Marcello Mahesa, Laki-laki tampan, anak kedua dari pasangan Aditya Mahesa dan Ayundita ini, bekerja di perusahaan papanya sebagai wakil direktur, Cello anak kedua dari pasangan Adit dan Dita, di umur yang masih mudah Cello sudah terjun langsung ke dunia bisnis, tapi sayangnya Cello seorang playboy.
"Mau kemana lagi?" tanya Tya kakak sepupunya saat melihat Cello mau meninggalkan kantor.
"Mau bertemu dengan masa depan" jawab Cello dan langsung meninggalkan kantornya, Tya hanya bisa mengomel pada dirinya sendiri, melihat Cello yang seenak jidat meninggalkan tumpukan pekerjaan padanya.
Cello lagi keluar bertemu dengan kenalan barunya, padahal dia masih mempunyai kekasih, saat tiba di cafe tempat mereka janjian, mereka berdua langsung mencari tempat yang kosong, dan Cello memilih meja yang ada di pojok, agar tidak ada yang mengenalnya.
"Hai... gadis" ucap Cello pada seseorang wanita cantik lewat di depan mereka, membuat kenalan barunya sedikit emosi.
"Kamu ya, nggak bisa lihat bening dikit saja, aku ada di depan kamu loe" ucap Windi wanita yang baru ia kenal.
"Biasa aja kali, nggak usah sewot gitu, nanti cantiknya hilang lagi" goda Cello membuat Windi tersipu malu.
Mereka berdua akhirnya menikmati makanan yang mereka pesan, Windi sangat bahagia bisa jalan dan makan bareng dengan laki-laki setampan Cello.
Mereka berdua menikmati makan siang sambil mengobrol, seperti biasa Cello selalu mengeluarkan gombalan mautnya, membuat Windi melayang ke udara untuk sementara, karena dia belum juga Windi menikmati gombalan Cello, lagi dan lagi cwllo bersiul ke wanita lain yang kebetulan lewat dekat meja mereka tempati.
Membuat Windi kembali kesal dengan sikap Cello, Windi langsung pamit pulang. "pulang yuk, aku ada pemotretan mendadak, aku baru dapat informasi ini" ucap Windi sedikit berbohong, karena dia tidak suka dengan Cello yang tidak menghargai dirinya.
Cello langsung menuruti permintaan Windi, sebelum meninggalkan cafe, Cello masih sempat-sempatnya menggoda wanita yang lagi duduk sendirian di cafe.
"Mas... lihat tuh kekasihnya mukanya sudah asam kayak Mangga layu, masih aja menggoda wanita lain dasar hidung belang" ucap wanita itu pada Cello.
Cello hanya tersenyum mendengar ucapan wanita itu, Windi dan Cello akhirnya berpisah di parkiran mobil, karena mereka tadi memang datangnya terpisah.
Sedangkan di kantor, Tya menemui papa Adit di ruangannya, dia ingin memberitahukan papa Adit atas sikap Cello yang seenaknya meninggalkan kantor saat jam kerja, dan pekerjaannya masih menumpuk.
"Bagini nak, kalau Cello berulah lagi papa minta kamu tegas, kalau bisa kamu usir wanita-wanita yang datang menemuinya" ucap papa Adit pada Tya.
Tya tersenyum mendengar ucapan pamannya itu, dia sudah mengantongi ijin dari papa Adit, jadi saatnya balas dendam kepada Cello yang selama ini seenaknya saja.
Papa Adit percaya pada Tya, karena papa Adit tau kalau Tya itu tegas, seperti ayahnya ayah Davin. "papa percaya sama kamu, papa yakin juga kamu bisa tegas sama Cello, soalnya kalau papa yang menegurnya hanya masuk telinga kanan dan langsung keluar di telinga kiri" ucap papa Adit pada Tya.
"Siap pa, Tya akan melakukannya sesuai dengan perintah papa" jawab Tya dan langsung memeluk pamannya yang sudah Tya anggap seperti orang tua kandungnya sendiri.
Tya langsung pamit untuk kembali ke ruangannya, karena masih banyak pekerjaannya yang belum selesai, Tya meninggalkan ruangan papa Adit dengan hati yang berbunga-bunga.
"Bahagia banget buk" sapa Mada pada Tya.
"Ia dong Mada.... oh ya Mada Cello udah pulang?" tanya Tya kembali pada Mada.
"Belum buk, emangnya kenapa buk?"
Tya menceritakan pada Mada untuk tidak mengijinkan kekasih Cello untuk masuk ke dalam ruangan Cello, tanpa seijin Tya, Mada yang mendengar itu langsung setuju.
Tidak lama Cello akhirnya muncul dan melihat Tya dan Mada lagi asik mengobrol.
"Woi.... kerja bukan bergosip" ucap Cello pada mereka.
"Kerja...kerja... kamu dari mana? tuh pekerjaan kamu di dalam belum selesai, dari tadi pak Adit datang mencari kamu" ucap Tya sedikit berbohong pada Cello.
"Apa? papa cari aku, terus kamu bilang apa?" tanya Cello pada Tya.
Tya tidak menjawab dan langsung meninggalkan Cello begitu saja dan masuk kembali ke dalam ruangannya.
“Kak, tadi papa bilang apa? soalnya aku belum mengerjakan yang papa suruh,” ucap Cello pada Tya.
“Makanya kalau di kasih pekerjaan langsung dikerjakan, jangan pentingkan wanita-wanita yang ada di luar sana,” lanjut Tya.
Cello langsung mengerjakan tugasnya, karena takut sang papa memarahi dirinya, apa lagi soal perusahaan, bisa-bisa papa Adit mengamuk kepadanya karena dia belum menyelesaikan apa yang di berikan kepadanya.
❤❤❤
Jangan lupa tinggalkan jejak lewat like dan komentar nya ya kak🙏🤗😘
Bersambung.
Cello yang mendapat pesan dari teman-temannya, mereka ingin kumpul-kumpul di sebuah cafe, setelah mandi dan berganti pakaian dengan rapi Cello langsung pamit ke pada mama dan papanya.
"Kamu mau ke mana lagi Cello? baru aja pulang kerja udah mau keluyuran aja, apa kamu tidak capek?" tanya mama Dita.
"Mau ketemu teman-teman aku sebentar kok ma, tidak sampai larut malam" jawab Cello ke pada mamanya dan langsung meninggalkan rumah, di depan pintu Cello berpapasan dengan Tya yang akan masuk rumah.
"Mau kemana? ada gebetan baru lagi?" tanya Tya pada Cello.
"Mau tau aja urusan orang, dasar jomblo" ucap Cello dan langsung meninggalkan Tya.
"Biar jomblo, tapi jomblo terhormat, nggak kayak kau playboy cap buaya buntung" teriak Tya pada Cello.
Cello tertawa dan langsung menuju mobilnya dan langsung meniggalkan halaman rumah, sedangkan Tya langsung masuk ke dalam rumah, dan langsung menghampiri mama Dita lagi sibuk di dapur menyiapkan makan malam bersama bibi.
"Kenapa lagi sih nak? kok teriak-teriak segala?" tanya mama Dita pada Tya.
"Hehehe.... itu ma, sih buaya buntung lagi cari masalah" jawab Tya.
Mama Dita hanya geleng-geleng kepala mendengar jawaban Tya. Dita dan Adit juga sangat menyayangi Tya seperti anak kandung mereka sendiri, mungkin karena mereka tidak mempunyai anak cewek.
Cello kini sudah berkumpul dengan teman-temannya di sebuah cafe tempat mereka janjian.
"Sorry bro telat" ucap Cello pada brayen dan juga Arka.
"Tidak masalah bro, kita juga baru saja tiba" jawab Arka pada Cello.
Setelah memesan kopi, mereka bertiga duduk mengobrol, membahas tentang pekerjaan mereka masing-masing, dan seperti biasa Cello selalu menggoda wanita-wanita cantik yang kebetulan lewat di depan meja mereka.
Terkadang Arka sebal dengan sikap Cello atau Brayen, karena mereka berdua sama-sama playboy.
"Cello kamu ada di sini? kenapa sih kamu selalu menghindar dari aku?" ucap seorang wanita cantik pada Cello.
"Oh... kita kan sudah putus, untuk apa lagi aku mau bertemu dengan kamu" jawab Cello santai.
Wanita itu langsung meninggalkan Cello dan teman-temannya.
"Bro... tidak bagus mempermainkan wanita, kamu begitu sama saja mempermainkan perasaan mama kamu" ucap Arka menasehati Cello.
"Bukan begitu bro, tapi aku kan mencari yang betul-betul bisa menerima aku apa adanya, bukan ada apanya" jawab Cello dan di balas anggukan kepala oleh Brayen.
Dari mereka bertiga hanya Arka yang tidak suka mempermainkan wanita, terkadang dia menasehati kedua sahabatnya itu, namun ya begitulah masuk telinga kanan keluar telinga kiri, karena sudah larut malam, mereka bertiga memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing, karena besok juga mereka akan bekerja seperti biasa.
💕💕💕
"Pa... bantuin aku dong, soalnya masih ada gambar aku belum selesai" ucap Ema pada papanya.
"Mana biar papa bantu ya" ucap Arman pada Ema.
Dan akhirnya Ema di bantu oleh papanya, untuk menyelesaikan gambarnya. Ema sangat manja pada papanya, dia lebih dekat dengan papanya dari pada mamanya.
Mereka berdua asik menyelesaikan gambar milik Ema, sambil mengobrol diselingi bercanda.
"Kalian ini ribut sekali, kamu juga Ema kalau tidak bisa di kerjakan tidak usah di kerja bikin repot orang saja" ucap mamanya kepada Ema.
"Ma... kamu kenapa sih, selalu saja marah-marah sama Ema, kamu masuk tidur saja, nggak usah urusin kita" jawab papa Arman pada istrinya.
Istrinya langsung masuk kamar dan membanting pintu dengan keras, Arman hanya geleng-geleng Kepala melihat tingkah istrinya.
"Pa... papa masuk istirahat saja, nanti Ema yang selesaikan, Ema tidak mau mama dan papa bertengkar karena aku" ucap Ema dengan mata Berkaca-kaca.
"Tidak sayang, ayo kita lanjut menggambarnya, kamu taukan mama kamu itu bagai mana, jadi tidak usah sedih begitu ya, ada papa di sini" ucap Arman dan langsung memeluk Ema.
"Terimakasih pa, papa selalu mengerti Ema, selalu membela Ema dalam keadaan apapun" jawab Ema dan langsung membalas pelukan papanya.
Ema memang tidak di dukung oleh mamanya untuk terjun ke dunia desainer, tapi dia mendapatkan dukungan penuh dari sang papa, apa lagi itu cita-cita Ema dari kecil.
💕💕💕
Jangan lupa dukungannya kak, lewat like dan komentarnya ya, terimakasih 🙏🤗😘
🌠🌠🌠🌠bersambung 🌠🌠🌠🌠
Karena sudah larut malam, dan gambar Ema juga sudah selesai, papa Arman akhirnya masuk ke dalam kamar untuk beristirahat, begitu juga dengan Ema, apa lagi besok Ema akan ada meeting dengan costumernya, mengenai gaun pengantin yang mereka pesan pada Ema.
Jam sepuluh malam, Cello baru pulang ke rumah dan mendapati rumah sudah sunyi, Cello langsung masuk ke dalam rumah.
"Baru pulang?" tanya mama Dita pada Cello. kebetulan mama Dita keluar dari kamar.
"Ia ma, mama belum tidur?" tanya Cello balik.
"Belum mama masih nonton di kamar" jawab mama Dita.
Cello langsung pamit pada mamanya dan langsung naik ke lantai dua, setelah membersihkan diri, Cello langsung beristirahat karena besok kembali kerja seperti biasa.
💕💕
Pagi-pagi seperti biasa, Ema sudah bangun menyiapkan sarapan pagi untuk papa dan mamanya, Ema sudah terbiasa dengan pekerjaan di dapur.
Setelah semuanya siap, mama dan papanya juga sudah berada di meja makan untuk sarapan bersama.
"Kamu mau ke butik sayang?" tanya papa Arman pada Ema.
"Ia pa... soalnya aku ada meeting dengan customer aku pagi ini pa" jawab Ema kepada papanya.
Setelah selesai sarapan Ema akhirnya pamit pada mama dan papanya, untuk berangkat ke butiknya, karena janjian meeting nya memang pagi sekitar jam sembilan.
Setelah Ema berangkat, papa Arman juga akhirnya berangkat kerja. "ma.. papa jalan dulu ya" pamit Arman pada istrinya.
"Ia hati-hati di jalan" jawab istrinya.
Akhirnya Arman berangkat kerja, seperti biasa Arman selalu semangat saat berangkat kerja, di kantor barunya Arman sangat di sukai oleh bosnya, makanya dia di angkat menjadi manajer HRD.
Di kantor Arman menyelesaikan semua pekerjaan, tidak ada yang aneh dengan dirinya, seperti biasa dia suka menolong teman-temannya yang lagi membutuhkan bantuannya.
Begitu juga dengan Ema, akhirnya selesai juga meeting dengan customernya, dan customer sangat puas dengan hasil karya Ema, sesuai dengan yang mereka inginkan, Ema sangat senang karena customernya tidak banyak komplain.
Siang harinya pas dengan jam istirahat papa Arman menelepon Ema, dia ingin makan siang bersama di rumah, ajakan itu langsung di ia kan oleh Ema.
Ema langsung pulang ke rumah, karena papanya juga sudah di jalan menuju rumah, Ema yang tidak memiliki perasaan aneh terhadap papanya, dia merasa seperti biasa-biasa saja.
"Akhirnya kamu udah tiba nak, dari tadi papa tunggu" ucap Arman pada Ema.
"Maaf ya pa, aku sedikit terlambat soalnya jalanan lagi macet" jawab Ema dan langsung duduk di kursi yang kosong.
Setelah semuanya sudah mengambil makanan, mereka bertiga menikmati makan siang dengan tenang, tidak ada suara obrolan dari mereka.
Setelah selesai menikmati makan siang, Arman. memilih duduk di ruang tamu, dan tidak lama istri dan anaknya ikut bergabung bersama dengan dirinya.
"Bagai mana dengan hasil meetingnya nak?" tanya Arman pada Ema.
"Semuanya berjalan dengan lancar pa, customer aku suka dengan hasil karya aku" jawab Ema bangga.
Arman langsung berdiri untuk memakainya jas kantornya karena dia mau kembali bekerja, karena jam istirahat sudah mau habis.
Plak....
"Papa... papa... papa kenapa, ayo bangun pa" ucap Ema teriak.
"Pa... bangun" ucap istrinya panik.
"Ayo bawa papa kamu ke rumah sakit" teriak mamanya panik.
Ema berlari keluar minta tolong karena tidak kuat mengangkat papanya.
"Pak... pak tolong papa saya jatuh pingsan kami tidak mampu mengangkatnya" ucap Ema pada tetangganya sambil menangis.
Para tetangga sudah berkumpul dan mengangkat Arman masuk ke dalam mobil, dengan cepat Ema langsung menyetir mobil dan membawa papanya ke rumah sakit.
Dalam perjalanan menuju rumah sakit, Ema tidak berhenti memanggil sang papa yang terbaring di pangkuan mama Ayu, perjalanan begitu jauh di rasakan oleh Ema, sampai-sampai ia berapa kali di tegur oleh mamanya karena membawa mobil begitu kencang.
Ema tidak peduli, sepanjang jalan ia membunyikan klakson mobilnya agar ia di beri jalan oleh pengendara lainnya.
💕💕💕
Jangan lupa tinggalkan jejak ya kak🙏🤗 terimakasih🙏🙏
💕💕💕Bersambung 💕💕💕
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!