NovelToon NovelToon

Sabila, Cinta Manis Tuan Muda

bab1 Pertemuan Kedua

...Selamat datang di karya pertamaku......

°°°

Gadis itu terus mencari buku demi buku di perpustakaan Sekolahnya. Ya dialah Sabila, temanya biasa memanggilnya Sabil, gadis sederhana yang tak pernah bermimpi untuk menjadi kaya. Hanya gadis penuh mimpi, yang terlahir dari ibu yang cantik dan ayah yang hebat menurut nya.

"Dari tadi kita cariin ternyata disini!" kata Rani seraya mengerucutkan bibirnya. disusul gelengan laki-laki di belakangnya, sambil tersenyum.

tukkk

"Kau itu! udah tau Sabil pasti di perpus di jam istirahat masih aja iseng," sahut Dion sambil menyentil dahi gadis itu.

Rani semakin mengerucutkan bibirnya sambil mengusap dahinya yg sakit akibat ulah Dion. Laki-laki itu hobi sekali menyentil dahinya.

Sabil hanya tersenyum melihat tingkah dua sahabat nya itu.

Merekalah yang membuat hari-hari seorang Sabil menjadi sedikit lebih berwarna. Bukan hanya berwarna tapi juga rame sih, dengan tingkah Rani yang ajaib, tapi selalu membuatnya tersenyum.

"Kalian ini apa tidak bisa akur sebentar," tegur Sabil.

"Tuh kak Dion, sakit tau! lama-lama dahiku jadi lapangan basket di sentil terus," keluh Rani

"Mana ada begitu," jawab Dion sambil tertawa.

"Udah yuh Bil, kita ke kantin aja kamu pasti belum makan kan," ajak Rani.

"Kalian duluan aja, aku masih mau di sini,"

"Ya udah nanti nyusul ya, aku sama kak Dion kesana dulu,"

"Siapa juga yang mau bareng sama kamu," tolak Dion.

"Udah cepetan, aku laper banget nih," ucap Rani sambil menarik lengan Dion.

Gadis itu masih membaca buku-buku nya, tak ada niatan untuk menyusul sahabatnya. Dan sahabatnya pun sudah tau kebiasaan nya. Hingga jam istirahat yang hampir selesai, dia baru beranjak dari duduknya.

Duuggg!

"Aduh sakit sekali," keluh Sabil, sambil mengusap kepalanya yang berdenyut akibat menabrak dada bidang seorang di depannya.

"Ahh... maaf saya tak sengaja," seraya menunduk.

Sabil mengangkat kepalanya karena tidak ada sahutan dari orang di depannya.

"Diakan kakak kelas yang terkenal dingin di sekolah ini, gawat kalau sampai dia marah,"

pikir gadis itu.

Ya siapa yang tidak kenal dia. Dialah idola pertama di sekolah ini. Banyak gadis yang mengantri untuk jadi pacarnya, tapi anehnya dia tidak tertarik sedikit pun dengan para gadis itu bahkan dia bisa bertindak kejam jika ada gadis yang terlalu mengusiknya. Dia lah Andra Alfatih Adiguna.

Sepersekian detik mata mereka saling bertemu.

Namun Sabil segera tersenyum dengan sedikit

membungkukkan badannya guna meminta maaf,dia tau siapa yang ada di depannya.

Masih tidak ada suara dari hadapannya, lalu dia melihat laki-laki itu melangkahkan kakinya menjauh.

"Huuuhh," gadis itu menghela nafasnya lega.

Baginya berhadapan dengan orang yang bagiakan langit itu membuatnya sedikit sulit bernafas.

Waktu menunjukkan jam sekolah telah berakhir.

"Bil, nanti sore temenin aku yuk, aku mau cari sesuatu buat idolaku sebentar lagi ulang tahun," ajak Rani sambil tersenyum membayangkan wajah kakak kelas idolanya.

Sabil mengerutkan dahinya,

"Kamu itu tak menyerah juga."

"Hehehe... jadi gimana? mau kan," ujar Rani dengan nada yang memohon.

"Liat nanti ya, kamu tau kan aku harus bantuin ayah di toko, kalau nanti agak sepi aku mau aja," jelas Sabil.

"Ok.. nanti aku jemput ya."

Wahhhh tampan sekali

Aku mau jadi pacarnya

Kapan si dia mau memandang kita

Lihat senyumnya

Bunyi teriakan para gadis disekolah itu sambil terus memandang ke arah lapangan basket.

Hampir tiap hari para anak basket berlatih disana usai pulang sekolah, entah apa tujuannya, tapi pemandangan itu jadi vitamin tersendiri bagi para siswi tentunnya.

Setiap peluh keringat yg menetes dari para pemain basket seperti jadi magnet untuk menarik para gadis. Apalagi sang kapten yang merupakan idola sekolah ini. Tampan, kaya, pintar dalam segala hal. seperti paket lengkap dibuat dalam satu wadah.

Siapa yang tidak akan terpesona di buatnya, tapi bagi sang pemilik wajah tak pernah melihat para gadis itu ada. Baginya para gadis itu seperti sebuah bayangan.

"Lihat Bil," tunjuk Rani ke arah para gadis itu.

Sabil menolehkan kepalanya ke arah yang ditunjuk Rani

"Mereka lucu ya, tiap hari tidak ada capenya teriakin kakak idola," kata Rani sambil terkekeh.

Sabil tersenyum, "Bukankah kamu juga sama."

"Hehe.. iya sih tapi aku kan tetap jaga sikap, tidak berlebihan seperti mereka," bangga Rani menepuk dadanya pelan.

"Hai girl." sapa Dion tiba-tiba.

Dion itu kakak kelas mereka, jadi mereka beda kelas. Tapi dia tidak ikut club basket padahal wajahnya lumayan tampan, kaya sudah pasti karena orang tua nya punya perusahaan yang cukup besar.

Dion menyerngitkan dahinya pada Sabil, dan menatap heran pada sahabatnya yang satu lagi. Biasanya dia yang paling berisik saat melihat nya. Sekarang dia tau kemana pikiran gadis itu sambil ikut melihat ke lapangan basket.

tukkk

"Awww. ... siapa si?" kesal gadis itu.

"Udah puas belum liatnya, tuh lap dulu liur kamu"

"Apa si kak Dion tidak tau apa, itu tuh vitamin see,"

"Kalau gitu liat kesini aja yang deket," jawab Dion sambil berjalan kedepan gadis itu.

"Liat kamu bukannya dapet vitamin, jadi rabun iya, iya kan Bil," sambil tersenyum mengejek.

"Udah ayoo, aku mau ke toko ayah." ucap Sabil menengahi atau mereka tidak akan berhenti saling mengejek.

Dion dan Rani bersahabat dari kecil, bahkan rumah mereka bertetangga. Tapi entah kenapa setiap bertemu tidak pernah akur di mata orang yang melihatnya.

Tapi di mata Sabil, dia melihat kasih sayang yang begitu tulus di mata Dion saat menatap Rani. Dari perhatian yang begitu berlimpah yang diberikan nya. Dari hal terkecil yang tidak terbayangkan, dia lakukan untuk Rani. Dia begitu menjaganya, dan Rani pun tak bisa jauh darinya.

,,,

"Ayahhh," teriak Sabil begitu sampai di sebuah bangunan kecil.

"Nak, kau sudah pulang,"

Sabil tersenyum mendekati pria paruh baya itu, yang semakin hari rambutnya kian memutih, kulit yang mulai mengeriput menandakan usianya tidak lagi muda.

"Ayah istirahatlah biar aku yang gantikan," sembari mendorong tubuh renta tapi terlihat bugar itu ke sebuah kursi.

"Tidak nak, kau makanlah dulu atau ayah akan jadi ayah yang kejam, karena tidak memberi makan anaknya."

"Duduklah nak biar ayah ambilkan makanan, toko sedang tak ada pelanggan jadi makanlah dulu," ucapnya lagi dengan lembut.

Pak Mul pun mengambil makanan yang sudah di masaknya tadi, di bawanya ke meja makan.

"Ayah juga makan," sambil menyendokan nasi ke piring ayahnya.

"Terimakasih nak."

Sabil terus memandangi wajah ayahnya, wajah yang terlihat amat sangat lelah. Tak pernah sekalipun dia mengeluh, padahal Sabil tau ayahnya tak hanya lelah fisiknya tapi juga batinnya. Setelah ditinggal sang belahan jiwa sepuluh tahun yang lalu.

Sebuah kecelakaan yang menyisakan duka yang teramat dalam, didepan matanya sendiri sang istri tercinta meregang nyawa.

Sang istri ialah orang yang amat baik, penyayang, dan selalu mengutamakan orang lain. Dan karena itulah semua terjadi, ketika melihat seorang anak laki-laki di tengah jalan dan dari arah kanan melaju kencang sebuah kendaraan, dia berlari sebisanya. Dia berhasil mendorong tubuh anak itu, tapi naas justru dialah yang harus menghadap sang pencipta.

Teriakkan yang begitu menyayat hati terdengar dari luar, aku langsung berlari melihat apa yang ada di sana. Tubuh yang penuh darah tergeletak di jalan, perlahan ayahku mendekat, memeluknya, memanggil namanya namun semua telah terlambat. Ayah semakin erat memeluk nya, ku lihat jiwa ayah seakan ikut pergi bersama ibu. Tangisnya begitu memilukan. Aku mendekat melihat tubuh ibuku, wajah yang biasanya begitu cantik, senyuman yang begitu indah, kini hanya ada raga yang tak bernyawa.

Siapa yang tidak terpukul jika tiba tiba di tinggal sang pujaan hati. Dunia seakan runtuh saat itu juga, raganya seolah hidup tapi tak berjiwa. Senyuman sang istri yang slalu menemaninya kini tak ada lagi.

" Sabil... Sabil..??"

Sabil tersadar dari lamunannya.

"Kamu kenapa nak, apa ada masalah di sekolah?" tanya sang ayah khawatir.

"Tidak ayah," sambil tersenyum.

jangan sampai ayah tau aku memikirkan ibu.

"Lalu kenapa kau tak memakan makananmu?? apa tidak enak, kau mau yang lain??"

"Tidak ayah, masakan ayah selalu enak." puji Sabil sambil tersenyum.

"Terimakasih ayah"

Pak Mul menatapnya bingung.

"Terimakasih sudah jadi ayah yang hebat," lanjutnya lagi.

Sang ayah tersenyum, sambil mengusap pucuk kepala putrinya.

Mentari mulai menyembunyikan sinarnya,

"Sore paman" sapa Rani manja.

Dia memang seringkali datang bermain ke toko roti itu. Bahkan pak Mul pun menyayangi nya bak putri kandungnya.

"Kau sudah datang? Sabil sedang bersiap masuklah, atau kau ingin mencicipi resep baru paman??" tanya pak Mul lembut.

"Apa kau tak takut rugi paman, jika q memakan semua ini," jawab Rani dengan mata berbinar melihat kue di depannya. Sungguh kue adalah makanan kesukaan nya, apalagi kue buatan paman Mul yang tak mungkin untuk di tolak .

"Makanlah sepuasnya nak, paman senang kalau kau suka," pak Mul mengambilkan piring dan menyajikan kue nya untuk Rani. Bagi pak Mul Rani seperti putri kecil yang menggemaskan.

°°°

Jangan lupa like & komen nya ya. Silahkan jika ada saran dan masukan

Xiexie

baca karya author yang baru yuk.

judulnya Bersabar Dalam Luka (Perjodohan)

cari nama penanya: Three ono

bab2 Kecelakaan Kecil

Deru mobil membentang jalanan yang sudah ramai itu,

"Waaahhh perutku kekenyangan," ucap Rani sambil mengusap perutnya yang terisi penuh kue buatan ayah Sabil. "Kue paman memang tidak pernah mengecewakan," pujinya.

Dion tak habis pikir dengan sahabat yang sudah seperti adiknya itu, bagaimana bisa tiap kali dia menghabiskan banyak kue buatan pak Mul.

"Bagaimana Paman bisa cepat kaya kalau kau terus memakan kue nya," sindir Dion.

"Lihatlah pipimu semakin lebar," sembari mencubit gemas pipi Rani.

"Aawww..!!! kak Dion!" kesal Rani.

"Asal kakak tau, aku tak pernah minta kue paman, tapi ia sendiri yang memberinya, paman memintaku untuk mencicipi resep barunya," gaduhnya lagi.

Gadis yang duduk di kursi belakang masih saja diam, menerawang jauh pandangan nya .

Setelah mendengar pujian temannya, Sabil teringat kue buatan ayahnya memang enak, tapi tak seenak buatan ibunya.

Ingatannya menelisik jauh, dia masih sangat ingat dulu ibunya suka sekali membuat kue.

Dan pada akhirnya ayah membujuk ibu untuk membuka toko kue yang sampai sekarang masih bernama "Arum Bread,"

Tokonya sangat ramai setiap hari nya. Pelanggan selalu berdatangan silih berganti, dalam sekejap toko itu pun terkenal. Sampai ketika kecelakaan itu terjadi, ayah bertekad meneruskan toko kue sang ibu. Dia berdalih, tak ingin kenangan bersama istrinya itu hilang begitu saja.

"Bil.. Bil... Sabil," panggil Rani

"Kamu kenapa, kok diam aja dari tadi, kamu lagi gak enak badan ya??" Rani terlihat begitu menghawatirkan sahabatnya itu.

Sabil tersadar dari lamunannya,

"Sabilaaa...!!" teriak Rani karena tak kunjung mendapatkan respon dari sahabatnya.

"Yaa..."

"Aku dengar Rani , yang imutnya kebangetan," jawab Sabil sambil terkekeh.

"Kalian berdua itu kalau sudah berantem, seperti sepasang kekasih yang saling merajuk dan membujuk, mana mau aku mengganggu kalian."

"Apa! kekasih? yang benar saja aku punya kekasih cewek manja seperti nya," ujar Dion.

"Memangnya siapa yang mau jadi pacar kakak," sahut Rani tak mau kalah.

Dan benar saja sedikit pelumas saja, sudah mampu membuat dua orang di depannya mulai pertengkaran lagi.

Melihat dua orang di depan yang asyik berargumen, sudah mampu membuat bibir Sabil terangkat keatas.

Mungkin aneh, tapi bagi Sabil mereka hanya tidak bisa mengungkapkan perasaan mereka seperti pasangan pada umumnya.

...

Terlihat kendaraan sudah berjejer rapi di sebuah bangunan,

Setelah sampai mereka segera menaiki benda kotak yang biasa bergerak naik turun itu.

Sebuah angka berhenti di tempat tujuan mereka,

"Kak Dion, kakak tau kan apa yang di sukai kak Reza?" tanya Rani manja, dan memasang wajahnya semanis mungkin.

"Mungkin hal yang di sukai cowok pada umumnya," jawab Dion datar.

"Kak Dion ih," kesal Rani dan berjalan menjauhi temannya.

"Nanti malam kak Dion ikut Rani kan ke pesta itu," Sabil mengkhawatirkan sahabat nya, yang berniat datang ke tempat hiburan malam.

Karena pesta ulang tahun sang idola di adakan di sana.

"Tenanglah, aku tidak akan membiarkan gadis kecil itu pergi sendirian." ucap Dion menenangkan.

"Bil.. ayo cepat," panggil Rani yang sudah berada cukup jauh dari keduanya.

...

Satu persatu toko mereka datangi entah apa yang di cari. Sampai tak terasa malam sudah semakin larut.

"Kenapa kita jadi belanja sebanyak ini," heran Sabil.

Rani tersenyum senang, "Kapan lagi kan kak Dion mau bayarin kita,"

"Bukannya setiap hari aku yang traktir," keluh Dion tak habis pikir.

"Ya.. kak Dion memang yang terbaik,"

"Habisnya di sini hanya kakak yang sudah bisa cari uang, beramal sesekali biar uang kakak tambah banyak, iya kan Bil?".

Dion juga seorang tuan muda, perusahaan ayahnya cukup besar, jadi dia di tuntut untuk bisa berbisnis dari jauh hari sebelum akhirnya menggantikan ayahnya.

Sekarang ini, dia di beri tugas mengurus salah satu anak perusahaan. Dan jangan lupakan sekolahnya, dia juga harus berprestasi dalam akademik.

...

"Dahhh Sabil...," Rani melambaikan tangan.

"Terimakasih kak Dion, kalian hati-hati di jalan." Sabil juga melambaikan tangannya.

Setelah mobil itu menjauh, dia melangkahkan kakinya memasuki bangunan kecil yang bertuliskan "Arum Bread" . Tempat itu memang bukan hanya toko, tapi juga tempat Sabil dan ayahnya berteduh.

Dicarinya lelaki yang amat dia sayangi, dia coba membuka pintu kamar sang ayah. Ternyata lelaki itu sedang melamun di depan jendela kamarnya.

"Ayah..., kenapa belum tidur?" didekati nya sang ayah. " Ayah merindukan ibu lagi," sambungnya, karena melihat ayahnya terus memandangi foto pernikahan mereka.

"Tidak nak, kemari lah," dipeluknya sang putri tercinta dengan penuh kasih sayang. "Ibumu pasti bangga, putri kecil nya kini sudah tumbuh dewasa, menjadi gadis yang cantik dan lembut persis seperti ibumu." diusapnya air mata nakal yang keluar begitu saja, karena tak ingin membuat anak gadis nya khawatir.

"Terimakasih ayah, terimakasih atas kasih sayang yang begitu berlimpah untuk ku."

Walaupun ibunda sudah tak ada, tapi perhatikan dan kasih sayang dari ayahnya begitu besar untuk nya.

Sabil semakin erat memeluk tubuh lelaki paruh baya itu. Dia tau selama ini ayahnya begitu kesepian, hatinya selalu merindu sang pujaan hati. Mungkin jika bisa diminta, sang ayah pasti memilih bersama ibunda.

Apa mau di kata, takdir sang pencipta tak ada yang tau. Begitu cepat di tinggal sang kekasih, dan harus membesarkan buah hati seorang diri.

...

Matahari mulai menampakan sinarnya,

Udara pagi yang begitu dingin, tak membuat gadis yang berwajah cantik itu bermalas-malasan. Dia mulai bersiap, mulai memasuki kamar mandi.

Selesai mandi dia berdiri di depan cermin. Mulai menghias diri, menyisir rambut panjang nya. Dia membiarkan rambut panjangnya terurai rapi. Mengoleskan kan pelembab di bibir yang berwarna pink alami. Meski tak ada darah campuran bulenya, tapi wajahnya tercetak begitu sempurna. Mungkin karena sang ibu dulu kembang desa ibaratnya.

"Pagi ayah," sapa Sabil seraya mendudukan tubuhnya nya di kursi makan.

Ayahnya yang sedang menyiapkan sarapan pun menengok, "Pagi juga putri ayah yang cantik."

"Wahh.. ayah masak Sup ikan kesukaan ku," ucap Sabil dengan mata yang berbinar.

"Makanlah yang banyak,"

Mereka menikmati sarapan pagi itu, dengan di bumbui obrolan ringan antara ayah dan anak.

"Ayah,, Sabil berangkat dulu," meraih tangan sang ayah.

"Hati-hati nak,"

...

Gadis itu melajukan motor kesayangan nya ke sekolah,

Ciiittttt...

Braakkk...!!!

Tiba-tiba saja dia tak sengaja menabrak kendaraan di depan nya. Entah apa yang sedang gadis itu pikirkan.

Gawaattt... Sabila kamu itu kenapa bisa melamun di motor. Gadis itu tampak ketakutan.

Keluarlah pemilik mobil yang tadi tertabrak Sabil. Pemuda dengan badan yang tegak, kaki yang panjang, dan jangan lupa wajah yang rupawan. Mulai berjalan melihat belakang mobil kesayangan nya.

Sejenak Sabil tampak terpaku, akan ketampanan pemuda itu. Namun dia segera tersadar, "ini bukan waktu yang tepat untuk mengagumi nya Sabil," pikir gadis itu sambil menepuk pipinya.

Buru-buru Sabil menghampiri sang pemilik mobil, yang ternyata kakak kelasnya sendiri.

Sabil paham betul sang kakak kelas idola sekolah, Karena hampir setiap hari di jam istirahat, dia juga menghabiskan waktunya di perpustakaan.

 

Jangan lupa guys, Like ,komen dan vote. 😁😁

salam receh.

baca karya author yang baru yuk.

judulnya Bersabar Dalam Luka (Perjodohan)

cari nama penanya: Three ono

bab3 Kucing Kecil

,,,

Sabil mendekat, guna meminta maaf dan berniat bertanggung jawab atas kesalahannya.

"Maaf kak, saya sungguh tidak sengaja melakukan nya," ucap Sabil memohon dengan nada yang bergetar. Dia menunduk merasa begitu takut, ya banyak rumor mengatakan, lelaki di depannya sungguh tak akan segan, jika ada yang berani membuat masalah dengannya.

Diam tak ada sahutan seperti sebelumnya, ini kali ke dua Sabil berurusan dengannya.

Wajahnya tampak datar, tak ada niatan menyahuti gadis di depannya.

Sabil memberanikan diri untuk kembali bersuara, "Sekali lagi sungguh saya minta maaf kak, saya akan mengganti biaya perbaikannya."

berkali-kali gadis itu membungkukkan badannya.

Orang-orang di sekitar mulai berkumpul melihat kekacauan itu, ada yang tampak kasian. Tapi tak sedikit yang malah terkesima dengan wajah pemuda itu.

"Apa kau hobby sekali menabrak??" tanya lelaki itu mulai membuka suara.

Sabil sedikit terkejut dibuatnya, namun sedetik kemudian dia tersadar.

"Maaf kak, saya akan mengganti nya,"

"Sudah lah lebih baik kau segera melanjutkan perjalananmu, kalau tak ingin terlambat," sahutnya. Dia berbalik dan berjalan memasuki mobilnya, lalu melajukan kendaraannya.

Meninggalkan gadis yang masih menatap tak percaya, apa benar lelaki barusan adalah orang yang sama, yang sering teman-teman nya bicarakan.

Bukankah seharusnya dia marah dan meminta ganti rugi. Atau rumor yang selama ini beredar itu tidak benar.

"Ahhh... Sabil harusnya kau bersyukur dia tak menuntut mu." batin gadis itu dengan tangan yang mengelus dada.

Bergegas Sabil melajukan motornya takut terlambat, seperti yang tadi lelaki itu ucapkan.

Para warga yang tadinya berkumpul pun sudah kembali ke aktivitas nya masing-masing. Setelah tontonan yang tadi memberikan vitamin see untuk mata mereka. Tak hanya para gadis muda yang serasa bertemu oppa Korea, para ibu pun tampak kegirangan karena serasa bertemu Aldebaran.

Motor yang Sabil kendarai mulai memasuki halaman sekolah yang cukup elit itu.

Sabil memang bersekolah di salah satu SMA elit di kotanya. Selain otaknya yang pintar dan mendapat beasiswa, usaha ayahnya pun salah satu yang mendukungnya.

"Hampir saja terlambat," gumamnya sambil memarkirkan motornya dengan hati-hati.

Sabil memasuki kelas tepat bel masuk berbunyi,

"Tumben kamu baru sampai," tanya Rani heran, karena biasanya sahabatnya itu sudah di sekolah pagi sekali.

"Iya tadi ada sedikit insiden,"

"Apaa....??" tanyanya lagi karena penasaran akan apa yang telah terjadi dengan sahabatnya.

Belum juga ia mendapat jawaban, sang guru sudah tiba di kelas.

"Lanjut lagi nanti, kamu harus cerita ke aku Bil," bisik Rani pelan.

,..

Akhirnya jam istirahat tiba juga, sedikit bernafas lega gadis yang semenjak tadi dilanda rasa penasaran yang mendera.

"Sabil, sekarang kamu ceritakan apa yang terjadi tadi pagi!" seru Rani yang sudah tak sabar.

"Jadi tadi pagi, aku tidak sengaja menabrak bagian belakang mobil kakak kelas Andra,"

"What t. !! Trus kamu tak apakan? kamu ada di apa-apakan ga?," khawatir Rani segera mengecek keadaan sahabat nya. Takutnya ada perubahan dari tubuh sahabatnya.

"Iiisss kamu itu.. apa yang kamu pikirkan?" tanya Sabil bingung, karena Rani melihat nya dengan tatapan yang tak biasa.

"Enggg.. maksudku kamu tadi kecelakaan kan apa kamu tak apa, tak ada yang luka?? Trus apa yang kakak kelas lakukan setelah tau mobilnya lecet karena mu." jelas Rani

"Dia pergi begitu saja,"

"Apa kamu tidak salah orang, apa benar itu mobilnya?"

"Tentu karena aku sempat melihatnya turun, dia melihat keadaan mobil nya. Dan aku sempat menawarkan ganti rugi padanya,"

"Lalu..??" Rani bertanya lagi memastikan apa yang dia dengar tidaklah salah.

"Dia pergi begitu saja, dia hanya menyuruh ku untuk segera menaiki motor ku agar tidak terlambat."

"Ohh kau sungguh beruntung, banyak orang yang berurusan dengannya tak berakhir baik."

Derap langkah kaki lelaki yang baru saja datang, membuat sebagian gadis di kelas menatap tak berkedip.

"Kalian tumben belum lewat depan kelasku,"

ujar Dion yang baru datang dan berdiri didepan kedua gadis itu.

Kalian tau kenapa, Ya Rani suka sekali di jam istirahat melewati ruang kelas Dion. Apa lagi jika bukan untuk melihat idolanya.

"Kak Dion ngapain kesini, tuh suka ya jadi pusat perhatian," cibir Rani yang melihat tatapan lapar dari para gadis di kelas nya.

Wajah Dion memang tak kalah tampan dari Andra dan kawan-kawan. Wajahnya bahkan lebih terlihat menarik dengan senyum yang menawan. Ia adalah lelaki yang amat ramah, dan mudah berteman dengan siapa pun.

Tak sedikit pula gadis yang lebih mengagumi nya, mereka berfikir mungkin mendekati lelaki yang amat ramah itu lebih gampang, dari pada mengejar sang tuan muda yang berwajah amat dingin. Mereka tak tau saja jika di hati sang pemuda yang ramah itu, telah terpatri nama seorang gadis kecil dari sejak dulu kala.

"Ada apa kak," tanya Sabil mencairkan suasana.

"Kau tidak ke perpus?" dia balik bertanya.

"Tidak! kita mau ke kantin!" sahut Rani kesal, dan menarik Sabil keluar kelasnya.

"Apa kau cemburu,"

"Cemburu??" entahlah, kenapa setiap kali hatiku seakan tak rela, jika banyak gadis menatap ingin pada kak Dion nya itu.

"Kenapa melamun," Sabil menepuk pundaknya. "Kalian ini kenapa si, tak bisakah saling mengungkapkan perasaan kalian."

"Apa aku egois jika menginginkan kan perhatian kak Dion hanya untuk ku seorang," lirih Rani.

...

Jam sekolah berakhir, para siswa/i bersiap untuk pulang. Ada juga yang punya rencana berbeda-beda.

"Latihan gak hari ini?" tanya Alex kepada sang kapten.

"Seperti nya tidak bisa, Daddy menyuruhku ke kantor nya."

"Ohh baiklah kalau begitu kita pulang saja, gak akan seru kalau kau tak ada, tak ada teriakan para gadis," ujar Alex lagi, ya dia merasa ketampanan nya bertambah jika para gadis itu berteriak memberi semangat. Walau pun dia tau yang membuat mereka berteriak bukanlah dirinya.

"Kau itu apa tidak bisa jika tak memikirkan gadis cantik sehari saja." ucap Reza, menepuk keras pundak sahabat nya, yang menurutnya dipenuhi oleh pikiran-pikiran nakal.

"Nanti malam kau datang kan?" tanya Reza pada Andra. Ya nanti malam merupakan pesta ulang tahun nya yang ke 18 tahun.

"Belum tau," jawab Andra datar.

"Harus datang dong, pestanya tak akan meriah jika kau tak ada," Alex berusaha membujuk agar sang tuan muda ikut hadir di pesta sahabatnya. Ya dia terlanjur menjanjikan para gadis cantik yang di kenalnya, untuk datang ke pesta maka mereka akan bertemu tuan muda Andra.

"Bilang saja kau yang ingin di kelilingi banyak gadis cantik."

"Bro ingat kamu harus datang," bujuknya tak menyerah.

Mereka bertiga sampai di parkiran,

"Wahhh... kenapa mobilmu An??" pekik Alex yang melihat goresan di mobil bagian belakang sahabatnya yang perfeksionis itu.

Andra tampak berfikir, dia teringat kejadian tadi pagi, "Tidak sengaja tertabrak kucing kecil di jalan pagi tadi."

"Kucing seperti apa yang berani berurusan dengan seorang Andra??"

"Lalu kau apakan kucing kecil itu?" tanya Reza mulai ikut penasaran.

"Aku biarkan pergi," jawab Andra cepat dan tanpa ekspresi.

Kedua sahabatnya tampak menganga tak percaya, baru kali ini mereka melihat sang tuan muda membiarkan mangsanya begitu saja.

 

jangan lupa like & komennya readers,k

biar othor semangat buat karya receh nya.

xiexie...

Baca karya author juga yang baru yah...

judulnya Bersabar Dalam Luka Perjodohan

Cari nama penanya Three ono

jangan lupa mampir

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!