga.
Nera, aku selalu di garda depan untuk menonton pertandinganmu.
Aku selalu curi - curi pandang saat latihan, berharap kamu melihat sekali saja ke arah ku atau mungkin melempar senyuman padaku.
Tapi, hal yang ku tunggu itu tak pernah terjadi. Kau terus fokus dengan sabem Jhody terus berlatih sampai wajahmu memerah dan berkeringat. memukul samsak menendang, split, sparing.
Wajar aku lelaki, pada saat itu kamu terlihat seksi dan menggoda imanku.
Astagfirullah.
Di Sudut sana bukan hanya aku ternyata yang memperhatikanmu ada Dito yang terus menggodamu. Hatiku marah entahlah kenapa hati ini marah, kesal dan emosi lihat kamu justru meladeni guyonan Dito?
Kamu pulang bareng Dito, aku sebal, memang kamu tak berdua. Ada Dinda, Mia dan entahlah siapa lagi mereka.
Tapi tetap sepanjang jalan Dito lah yang selalu menggodamu. Kadang aku menderu-derukan knalpot motorku. Untuk Sekedar menghilangkan panas hati melihatmu di goda Dito.
weeeengg..
aku menggas motor ku.
Astagfirullah, sesuka itukah aku padamu Ner?
Pada saat sekolahku mengadakan lomba debat antar sekolah se Jawabarat .
Aku melihatmu menjadi peserta perwakilan sekolahmu.
kau melahap semua opini-opini kamu melawan lawan-lawanmu.
penonton bersorak riuh mendengar penjelasanmu.
kau selalu seksi dan mengagumkan di hadapanku. Ketika berlomba kau garang melahap semua lawan-lawan tandingmu.
Tapi jika sedang bermain kau ceria dan solid terhadap teman - temanmu.
Neraaaaaa..
sesekali teman-temanku bilang, kamu salah satu calon istri impian. Hahaha untuk memperbaiki keturunan kamulah orangnya .
Apa yang mereka ucapkan ada benarnya, kamu cerdas bintang kelas dan bintang sekolah,kamu tidak cantik tapi sikap kamu yang bikin kami laki-laki terpesona.
Tapi kawan - kawan ku mundur setelah tahu kamu tidak berpacaran.
Dipikir mereka wanita kaya kamu itu suka pacaran. Bagaimana tidak ? aktifis kaya kamu ,bohong kalau tidak punya pacar.
Tapi tidak untuk Neraku.
***
sore ini hujan, aku disuruh umi jemput Idam pulang dari sekolah agama dekat mesjid perumahan kami.
di Luar mesjid, ku dengar guru mengaji Idam suaranya mirip dengan Nera. ah tidak mungkin Nera di mesjid.
karena dingin diteras mesjid ku beranikan masuk ke kelas mesjid. saat ku lihat, terkejutlah aku melihat didepan anak-anak yang mengaji itu Nera.
Mataku telah ku coba ku tundukkan, tapi tetap hati ini terus meminta untuk melihatnya.
dadaku berpacu dengan cepat, ada rasa bahagia ,senang dan ahh entahlah rasa apa ini ?
Berharap dia melihat ke arah ku, lagi-lagi dia selalu membuang matanya dan fokus apa yg ada dihandapannya.
Neraaa, sekali saja lihat aku. Senyum kek menyapa kek..
ahh tapi sudahlah..
****
Hari ini aku beranikan, membuat surat untuk Nera.
Entah sudah berapa kertas yang aku robek, remas dan aku buang.
Kata-kata apa yang harus aku rangkai agar Nera bisa terpesona dengan tulisan ku.
Sudahlah saat ini aku hanya mau menemuinya saja.
Aku akan minta bertemu sekali di pematang sawah pak Mahfud.
Ku titip Idam agar dia memberikan surat ini pada Nera.
Gayung bersambut, kulihat Nera menungguku di pematang sawah.
Ku sapa dia, dan dia menoleh ke arahku dengan senyuman simpul yang dulu sering aku harapkan.
Deggg..
Hatiku bahagia, bibirku kelu, tubuhku gemetar.
ku kuatkan diri, agar canggung ini tak terlihat olehnya.
Bicara dia tidak mendayu atau lirih layaknya wanita, bicara tegas tapi hangat dengan mimik muka yang menyenangkan bagi orang yang memandangnya.
Maaf, saking benar-benar kikuk aku dihandapanmu, aku sampai salah ngomong.
Astuti sampai ke bawa-bawa dalam pembicraan kita.
Maaf, bibirku kelu entah harus bicara apa?
entah harus memulai darimana?
Nera, ku mohon kau memaklumiku. Ke gugupan ku membuatku terlihat bodoh.
Ya Allah, seandainya kau belah dadaku. hati ini sedang berjingkrak senang melihatmu di hadapanku.
****
Untuk memperbaiki kesalahan pertemuan pertama kali kemaren. aku membuat surat lagi dan memberikan mu dua buah kado.
Yang satu gantungan kunci berbentuk hati dan jam tangan wanita.
Berharap gantungan kunci itu dipakai di tas sekolahnya dan arloji nya setiap kali kemana pun dia pergi.
Tapi apa yang terjadi?
ketika pertandingan itu, aku berusaha mencari mu, tapi kamu sedang asyik bercengkerama dengan Dito, dan buat aku emosi.
pertandingan kali ini aku duel dengan Dito.
saking tidak fokus dan marah nya aku sama Dito, aku sempat kalah dari Dito.
Yah, aku menyalahkan kamu Nera.
aku jadi kurang fokus dan dibabak pertama aku kalah tapi aku segera tersadar dari lamunanku. Dibabak berikutnya aku bisa mengalahkan Dito, yang berani - beraninya mendekati kamu.
Kamu masih saja cuek pada ku ,walau akhirnya kamu tersenyum simpul yang membuatku berani menghampiri mu.
Tapi apa yang ku dapat, kau hanya membahas Astuti.
Sudahkah kau membaca surat itu hem?
bagaimana kau suka dengam hadiah ku?
Nyatanya kamu salah mengerti, aku tak menunggu balasan surat cinta Astuti, aku menunggu kamu.
Kamu masih saja polos, apa surat itu benar-benar kau beri kepada Astuti?
Nera, padahal aku sudah bersemangat pada hari ini kita akan pulang bareng.
Nyatanya, kau benar - benar memberikan surat itu pada Astuti.
aku marah dan kesal padamu.
****
Ku Suruh Idam mengantarkan surat ini lagi, tuk kesekian kalinya.
Dan ku minta Nera untuk menemuiku di pematang sawah pak mahfud.
Syukurlah, dia datang.
seperti biasa aku tidak bisa menahan gejolak hati. Aku mengatakan isi hati walau mungkin terkesan ambigu.
Aku serius Nera padamu.
Aku bukan lelaki yang playboy.
Karena abah selalu menyuruh ku untuk tidak pacaran.
Nera tunggu aku untuk beberapa tahun saja.
Setelah perjanjianku dengan abah membereskan pendidikan ku terlebih dahulu, aku akan meminta abah untuk meminang dirimu hanya untuk aku.
Bersabarlah Nera, semoga kau mau menerima dan setia menunggu aku.
Ego laki-laki ku memuncah.
next..
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!