Seorang wanita yang tampak sangat pucat, berada di atas tempat tidur. Wanita itu memakai alat bantu pernapasan dan jarum infus menancap di tangannya. Wanita itu sangat terlelap dalam tidurnya, dan seorang pria terus menggenggam tangannya. Sesekali pria itu mengelus pipi wanita itu dengan penuh kelembutan.
Karena merasa terganggu wanita itu membuka matanya dan melihat suaminya disampingnya. Wanita itu menatap suaminya dengan senyuman.
"Sayang...." Pria itu meneteskan air matanya karena melihat istrinya yang tampak sangat lemah.
"Jangan menangis, mas! Aku tidak suka melihat mu menangis, ini adalah karma yang harus aku terima di masa lalu!" ucap wanita itu dengan tersenyum.
"Tidak ada karma sayang, jangan bicara seperti itu! Aku sangat mengenal mu, kamu adalah wanita yang sangat baik!" ucap pria itu, mendengar kata baik membuat wanita itu geleng kepala.
"Mas, mama dimana?" tanya wanita itu dengan lemah.
"Mama lagi dijalan sayang! Katanya dia ingin membawa seseorang yang ingin kamu temui dari semalam!" Wanita itu hanya mengangguk kepalanya.
Cup...
Pria itu mengecup kening istrinya dengan lembut. Saat pintu ruangan itu terbuka, mereka berdua langsung menoleh ke arah pintu. Seorang wanita tua tapi masih tampak sangat cantik dan wanita muda datang bersama.
"Mama...Cahaya..." wanita itu langsung merentangkan satu tangannya untuk menyambut yang baru saja datang.
Gadis yang bernama Cahaya itu langsung memeluk wanita itu. Cahaya meneteskan air matanya saat melihat sahabatnya yang tampak sangat lemah dan pucat.
"Mey, kenapa kamu tidak bilang kalau kau sakit" ucap Cahaya sambil menghapus air matanya.
"Aku tidak ingin kamu sedih karena melihat ku begini!" ucap gadis yang sakit itu, namanya Adalah Mesya Mariska.
Suami Mesya dan wanita paruh baya itu hanya bisa diam saja melihat percakapan antara Mesya dan Cahaya.
"Ma..." Mesya memanggil wanita paruh baya itu dengan tersenyum.
"Kenapa sayang?"
"Maaf kan Mesya
ma..., Mesya tidak bisa menjadi menantu yang sempurna untuk putra mama" ucap Mesya dengan sendu.
"Sstt.... Siapa bilang sayang? Kamu menantu mama yang sempurna." ucap wanita itu sambil menahan air matanya.
Ternyata wanita paruh baya itu adalah mama kandung dari suaminya. Saat mertuanya Mesya mengatakan hal itu membuat Cahaya tampak diam dan rasa sakit hatinya di masa lalu muncul kembali.
"Mas, kesini..." Mesya memanggil suaminya yang agak memberikan jarak antara Sahabatnya. Mesya menggenggam tangan suaminya dengan tersenyum.
"Mas, aku ada permintaan, apa kamu bisa mengabulkan permintaan ku?"
"Tentu saja sayang! Aku akan mengabulkan permintaan mu, semuanya. Katakan kau ingin apa?"
"Aku ingin kamu menikah dengan Cahaya!" ucap Mesya dengan tersenyum.
Mendengar hal itu membuat Cahaya hampir saja jatuh ke lantai, kalau tidak dia memegang pinggiran tempat tidur itu dengan kuat mungkin Cahaya akan jatuh. Tidak hanya Cahaya saja yang terkejut, tapi suaminya sendiri terkejut karenanya.
"Sayang apa yang kamu katakan? Jangan meminta hal yang tidak bisa aku lakukan!" ucap pria itu dengan kesal.
"Aku, mohon mas! Aku ingin sebelum aku pergi aku melihat kau menikah dengan wanita yang bisa menjagamu!" ucap Mesya dengan lirih.
"Tidak ada wanita yang bisa menjagaku seperti mu sayang...." ucap Pria itu dengan sendu.
Cahaya yang mendengar ucapan pria itu merasakan hatinya sangat sakit dan ingin menangis. Supaya tidak ada yang melihat dia menangis, Cahaya memilih untuk pergi dari ruangan itu. Cahaya juga tidak ingin menikah karena paksaan. Wanita paruh baya yang dari tadi memperhatikan Cahaya tampak merasa bersalah karena putranya langsung menolak Cahaya.
-
-
Kini Cahaya berada dalam kamarnya sambil memeluk foto dimana pria yang dalam foto itu sangat mirip dengan suami Mesya. Mesya meneteskan air matanya, saat mendengar ucapan suaminya Mesya yang langsung menolaknya dengan cepat.
Karena terus menangis membuat Cahaya kecapekan. Pelan-pelan matanya mulai tertutup. Dalam tidurnya Cahaya bermimpi dimana dirinya bersama seorang pria yang mirip dengan suaminya Mesya kecelakaan mobil.
"Ryan...." teriak Cahaya, keringat sudah bercucuran diwajahnya, Cahaya langsung bangkit berdiri dan membongkar isi tasnya.
Saat menemukan apa yang dicarinya, Cahaya langsung mengambil beberapa pil dari dalam botol yang dicarinya. Cahaya menjatuhkan tubuhnya di pinggiran kasurnya sambil menekuk lututnya untuk menyangga wajahnya.
Dalam ruangan kecil itu kembali terdengar suara tangisannya. Cahaya meratapi nasibnya yang sangat malang. Dari kecil sampai dewasa dia sama sekali tidak mengenal siapa orang tuanya. Saat kebahagiaan mau menghampirinya dimana sang kekasih melamarnya untuk menikah, semuanya langsung sirna dalam sekejap. Dimalam dimana sang kekasih baru saja melamarnya, mereka mengalami kecelakaan saat mereka pulang dari danau favorit mereka. Akibat dari kecelakaan itu membuat sang kekasih yang bernama Ryan Adi menghilang dalam hidupnya.
Flash back
Sebenarnya akibat dari kecelakaan itu Cahaya mengalami koma selama tiga bulan. Saat dia bangun dan mencari keberadaan pacarnya dia tidak pernah sekalipun menemukannya. Cahaya mencari tempat dimana Ryan Bekerja dan kost, tapi semuanya nihil. Cahaya merasa menyesal saat Ryan mengenalkan orangtuanya dia tidak meminta nomor telepon orang tuanya Ryan.
Setelah satu setengah tahun kemudian, saat dalam perjalanan pulang dari kantor Cahaya secara tidak sengaja melihat mama dari pacarnya. Cahaya langsung mengejarnya dan menyapa mamanya Ryan dengan sopan. Tapi mama nya Ryan malah menatapnya sinis.
Cahaya tidak mempermasalahkan bagaimana tatapan mamanya Ryan padanya. Saat dia bertanya keberadaan Ryan dimana, mamanya Ryan malah marah-marah dengannya.
"Kamu tidak perlu mencari putra ku! Sebentar lagi dia akan menikah dengan wanita yang derajatnya sama dengan kami! Saya tahu kalau kamu mendekati putra saya karena dia hartanya kan?"
"A..apa maksud Tante?" Cahaya masih belum mengerti apa yang dikatakan oleh mamanya Ryan.
"Tidak perlu sok polos di hadapan saya. Kamu itu anak yatim-piatu yang tidak jelas asal-usulnya, kau tidak akan pernah cocok untuk putra saya ahli waris kekayaan Aditama!"
"Aditama? Maaf Tante apa maksudnya?"
"CK... Saya tidak percaya kalau kamu tidak mengetahui identitas putra saya sebenarnya. Saya sangat yakin kamu mengetahui semuanya. Saya peringatkan sekali lagi, jangan mencari keberadaan putra saya. Putra saya akan menikah dan dia juga sudah melupakan mu!" ucap wanita paruh baya itu dengan sinis.
Flash back end
Kejadian itu hal yang paling menyakitkan dalam hidupnya, karena mengingat masa lalunya membuat Cahaya menangis histeris sambil memukul-mukul dadanya yang seperti terasa ditekan.
-
-
"Bagaimana istri saya, dok?" tanya pria itu dengan cemas saat melihat dokter keluar dari ruangan Mesya.
Mesya langsung tidak sadarkan diri karena suaminya menolak menikah dengan wanita pilihannya. Mertuanya juga tampak sangat gelisah karena tiba-tiba Mesya tidak sadarkan diri.
"Saya minta kepada anda tolong jangan membuat istri anda banyak pikiran. Kalau dia ingin sesuatu tolong kabulkan saja, supaya nyonya Mesya tidak terlalu memikirkannya"
Pria itu hanya mengangguk kepalanya untuk menjawab permintaan dokter padanya.
"Kalau begitu kami permisi dulu, pak"
Setelah dokter dan perawat pergi, pria itu dan mamanya langsung masuk kedalam ruangan Mesya.
Melihat suaminya dan Mertuanya masuk, Mesya langsung tersenyum. Pria itu duduk di samping Mesya dan menggenggam tangan Mesya.
"Mas...." pria itu terus mencium tangan Mesya dengan sendu.
"Apa kau sudah mengubah keputusan mu?" tanya Mesya dengan lemah.
"Nak, tolong Kabulkan permintaan Mesya. Ingat apa kata dokter tadi..." ucap mamanya pria itu.
"Tapi sayang kami tidak saling mencintai.... Lagian belum tentu Cahaya setuju!"
"Aku yakin dalam waktu dekat kamu dapat mencintainya. Cahaya wanita yang sangat baik dan kalau masalah Cahaya, biarkan aku yang bicara" ucap Mesya dengan tersenyum, hanya mengangguk kepalanya saja supaya istrinya tidak lagi banyak bicara.
*****
Kini Cahaya berada dalam mobil milik mertuanya Mesya. Awalnya Cahaya menolak untuk datang dengan alasan dia sedang sibuk dengan pekerjaannya, tapi karena Mesya terus membujuknya membuat dia pun mau kesana. Entah kenapa perasaan Cahaya saat ini sedang tidak enak, seakan-akan akan terjadi sesuatu. Tapi dia tidak tahu apa yang akan terjadi nantinya.
Tanpa sadar kini dia telah sampai di rumah sakit dimana Mesya dirawat. Cahaya langsung disambut sekretaris suaminya Mesya.
"Silahkan nona!" Cahaya hanya mengangguk kepalanya dengan gugup.
Dalam tempo beberapa menit kini mereka sudah berada di ruangan Mesya. Saat Cahaya masuk, Cahaya melihat beberapa orang ada disana yang tidak dia kenal sama sekali, kecuali suaminya Mesya dan kedua mertuanya Mesya.
"Cahaya...." Mertuanya Mesya menyambut kedatangan Cahaya dengan tersenyum bahagia. Sungguh membuat Cahaya sangat bingung, apalagi saat ini mertuanya Mesya memeluknya dan menciumnya.
"Yuk, ikut Tante. Tante dan Mesya ingin berbicara sesuatu dengan mu..." ucap mertuanya Mesya dengan lembut sambil menuntun Cahaya untuk duduk di samping Mesya.
Saat Cahaya sudah duduk di samping Mesya, Mesya mengulurkan tangannya supaya Cahaya menggenggam tangannya. Tentu saja Chaca langsung mengerti dan langsung menggenggam tangan Mesya.
"Aya... Maaf telah memaksa mu untuk datang!" ucap Mesya dengan lemah.
"Tidak apa-apa, Sya! Apa kau baik-baik saja?" Mesya menggeleng kepalanya dengan tersenyum.
"Seperti yang kau lihat, keadaan ku semakin memburuk! Apa kau tahu semalam, saat kau pergi nyawaku hampir saja hilang!"
"Jadi sekarang bagaimana?"
"Kata dokter aku tidak boleh banyak pikiran, supaya aku penyakit ku tidak semakin parah." Cahaya hanya bisa menghela nafasnya.
"Aya, aku punya satu permintaan. Apa kau bisa mengabulkan permintaan ku?" tanya Mesya dengan lemah.
"Apa ini menyangkut yang kau katakan semalam sama suami mu?" Mesya mengangguk kepalanya.
"Maaf kan aku, Sya! Aku tidak bisa! Kau pasti tahu alasannya!" ucap Cahaya.
"Bukankah mereka sama?" tanya Mesya dengan sendu.
"Tidak! Hanya nama depan saja yang sama dan wajahnya. Tapi sifatnya sangat berbeda!" Mendengar itu membuat Mesya meneteskan air matanya.
"Maafkan aku!" ucap Mesya dengan merasa bersalah.
"Untuk apa kau minta maaf? Kau tidak salah sama sekali! Hanya saja memang nasibku sudah begitu!" ucap Cahaya dengan memaksakan dirinya tersenyum.
"Aya, aku mohon tolong kabulkan permintaan ku terakhir. Aku sangat yakin kalau kau adalah jodoh yang terbaik untuk mas Ryan! Sebelum aku pergi, aku ingin melihat kalian menikah dengan begitu aku bisa tenang!" ucap Mesya dengan memohon.
"Tidak, Sya! Aku tidak bisa!" ucap Cahaya dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Tiba-tiba saja Mesya merasakan kalau saat ini kepalanya terasa sakit. Semuanya tampak sangat kaget begitu juga dengan Ryan, suaminya. Ryan dengan paniknya langsung berteriak memanggil dokter.
"Nak, tolong untuk saat ini kabulkan permintaan Mesya! Tante mohon!" ucap mamanya Ryan, wanita yang pernah menghinanya kini sedang menggenggam tangannya dengan erat sambil memohon.
Cahaya tampak sangat bingung, apalagi dia melihat jelas kalau saat ini Mesya yang sudah seperti sahabat dan saudaranya sedang meringis kesakitan.
"Ah... Sakit..." teriak Mesya dengan meneteskan air matanya.
"Tolong semuanya untuk menunggu diluar!" ucap Dokter Albert.
Semuanya pun langsung keluar, mamanya Ryan terus memohon pada Cahaya untuk memenangkan keinginan menantunya yang lagi sakit parah. Ryan yang melihat mamanya terus memohon membuat dia tidak tega, apalagi kalau mamanya terus seperti itu akan membuat sakit jantung mamanya akan kumat.
"Ma, tolong biarkan aku yang bicara padanya!" ucap Ryan, Cahaya langsung menatap Ryan.
-
-
Kini Cahaya dan Ryan berada di taman rumah sakit. Mereka duduk dengan memiliki jarak yang jauh.
"Aku tidak akan mengubah keputusan ku!" ucap Cahaya lebih dulu.
"Apa kau pikir aku ingin menikah dengan mu? Aku sama dengan mu, aku tidak ingin menikah dengan mu. Di hati ku hanya ada Mesya, wanita yang aku cintai sampai kapanpun!" ucap Ryan dengan kesal. Tanpa disadari Ryan, karena ucapannya membuat hatinya Cahaya merasa sakit.
"Aku tahu itu! Jadi aku minta tolong bujuk Mesya untuk tidak memaksa ku! Seperti yang kau katakan kalau hanya Mesya yang wanita kau cinta seumur hidup mu, begitu juga dengan ku. Aku hanya mencintai mantan tunangan ku seumur hidupku, aku tidak ingin siapapun yang bisa menggantikan posisinya dalam hidup ku!" ucap Cahaya.
"Begini saja kita akan mengikuti apa yang diinginkan Mesya, setelah dua tahun kita akan bercerai!" ucap Ryan dengan menatap Cahaya.
"Apa maksud mu?" Cahaya menolehkan kepalanya ke arah Ryan karena mendengar ucapan Ryan.
"Kita menikah kontrak, pernikahan kita hanya sebatas dua tahun saja. Kalau satu tahun, pastinya orang tua ku akan curiga."
"Tidak bisa! Apa kau pikir pernikahan itu sebuah mainan?"
"Tentu saja tidak. Tapi itu jalan satu-satunya! Semalam aku sudah membujuknya untuk membatalkan keinginannya, tapi Mesya tetap saja dengan pendiriannya. Ku mohon untuk sekali ini saja, demi Mesya"
Cahaya tampak berpikir dengan apa yang dikatakan oleh Ryan. Melihat bagaimana Ryan ingin sekali mengabulkan permintaan Mesya, hatinya Cahaya merasa sakit. Tanpa sadar air matanya Cahaya berhasil keluar. Dengan cepat-cepat Cahaya menghapus air matanya.
"Baiklah, hanya dua tahun!" Ryan langsung mengangguk kepalanya.
-
-
Kini didepan Mesya, Ryan mengucapkan janji sucinya. Cahaya ingin sekali menangis, dia tidak tahu apakah dia harus senang atau sedih. Mungkin saat ini dia telah berhasil menikah dengan pria yang sangat dia cintai, tapi tidak dengan hatinya.
Apalagi Cahaya sangat kecewa dengan Ryan, karena selama mereka pacaran Ryan tidak jujur dengan identitasnya. Cahaya hanya tahu kalau Pacarnya bernama Ryan Adi bukan Ryan Aditama. Anak pengusaha yang sangat penting bagi dunia bisnis sampai ke mancanegara. Karena selama ini, Ryan hanya tampak sederhana dan tinggal di apartemen yang kecil.
Apalagi saat ini di hati Ryan bukanlah namanya, karena Ryan sudah melupakan tentang dirinya semua. Sebenarnya Ryan suaminya Mesya adalah mantan tunangannya Cahaya. Karena akibat kecelakaan itu, Ryan lupa ingatan. Semua tentangnya telah hilang dalam hati Ryan.
Setelah terdengar kata Sah dari semua orang membuat Cahaya meneteskan air matanya. Karena Cahaya tidak memiliki orang tua maka penghulu lah yang menjadi walinya. Papanya Ryan tuan Rudi Aditama langsung menyuruh orang kepercayaannya untuk mengurus semua berkas-berkas pernikahan Cahaya dan Ryan.
Tuan Rudi tidak ingin ada dalam keluarganya yang namanya pernikahan sirih, maka karena itu tuan Rudi langsung menyuruh asistennya untuk langsung mendaftar pernikahan kedua putranya secara hukum.
"Aya, mas Ryan selamat untuk pernikahan kalian. Aku berdoa pernikahan kalian bahagia selamanya" ucap Mesya dengan tersenyum bahagia. Mesya merentangkan kedua tangannya untuk menyambut pelukan dari Cahaya.
****
Kini Cahaya berada dalam mobil mertuanya, tuan Rudi dan nyonya Andini mamanya Ryan. Cahaya tampak gugup duduk di samping mamanya Ryan karena Cahaya masih belum percaya dirinya telah menikah dengan pria yang dulu mencintainya.
Tanpa Terasa mereka telah sampai di rumah kediaman keluarga Aditama. Rumah yang sangat besar dan halamannya tampak sangat luas. Ini pertama kalinya Cahaya menginjak kakinya dikediaman keluarga Aditama. Sebenarnya selama lima tahun mengenal Mesya, Mesya selalu mengajaknya ke rumah kediaman keluarga Aditama. Tapi Cahaya selalu menolaknya dengan alasan kalau dia sedang sibuk dengan pekerjaannya. Sebenarnya alasannya adalah dia sangat tidak nyaman kalau bertemu dengan orangtuanya Ryan.
"Ayo, Aya turunlah!" ajak Andini dengan lembut.
Sebenarnya Cahaya sangat bingung dengan sikap Andini, sejak semalam Andini tampak sangat lembut padanya. Padahal dulu Andini sangat kasar padanya. Berbeda dengan Tuan Rudi yang dari awal sangat lembut dan ramah padanya.
"Bi Mumun tolong bawa Aya ke kamar Ryan. Oh, ya Cahaya ini istri kedua Ryan. Mereka baru saja menikah, jadi kalian harus menghormatinya" ucap Andini pada pembantunya. Pembantunya sebenarnya sangat terkejut, tapi dia tahu batasannya jadi hanya bisa mengangguk kepalanya.
"Nak, kalau kamu perlu sesuatu kamu bisa katakan pada bi Mumun. Kalau masalah barang-barang mu, kamu bisa minta tolong pada pak Jaka untuk mengantarkan kamu kesana." ucap Rudi dengan lembut.
"Baik, tuan!" jawab Cahaya dengan menundukkan kepalanya.
"Sayang kamu ini sudah menikah dengan Ryan, itu berarti kami adalah orang tua mu juga. Kamu pastinya tahu kan panggilan yang benar?" ucap Andini dengan tersenyum karena Andini dan Rudi tahu kalau saat ini Cahaya masih gugup.
"Emm....Ia ma, pa" jawab Cahaya dengan gugup.
"Ya, sudah kamu istirahat saja dulu" ucap Andini.
"Mari non bibi antar ke kamarnya tuan Ryan!" ucap bibi Mumun dengan sopan.
-
-
Setelah semuanya pulang, Ryan terus menggemgam tangan Mesya. Mesya mengambil amplop dari balik bantalnya.
"Apa ini sayang?" tanya Ryan saat mengambil amplop surat dari Mesya.
"Ini surat yang ku tulis untuk mu, mas. Tapi kau bisa membacanya setelah aku pergi. Didalam surat itu mas akan tahu kenapa aku bisa memilih Cahaya menjadi istri mu. Aku harap setelah mas membacanya, mas bisa memaafkan ku..." ucap Mesya dengan sendu.
"Sayang...."
"Berjanjilah, mas! Kamu akan memaafkan ku!" ucap Mesya. Ryan hanya langsung mengangguk kepalanya karena tidak ingin membuat istrinya banyak berpikir.
-
-
Tidak terasa sudah seminggu Ryan dan Cahaya menikah. Selama menikah, Ryan tidak pernah datang ke rumah orangtuanya untuk melihat keadaan Cahaya. Kalau dia ingin mengganti bajunya, Ryan pulang kerumahnya, rumah yang selama ini dimana dia dan Mesya tinggal.
Cahaya yang sangat mengerti kalau pernikahannya hanyalah kontrak tidak pernah menuntut pada Ryan untuk menemuinya. Setiap malam, Cahaya selalu menangis dalam tidurnya dan menuliskan tentang isi hatinya di dalam buku diary nya.
"Aya apa tidak sebaiknya kamu kerja di kantor papa saja? Kamu bisa jadi sekretaris Ryan dikantor" ucap Rudi saat mereka sedang sarapan.
"Benar apa kata papa, sayang. Dari pada kamu bekerja di perusahaan milik orang lain" timpal Andini.
"Maaf, pa, ma. Bukankah mas Ryan sudah punya sekretaris pak Bisma?"
"Memang, tapi kamu bisa membantu Bisma disana!" ucap Rudi.
"Tapi, pa..."
"Sudah sayang kamu ikuti apa yang dikatakan papa saja. Kamu tenang saja papa pasti yang akan mengurusnya semula. Kamu hanya perlu mengurus surat pengunduran diri mu saja ke perusahaan tempat kamu bekerja!" ucap Andini dengan lembut.
Cahaya hanya bisa diam saja, dia tidak tahu bagaimana caranya untuk menolak permintaan kedua mertuanya.
-
-
Kini Ryan tengah sibuk dengan pekerjaannya, Ryan harus memimpin rapat penting di perusahaannya. Didalam rapat Ryan selalu memperhatikan jam tangannya. Entah kenapa saat ini perasaannya tidak tenang, pikirannya selalu ke Mesya.
Bisma yang baru saja masuk dan langsung membisikkan sesuatu pada Ryan. Ryan langsung bangkit berdiri dan meninggalkan rapatnya tanpa bicara.
"Maaf untuk saat ini rapatnya kita tunda. Karena istrinya pak Ryan tengah kritis." ucap Bisma, setelah itu Bisma langsung menunduk kepalanya sebelum dia meninggalkan ruangan rapat itu.
Sesampainya di rumah sakit Ryan melihat kedua mertuanya dan adik iparnya yang bernama Naina di depan ruangan istrinya sambil menangis.
Ryan langsung berlutut di hadapan kedua mertuanya dengan menundukkan kepalanya. Ryan meminta maaf pada kedua mertuanya karena merasa gagal menjaga istrinya.
"Sudah lah, nak. Ini semuanya kehendak dari yang di atas!" ucap pak Bimo mertuanya Ryan.
Saat pintu ruangan Mesya terbuka, mereka semua langsung berhamburan menghampiri dokter.
"Maaf tuan kami sudah berusaha" ucap sang dokter.
Mendengar itu Ryan langsung berlari masuk kedalam dan melihat wajah istrinya sudah tampak sangat pucat. Suster yang ada disana sudah melepaskan alat-alat medis yang selama ini membantu istrinya untuk bertahan.
Setiap kelahiran pasti ada kematian dan setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Kematian bukanlah bencana terbesar dalam hidup ini. Bencana terbesar dalam hidup adalah ketika ketakutan kita kepada Allah sudah mati saat kita masih hidup. Setiap jiwa pasti akan merasakan yang namanya kematian.
Ryan memeluk tubuh istrinya yang sudah terbujur kaku, sedangkan mertuanya perempuan menangis dalam pelukan papa mertuanya. Naina juga menangis sambil memeluk kaki kakaknya.
-
-
Setelah pemakaman Mesya, kini semuanya tengah berkumpul di kediaman Keluarga Aditama.
Naina sangat bingung tentang keberadaan Cahaya di kediaman keluarga Aditama. Apalagi semua pembantu yang ada dirumah mertua kakaknya, mereka tampak hormat pada Cahaya. sebenarnya bukan hanya Naina saja yang penasaran tentang Cahaya. Kedua orangtuanya Mesya juga ikut penasaran.
"Aya kemari sayang..." Andini memanggil Cahaya dengan lembut.
"Aya perkenalkan mereka adalah orangtuanya Mesya." ucap Andini, dengan sopan Cahaya mencium tangan kedua orangtuanya Mesya.
"An, ini siapa?" tanya mamanya Mesya yang bernama Kaira.
"Aya tolong bantu mama untuk memperhatikan makanannya sudah siap apa belum!" Cahaya hanya mengangguk kepalanya, Cahaya juga meminta ijin pada tamu mertuanya untuk ke belakang.
Setelah Cahaya pergi, Andini dan Rudi memberitahu semuanya pada besannya itu. Betapa terkejutnya Kedua orangtuanya Mesya mendengar kalau putri mereka memaksakan suaminya untuk menikah lagi. Naina yang mendengarnya sangat tidak terima gadis yang tidak tahu asal-usulnya menikah dengan pria yang sangat tampan dan kaya. Sebenarnya Naina sangat menyukai kakak iparnya, tapi dia sadar diri kalau Ryan tidak akan mungkin mencintainya. Karena Ryan sangat mencintai kakaknya. Maka karena itu Naina berusaha untuk menghilangkan rasa cintanya pada Ryan. Tapi ketika kakaknya meninggal, Naina berniat untuk membuat Ryan mencintainya.
Diam-diam Naina pergi ke dapur, saat melihat bagaimana Cahaya ketawa bersama para pembantu yang di dapur membuat Naina semakin tidak menyukai Cahaya.
"CK... Aku tidak menyangka kalau kakak ku akan menikahkan suaminya dengan wanita yang tidak tahu asal-usulnya" ledek Naina.
Mendengar ucapan Naina, Cahaya memilih tidak menanggapinya. Karena Cahaya sudah terbiasa mendengar sindiran seperti yang diucapkan Naina. Para pembantu yang mendengar itu sangat tidak menyukai kehadiran Naina di sana. Naina tidak terima kalau cowok yang diincarnya dari dulu menikah dengan Wanita yang tidak jelas. Naina bertekad untuk kali ini dia tidak akan mengalah pada Cahaya, dia ingin Ryan menjadi miliknya.
******
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!