NovelToon NovelToon

Menikah Karna Terpaksa

Pertemuan pertama

VANDRA ARLITA

Langkah kaki berjalan perlahan menuju sebuah gedung sekolah yang cukup ternama ditempat itu. Sesosok gadis cantik bernama Vandra arlita berdiri tegak sembari tersenyum menatap bangunan sekolah baru untuknya.

Vandra mengikuti kaka pertamanya pindah karna urusan pekerjaan, dan hal itu membuat Vandra harus mengenal dan menempati sekolah yang baru. Vandra sosok gadis baik hati yang penuh semangat dan ceria. Selain itu Vandra juga selalu bersikap ramah pada siapapun dan selalu menebar senyuman manisnya.

Hari itu hari pertama dia masuk kesekolah. Dengan penuh semangat Vandra melangkah masuk dan mencari ruang guru. Disetiap langkahnya menuju ruang guru hampir setiap siswa melihatnya, terutama para lelaki. Hampir semua yang melihat Vandra seolah terkagum akan kecantikannya, walau Vandra selalu dipandang cantik oleh siapapun tapi Vandra selalu merendah diri akan hal itu.

Bel masuk berbunyi, semua siswa berhambur masuk kedalam kelas, semua siswa bersiap menerima pelajaran pertama saat itu. Vandra mengikuti seorang guru yang akan mengantarnya keruang kelas tempat dimana ia akan tempati. Kelas X11 Ips2 menjadi kelas yang akan Vandra tempati, dan saat ia masuk kedalam kelas tiba-tiba suara sorak riang memenuhi kelas karna merasa bahagia dengan kedatangan Vandra terutama para cowo.

"Selamat pagi semua" sapa Bu Dina. Guru bahasa indonesia yang akan mengajar pagi itu.

"Pagi Bu" seru semua anak kelas.

"Pagi ini kita kedatangan siswa baru. Ayo Nak, perkenalkan diri kamu" perintah Bu Dina pada Vandra.

"Baik Bu. Selamat pagi semua, perkenalkan nama saya Vandra Arlita. Kalian bisa panggil saya Vandra, salam kenal semuanya" ucap Vandra.

"Hai Vandra salam kenal juga" saut semua kelas.

"Vandra kamu bisa duduk bersama Dinda" ucap Bu Dina yang mengarahkan pandangannya pada sosok cewe berkaca mata yang tengah duduk sendiri dekat jendela.

"Iya Bu"

Vandra tersenyum manis saat duduk disamping Dinda. Sejujurnya Dinda merasa sedikit malu dan tak percaya diri saat melihat Vandra yang begitu terlihat cantik sebagai wanita. Vandra mengulurkan tangan pada Dinda sebagai tanda perkenalan, dengan sungkan Dinda membalas uluran tangan Vandra.

"Salam kenal ya Dinda" senyum Vandra.

"Salam kenal juga" Dinda membalas.

Pelajaran pun berlangsung, semua anak fokus memperhatikan setiap kata yang diucapkan Bu Dina.

Tiba jam istirahat semua anak berhamburan keluar kelas. Mereka berjalan menuju kantin, taman sekolah bahkan perpustakaan. Merasa belum mengenal lingkungan sekolah, Vandra hanya duduk berdiam dikelas sambil memainkan handphonenya. Tiba-tiba Dinda yang sudah keluar kelas kembali menghampiri Vandra dan mengajaknya untuk melihat lingkungan sekolah. Dengan senang hati Vandra menerima tawaran Dinda, Vandra berharap semoga Dinda bisa menjadi teman pertamanya disekolah barunya saat ini.

Dinda mengajak Vandra untuk menikmati makan dikantin sekolah, namun pandangan sekitar pada Vandra membuat risih dan kurang nyaman. Vandra pun berusaha bersikap acuh pada pandangan bahkan godaan rayuan padanya.

"Maaf ya soal sikap anak sekolah disini, mereka terutama para cowo memang suka begitu kalau ada anak baru cewe disekolah ini" ucap Dinda.

Dinda sosok anak yang baik dan pendiam. Dikelasnya, Dinda anak yang penyendiri. Bukan tanpa alasan, teman-teman lain banyak yang menjauhinya karna penampilannya yang tak menarik. Namun pada Vandra, Dinda memberanikan diri untuk berteman.

"Sejujurnya aku udah ga asing sama situasi begini, tapi semakin aku rasain semakin aku kurang nyaman. Tapi ya udahlah, aku malas menanggapinya"

"Kamu beruntung ya, dilahirkan dengan wajah cantik dan senyuman manis" puji Dinda.

Vandra tersenyum mendengar ucapan Dinda, bisa-bisanya Dinda memujinya.

"Kamu juga dilahirkan cantik Din. Semua wanita itu cantik, termasuk kamu juga"

"Tapi kamu berbeda Van. Sejujurnya, ini pertama kalinya aku punya teman disekolah ini" jujur Dinda.

"Kamu serius?" Vandra tak percaya.

"Iya. Kebanyakan teman dikelas menjauhi aku karna penampilan aku, mereka bilang aku ga menarik" keluh Dinda.

"Jahat banget mereka. Kamu tenang aja Din, mulai hari ini kita berteman aja. Gimana?" Vandra menawarkan diri.

"Kamu ga malu memang?"

"Buat apa malu. Aku ga peduli sama ucapan orang, namanya pertemanan itu kan bebas mau sama siapapun. Lagian juga aku ngerasa nyaman ko berteman sama kamu"

Dinda tersenyum mendengar ucapan Vandra, rasanya begitu bahagia bisa mendapat teman setelah lama bersekolah disini. Dinda pun menerima tawaran Vandra untuk berteman dengannya.

Selesai menikmati makan dikantin, Vandra dan Dinda kembali menuju kelas. Vandra terkaget melihat mejanya dipenuhi beberapa surat cinta yang berisi tentang ajakan berkenalan dan nomor handphone yang tertera dikertas. Vandra mengelengkan kepala, dia pun merapihkan surat-surat itu dan menyimpannya dikolong meja.

"Kamu ga penasaran sama semua surat itu?" tanya Dinda.

"Engga. Paling juga isi suratnya sama, udah cuekin aja"

"Pasti kamu sering ya dapet hal kaya gitu, makanya kamu ga peduli lagi"

Vandra hanya menjawab dengan senyuman.

Sekolah hari itu selesai. Semua anak dikelas merapihkan buku dan bersiap pulang. Tak diduga ada seorang cowo bernama Randy datang menghampiri Vandra.

Randy Prasetyo

Randy adalah salah sosok cowo yang cukup terkenal dengan ketampanannya menarik perhatian cewe, dan saat itu Randy beraksi untuk menaklukan Vandra.

"Kenalin aku Randy" Randy mengulurkan tangan. Randy memang tak satu kelas dengan Vandra, hanya saja kelas mereka bersebelahan.

"Vandra" singkat Vandra menyebut namanya saja.

"Ternyata yang dibilang anak-anak bener ya, kamu cantik juga. Mau aku antar pulang?" tanya Randy berdiri didepan meja Vandra.

"Makasih sebelumnya, tapi aku dijemput. Din, aku duluan ya. Sampai ketemu besok" pamit Vandra pada Dinda dan pergi meninggalkan Randy dengan kegagalannya.

"Ternyata ada juga cewe yang ga mudah terperangkat pesona gue, bener-bener beda dia" batin Randy menatap kepergian Vandra.

Dinda tersenyum kecil melihat Randy yang berlalu pergi bersama kegagalannya tak berhasil mengajak Vandra, rasanya sangat lucu melihat Randy gagal memikat hati cewe untuk pertama kalinya.

Vandra tersenyum melihat sesosok ayah dihadapannya yang sudah menunggunya pulang. Ya, orangtua Vandra tak bekerja. Mereka hanya membuka usaha sebuah kedai makanan kecil didekat rumahnya, selama ini Vandra dan orangtuanya dibiayai oleh Kaka perempuannya yang bernama Vina yang saat ini dipindah tugaskan. Vina memiliki seorang anak laki-laki yang berusia 7tahun bernama Adit. Semenjak dikhianati suaminya Vina mengajak anak serta keluarganya termasuk Vandra pindah mengikutinya.

Ikut terluka dan merasakan rasa sakit Vina dikhianati oleh suaminya membuat Vandra menjadi dingin dan tak mudah tersentuh oleh rayuan lelaki. Baginya semua lelaki sama saja, jika melihat cinta lain pasti akan mengkhianati cinta yang lama. Walau begitu, Vandra yang bersikap acuh pada rayuan mencoba bersikap biasa tanpa melukai perasaan lelaki, Vandra hanya mengingat pesan Ibunya bahwa jika tak ingin dilukai bersikaplah tak melukai perasaan oranglain termasuk pada lelaki.

"Ayah udah nunggu lama?" tanya Vandra sembari menghampiri.

"Ga begitu lama, ayo naik" ajak Ayah Vandra yang bernama Ayah Hadi menaiki mobil. Walau hanya mobil lama tapi bagi keluarga Vandra mobil yang mereka punya sudah lebih dari cukup.

"Ayo"

Vandra memang dekat dengan keluarganya, bahkan sikap baik Vandra menurun pada sikap Ayah Hadi. Vandra hanya berharap, semoga suatu hari nanti dia bisa mendapatkan sosok lelaki yang tulus menyayanginya seperti Ayah Hadi yang mencintainya tanpa henti.

***

Pewaris

Tiba dirumah Vandra menidurkan tubuhnya dikasur, rasanya begitu nyaman. Ibu Vandra yang bernama Ibu Hani masuk kedalam kamar Vandra untuk menanyakan tentang kesan Vandra disekolah barunya.

"Ibu, masuk Bu" ucap Vandra.

"Kamu cape ya sampai belum sempat ganti baju" ucap Ibu Hani melihat Vandra masih memakai baju seragamnya.

"Iya Bu"

"Gimana sekolah kamu yang baru?" tanya Ibu Hani menghampiri dan duduk ditepi kasur disamping Vandra.

"Nyaman Bu, aku disekolah juga dapet temen baru namanya Dinda"

"Syukur kalau gitu, Ibu seneng dengernya. Semoga kamu betah ya, maaf kamu harus mengenal lingkungan baru"

"Iya Bu. Vandra ga mempermasalahkan itu Bu, sekolah dimana pun pasti sama. Pokoknya, kita harus memulai hidup yang baru Bu, Ibu tau kan rasa sakit Ka Vina seperti apa. Kita harus kuat dan terus memberi semangat, terutama Adit. Adit masih perlu kasih sayang lebih diusianya sekarang"

"Kamu benar. Makasih ya untuk kedewasaan kamu, kamu dan Ka Vina benar-benar anak Ibu yang paling baik"

"Iya Bu"

"Ya sudah kamu ganti baju terus makan siang ya"

"Iya Bu"

Vandra terhenti saat ia berniat menganti pakaian seragamnya, sebuah notif masuk dihandphonenya. Dengan cepat Vandra membaca notif itu, Vandra terheran saat seseorang menyapanya. Seingat Vandra teman yang mengetahui nomor handphonenya hanya Dinda saja, tapi mengapa Randy bisa mengetahuinya? Vandra terheran.

"Hai Vandra, aku Randy. Jangan lupa save nomor aku ya" isi pesan Randy.

"Dari mana Randy tau nomor aku? seinget aku cuma Dinda yang aku kasih tau" gumam Vandra.

Tak ingin permasalahkan itu, Vandra bergegas menganti seragamnya lalu membersihkan diri. Ia segaja mengabaikan pesan dari Randy, Vandra menyakini Randy mendekatinya pasti karna ingin membuktikan bahwa pesonanya bisa menaklukan hati semua wanita.

***

Andra Wijaya

Disebuah perusahaan ternama, seorang lelaki muda tampan bernama Andra Wijaya yamg berusia 25 tahun tengah fokus mengecek berkas. Ya, Andra adalah pewaris tunggal perusahaan Wijaya group milik keluarganya. Semenjak Kaka lelakinya pindah keluar negri karna permasalahan, secara otomatis Andra harus mengantikan posisi untuk memimpin perusahaan.

Andra sosok yang dingin, serius dan tak mudah didekati terutama wanita. Siapapun wanita yang akan mendekatinya pasti akan merasa terluka karna sikapnya. Siang itu Andra sedang merasa sedikit frustasi, desakan orangtuanya terutama Papanya yang hampir setiap hari meminta Andra untuk segera menikah, mengingat diusianya saat ini sudah cukup untuk memilki tanggung jawab lain.

Andra bukan tak ingin menikah, hanya saja ia belum menemukan sosok yang bisa meluluhkan hatinya. Andra mengembuskan nafas kasar, ia bingung harus bagaimana menghadapi situasi yang terjadi padanya. Andra diberi waktu satu bulan untuk mengenalkan seseorang pada keluarganya. Jika melewati batas yang diberikan secara permanen Andra tak akan mendapat hak waris perusahaan.

"Apa ada yang sedang Tuan Andra pikirkan? akhir-akhir ini saya perhatikan Tuan banyak melamun" tanya Riko sekertaris Andra. Riko adalah sosok yang paling dekat dengan Andra, usia mereka yang sama membuat mereka bisa saling memahami. Bahkan Riko maupun Andra bagai teman baik jika bersama.

"Saya sedang bingung Rik, Papa meminta saya untuk segera mengenalkan seseorang untuk saya nikahi. Jujur, saat ini pun saya ga punya sosok wanita yang saya cintai. Saya bingung harus bagaimana, apalagi Papa sekarang sering kambuh sakitnya" keluh Andra.

"Kenapa Tuan tidak mencari sosok itu? saya rasa banyak saat ini wanita yang ingin dekat dengan Tuan"

"Saya tau Rik, tapi diantara semua yang ingin dekat dengan saya semuanya ga ada yang bisa menarik perhatian saya. Paling mereka mendekati saya karna harta bukan karna perasaan pribadi mereka. Ah sudahlah, saya pusing harus membahas ini. Kita pergi keluar untuk makan siang" Andra bangun dari duduknya berjalan keluar ruangan.

"Baik Tuan"

***

Vandra tengah bersiap pergi menuju kantor tempat Vina bekerja, Vina meminta Vandra untuk mengantarkan handphonenya yang tertinggal dirumah. Vandra pun bergegas pergi, selama perjalan 20 menit Vandra pun sampai didepan gedung kantor tempat Vina berkerja.

Vandra seketika kagum dengan gedung kantor dihadapannya, rasanya begitu bangga jika menjadi salah satu karyawan digedung itu. Pikir Vandra.

Vandra diminta menunggu Vina dikursi tunggu yang berada diloby kantor. Dan saat berjalan menuju loby kantor Vandra tak segaja berpapasan dengan Andra yang baru saja selesai menikmati makan siang. Vandra merasa aneh dengan beberapa karyawan wanita yang begitu bahagia melihat Andra meliwati mereka, dengan acuh Vandra pun hanya melewati Andra tanpa peduli dengan pesonanya.

Tak lama Vina datang menghampiri Vandra yang tengah duduk dikursi tunggu, Vina merasa lega karna Vandra tak tersesat saat menuju kantor tempat ia berkerja. Maklum saja, Vandra belum mengenal banyak jalan dan tempat di daerah tempat tinggal mereka yang baru.

"Makasih ya Van, Kaka jadi ngerepotin kamu" ucap Vina sembari duduk.

Vina sosok Kaka yang sangat baik dan peduli. Orangtua Vandra dan Vina memang mendidik anak-anaknya dengan baik, walau kisah rumah tangga Vina hancur karna perbuatan mantan suaminya terdulu, tapi Vina tetap menjadi sosok tangguh untuk keluarganya.

"Ga apa-apa ko Ka, maaf ya aku bisa antar ini pas pulang sekolah. Ini handphonenya" Kayla menyerahkan.

"Ga apa-apa. Gimana sekolah baru kamu? kamu nyaman?"

"Nyaman Ka. Aku juga udah dapat temen disekolah"

"Syukur kalau gitu, Kaka seneng dengernya. Kaka ga bisa lama, Kita lanjut ngobrol dirumah ya, Kaka harus balik kerja. Kamu hati-hati dijalan pulang ya"

"Iya Ka"

"Kaka pergi dulu ya"

"Iya Ka"

"Dah"

"Dah"

Vandra melangkah pergi keluar. Vandra pun seketika mengkhayal jika dia menjadi bagian dari kantor itu. Vandra mempunyai bercita-cita berkerja seperti Vina dikantor. Bisa membantu perekonomian dan membahagiakan keluarganya adalah hal yang ingin wujudkan. Semoga suatu hari hal itu bisa terjadi.

Vandra berdiri ditepi jalan menunggu taxi online yang ia pesan, sambil menunggu tiba-tiba sebuah motor berhenti dihadapanya. Vandra terkejut saat pengemudi motor itu membuka helmnya.

"Hai" sapa pengemudi itu.

"Randy"

"Ternyata kamu inget juga sama nama aku. kamu pasti tersentuh sama pesona aku ya, sampai kamu inget nama dan wajah aku? Padahal kita baru ketemu pertama kali lho disekolah tadi" Bangga Randy.

"Siapa sih yang akan lupa sama sosok cowo yang berniat mempermainkan perasaan cewe. Aku bukan terpesona lho, cuma aku menghargai kamu aja. Walau kita ga satu kelas tapi aku menggangap kamu teman satu sekolah aku. Jadi jangan pernah menganggap aku tersentuh pesona kamu,kamu pahamkan?" santai Vandra berucap.

"Taxi aku udah dateng. Aku pulang dulu ya, bye" Vandra pergi berlalu.

Randy menatap Taxi yang dinaiki Vandra. Rasanya Randy tertantang untuk menaklukan perasaan Vandra. Bagi Randy ini adalah pertama kalinya ada wanita yang bersikap acuh pada pesona dan perhatiannya. Harus diakui, disisi lain Randy pun merasa tertarik pada Vandra. Apa ini rasa cinta yang sesungguhnya pada seorang wanita? kenapa pesona Vandra membuatnya ingin mendekatinya?.

***

Rasa trauma

Vandra membantu Ibu Hani menyiapkan makan malam. Semua bahkan sudah tersaji hangat dimeja makan, Vina yang baru saja tiba pulang dari bekerja bergegas membersihkan diri untuk bergabung menikmati makan malam bersama keluarga.

Makam malam keluarga pun dimulai, semua keluarga begitu menikmati makanan buatan Ibu Hani malam itu. Dan disela makan, Vandra membahas tentang perkerjaan Vina bahkan tentang sosok lelaki yang ia lihat dikantor Vina. Vandra begitu penasaran dengan sosok lelaki dingin yang mampu membuat para karyawan wanita memuji bahkan mengaguminya.

"Gimana tempat kerja Kaka sekarang? Kaka nyaman disana?" tanya Vandra.

"Nyaman, Kaka bersyukur bisa dapat teman yang baik disana" jawab Vina.

"Kamu harus tetap bersikap baik ya sama siapapun, ingat jangan pernah melukai perasaan oranglain" Ayah Hadi mengingatkan.

"Iya Ayah, Vina akan ingat kata-kata Ayah"

"Oh iya Ka, tadi waktu aku diloby kantor aku liat sosok cowo yang dikagumi sama karyawan disana, memang cowo itu siapa? ko kaya yang sombong ya, berasa dia bos dikantor itu" Vandra penasaran.

"Pasti yang kamu maksud itu Tuan Muda Andra, dia memang bos tempat Kaka kerja, dia juga pewaris Wijaya group. Pesonanya memang tampan, banyak karyawan disana terutama para wanita mengagumi sosoknya. Tapi sayangnya, sikapnya dingin dan dia juga ga mudah didekati siapapun termasuk wanita" Vina menjelaskan.

"Ternyata ada ya sosok lelaki seperti itu. Ibu ga membayangkan gimana nanti istrinya, pasti merasa tesiksa batin hidup bersama dia" ucap Ibu Hani.

"Sudah. Ga perlu membahas oranglain seperti itu, ga baik. Setiap orang pasti punya alasan dengan sikapnya, jadi kita jangan menuduh atau menilai seseorang dengan pendapat kita sendiri" nasihat Ayah Hadi.

"Iya Ayah" jawab Vandra dan Vina bersamaan.

"Lanjutkan makan kalian" perintah Ayah.

"Iya"

Vandra kembali ke kamar untuk mengerjakan tugas sekolah, Vandra anak yang rajin dan selalu mengerjakan tugas dengan baik. Vandra hanya merasa saat ini ia masih menyusahkan keluarganya, dan sebagai balasannya Vandra harus menjadi anak patuh dan fokus belajar.

***

Andra termenung duduk dibalkon kamarnya sembari menatap langit. Hati dan perasaannya begitu hampa. Semenjak mengurusi perusahaan, Andra hampir jarang menikmati berkumpul bersama teman-temannya, walaupun salahsatu sahabat terbaiknya Dino selalu mendatanginya kapanpun Andra butuh teman. Seperti malam itu, Dino datang lalu menenami Andra duduk dikursi didepan balkon.

"Mikirin apa lo, serius banget liatin langit" komentar Dino.

"Gue kepikiran Papa Din, akhir-akhir ini Papa selalu minta gue untuk menikah. Lo tau kan gue ga punya seseorang yang gue cintai? dan gue bingung harus gimana, gue sebenernya ga mau menikahi orang yang ga gue cintai hanya karna gue takut kehilangan hak waris gue" keluh Andra.

Walau menurut oranglain Andra memiliki sikap dingin dan tak mudah didekati, tapi sebenarnya Andra memilki sikap yang baik dan penuh perhatian. Hanya saja semenjak kejadian dulu seseorang yang dicintainya pergi tanpa jejak, Andra menjadi sosok yang dingin kepada wanita.

"Gue maklumlah, Om Tomy (Papa Andra) merasa lo udah cukup untuk menikah. Ditambah lagi kondisi Om Tomy yang sering kambuh sakitnya, mungkin Om Tomy pengen ngeliat lo menikah. Om Tomy selalu cerita sama gue tentang keinginannya itu, ya kalau gue d posisi lo juga bingung. Sekarang aja lo ga punya pacar ataupun gebetan, tapi gue rasa lo harus mempertimbangkan hal itu. Membahagiakan orantua kan harus" saran Dino.

"Lo bener. Semoga aja ada jalan keluar tentang keinginan Papa"

"Pasti ada jalannya" Dino menenangkan.

Andra memang anak yang patuh jika berhubungan dengan kedua orangtuanya. Hal apapun yang orangtuanya inginkan dan pinta semampunya akan Andra turuti. Tapi untuk kali ini sebuah permintaan untuknya segera menikah membuat Andra dilanda dilema.

***

Dikelas, Vandra datang menghampiri Dinda yang duduk seorang diri. Pagi itu kelas belum ramai, jadi mereka berdua bisa leluasa bercerita tentang kehidupan masing-masing termasuk soal percintaan. Dinda terkejut mendengar Vandra yang sampai saat ini belum pernah berpacaran.

"Kamu serius Van? masa sih, cewe cantik kaya kamu belum pernah pacaran?" Dinda tak percaya.

"Serius Din. Ada hal yang membuat aku takut menjalin hubungan sama cowo. Aku sedikit trauma sama kisah kehidupan Kaka aku, dia dikhianati sama orang yang dicintainya. Semenjak itu, setiap aku dapat rayuan bahkan ungkapan hati dari cowo, secara halus aku selalu menolak mereka. Sejujurnya aku pengen marah dan ga nyaman dengan sikap mereka, tapi aku ingat pesan Ibu kalau kita ga boleh membenci seseorang hanya karna trauma yang kita alami" Vandra bercerita.

"Aku ga nyangka, ternyata kamu menyimpan rasa kaya gitu sama cowo. Pantes aja, kemarin Randy ngajak kamu pulang bareng kamu malah nolak dia. Padahal dia salah satu cowo idaman lho dijurusan kita, bahkan hampir setiap hari ada aja cewe yang selalu cari perhatian dia. Kamu termasuk beruntung lho karna dia deketin kamu duluan"

"Aku ga peduli Din. Sekarang ini aku mau fokus belajar dan sekolah. Aku pengen membahagiakan keluarga aku, aku ngerasa aku harus melakukan itu. Soal cinta, aku rasa nanti ada saatnya aku ngerasain itu. Oh iya, kalau kamu gimana?" tanya Vandra.

"Aku pernah pacaran satu kali. Tapi dia cuma mempermainkan aku. Apa aku sejelek itu ya, sampai cowo tuh ga ada yang suka sama aku?"

"Kamu cantik Dinda, mereka aja yang menilai sesuatu dari pandangan mereka sendiri. Yang terpenting itu, kamu harus menjadi diri kamu sendiri. Lebih baik cantik dihati daripada cantik tapi ga punya hati" Hibur Vandra.

"Selain cantik ternyata hati kamu baik juga ya Van, beruntung aku bisa berteman sama kamu" batin Dinda.

"Oh iya Van, nanti pulang sekolah kamu mau main kerumah aku ga? Aku pengen kenalin kamu ke Mama aku" pinta Dinda.

"Boleh. Tapi nanti aku ijin sama Ayah aku dulu ya"

"Ok"

Pembelajaran sekolah hari itu selesai. Vandra dan Dinda berjalan berdua menuju gerbang sekolah, sembari menunggu taxi online yang dipesan Vandra dan Dinda bercengkrama berdua. Tiba-tiba Randy datang, dia lagi-lagi mengajak Vandra untuk pulang bersama. Sama halnya seperti kemarin Vandra menolak Randy lagi, Randy sejujurnya merasa kecewa. Tapi dibalik rasa kecewa itu ada rasa penasaran tentang Vandra, bagaimana bisa ada wanita yang menolaknya secara halus tanpa menyombongkan kecantikannya? pikir Randy.

Tiba dirumah Dinda, seorang wanita berusia 45tahun menyambut kedatangan Vandra. Dia Bu Tari, Ibunya Dinda. Bu Tari merasa senang karna untuk pertama kalinya ada teman Dinda yang berkunjung kerumahnya. Vandra merasa senang karna disambut baik oleh Bu Tari.

"Ternyata kamu secantik ini ya, Dinda cerita katanya dia punya teman baru yang cantik. Ternyata kamu memang cantik" puji Bu Tari.

"Tante memujinya berlebihan, semua perempuan kan cantik" Vandra merendah diri.

"Kamu bisa aja. Ya udah masuk yuk, sekalian makan siang" ajak Bu Tari.

"Iya Tante"

Vandra merasa senang. Walau belum lama pindah dari sekolah lamanya, tapi Vandra sudah mendapat teman baru. Semoga Dinda akan terus menjadi teman baiknya.

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!