Sania tersenyum senang membayangkan kekasihnya akan senang melihat surprise yang dibuatnya. Sania ditugaskan Bobby ke pulau B untuk survey pembangunan proyek raksasa yang bakal ditender perusahaan Bobby selaku bos perusahaan sekaligus kekasih dari Sania.
Dua bulan lagi mereka akan langsungkan pernikahan mewah yang sudah dipersiapkan berbulan bulan. Persiapan sudah mencapai hampir 90%. Segalanya sudah terurus rapi.
Rumah mewah yang dihadiahkan satu perusahaan luar negeri atas kerja sama memuaskan dari Sania kini sudah di depan mata Sania. Hati Sania berbunga bunga membayangkan kagetnya Bobby melihat kehadirannya. Tugas yang seharusnya diselesaikan dalam tempo sebulan namun Sania dapat tuntaskan dalam tempo singkat yakni dua minggu.
Bobby pasti bangga melihat kekasihnya mampu bertugas dengan baik. Proyek raksasa yang bakal ditender mencapai nilai trilliun. Bagaimana cara pun mereka harus dapatkan proyek ini agar perusahaan maju.
Kini Sania sudah berada di depan rumah yang bakal mereka tempati setelah menikah nanti. Bobby sudah pindah tinggal di situ untuk jaga aset yang sudah terisi di rumah mewah itu. Sementara Sania masih tinggal di rumah sewanya. Sania tak mau ikutan hidup bebas layak orang tak beragama tinggal bersama sebelum menikah. Sania mau kebahagiaan yang nyata setelah menikah. Sania akan melepas kegadisan yang sudah dia jaga bertahun tahun untuk laki yang benar benar telah ijab kabul nanti. Sania tak keberatan dibilang sok alim ataupun ketinggalan jaman. Itu tak penting bagi Sania. Yang penting adalah kebahagiaan di kemudian hari.
Perlahan Sania masuk ke dalam rumah dengan kunci serap yang selalu dia bawa. Kunci rumah diberikan pada Bobby satu set dan Sania menyimpan satu set agar mereka leluasa keluar masuk.
Sania meletakkan kopernya di samping pintu lalu perlahan naik ke tingkat atas di mana bakal kamar pengantin mereka. Sania yakin Bobby sudah di rumah karena mobil bos sekaligus calon suami sudah ada di parkiran.
Dengan langkah perlahan plus ringan Sania dekati kamar Bobby untuk kasih kejutan. Namun langkah Sania terhenti karena dari balik kamar terdengar suara dua manusia sedang ngobrol. Hati Sania langsung membeku karena dari balik kamar terdengar percakapan yang sangat tak diharap Sania. Sania berdiam diri ikut dengar agar tahu apa tujuan dua orang yang sedang adu lisan dalam kamar.
"Sayang..gimana kalau tiba tiba perempuan bodoh itu pulang?" terdengar suara wanita bernada manja.
"Gak mungkin. Aku sengaja tugaskan dia selama sebulan agar waktu dia pulang kita sudah selesai menikah. Dia hanya perempuan tolol yang kumanfaatkan kepintaran untuk memuluskan semua proyek kita." sahut suara laki yang Sania kenal itu suara laki bernama Bobby.
"Lalu apa rencanamu kalau dia pulang dan tahu kita sudah menikah. Bukankah proyek kita bakal gagal?"
"Tenang sayang..anak tolol itu gampang dirayu. Aku akan janji tetap kawini dia. Kugantung dia sampai proyek selesai. Akan kukatakan aku silap berhubungan denganmu selama dia tak ada dan orang tuamu mengancam ku untuk nikahi kamu. Dia bodoh pasti percaya. Setelah proyek kelar akan kutendang dia sejauh mungkin dari hidup kita."
"Kasihan juga si bodoh itu. Capek capek urus pesta untuk kita. Aku sudah bayangkan pesta mewah yang kuidamkan. Suvenir gift saja iPhone. Betapa agungnya pesta kita. Aku adalah adalah wanita beruntung yang menerima hasil tanpa perlu susah payah."
"Semuanya hasil sponsor perusahaan luar negeri yang tergila pada hasil kerja Sania. Biaya pesta, souvernir dan rumah semua hadiah dari perusahaan itu. Nilainya mungkin ratusan milyar. Si tolol itu pasti tak sangka semua jerih payahnya kita yang nikmati. Memang perempuan bodoh. Apa dia kira aku mau nikahi seorang wanita yang tak tau asal usul? Aku cuma pura pura suka padanya karena dia sangat hebat dalam cari proyek. Dalam dua tahun ini dia sudah dapat puluhan proyek. Pundi emas kita semua berasal dari dia. Jadi kalau aku pura pura suka padanya kau harus sabar. Aku cuma cinta padamu sayang."
"Yang benar? Bukankah kalian sudah pacaran setahun lebih?"
"Setahun lebih hanya boleh pegang tangan dan pelukan kecil. Sok suci dia.."
"Mungkin masih suci kali."
"Kalau ini aku tak ragu karena dia sangat taat beragama. Orangnya memang alim dan baik cuma tak cocok jadi bini Ceo terkaya saat ini. Dia hanya anak yatim yang beruntung dapat beasiswa kuliah di luar negeri. Sudahlah sayang! Tak usah pikir perempuan bodoh itu. Tiga hari lagi kita akan nikah. Pikir kita saja."
"Pikir apa lagi? Toh aku sudah ada di tempat tidur ini! Apa tak cukup bukti aku sayang padamu?"
"Aku tahu tapi aku penasaran dengan siapa kau pertama kali bercinta? Aku tak masalahkan dengan siapa kau bercinta karena aku akan dapatkan dari perempuan bodoh itu. Kau harus ikhlas kalau aku tiduri wanita itu. Anggap ganti nilaimu."
"Kau gila ya? Kenapa kau tega khianati aku? Kau tak boleh berhubungan dengan wanita manapun lagi. Aku sudah korban segala untukmu. Kutinggalkan dunia hiburan demi kamu. Masa kamu mau main gila sama wanita murahan itu."
"Sania tidak murahan hanya tolol. Sudahlah! Aku hanya canda. Kita tidur sekarang atau kau mau lanjutkan pertempuran nikmat ini?"
"Isshhh..dasar laki mesum"
"Mesum tapi kamu suka kan?"
"Siapa suka? Oya apa si tolol ada hubung kamu berapa hari ini?"
"Kemarin dulu ada tapi sekarang tak ada. Mungkin lagi sibuk kerja. Lebih baik tak hubung aku. Kita lebih aman. Setelah kita nikah dia tak dapat berbuat apapun. Kalaupun dia tahu takkan ada masalah. Dia cinta mati padaku. Sedikit rayuan akan selesaikan masalah. Aku masih perlu dia untuk selesaikan beberapa proyek juga tender proyek raksasa. Kita bakal kaya raya berkat si tolol. Kau pura pura tak tahu kalau aku rayu dia. Jangan cemburu karena cintaku hanya untukmu."
"Aku tahu..cuma jangan di depanku ya! Aku tetap cemburu."
"Siap isteriku yang cantik. Oya besok kita pergi fitting baju yang kurang pas! Gaunnya masih kedodoran. Itu kan ukuran Sania."
"Aku suka sekali gaun itu. Bayangkan batu Swarovski yang indah hatiku sudah berbunga. Cuma sayang dada si tolol lebih berisi. Setelah dapat uang proyek aku mau operasi payudara biar lebih besar lagi. Apa si tolol operasi payudara? Kok montok?"
"Kurasa tidak..dia orang beragama mana mungkin gitu. Semuanya asli..dia memang cantik alami. Cuma sayang aku lebih suka yang bahenol pinter mendesah."
Terdengar tawa manja dari dalam. Suara itu menyadarkan Sania dari alam sadar. Semua percakapan ini menyakiti hati Sania. Harapan bermanja-manja pada Bobby tinggal harapan kosong. Bukan rasa nyaman didapat malah rasa sakit bak disayat pisau silet. Ternyata selama ini Bobby hanya manfaatkan Sania demi kelancaran proyek. Cintanya palsu. Sania terlalu bodoh anggap cinta Bobby tulus padanya maka dia matian bekerja keras demi masa depan mereka.
Perlahan Sania tinggalkan rumah itu dengan hati terkoyak. Sania berjanji akan beri pelajaran berharga pada kedua manusia bejat itu. Semua rasa sakit hatinya harus dibayar lunas.
Sania langsung hubungi Lisa rekan kerja yang jadi tangan kanan Bobby. Lisa adalah teman akrab selama kerja di perusahaan Bobby. Lisa adalah orang yang paling dekat dengan Sania selama ini.
Kini Sania perlu bantuan Lisa untuk selesaikan sedikit misi. Sania yakin Lisa akan membantunya selesaikan semua kekacauan ini.
Sania memesan taksi langsung menuju ke rumah Lisa yang tak jauh dari rumah sewanya. Mereka selalu bersama menuju ke kantor karena rumah Lisa hanya berjarak beberapa meter dari rumah sewa Sania.
Perasaan Sania saat ini seperti baru turun dari roller coaster. Pusing juga perih. Teganya Bobby khianati perasaan suci yang dia berikan hanya demi seorang wanita yang baru dia kenal. Bahkan langsung nikahi wanita itu dengan segala fasilitas yang sudah Sania urus dengan sempurna.
Sampai di depan rumah Lisa tanpa ragu Sania ketok pintu. Angin dingin malam hari terasa makin dingin membalut hati yang sangat terluka itu. Tapi Sania tak ingin menangis untuk laki tak bermoral macam Bobby. Air matanya terlalu berharga untuk laki itu. Sania janji pada diri sendiri akan tergar hadapi semua problem ini. Bobby dan perempuan itu akan dapat balasan lebih menyakitkan dari ini.
Pintu rumah Lisa terbuka. Seraut wajah kontan berubah murung begitu melihat Sania berdiri di hadapannya. Mata Lisa langsung berkaca kaca siratkan kesedihan mendalam. Lisa memeluk Sania sambil terisak.
"Maafkan aku San...aku tak sanggup hubungi kamu setelah Pak Bobby umumkan pernikahan dengan Ranti bintang sinetron top itu." kata Lisa dalam isaknya.
Sania menghela nafas. "Aku sudah tahu semua. Ayo kita masuk dulu!"
"Kau tahu dari mana?"
"Kita cerita di dalam ya! Hatiku sedikit sakit." kata Sania sambil menyeret kopernya lewati Lisa tanpa permisi lagi.
Lisa ngekor dari belakang tanpa bisa berkata apapun. Lisa paham bagaimana suasana hati teman baiknya itu. Siapapun bakal sedih ditinggal nikah, lebih parahnya ditipu habisan jelang pernikahan sendiri.
Sania hempaskan diri di sofa sambil mengatur nafas agar rilex. Dari raut wajah Sania gambarkan kesedihan mendalam. Lisa hanya bisa menatap Sania dengan hati ikutan sedih. Rasanya saat ini tak dapat cari kalimat yang tepat untuk hibur temannya.
"Lis..besok kau atur surat pengunduran diriku! Buat si kunyuk itu teken tanpa dia ketahui. Aku akan menghilang sampai hatiku tenang. Kita lihat saja apa yang akan terjadi."
"Pas besok ada file yang harus diteken Pak Bobby. Aku akan selipkan dalam file itu. Kau tenang saja San. Akan kubantu ente kasih pelajaran buat si gila itu. Aku akan buat dia teken surat pengunduranmu tanpa dia sadar."
"Trims sobat..aku akan matikan ponselku. Kau hubung aku di ponsel satu lagi. Tak ada yang tahu nomor itu selain kamu dan saudaraku. Kalau setan itu tanya kau katakan saja tak tahu."
"Kau mau ke mana San? Jangan berbuat yang aneh aneh ya! Susah dapat teman selucu kamu. Aku akan patah hati double kalau kau nekat berbuat anarkis."
Sania tertawa kecil melihat wajah melas Lisa. Gadis konyol itu pasti berpikir Sania akan patah arang berbuat nekat lukai diri sendiri.
"Lis..laki setan itu tak pantas dapatkan setetespun air mataku. Kamu tenang saja! Aku masih ingin hidup seribu tahun lagi untuk lihat kehancuran si kunyuk."
Lisa langsung semangat acungkan jempol puji mental Sania. Sifat optimis Sania patut dihargai. Tak luluh walau diterpa badai cukup sadis.
"Nginap sini ya! Papa dan mama sedang keluar kota. KIta bisa bahas cara pembalasan paling sadis untuk kunyuk kolor ijo itu."
"Tidak kau tawarpun aku berencana habiskan malam bersamamu. Kau adalah pacar abadiku! Aku sayang padamu Lis!" rayu Sania sambil mengejapkan mata sayu menggoda Lisa.
Lisa merasa bulu kuduknya merinding digoda Sania bak lesbian kondang. Sania tertawa keras tak peduli terdengar keluar. Sania merasa yakin berbuat konyol mengingat orang tua Lisa tak ada di rumah. Kalau ada kedua orang tua itu Sania mana berani bertindak tak sopan.
"Pergilah mandi! Oya kau sudah makan?"
"Sudah..aku capek mau cepat istirahat. Kau tak keberatan aku cepat tidur kan?"
"Tidak..segarkan otakmu agar bisa buang pikiran sedih. Aku siapkan surat pengunduran dirimu dulu biar besok pagi sudah bisa antar ke rumah si kunyuk untuk teken. Jangan pikir macam macam! Allah gariskan begini tentu dengan tujuan baik. Allah sedang tunjukkan sifat asli si kunyuk."
Sania mengangguk lemah setuju pola pikir temannya. Yang Maha Kuasa sedang memberitahu sifat buruk Bobby yang sesungguhnya. Andai Sania jadi menikah dengan Bobby tentu lebih parah karena dalam hati Bobby memang tak ada cinta selain ingin manfaatkan kepinteran juga kelembutan hati Sania. Sania akan lebih terpuruk lagi hidup bersama lelaki tak bermoral gitu.
Sebenarnya Lisa sangat kasihan pada Sania. Gadis cantik itu mengira Bobby tulus mencintainya walau bukan anak orang berada. Sania bekerja di perusahaan Bobby perlihatkan karier cemerlang dan pinter cari proyek. Perusahaan Bobby yang kecil jadi besar sejak dibantu Sania. Setahun terakhir mereka pacaran dan berencana menikah dalam tahun ini. Nyatanya semua itu hanya rencana jahat Bobby agar Sania tetap rajin kerja.
Kini Bobby si raja tega malah nikahi bintang sinetron yang sedang top. Sania dianggap hanya pelengkap hiburan laki tak berhati itu. Sungguh busuk hati Bobby. Untunglah Sania dapat menangkap rencana busuk Bobby sebelum terpuruk lebih dalam.
Tengah malam Lisa menjenguk Sania di ruang tamu. Gadis itu sudah terlelap di buai mimpi. Lisa bersyukur Sania sangat tegar tak hancur oleh pengkhianatan Bobby. Apapun terjadi Lisa janji akan lindungi anak yatim itu.
Lisa janji takkan biarkan Sania seorang diri hadapi kesedihan. Lisa akan semampu mungkin lindungi sahabatnya itu. Lisa kan berusaha bantu Sania keluar dari kesedihan yang sangat mendalam ini. Gadis manapun pasti terluka bila hadapi masalah ini.
Ini adalah novelku yang perdana. Mohon kritik dan saran membangun dari pembaca yang budiman. Beri tanda bila suka agar makin semangat update. Mungkin masih banyak kekurangan dalam bertutur bahasa tapi semoga akan jadi acuanku untuk menulis lebih baik lagi. Terima kasih.
Pagi subuh Sania bangun bersiap sholat subuh. Kini hatinya lebih tenang hadapi semua kekacauan yang ditimbulkan Bobby dan pacar barunya. Sania tak boleh kalah oleh pengkhianatan Bobby. Kini adalah saat berpikir bagaimana membalas semua rasa sakit dalam hati.
Sania hanya bisa mengadu pada Yang Maha Kuasa agar diberi kekuatan lewati masa masa sulit dibohongi orang yang dikasihi. Dalam hati Sania hanya ada rasa sedih dan dendam pada Bobby. Bobby harus dapat ganjaran setimpal atas kelakuan bejatnya.
Lisa bersyukur Sania mampu tegar. Sania memang wanita pilihan bisa hadapi semua ini dengan kepala dingin padahal umurnya relatif muda. Bahkan lebih muda dari Lisa dua tahun.
Lisa memberi senyum manis sebagai pengantar pagi cerah bagi Sania. Lisa melihat Sania usai sholat dalam kamar tamu. Semoga pagi cerah ini akan bawa kabar baik bagi mereka berdua.
"Selamat pagi sayang...gimana? Lebih baikan?" sapa Lisa sambil duduk di tempat tidur single bed ruang tamu.
Sania melipat kain sholat membalas senyum Lisa tanpa ada rasa manis. Bibir mungil itu tersenyum namun terlihat hambar.
"It's ok..hari ini aku akan pergi ke kampungku. Kuharap kau simpan surat pengunduran diriku baik baik. Setelah aku tenang akan balik sini."
"Kampung? Di mana kampungnya? Kok selama ini belum pernah dengar kamu sebut kampung?"
Sania merangkul bahu sahabatnya dengan mesra pura pura ingin mencium wajah Lisa. Lisa mencolek dahi Sania agar sadar diri.
"Ada deh! Aku pasti balik setelah pikiranku tenang. Aku butuh waktu untuk halau rasa sedih dalam hati."
Lisa menatap Sania penuh rasa kuatir. Lisa tak mengharap terjadi sesuatu pada sahabat karibnya itu. sudah dua tahun mereka lalui suka duka kerja di PT BUILD Barata. Perusahaan kepunyaan keluarga Bobby.
"San..kau yakin?"
"Yakin..tolong kau bantu aku cari kerja yang sesuai keahlian ku ya. Kalau ada lowongan kau kabari aku. Aku akan segera pulang."
"Baiklah! Hpmu harus aktif ya! Aku akan hubungi kamu setiap waktu pastikan kau masih hidup."
"Sinis amat lhu Lis..bunuh diri itu dosa tahu...!!! Aku kan belum rasakan malam pengantin syahdu..rugi kalau mati." gurau Sania disambut tawa derai Lisa.
Hati Lisa terobati dikit lihat Sania masih bisa bergurau.
"Syukur kalau kau ngerti. Aku bersiap ke kantor ya. Suratnya akan ku urus. Jam berapa kau berangkat?"
"Pagi ini juga. Sebelumnya aku ada dikit masalah harus kuselesaikan." kata Sania serius.
"Apa lagi girl? Jangan katakan kau hendak lantakkan kedua monyet itu?"
"Ciiisss..ngapain? Lebih dari itu. Kau tunggu saja berita aktual yang bakal muncul. Si kunyuk pasti kebakaran jenggot. Oya..kau hapus semua data di komputerku! Kau reset saja komputerku biar kosong. Si kunyuk itu pasti kebingungan cari data data pembangunan proyek. Bisa?"
"Gk bisa say..di setiap ruangan ada cctv...kenapa kau tak hapus dari emailmu saja. Bukankah semua file terhubung ke emailmu?"
"Tumben kau pinter pagi ini? Biasa lelet.."
"Dasar wanita jahat..sudah dibantu malah ngejek. Aku ngambek lho!" Lisa pura pura merajuk buang muka tak mu memandang Sania.
Sania tertawa cekikan melihat reaksi Lisa. Makin digoda Lisa makin manis dengan gigi gisul mengundang rasa sayang.
"Sori sayangku..kau juga hati hati terhadap si kunyuk. Dia kan tahu kita sobat sudah lama. Aku takut dia ancam kamu."
"Paling aku resign..toh bisa bantu papaku jaga bengkel mobilnya. Ya walau bengkel sederhana tak sebagus bengkel besar lain. Pelanggan cukup lumayan."
"Kenapa tak perbesar?"
"Modal dari mana? Apa kami orang kaya macam si kunyuk? Kalau ada modal papa sudah beli lahan di samping bengkel agar bisa jadikan parkiran malam mobil perusahaan yang tak punya lahan parkir. Kami terkendala biaya. YA sudah! Tak usah dipikirin! artinya rezeki kami cuma segitu."
"Lis..apa kau anggap aku keluargamu?" tanya Sania pelan.
Lisa besarkan mata tersinggung pertanyaan Sania. Dari dulu Lisa sudah anggap Sania itu adik sendiri. Apa lagi Sania hidup sebatang kara di kota besar. Lisa lebih ingin lindungi Sania.
"Tidak..kau sudah ku anggap tetangga seberang lautan." ketus Lisa masam
"Eh..apa ada tetangga seberang lautan? Jauh amat.."
"Punya mulut dijaga ya! emang selama ini kau anggap aku apa? Selingkuhan?"
Sania kembali tertawa cekikan lihat Lisa makin sewot di pagi cerah ini. mungkin ngobrol dengan sahabat sejati akan datangkan rasa nyaman di hati. Rasa sedih dalam hati Sania mulai pudar walau masih tersisa. Melupakan kesedihan atas kejadian tak menyenangkan bukan perkara gampang.
"Lis..aku punya tabungan untuk persiapan nikahku. Pernikahanku batal maka uang itu tak terpakai. Gimana kalau uang itu jadi modal usaha papa. Belilah lahan sebelah dan perlebar bengkel papa." kata Sania santai tanpa beban.
"Kau gila ya! Itu uangmu..mana boleh buat papa. Tidak..."
"Lis..artinya kau tak anggap aku bagian keluarga ini. Mana tahu suatu saat aku tinggal bersama kalian. Jadikan aku bagian kecil dari keluarga ini! Di sudut saja boleh.."
Lisa tak bisa berkata apapun melihat mata Sania berkaca kaca. Gadis tegar ini tak nangis walau ditipu Bobby tapi menghadap Lisa malah mewek. Lisa jadi tak tega pada Sania selain mengangguk iyakan saran gadis itu.
"Terima kasih San..papa pasti bangga padamu." Lisa memeluk Sania penuh rasa haru. Sania membalas pelukan hangat Lisa dengan hati tulus.
"Yok bersiap! Kabari aku kalau berhasil dapat teken si kunyuk ya! Jangan kasih no ponselku pada siapapun! Ku tutup akses ponselku untuk sementara. No baru ini hanya kau yang tahu."
"Iya nona cerewet. Aku bersiap ke kantor. Kalau kau berangkat tolong kabari aku. Ingat masih ada kami keluargamu. Jangan pendam kesedihan sendiri! Berbagilah kalau kau tak mampu jalani sendiri. Kami siap menerangi jalanmu!"
"Wah ada kemajuan! Sudah pinter bermain kata. Bersiaplah! Kita mulai hari baru."
Lisa mengangguk penuh semangat juang 45 untuk hargai semangat para pahlawan nasional. Harus contoh semangat mereka dalam perjuangkan kemerdekaan.
Sania bersiap dengan kopernya menuju ke tempat yang di yakini bisa tenangkan diri. Sania perlu ketenangan untuk renungkan kebodohan selama bertahun percaya pada seorang lelaki brengsek tak bermoral.
Lebih baik sakit sekarang daripada sakit di kemudian hari. Memang tak ada cinta dalam hati Bobby selain manfaatkan kelebihan Sania. Sudah saatnya Sania bangun dari mimpi panjang yang menyakitkan.
Di tempat lain Lisa mulai bekerja seperti biasa menjadi tangan kanan Bobby bersama Putri sang sekretaris sang CEO kaya.
Lisa menyiapkan semua file yang akan ditanda tangani Bobby sebelum ambil masa cuti nikah. Lisa bertindak biasa seolah tak ada masalah walau dalam hati dongkol berat pada bos gila itu.
Lisa tak perlihatkan reaksi apapun di hadapan Putri selain siapkan berkas yang sudah disortir Putri sejak kemarin.
"lis.." panggil Putri agak ragu karena Lisa bersikap dingin.
"Ya? Ada apa?" Lisa menatap gadis muda itu dengan wajah datar.
"Apa Sania tak ada kabar?" lirih Putri prihatin.
Lisa tahu ke mana arah pembicaraan Putri. Lisa tak mau terpancing oleh ocehan Putri yang bisa bangkitkan emosinya. Lisa tahu Putri juga ikut prihatin pada Sania ditinggal nikah oleh Bobby. Namun Lisa tak mau komentar agar tak dicurigai tahu di mana Sania.
"Sudahlah Put! Kita tak bisa beri masukan. Kita hanya pekerja biasa. Cuma nasib Sania lagi apes."
"Ini tak adil buat Sania. Dia sudah kerja keras malah dikentut." Putri memukul meja dengan emosi tinggi. Lisa dengan cepat beri tanda agar Putri tak umbar amarah di tempat tak tepat. Bisa bisa jadi masalah besar bila ketahuan sama bos besar bela Sania.
"Ssssttt..diam kau! Apa kau mau di rumahkan? Sekarang kau atau aku yang antar file ini?" Lisa melirik pintu ruang kerja Bobby yang masih tertutup.
"Si brengsek belum datang kok! Kamu yang antar. Aku jijik lihat tampang manusia sontoloyo itu." Putri pasang muka jutek.
Dalam hati Lisa bersyukur ternyata banyak yang simpati pada Sania. Ini artinya Sania mendapat tempat di hati sesama teman kerja. Tak sia sia Sania selalu ramah pada sesama teman kerja walau berstatus pacar bos.
Kedua gadis ini kembali kerja selesaikan tugas masing masing yang lumayan banyak. Soalnya Bobby minta orang ini kebut karena dia ambil cuti cukup lama untuk menikah dan bulan madu yang konon katanya keliling dunia selama sebulan atas sponsor perusahaan dari luar negeri.
Tak lama kemudian muncul seorang lelaki ganteng memasuki ruang yang khusus untuk bos. Laki itu tak lain adalah Bobby pemilik perusahaan yang sedang naik daun. Bobby makin berkibar sejak dikabarkan akan nikahi seorang bintang sinetron top.
Gaya Bobby makin menjadi menjelang hari pernikahan. Sikap makin gallant perlihatkan sikap bos sejati berharta tak habis dimakan tujuh turunan.
Lisa dan Putri saling berpandangan analisa keangkuhan Bobby yang telah hancurkan hati teman baik mereka. Lisa ingin sekali meludahi wajah tampan itu. Hati Lisa akan lebih adem bila telah ungkap rasa kesal plus benci pada Bobby. Namun sayang itu hanyalah angan kosong tak mungkin terjadi.
"Lis..ayok antar file yang bakal diteken biar si kolor ijo cepat pergi." bisik Putri masih kesal.
"Sejak kapan bos banyak julukan? Kolor ijo, setan sontoloyo." kata Lisa sambil tertawa geli.
"Itu belum seberapa. Mungkin sebentar lagi akan muncul lebih banyak. Teman lain juga mulai jijik pada bos sok pinter itu. Kita lihat tanpa Sania dia bisa apa."
Lisa mengangguk benarkan kata kata Putri. Tanpa Sania roda perusahaan pasti macet. Selama ini hampir semua tugas dihandle dengan baik oleh Sania.
"Aku ke ruang kolor ijo dulu ya. Biar dia cepat kembali pada nini Tiwik. Kolor ijo dan nini Tiwik pasangan setimpal." Lisa ambil setumpuk file lewati meja Putri menuju ke ruang Bobby.
Lisa mengetok pintu minta ijin masuk ke ruang big bos itu.
"Masuk.." terdengar suara dari dalam ruangan.
Perlahan Lisa buka pintu melangkah ke arah bos yang sedang amati laptop. Wajah itu sangat tampan kalau tak curang. Cuma sayang wajah tampan itu hanya kedok manusia berhati iblis.
"Selamat pagi pak. Ini semua dokumen yang harus bapak tanda tangani sebelum ambil cuti. Coba bapak periksa lagi kalau ada yang tak pas." ujar LIsa tetap ikuti prosedur bertindak sopan santun terhadap atasan.
"Bukankah sudah ku periksa semalam? Bawa sini! Oya..mulai hari ini semua hal kau bisa lapor pada Pak Anton. Dia yang akan ambil keputusan selama aku ambil cuti."
"Iya pak.." sahut Lisa sambil serahkan beberapa map untuk ditanda tangani Bobby. Lisa menanti Bobby tanda tangan dengan hati kebat kebit takut Bobby melihat surat pengunduran diri Sania.
Untunglah Bobby tak perhatikan apa yang dia tanda tangani. Semua berjalan mulus. Lis bersorak dalam hati sambil mengucap Alhamdulillah. Ini rezeki anak sholeha. Diberi kelancaran tanpa hambatan bak tol bebas macet.
"Kalian bekerja dengan baik. Bonus akhir tahun menanti pegawai yang berprestasi. Dan terpenting harus setia pada perusahaan dan atasan." kata Bobby menatap lekat pada Lisa.
Lisa ngerti maksud tujuan Bobby ingin ambil hati Lisa aga setia padanya. Tujuannya tentu tak ingin Lisa beritahu Sania tentang perkawinannya dengan wanita lain. Lisa mencibir dalam hati. Namun Lisa memilih diam karena tak tahu omong apa. Sania lebih penting dari sekedar bonus tahunan.
"Apa bapak masih ada arahan tugas untukku? Kalau tidak aku akan kembali ke mejaku." Lisa memilih keluar dari ruang Bobby sebelum terpancing keluarkan kalimat tak sedap di kuping.
"Tak ada. Pak Anton yang akan urus tugas utuk kalian. Lisa..kuharap kau setia."
Lisa mengangguk lalu keluar dari ruang Bobby tanpa menatap wajah tampan sang boss. Ntah kenapa Lisa merasa mual lihat tampang manusia munafik itu.
Bobby menghela nafas sepergi Lisa. Bobby tahu Lisa dan Sania berteman baik. Apa mungkin Lisa tak beritahu Sania mengenai perkawinan dengan Ranti? Tapi Sania kelihatan adem ayem tak bereaksi artinya gadis itu belum tahu rencana busuknya. Dia harus susun skenario untuk kelabui Sania agar tak lari dari sisinya. Sania sangat penting dalam kelancaran perusahaan. Gadis muda itu seperti tiang penyanggah perusahaannya. Namun sayang Bobby harus terjebak dalam cinta Ranti.
Ranti telah hamil anaknya maka mau tak mau dia harus secepatnya nikahi wanita itu. Tak ada jalan mundur bagi Bobby selain bertanggung jawab. Bobbypun memang suka pada bintang yang sangat sexy dan manja itu. Bobby tak peduli Ranti sudah tak perawan. Yang penting ada cinta di antara mereka.
Tiba tiba pintu ruang Bobby diketok dari luar.
"Masuk.."
Kali ini Putri yang masuk bawa map dan seorang tamu. Tamunya seorang wanita berpenampilan lux full kemewahan. Wajahnya tak terlalu cantik namun penampilan wah membuatnya tampak elegan.
"Pak Bobby..ini Bu Afrida dari WO Sunrise untuk bahas budget yang harus bapak bayarkan untuk pesta lusa." ujar Putri sopan sambil perkenalkan wanita mewah tadi.
"Selamat pagi pak." sapa Bu Afrida lembut.
Bobby sudah rasakan aura tak sedap dari kehadiran wanita yang konon katanya mengurus pernikahan mereka. Selama ini Sania yang urus masalah ini.
Bobby benar benar kaget tak sangka akan hadapi masalah ini. Bukankah Sania sudah urus nyaris sempurna. Mengapa tiba tiba muncul orang minta budget lagi.
"Silahkan duduk Bu Afrida! Tolong jelaskan mengapa tiba tiba bicarakan budget. Bukankah sudah ada yang tangani?"
Wanita yang dipanggil Afrida duduk dengan anggun di depan Bobby. Wajahnya tenang menghanyutkan seakan sedang menguji kesabaran Bobby.
Afrida meraih map dari tangan Putri lalu bentangkan di hadapan Bobby. Di situ tercantum beberapa nilai nominal yang bikin hati bergetar.
"Begini pak! Tiga hari lalu PT SHINY yang sponsori pernikahan Bu Sania hubungi kami. PT itu menolak membayar sisa uang pernikahan bapak dan Bu Ranti karena yang mereka sponsor Bu Sania. Mereka cabut semua sponsor karena yang menikah bukan Bu Sania. Begitu undangan kalian sampai ke meja PT itu langsung batalkan semua sponsor. Jadi kami terpaksa datang ke sini untuk ambil sisa uang krn pesta sudah dimajukan." wanita itu menjelaskan dengan ramah.
Wajah Bobby berubah pucat karena melihat budget yang tercantum nyaris mendekati 80 milyar. Jantung Bobby hampir berhenti melihat besarnya budget pernikahannya dengan Ranti.
"Kenapa bisa sebanyak ini?" tanya Bobby gugup.
"Ini semua permintaan nona Ranti. Kamipun harus kerja ekstra karena pernikahan ini mendadak. Rencana dulu kan dua bulan lagi. Jadi semua sudah kami sediakan sesuai permintaan. Suvenir hp iPhone juga sudah siap seribu buah. Itu saja sudah makan dan 18 milyar. Nona Sania sudah kasih uang muka 400 juta maka sisanya 74 milyar."
Kepala Bobby mendadak pusing. Tak disangka efek tal nikah dengan Sania bawa akibat buruk. PT SHINY yang selalu dukung Sania juga batalkan diri sponsori pernikahan dengan Ranti.
"Maaf Bu Afrida! Aku tak tahu masalah ini. Soalnya yang urus adalah Sania. Apa budget tak bisa diturunkan?"
"Tak bisa lagi pak karena semua sudah fix. Apa kami hubung Bu Sania yang selama ini berurusan dengan kami?"
"Jangan! Aku akan handle budget ini." tukas Bobby cepat. Kalau sempat Afrida hubungi Sania maka tamat sudah permainan. Permainan telah berakhir.
Sania pasti akan beri reaksi keras dikhianati. Bobby belum curiga kalau Sania sudah tahu semua akal busuknya. Laki ini masih menyimpan harapan bodohi gadis muda macam Sania.
Putri yang dengar semua masalah berat yang sedang dihadapi Bobby ingin tertawa sepuasnya saking senang lihat manusia culas itu dapat balasan cukup menyakitkan ditinggal sponsor utama. Kini Bobby harus menguras isi kantong bayar semua biaya pernikahan dengan Ranti yang maha megah itu. Hati Putri puas sekali kendatipun Bobby bos dia yang bayar gajinya.
"Gini Bu Afrida..sebentar lagi aku dan calon istriku akan datang sendiri ke kantor kalian untuk selesaikan semua tagihan. Semua berjalan sesuai rencana. Tak ada perubahan walau PT SHINY tak mau sponsor. Di sini ada salah paham. Maafkan kami ya!"
"Oh tak masalah. Cuma kami heran mengapa calon pengantin wanita diganti. Padahal semua pesanan Bu Sania adalah barang high class. Kudengar baju pengantin saja seharga 2 milyar lebih." sahut Afrida tanpa dosa.
Kalimat terakhir Afrida bikin jantung Bobby berdetak makin kencang. Andai gaun pengantin juga belum terbayar artinya Bobby harus keluarkan uang lagi untuk gun yang hanya sekali pakai. Bobby mengutuk Sania yang terlalu royal pesan gaun pengantin. Untuk apa gaun semahal itu hanya pakai beberapa jam saja.
Keringat dingin mulai meleleh di kening Bobby. Tak sangka kisah tragis sedang di mulai. Pernikahan curang ini akan kuras duit Bobby hingga kering. Bagaimana reaksi orang tuanya bila tahu pernikahan dengan Ranti mengubah cerita yang ada.
Dari awal kedua orang tuanya memang tak suka pada Ranti yang katanya terlalu glamor penuh kepalsuan. Beliau beliau itu tetap sayang pada Sania walau gadis itu bukan orang top. Sania sederhana juga taat beragama.
"Pak Bobby..aku permisi dulu. Aku menunggumu di kantor. Permisi.." Afrida minta diri melangkah tinggalkan ruang Bobby tanpa menanti jawaban laki itu.
Putri ikutan keluar dengan lincah Gadis ini sudah tak sabar ingin bagi cerita pada Lisa tentang pembatalan sponsor PT SHINY hanya karena pengantin wanita bukan Sania.
Lisa perhatikan wajah teman sekantor yang cerah bak dapat undian milyaran. Tadi wajah Putri kuyu kini berubah cerah datangkan rasa penasaran di hati Lisa.
"Bahagia banget..diajak jadi pengantin juga ya!" olok Lisa buat Putri mendelik.
Putri dekati meja Lisa penuh senyum manis. Saking manis orang yang lihat bisa kena penyakit diabetes. Putri kelihatan sangat bahagia setelah keluar dari ruang bos besar.
"Coba tebak ada apa ?"
"Otakku belum cas untuk main tebakan. to the point saja." kata Lisa tak ramah tak mau ikutan konyol macam Putri.
"Nanti ku ceritakan. Pokoknya bikin hatiku berbunga bagai lagi musim semi."
"Sinting..." desis Lisa tak berani bersuara lagi karena pintu ruangan bos tiba tiba dibuka.
Bobby bersiap tinggalkan kantor untuk mulai cuti panjang. Wajah laki itu muram tak pancarkan cahaya calon pengantin bahagia. Malah kusut menyiratkan kegundahan mendalam.
"Lis..aku keluar sebentar. Kalau ada telepon dari PT SHINY langsung hubung aku."
"Bukankah bapak akan segera cuti panjang?"
"Iya..masih ada sedikit masala belum tuntas. Kalian tetap fokus bekerja. Jangan asyik canda!"
"Ya pak!" sahut kedua gadis ini serentak.
Detak sepatu Bobby menjauh meninggalkan kantor tempat mereka bekerja. Lisa dan Putri bernafas lega setelah bossnya pergi. Kini waktunya bergosip bahas nasib apes sang bossnya yang harus kuras kantong.
"Ssssttt...ada apa?" bisik Lisa tak sabaran mau tahu apa yang telah terjadi di dalam ruangan bos sampai buat wajah Bobby kusut masai.
"PT SHINY batalkan jadi sponsor pernikahan bos karena pengantin wanita bukan Sania. Mereka mau jadi sponsor karena Sania. Budget hampir 80 milyar." cerita Putri dengan semangat berapi.
"Tuhan ada mata. Karma dibayar tunai. Aku kok senang ya. Ternyata bukan kita saja bela Sania. Allah berpihak pada orang sholeh. Kita tunggu saja gimana babak selanjutnya. Semoga Sania mendapat pengganti jauh lebih baik."
"Amin..." sahut Putri ikut doakan Sania dapat jodoh lebih bagus.
"Ayok kita selesaikan tugas kita. Kita harus pisahkan rasa tak suka dengan tugas."
Putri acungkan jempol tanda setuju. Keduanya tenggelam dalam tugas yang memang jadi tanggung jawab mereka. Urusan Sania adalah urusan pribadi yang tak boleh dicampur dengan tugas utama.
Bobby pergi menjemput Ranti di rumah orang tuanya untuk fitting terakhir gaun pengantin. Gaun itu harus dirombak karena bentuk tubuh Ranti dan Sania berbeda jauh. Sania lebih langsing dengan dada lebih berisi sementara Ranti lebih montok berpinggang besar. Soal tinggi tak jauh beda. Sania lebih tinggi sedikit dari Ranti. Selisih cuma 5 cm jadi tak terpengaruh bagian bawah.
Kini Bobby pusing harus keluarkan dana cukup besar untuk biayai pernikahan mewah ini. Semula Bobby pikir Sania telah tuntaskan pembayaran maka seenak perut ambil alih pernikahan ini. Tak disangka pernikahan ini bawa akibat cukup fatal. Uang perusahaan akan terkuras untuk biayai semua fasilitas pernikahan.
Ranti sudah menanti kehadiran pengusaha muda yang sedang naik daun itu. Hati Ranti sedang berbunga menanti calon suami yang bakal penuhi semua biaya hidupnya yang tergolong glamor. Apa lagi sekarang Ranti sedang mengandung anak Bobby. Semua permintaan Ranti akan jadi kenyataan tanpa perlu susah payah.
Bobby keluar dari mobil dengan gagah walau dalam hati diliputi rasa gundah. Bobby mau tampil sempurna di hadapan calon bini yang top sebagai bintang sinetron. Wajah Ranti sudah tak asing di masyarakat. Semua orang mengenal Ranti yang cantik.
"Halo sayang..tepat waktu..ayok berangkat!" Ranti langsung lengket pada Bobby bak lintah kehausan darah.
"Apa tak pamitan sama mamamu dulu?"
"Tak usah! Mama sudah tahu aku akan pergi denganmu. Ayok! Kita masih harus ambil cincin nikah lagi. Bukankah sudah dipesan gadis tolol itu? Berlian berapa karat?"
Bobby tampak bodoh dengar kata cincin nikah. Mengapa tak terpikir tanda ikatan yang sangat penting itu. Bobby sendiri tak tahu di mana Sania memesan cincin karena semua Sania yang urus.
"Astaga kenapa aku sampai lupa cincin? Aku tak tahu di mana Sania pesan cincin. Yang kutahu harganya capai 500 juta. Dia yang urus."
Ranti terlihat tak senang Bobby tak tahu di mana Sania pesan cincin. Wanita ini ngambek tak mau masuk mobil. Bobby menghela nafas panjang. Dia sudah salah makan obat hingga tercipta kekacauan sebesar ini.
"Lalu dari mana uang beli cincin kalau kau tak kasih?"
"Aku benar tak tahu..dia juga tak pernah minta uang bayar ini itu. Soalnya diakan disponsori PT SHINY. Masuk ke mobil dulu. Kita bisa beli yang lain. Kita masih harus fitting baju lho!" bujuk Bobby menahan diri agar tak marah.
Sania demikian mandiri tak bikin kepala Boby pusing. Semua ditangani gadis itu dengan baik tanpa perlu menyita waktu Bobby. Sekarang muncul wanita manja menyita seluruh waktu Bobby juga dengan segala tingkah bikin naik darah. Bobby sudah terlanjur basah jatuh dalam comberan kotor. Tak ada jalan mundur lagi.
Akhirnya Ranti mau juga naik ke dalam mobil menuju ke bridal untuk fitting baju pengantin yang banyak dirombak. Kali ini Bobby sudah siapkan mental diminta tagihan uang. Bobby yakin Sania belum lunasi baju pengantin karena pernikahannya dilaksanakan dua bulan lagi.
Tebakan Bobby tak meleset. Gaun pengantin mewah itu memang belum lunas. Harganya juga mencekik leher. Tapi gaun itu memang mewah sesuai harga. Kocek Bobby makin bolong gara gara ulah sendiri. Mau menyesalpun sudah terlambat.
Ranti mana mau tahu kesusahan Bobby keluarkan dana cukup besar hanya untuk senangkan sorang bintang sinetron. Yang penting dia bangga jadi pengantin termahal abad ini. Rasa bangga yang akan hancurkan karier Bobby sebagai pemilik perusahaan.
Semua media meliput pernikahan mewah ini. Bobby tak ada waktu memikirkan reaksi Sania karena sibuk dengan pernikahan yang membanggakan ini. Semua orang memuji kemewahan pesta pernikahan Bobby dan Ranti. Apalagi souvenir yang tak tanggung tanggung. Iphone keluaran baru. Suatu kebanggaan bagi keluarga Ranti mendapat menantu kaya raya macam Bobby. Bagi mereka Ranti mendapat berkah menikah dengan laki macam Bobby. Ganteng dan kaya.
Di lain pihak keluarga Bobby menangis darah mendengar biaya yang telah dikeluarkan untuk nikahi seorang bintang sinetron. Keuangan perusahaan pasti terganggu karena keluarkan biaya lumayan besar. Tapi apa mau dikata semua sudah terjadi. Mau diputar juga tak mungkin lagi.
Sebulan berlalu Bobby mulai kembali kerja. Suasana kantor terasa sepi karena tak banyak kegiatan. Hanya tinggal sisa proyek yang belum kelar. Tak ada aktifitas baru karena tak ada proyek baru. Semua masih berjalan di tempat.
Bobby masuk kantor tanpa semangat. Kebahagiaan juga kebanggaan punya bini orang top ternyata hanya sesaat. Dalam fakta Bobby terpuruk karena perputaran dana agak seret.
Di saat ini Bobby teringat pada Sania yang tak ada kabar sama sekali. Bobby pernah coba telepon namun hp Sania sudah tak aktif. Mungkin Sania sudah tahu pernikahan Bobby dan Ranti maka dia menghilang. Bobby tak salahkan Sania kalau meninggalkannya. Bayangan gadis muda tolol yang gampang dibujuk ternyata hanya angan kosong Bobby. Ternyata Sania tak sebodoh pemikiran Bobby.
Bobby memanggil Lisa masuk ke ruangan kerjanya. Gadis muda itu langsung muncul tanpa diminta dua kali.
Lisa bersorak melihat wajah kusut Bobby. Dalam hati Lisa syukurin nasib apes Bobby kehilangan banyak hal gara gara bintang sinetron.
"Ada apa pak?" tanya Lisa sopan.
Bobby menatap Lisa lekat lekat seolah enggan buka mulut mengeluarkan suara bass yang selalu digilai semua wanita.
Lama Bobby terdiam tak mampu bertanya. Lisa juga diam tak berani bertanya lebih lanjut. Sebenarnya Lisa sudah tahu apa tujuan Bobby memanggilnya namun Lisa pura pura tak tahu.
"Kau tahu di mana Sania?" akhirnya muncul suara Bobby.
"Tidak tahu pak..dia juga sudah pindah dari rumah sewanya. Aku pernah cari dia di sana tapi kata tetangga dia sudah tak tinggal di sana. Sudah sebulan lebih dia pindah."
Bobby agak kaget dengar Sania sudah pindah sebelum dia menikah. Artinya Sania sudah pulang sebelum dia nikah.
"Maksudmu dia sudah pindah sebelum aku menikah?"
Lisa mangut dengan gaya lugu sok tanpa dosa. Bobby hempas badan ke sandaran bangku dengan tubuh lemas.
"Apa dia pernah jumpai kamu waktu itu?" tanya Bobby lagi.
"Tidak pak..aku malah mengira dia masih survei di pulau B. Cuma ponselnya sudah tak aktif maka aku coba ke rumah sewanya. Nyatanya dia sudah pindah."
"Biasa dia main ke mana? Apa ada saudara dia sekitar sini?"
"Sania anak yatim pak. Dia jarang main karena semua waktunya tersita oleh kerja. Biarkan Sania cari jalan sendiri di saat bapak sudah ambil keputusan campakkan dia. Wanita manapun akan sakit hati ditinggal nikah tanpa sebab jelas." Lisa keluarkan kata kata yang sudah lama dia simpan dalam hai. Kini saat ungkap kesedihan Sania diperlakukan tak adil oleh Bobby.
"Aku tetap nikahi dia walau jadi isteri kedua. Aku tak lepas tanggung jawab terhadap dia. Aku sayang padanya."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!