Menjadi anak bungsu dari tiga bersaudara dan perempuan satu-satunya dalam keluarga adalah kebahagiaan tersendiri dan kerepotan paling besar bagi gadis SMP kelas tiga ini. Zazkia Sheva Augustine, biasa di panggil Kia. Putri bungsu dari mantan pejabat negara dan pengusaha kaya dinegeri ini. Kedua kakaknya pun pengusaha muda dan tampan.
Reagan Khalfani Augustine, 30 tahun, pemilik perusahaan tambang dan pengolahan migas. Cerdas, tegas, dan berwibawa. Anak tertua keluarga Augustine yang memegang andil besar dalam keluarga. Bak seorang raja, kata-katanya adalah titah bagi semua orang dan kedua adiknya. Dia yang mengatur jalannya keluarga.
Kevin Althaf Augustine, 28 tahun, pengusaha komoditi ekpor impor ini selain tampan dan rupawan, dia juga lemah lembut dan penyayang. Dia juga sangat disegani dikalangan pengusaha muda.
Dua-duanya sama-sama jago olahraga dan beladiri. Terdidik dengan aturan keluarga yang harmonis, modern namun juga religius. Pokoknya bagi Kia mereka berdua adalah sosok cinta pertama nya, malaikat pelindungnya. Papa nya meninggal dunia saat Kia berusia lima bulan dalam kandungan. Sementara ibunya meninggal dunia saat melahirkannya.
Saat itu Reagan masih berusia lima belas tahun dan Kevin baru berusia tiga belas tahun. Mereka bertiga diasuh oleh kakeknya. Lima tahun kemudian kakeknya menyusul kedua orang tua mereka. Re mengambil alih semua perusahaan, mengambil alih kendali keluarga. Diusia yang semuda itu Re sebagai anak suluh harus menjadi seorang macan yang melindungi kedua adiknya.
"Kak Re ... "
Kia separoh berlari menuruni tangga rumah mereka. Dia sudah siap dengan tas sekolahnya. Reagan yang sedang membaca koran di ruang tengah menoleh. Kevin yang berada diujung tangga pun menoleh kearah adik bungsunya.
"Sayang, bisa tidak kalau tidak terburu-buru begitu. Kalau kamu jatuh bagaimana?", tegur Kevin.
Kia langsung memperlambat jalannya. Re menggelengkan kepalanya melihat kelakuan adik perempuannya. Kia yang sudah sampai ujung tangga, memeluk Kevin lalu membisikkan sesuatu.
"Mau ngapain kesana?"
"Ngilangin stress loh, Kak. Biar rilex menjelang ujian nasional. Boleh ya, Ka?"
"Mau kemana?", tanya Re
"Ke pasar malam di kampung sebelah, Ka"
"Pasar malam?"
"Ya, boleh ya... Kak?!"
"Jam berapa?"
Kia duduk bersisisan dengan Reagan.
"Dari sore sudah rame, Kak"
"Kalo begitu kamu perginya tunggu Kak Re atau Kevin pulang saja. Jangan pergi sendiri!"
"Kan rame-rame sama teman, Ka"
"Teman?!"
"Teman sekolah, Kak", Kia menoleh ke arah Kevin, meminta bantuannya.
Tapi Kevin malah menyetujui pernyataan kakak tertua mereka. Kia memonyongkan bibirnya. Kesal sekali rasanya. Punya dua kakak yang super protective padanya.
Kevin menggeser posisi duduknya, dia mengusap kepala Kia.
"Mau berangkat sekolah jam berapa, sayang?! Nanti kamu terlambat"
Kia melihat jam tanggannya. Sudah pukul setengah tujuh. Dia bangun dari duduknya lalu menghampiri Re, mengambil tangannya dan mencium punggung tangannya. Re mencium kening si bungsu. Lalu Kia bergeser ke arah Kevin dia melakukan hal yang sama. Kevin pun mencium kening adik kesayangannya.
******
Pukul empat sore Kia sudah sampai dirumahnya. Kedua kakaknya belum ada yang pulang. Dia lalu masuk kekamarnya. Membersihkan diri lalu mengganti pakaiannya. Dia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Lama-lama dia mengantuk dan akhirnya tertidur.
Cekreeeeekkk ....
Reagen membuka pintu kamarnya. Kevin mengikuti langkah kaki kakaknya.
"Dek ...", panggil Re lembut sambil mengusap-usap pipi Kia.
Kia membuka matanya perlahan-lahan. Dia melihat kedua kakaknya berada disisi tempat tidurnya. Kia mengambil gulingnya lalu memeluknya.
"Ngantuk, Ka..."
"Sudah mau Magrib. Tak baik tidur jam segini. Ayo bangun dulu"
Kia kembali membuka matanya. Dia mengulurkan kedua tangannya. Kevin mengerti maksud adik bungsunya. Dia memegang kedua tangan adiknya dan menariknya. Kia langsung menjatuhkan diri dipelukan kakaknya.
******
Pukul tujuh malam. Kia turun dari kamarnya.
"Ke pasar malamnya jadi, dek?", tanya Kevin.
"Emang boleh, Kak?"
"Ayo, berangkat", ajak Re yang turun baru saja turun dari kamarnya.
Kia senang setengah mati karena akhirnya dia bisa pergi kepasar malam. Di menggandeng tangam Kevin sampai ke mobil. Kevin membukakan pintu mobil untuk si bungsu. Re duduk dibelakang kemudi. Kevin duduk disebelahnya. Dan Kia bagaikan seorang tuan putri yang duduk dikursi belakang dengan dua orang bodyguard nya.
******
"Kak ..", Kia merangkul Re yang duduk di belakang kemudi dari belakang.
"Hmmm..."
"Masuknya dari pintu selatan saja"
"Dari selatan?"
"Ya"
"Apa tidak jauh memutarnya, Dek?"
"Teman-teman ku menunggu disana"
"Teman siapa?"
"Teman sekolah, Kak"
"Laki-laki atau perempuan?", tanya Kevin.
"Laki-laki", jawab Kia sambil tertawa.
Kedua kakaknya kompak menoleh kearahnya. Kia hanya cenge-ngesan melihatnya.
"Rame kok, Kak. Beberapa orang"
Re memutar mobilnya kearah selatan, memasuki halaman parkir pasar malam yang cukup ramai. Re memarkirkan mobilnya, Kevin keluar dan membukakan pintu mobil buat si bungsu. Kia mengambil handphone nya, menekan beberapa angka.
Tuuuut... Tuuuut...
"Halo ..."
"Kamu dimana, Kia"
"Baru sampai di parkiran nih. Kalian dimana?"
"Di stan burger di ujung jalan dari arah parkiran"
"Oke. Aku kesana"
Klik ... Kia mematikam tombolnya.
"Aku kesana dulu ya, Kak. Menemui teman-temanku disana"
"Hmmm..."
Re menganguk. Dia bersandar dibadan mobil. Membiarkan Kia berjalan sampai jauh.
"Ikuti Kia, Dek. Pantau saja dari jauh. Kalau sekiranya berbahaya langsung saja ambil tindakan"
"Baik, Kak"
Kevin mengikuti adiknya dari jauh. Re mengambil jalan sebaliknya. Mereka berpencar. Mereka menikmati pasar malam sambil melakukan pengawasan dan pengawalan terhadap adik bungsunya. Kia bukannya tidak tahu kalau dia diikuti, tapi dia sudah terbiasa dengan situasi seperti itu. Dan begitulah kakak-kakaknya.
******
Kia dan dan lima orang kawan sekelasnya berkeliling pasar malam. Menaiki beberapa wahana. Lalu foto bersama dibeberapa engle menarik.
Seorang teman laki-laki nya memintanya foto berdua. Dari kejauhan Kevin melotot melihatnya. Apa lagi anak itu memegang pundak adik bungsunya. Ingin rasanya Kevin menonjok anak itu, dia kesal setengah mati melihat kode dari kakaknya untuk menahan diri.
Mereka meneruskan perjalanan mengelilingi stan makanan, Kia tertarik dengan sebuah stan kerak telor. Penjualnya masih sangat muda, barangkali dia hanya tiga tahun di atas Kia.
"Kerak telor nya satu ya"
"Baik, Non"
Penjualnya menoleh kearah Kia, pandangan mereka bertemu.
"Wah, cantik sekali perempuan ini", batinnya.
Kia menundukkan wajahnya. Dia tersipu saat penjual tanpan itu tesenyum padanya. Wajahnya memang diatas rata-rata bahkan jauh lagi.
"Siapa namamu?"
"Eeh ..."
"Aku Vino"
"Zazkia. Panggil saja Kia"
"Namanya secantik orangnya"
Blummmm....
Pipi Kia memerah. Wah, kali ini dia benar-benar berbunga-bunga dibuatnya. Penjual kerak telor di pasar malam itu membuat hatinya tak karuan. Berdetak seribu kali lebih cepat.
"Ini pesananmu"
"Terima kasih"
Kia membayar kerak telornya,tapi Vino tak mau menerima uang itu. Dia memberikan dua kerak telor cuma-cuma untuk Kia.
"Tidak usah, ambil saja uang mu. Anggap saja ini tanda perkenalan kita. Tanda persahabatan kita"
"Kamu yakin?"
"Hmm..."
Kevin memperhatikan dari jauh. Kia cukup lama berbincang dengan penju kerak telor itu. Dia nangkap gerak gerik halus yang terjadi diantara mereka. Setelah mengucapkan terima kasih Kia pergi dan kembali bergabung dengan teman-teman nya dan duduk disebuah meja taman. Akhirnya mereka pulang dan membubarkan diri pukul sepuluh malam. Kia langsung masuk kekamarnya dan tidur.
"Apa tadi ada yang mencurigakan, Dek?", tanya Re
"Aman, Kak. Hanya saja ... ", Kevin berfikir sejenak.
"Hanya saja apa?"
"Aku tertarik dengan penjual kerak telor tadi"
"Penjual kerak telor?"
"Kia cukup lama berbincang dengannya. Sepertinya mereka saling kenal"
"Kami yakin?"
"Hmm... dari cara mereka bicara terlihat sangat akrab"
"Barangkali temam sekolah Kia"
"Dia terlihat lebih tua dari Kia, Kak. Mungkin SMA atau kuliah"
"Oiya .."
"Baiklah, serahkan selanjutnya pada Kak Re. Biar Kak Re yang menyelidiki"
"Baik, Kak"
"Kak Re tidur dulu"
"Selamat malam, Kak"
******
"Pagi, Kak Re, Kak Kevin", sapa Kia yang turun menuju meja makan.
"Pagi, sayang", Re memberikan morning kiss pada adik nya.
"Pagi, sayang", begitu juga Kevin.
"Ayo, duduklah. Kita sarapan dulu"
Kia menarik kursinya, dia mengambil piring yang ada dihadapan Reagan dan mengisinya dengan beberapa centong nasi dan lauknya. Lalu beralih kepada piring Kevin. Barulah dia mengisi piringnya. Sebagai adik bungsu dia dan satu-satunya perempuan dalam keluarga dia memiliki adap dan sopan santun yang baik terhadap kedua kakaknya.
"Bagaimana persiapan ujianmu hari ini, sayang" tanya Kevin.
"Kia, sudah maximal belajar. Tinggal tunggu hasilnya nanti bulan depan. Hari ini hari terakhir, Kak"
"Semoga berhasil ya, Dek. Jangan lupa berdoa sebelum menjawab soalnya. Kak Re juga bantu doa dari sini, semoga kamu diberi kemudahan dan kelancaran dalam ujiannya"
"Aamiin ... ",sahut Kevin dan Kia bersamaan.
Kia berpamitan kepada kedua kakaknya setelah melahap habis sarapannya. Meminta restu dari kedua laki-laki kesayangannya itu. Lalu bergegas menuju mobil dan berangkat kesekolah. Dia sekolah disalah satu internasional school yang ternama.
Dengan kemapanan kedua kakaknya tentu bukanlah suatu masalah jika dia bersekolah di sekolah mahal itu. Tiap hari ada supir khusus yang mengantar jemput Kia sekolah.
"Kia ... ",sapa seorang temannya.
"Hai ..."
"Bagaimana tadi ujiannya?"
"Soalnya cukup kompleks. Cukup menguras otak. Aku harap sih nilainya memuaskan"
"Semoga kita lulus semua ya. Aamiin..."
"Aamiin..."
"Kamu berencana akan melanjutkan kemana?"
"Belum tahu. Tapi yang jelas aku mau cari tantangan baru",jawab Kia.
"Tantangan baru? Maksudmu?"
"Aku mau kesekolah negeri saja. Bukan sekolah mewah berstandar Internasional. Mencoba sesuatu yang baru yang belum pernah aku coba"
"Sekolah negeri?"
"Ya"
"Kamu yakin?"
"Tentu"
"Kamu ini aneh Kia. Disaat orang-orang berebut masuk sekolah berkualitas apalagi standar internasional, kamu malah mau kesekolah negeri biasa. Kedua kakak mu kan orang ternama dan pastinya mampu menyekolahkan mu. Bahkan jika kamu ingin keluar negeri sekalipun bukan masalah buat mereka, bukan?!"
"Memang sih. Tapi aku ingin sesuatu yang baru. Suasana baru. Seperti mencari sesuatu yang belum pernah aku temuilah"
"Apa kakak-kakakmu menyetujuinya?"
"Aku belum mengatakannya pada mereka. Aku sedang mencari waktu yang tepat untuk bicara. Maklum mereka punya kesibukan yang banyak. Aku harap Kak Re dan Kak Kevin menyetujuinya"
"Semoga saja, Kia"
Mereka berdua menunggu di lobi sekolah. Menunggu jemputan datang. Setiap mobil jemputan akan berbaris dan siswa akan di panggil satu persatu. Semua disekolah itu diatur dengan tertib. Penjemput pun harus terdaftar di pihak manajemen sekolah, jika tidak mereka tidak bisa menjemput siswa yang bersangkutan. Ini diterapkan agar kemanana siswa lebih terjamin. Maklum sekolah mereka bukan sekolah biasa.
Kia sampai dirumah pukul dua siang. Dia segera mengganti pakaiannya dan kembali turun ke bawah. Dia mencari bibi asisten rumah tangga.
"Bi..."
"Iya, Non Kia. Ada apa? Non Kia mau makan sesuatu?"
"Tidak, Bi. Aku masih kenyang. Nanti kalau Kak Re dan Kak Kevin pulang, tolong katakan pada mereka kalau aku pergi sebentar ya, Bi"
"Memangnya non Kia mau kemana?"
"Mau ke Mall, Bi. Beli sesuatu"
"Baik Non, nanti kalau Tuan berdua pulang bibi sampaikan. Hati-hati dijalan ya, Non"
"Makasih ya, Bi. Oiya, aku naik taxi saja. Tidak diantar supir"
"Baik, Non"
Taxi online pesanan Kia datang menjemput, dia masuk kedalam dan mobil itu menghilang dibalik pagar besar rumah itu.
******
Pukul delapan malam, mobil Re berhenti tepat disebelah mobil Kevin yang baru saja memasuki gerbang rumah. Kevin turun dan menghampiri kakaknya. Menyalami kakak tertuanya. Mengambil punggung tangannya lalu menciumnya.
Mereka berdua masuk kedalam rumah. Suasana rumah sepi. Mereka berpisah di ujung tangga paling atas. Kamar mereka terpisah. Kamar Kevin dan Kia ada di bagian kiri rumah, sedangkan Re ada di bagian kanan rumah.
Kevin mengetuk kamar sibungsu. Karena tidak ada jawaban dia membuka pintunya.
Cekreeeeekkk ...
Kamar itu kosong, dan masih rapi. Kevin menutupnya kembali lalu dia, mengambil ponselnya. Dia menekan beberapa nomor.
Tuuut.... Tuuuuut...
Tidak ada jawaban. Lalu dia mencobanya lagi. Dan hasilnya tetap sama. Akhirnya dia kembali kekamarnya lalu membersihkan diri dan berganti pakaian.
Tak lama setelah rapi, dia kembali membuka pintu kamar, keadaan masih seperti sebelumnya. Akhirnya dia menuju kamar Reagan.
Tok ... Tok ...
Cekreeeeekkk ...
"Kak ... "
"Hmmm..", Reagan menjawab dari dalam wardrobe di ujung kamarnya.
"Kia belum pulang"
Re yang baru saja selesai berganti pakaian, langsung menemui Kevin yang duduk diatas tempat tidur.
"Belum pulang?"
"Kamarnya kosong. Ponselnya tidak menjawab"
"Apa dia pergi dengan supir?"
"Tidak, Kak. Bukankah tadi mobil ada dalam bagasi?!"
"Kemana anak itu?"
Re mengambil ponselnya dan menghubungi ponsel Kia. Hasilnya sama. Re turun kebawah. Kevin mengikuti langkah kakak sulungnya.
"Bi ... "
Bibi bergegas menemui Reagan dan Kevin.
"Ya, Tuan"
"Bibi tahu kemana Kia pergi?"
"Anuu... Tuan. Tadi sepulang sekah Non Kia pergi buru-buru sekali. Dia bilang mau mencari sesuatu ke Mall. Dia pergi naik taxi tuan"
"Dari jam berapa, Bi?"
"Kurang lebih jam empat sore, Tuan"
"Baiklah, terima kasih"
******
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!