NovelToon NovelToon

My Beloved Husband

Kabur dari rumah

Budayakan like sebelum baca...

Happy Reading

.

.

.

Perempuan itu terus berlari sesekali melihat ke belakang. Merasa aman, karena tidak ada yang mengikutinya,ia pun berhenti berlari dan mengusap peluhnya akibat berlari.

"Duhh cape banget. Untung aja orang di rumah gak ada yang ngeliat!" gumam cewek yang bernama Aileen itu.

Aileen terus menggerek kopernya menuju mobilnya yang berada di pinggir jalan. Semuanya sudah ia rencanakan, dengan alasan mobilnya yang mogok di jalan dekat rumah. Padahal itu semua tidak terjadi.

Aileen akan menggunakan mobilnya untuk kabur dari rumah menuju rumah kontrakan yang sudah di sewanya jauh hari sebelum kabur. Tepatnya setelah ia mendengar  pembicaraan orang tuanya yang akan menjodohkannya. Sejak saat itu ia sudah berniat kabur hingga menyusun rencana sematang-matang ini.

Jangan tanyakan mengapa Aileen menolaknya. Karena jelas saja Aileen menolak, ia masih sekolah di shs tepatnya kelas 11, masih 17 tahun pula.

×××---

Aileen bersenandung ria sambil menyetir dengan santai. Jalanan begitu sepi. Jelas saja karena sekarang sudah jam 2 dini hari.

Tiba di pertigaan, tanpa menengok kiri kanan, ia masih berpikir kalau tidak ada pengendara lain selain dirinya di saat jam seperti ini. Namun sayangnya, ia salah. Saat ia baru saja mau membelokkan mobilnya, ia dikagetkan oleh pengendara motor yang tiba-tiba melesat di depannya. Sialnya, bukan rem mobil yang ia injak, tapi gas-nya. Alhasil bukannya berbelok, mobilnya malah lurus dan menabrak pohon. Untungnya ia tidak terluka parah, hanya lebam di  keningnya saja karena  terbentur di stir mobil.

Aileen begitu syok atas kejadian yang baru saja menimpanya. Rasanya jantungnya merosot ke perutnya saking syoknya.

Sedangkan sang pengendara motor yang mendengar bunyi benturan keras menghentikan motornya dan berbalik melihat asal benturan itu. Melihat itu, ia langsung memutar arah motornya ke arah mobil yang menabrak pohon. Sesampainya, ia turun dari motornya dan mengintip di kaca mobil untuk melihat apakah pengemudi masih di dalam mobil atau tidak. Dan ternyata pengemudinyabmasih ada di dalam.

Cowok yang bernama Elvano Arion Adinata itu segera mengetuk kaca mobil tapi masih tak diindahkan oleh Aileen yang malah menatap kosong ke depan. Hal itu membuat Vano jadi khawatir. Vano mencoba membuka pintu mobil Aileen dan langsung terbuka. Rupanya tidak dikunci. Harusnya ia melakukan itu sedari tadi. **** lo Van.

Tak ingin membuang banyak waktu, Vano segera menarik pelan Aileen turun dari mobil. Saat itu Aileen langsung tersadar dari keterkejutannya. Gadis itu langsung memeluk Vano dengan tangis yang meledak.

"Hikksss.......gue takut!" isak Aileen memeluk Vano dengan erat. Sedangkan Vano tidak tau harus melakukan apa selain membalas memeluk dan mengelus rambut gadis itu berusaha menenangkan.

"Mbak, sudah ya nangisnya," ucap Vano pada Aileen karena lelah berdiri sedari tadi.

"Hiikkksss.....gak pengertian banget sih! Gue tuh masih syok abis mabrak pohon!" jerit Aileen yang membuat Vano menghela nafas. Sungguh, Vano tidak tau cara menenangkan seorang gadis yang sedang menangis.

"Yaudah deh terserah Mbak," ucap Vano pasrah.

"Huaaaaa gak ikhlas banget sih!" jerit Aileen lagi memukul dada Vano.

"Mbak bisa gak teriak-teriak ngomongnya? Bisa budeg kuping saya." Vano mengelus telinganya yang terasa berdengung.

"Siapa juga yang teriak!" cetus Aileen.

"Gak nyadar apa Mbak," balas Vano yang lama-lama dibuat kesal oleh Aileen.

"Tau ah gue sebel sama lo. Oh ya... jangan manggil gue Mbak. Nama gue Aileen," ucap Aileen kesal memandang Vano yang tak tau bagaimana rupanya karena cahaya temaram.

"Ok Aileen nama saya E..."

"Gue gak nanya siapa nama lo!" potong Aileen.

"Terserah! Sekarang saya mau pulang," ucap Vano menaiki motornya.

"Selain orang yang gak pengertian, gak ikhlas ternyata lo tegaan juga ya? Masa lo tega sihh ninggalin cewek sendirian disini!" kesal Aileen.

"Terus saya harus apa Aileen? Saya salah terus dari tadi!" tanya Vano.

"Kalau gue suruh nemenin gue sampai pagi disini, bisa aja gue ketauan kabur sama bonyok. Kan ini gak jauh amat dari rumah. Kalau gue suruh anterin, barang gue kan banyak, mana nih cowok pake motor lagi. Duhh gimana ya?" batin Aileen terus berpikir.

"Aileen!.....gimana?" tanya Vano yang tak direspon oleh Aileen.

"Aileen!" Panggil Vano yang kedua kalinya.

"Paan sihh!" kaget Aileen.

"Gimana kalau Saya anterin kamu pulang?" usul Vano.

"Barang gue banyak," balas Aileen.

"Seberapa banyak?"

"Koper ada dua,ransel,sama tas sekolah juga."

"Kamu pindah rumah?"

"Kepo!"

"Yaudah bawa yang penting saja."

"Terus gue harus ninggalin barang-barang gue gitu?"

"Besok pagi Saya akan bawa mobil kamu ke bengkel. Dan barang kamu akan Saya bawa ke rumah kamu," jelas Vano.

"Yaudah bentar," balas Aileen lalu memasuki mobilnya.

Tak lama keluarlah Aileen dengan Ransel dan tas sekolah di tangannya.

"Ambil satu aja," ucap Vano

"Gak bisa dong. Di ransel ada baju sekolah gue dan di tas ada buku," tolak Aileen.

"Sini tas kamu." Minta Vano yang langsung disetujui oleh sang pemilik tas.

"Motornya tinggi amat. Gak bisa naik gue. Mana nih ransel berat amat!" kesal Aileen berusaha naik.

"Bukan motornya yang tinggi," balas Vano melihat Aileen di kaca spion.

"Tapi gue yang kependekan! Gitu?"

"Bukan Saya loh yang bilang!" ucap Vano yang langsung dihadiahkan ketokan di helmnya dari Aileen.

"Kenapa? Helm lo rusak abis gue ketok. Huh?" tanya Aileen sinis saat melihat Vano membuka helmnya.

"Nihh kamu pake," ucap Vano memberikan helmnya pada Aileen.

"Kok gue yang pake? Kan punya elo,  jadi lo aja yang pake!" tolak Aileen.

"Tapi Saya mau kamu pake buat keselamatan kamu," balas Vano membuat Aileen tertegun.

"Yaudah kalau lo maksa. Ehh tapi helm lo gak bau kan?"

"Bau atau nggak yang penting masih bisa dipake," balas Vano membuat Aileen mendengus lalu mengendus helm yang sudah dipegangnya.

"Hehe gak bau. Yaudah gue pake," cengir Aileen yang mendapat senyum geli dari Vano.

"Pegangan," ucap Vano.

"Apa?" tanya Aileen yang tidak jelas mendengar apa yang diucapkan Vano.

"Pegangan!" ucap Vano menambah volume suaranya.

"Apa sih? Lo ngomong apa? Yang jelas dong!" kesal Aileen.

Dan tiba-tiba tangannya ditarik oleh Vano dan melingkarkannya di perut cowok itu.

"Ehh!" kaget Aileen.

Sedangkan Vano langsung melajukan motornya. Beberapa saat kemudian sampailah Vano dan Aileen di depan kontrakan Aileen setelah lama berputar-putar di jalan karena Aileen yang lupa alamat kontrakannya.

"Huuufffttt akhirnya sampai juga," gumam Aileen seraya turun dari motor Vano.

"Nih helm lo. Inget mobil gue besok. Jangan kabur lo." Sambil memberikan helm Vano.

"Iya besok Saya bawa ke bengkel mobil kamu," balas Vano.

"Dan bayarin!" sambung Aileen.

"Lo mau ngasih gue handphone lo?" tanya Aileen saat Vano menyodorkan ponselnya.

"Saya minta nomor kamu supaya gampang kabarin kamu kalau mobil kamu sudah diperbaiki," jawab Vano

"Nih." Aileen memberikan kembali ponsel Vano.

"Ngapain masih disini? Sana pulang!" usir Aileen.

"Yaudah Saya pulang dulu. Assalamualaikum," pamit Vano

"Waalaikumsalam."

×××---

Aileen mengucek matanya merasa silau.

"Hoooaaammm!" Aileen menggeliat rasanya tidak mau bangun. Tapi cahaya matahari mengganggunya.

"Wait!!! Silau? Matahari? Anjirrrr sekarang jam berapa?" batin Aileen dengan cepat bangun dan melihat jam dinding di kamarnya yang sudah menunjukkan pukul 11.53 yang artinya sudah siang.

"Anjirrr gue kesiangan!!!"

-TBC-

Hellooooo terima kasih sudah baca...

Suka yang genre romantis? Yang pu cowoknya CEO? Yuk baca ceritaku yang judulnya This Is My Baby. Silakan buka profil aku! Aku tunggu kalian di sana yah 😘

Barista

Budayakan like sebelum baca...

Happy Reading

.

.

.

"Anjirrr gue kesiangan!!!" umpat Aileen. Kali ini ia benar-benar kesiangan, bukan kesiangan ala anak sekolahan lainnya yang kesiangannya jam 7 atau jam 8 tapi Aileen bangunnya emang saat siang. Bagaimana ini? Hari ini bukan hari libur. Ia sekolah hari ini.

"Eh tapi kan udah siang. Bentar lagi juga jam pulang. Sekalian aja gak sekolah," batin Aileen lalu berbaring lagi.

Namun beberapa saat kemudian dia terbangun lagi. Aileen terduduk dengan tegak.

"Gue harus nyari pekerjaan hari ini!" ucap Aileen dan bergegas ke kamar mandi deangan semangat. Tak lama kemudian keluarlah Aileen dengan pakaian lengkap.

"Sesuai rencana, gue pengen kerja di butik. Nah! Sekarang buka list," gumam Aileen sambil membuka note di ponselnya yang menampilkan daftar butik yang akan ia datangi untuk melamar pekerjaan. Catatan yang berisi daftar butik itu sudah Aileen buat sejak ia berencana kabur dari rumahnya.

Dan tentu Aileen tidak berniat untuk bekerja di banyak butik sebanyak listnya. Dia hanya berantisipasi apabila ia tidak diterima di butik pertama maka ia langsung ke butik kedua. Aileen juga mencatat alamat masing-masing butik jadi nanti tidak perlu pusing-pusing lagi.

Semua memang sudah dipikirkan matang-matang oleh Aileen. Ia tak akan keluar dari rumah dan hanya mengandalkan uang tabungannya saja. Ia butuh pekerjaan karena tak selamanya uang tabungannya itu dapat memenuhi kebutuhannya.

Yaaaaa begitulah hidup memang perlu perencanaan.

×××---

"Ya Allah capek banget!" keluh Aileen mengusap keringatnya yang terus bercucuran tiada henti.

Bagaimana tidak lelah? Dari tadi siang Aileen pergi melamar di butik tapi belum ada yang menerimanya. Bahkan satu pun. Kenapa mereka tidak sebaik di ftv yang sering ditonton oleh mamanya? Hiks Aileen sedih kan jadinya. Tak sesuai harapannya.

"Tinggal satu butik lagi. Huuffttt semangat Aileen. Kali ini pasti lo diterima!" batin Aileen menyemangati diri sambil melangkah masuk ke dalam butik yang terakhir di daftar catatannya.

"Selamat datang di Amoura Boutique," sambut pramuniaga toko dengan senyumnya.

"Permisi Mbak apa ada lowongan pekerjaan di butik ini?" tanya Aileen sopan.

"Maaf sekali Dek tapi disini sedang tidak membuka lowongan pekerjaan."

"Gak ada ya?" ucap Aileen leauh dengan muka sedih.

"Iya. Sekali lagi maaf ya Dek."

"Iya Mbak. Gak apa-apa. Kalau begitu saya permisi."

Aileen pun segera keluar dari butik itu dengan wajah mendung. Untung saja airnya masih bisa ia tahan agar tidak jatuh.

"Hiikkksss ternyata nyari pekerjaan gak segampang di film-film. Masa diantara enam butik gak ada satupun yang nerima gue. Uang gue udah berapaan habis bayar ongkos tapi gak diterima kerja. Sekarang gue harus kerja apaan coba? Jadi OG? Ihhhh gak mau!" gumam Aileen berjalan di trotoar sambil menendang-nendang batu kerikil yang ada.

Tak lama, Aileen memutuskan untuk singgah di salah satu cafe. Kafe yang Aileen singgahi ini nampak nyaman dan instagramable. Kaum muda-mudi yang mendominasi tempat ini. Sambil berjalan Aileen terus menilai kafe ini. Dari angka 10 Aileen memberikan nilai 9.

Aileen pun duduk di salah satu bangku Cafe menunggu pesanannya. Tiba-tiba mata Aileen memicing melihat  salah satu barista yang sedang meracik kopi.

"Kayak kenal!!! Hmm..... ohh gue inget. Itu kan cowok tadi malam," gumam Aileen.

Baru saja Aileen berdiri untuk menghampiri cowok itu, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Aileen tak melanjutkan niatnya untuk menghampiri cowok itu. Ia kini merogoh ransel kecilnya untuk mengambil ponselnya yang terus berbunyi pertanda panggilan telepon.

Ternyata salah satu temannya yang menelpon. Akhirnya  ia mengangkat panggilan itu masih dengan keadaan berdiri. Selang beberapa saat kemudian Aileen mengakhiri sambungan telpon itu dan berbalik untuk melanjutkan niat awalnya untuk menghampiri si barista.

Bruukkkk

"Awww panas!" jerit Aileen mengibaskan tangannya yang terkena kopi panas.

"Maaf maaf Mbak saya tidak sengaja," ucap seseorang meminta maaf yang tidak sengaja menabrak Aileen dan menumpahkan kopi panas itu.

Ya, saat Aileen berbalik, orang itu sedang berjalan ke arahnya. Hingga terjadilah.

Aileen mendongak melihat orang itu. Orang yang telah menabrak dan menumpahkan kopi panas.

"Elo!" kaget Aileen.

Baru saja Aileen mau mengomel tapi tangannya sudah ditarik ke salah satu sofa yang ada di dekat bar.

"Nanti saja ngomel-ngomelnya, saya obatin kamu dulu!" sela orang itu lalu mengoleskan salep ke tangan Aileen.

"Kenapa sih kalau ketemu lo pasti gue kena sial mulu!" kesal Aileen menatap Vano.

Ya. Yang menabrak Aileen adalah Vano.

"Baru dua kali kok," balas Vano masih mengoleskan salep pada punggung tangan Aileen.

"Hah? Dua kali ? Jadi maksud lo kita bakalan ketemu lagi gitu? Yakin banget lo!"

"Iya Saya yakin, karena barang-barang sama mobil kamu masih di bengkel dan pastinya kita akan ketemu lagi untuk itu." Vano membalas tatapan Aileen padanya.

"Oo..oo...ow..ahh....iya....mmmm..ehh." Entah kenapa Aileen jadi grogi di tatap Vano seperti itu.

Sontak hal itu membuat Vano menaikkan alisnya heran.

"Lo tadi sengaja nabrak gue kan!" tuduh Aileen.

"Saya gak sengaja tadi. Saya cuman mau nganterin pesanan di meja no. 15 tepatnya di samping kamu," jelas Vano.

"Oh ya?" cibir Aileen.

"Saya gak tau kalau kamu bakal balik badan. Saya gak sempat ngehindar," lanjut Vano.

"Udah salah gak minta maaf lagi."

"Saya minta maaf," ucap Vano sambil membereskan kotak P3K-nya.

"Gara-gara lo yah, mood gue makin down. Niatnya nikmatin kopi buat balikin mood karena gak diterima kerja, ehh malah kek gini!" ucap Aileen tanpa sadar malah curhat pada Vano yang terus memandangnya.

Baru saja Vano mau bersuara Aileen sudah lebih dulu menyuruhnya pergi.

"Udah sana pergi, gue eneg liat lo disini!" usir Aileen.

"Ya sudah Saya pergi dulu. Assalamualaikum," pamit Vano dan berlalu pergi meninggalkan Aileen.

"Waalaikumsalam!"

×××---

"Jadi gimana Bu? Apa Saya diterima?" tanya Aileen was-was pada sang manager cafe.

Tadi dia mendengar percakapan waiters yang membutuhkan waiters lagi. Akhirnya disinilah ia berada sekarang.

"Saya telpon bos Saya dulu ya Mbak," balas sang manager dan setelahnya menelpon. Selang beberapa saat akhirnya selesailah telponan itu.

"Gimana?" tanya Aileen lagi mengigit bibir bawahnya.

"Selamat, Anda kami terima dan bisa mulai kerja besok."

"Serius? Makasih banget ya!" ucap Aileen girang sambil menyalami manager cafe.

"Iya sama-sama."

"Kalau gitu saya pamit dulu. Besok setelah pulang sekolah saya langsung cuzzz ke sini. Permisi," pamit Aileen dengan perasaan senang yang membuncah.

Biarlah ia tidak diterima kerja di butik yang diinginkannya. Karena bekerja jadi waiters tak ada buruknya juga. Yang penting halal. Ya gak? Iya dong!

-TBC-

Boss?

Budayakan like sebelum baca...

Happy reading

.

.

.

Esoknya, Aileen turun dari angkot setelah menyerahkan ongkosnya. Sambil mengipas-ngipas mukanya yang kepanasan Aileen berjalan menuju gedung sekolahnya.

Sambil melihat-lihat keadaan sekitar pandangan Aileen langsung tertuju pada sebuah motor yang sudah teparkir rapi.

Ia mengenali motor itu.

"Itu motor si barista. Ngapain dia disini? Kerja juga?" batin Aileen

Sebuah ide terlintas di pikiran Aileen. Yakni ide jahil untuk mengempeskap ban motor sang barista. Aileen mulai mendekati motor itu dambil melihat sekitar. Saat merasa aman, Aileen akan menunduk memulai aksinya jika saja tak ada suara yang mengehentikan aksi jahilnya itu.

"Aileen!" panggil salah satu temannya.

"Heyy ada apa?" tanya Aileen.

"Kirain lo gak dateng lagi hari ini," canda temannya yang bernama Rena.

"Niatnya sihh gitu. Tapi malu ah kalau nanti gue gak naik kelas," balas Aileen dengan cengirannya.

"Sa ae lo."

"Udah yukk ke kelas!"

"Yukk!"

Dengan berat langkah Aileen meninggalkan parkiran. Ia memandang motor itu seakan-akan sang pemilik motor lah yang ada di situ. Aileen tak akan melakukan ini jika cowok itu tak memulai duluan. Jika saja cowok barista itu tak selalu mengganggu hidupnya yang sudah muram ini, Aileen tak akan melakukan sesuatu seperti rencananya tadi. Hidupnya sudah penuh masalah malah ditambah lagi sama cowok barista itu dengan selalu membuatnya kesal.

×××---

Bel pulang sudah berbunyi. Aileen segera merapikan buku-bukunya masuk ke dalam tasnya. Rena pun bahkan dibuat heran. Tumben sekali Aileen terburu-buru seperti itu. Seakan ada yang mengejarnya. Padahal tidak ada. Tidak ada anjing gila yang mengejar:v

"Lo kenapa sihh buru-buru amat?" tanya Rena yang ikut merapikan buku-bukunya namun tak seperti Aileen.

"Gue ada urusan!" balas Aileen.

"Urusan apa?"

"Kepo!"

"Ck!"

"Udah yah gue duluan. Bye Rena!" pamit Aileen.

"Bye!" balas Rena dan lanjut membereskan bukunya.

Di koridor sekolah, Aileen melangkah dengan terburu-buru sambil menunduk memperbaiki posisi jam tangannya hingga akhirnya ia menabrak punggung seseorang.

Aileen pun terjatuh dengan pantat yang mendarat sempurna di lantai. Sedangkan orang yang ditabraknya masih berdiri dengan kokohnya. Hal itu membuat Aileen kesal. Kenapa hanya dirinya yang jatuh?

"Aduuhhhh sakit!" ringis Aileen mengusap pantatnya yang sakit. Sudah pantat tepos malah nyium pantai dengan keras.

Tiba-tiba ada uluran tangan di depannya. Aileen pun mendongak dan ia langsung membelalakkan matanya ketika melihat siapa sang empunya tangan.

"Lo lagi! Emang bener ya kalau gue sial mulu ketemu sama lo. Ini udah yang ketiga kalinya lho!" kesal Aileen menerima uluran tangan Vano dan berdiri lalu membersihkan roknya yang terkena debu lantai.

"Udah gitu gak minta maaf lagi. Lo tuh gak ada perubahan sama sekali yaa! Ngeselin!" lanjut Aileen.

"Maaf," ucap Vano.

"Selalu gitu ya. Diingetin baru mau minta maaf!" cibir Aileen menatap Vano dengan garang.

"Pokoknya lo harus tanggung jawab!" bentak Aileen pada Vano.

Aileen tak sadar bahwa ucapannya itu mengundang banyak pasang mata melihat keduanya. Karena fokus Aileen saat ini hanyalah cowok barista di depannya yang selalu membuatnya kesal, marah, dan sial.

"Tanggung jawab?" tanya Vano heran.

Bukannya menjawab, Aileen malah menarik tangan Vano ke parkiran, tepatnya di samping motor Vano. Motor yang tadi pagi ingin ia kempeskan bannya.

"Ini motor lo kan? Nahh sekarang lo harus tanggung jawab karena selalu buat gue kena sial mulu. Jadi lo harus nganter gue kemanapun sampai mobil gue selesai diperbaiki. Gak ada penolakan!" jelas Aileen sambil bersidekap dada menatap Vano dengan angkuh. Sepertinya Aileen merasa seperti ratu yang memberi titah sekarang.

"Baik," balas Vano sambil mengeledah ranselnya.

"Yaudah ayoo cepet malah--" ucapan Aileen terpotong karena tindakan Vano yang tiba-tiba mengikat jaket kulit di pinggangnya. Posisi mereka seperti berpelukan dengan jarak muka yang begitu dekat. Hal itu membuat Aileen menahan napasnya.

"Napas!" ucap Vano meniup muka Aileen membuat cewek itu menghembuskan napasnya.

"Apaan sih lo napas lo bau tau!" omel Aileen padahal di dalam hatinya ia merasa deg-degan. Napas Vano tidak bau malah terasa aroma mints yang pastinya kalau diajak ciuman begitu nikmat.

"Ehh mikirin apa sihh gue. Ciuman aja gak pernah mana tau kalau ciuman sama nih kunyuk enak!" Aileen segera memukul kepalanya untuk menghilangkan pikiran konyolnya itu.

×××---

Vano dan Aileen telah sampai di kafe tempat Aileen bekerja. Setelah melalui perjalanan yang begitu lama bagi Aileen. Bagaimana tidak merasa lama jika ia hanya diam duduk anteng di belakang Vano. Untung saja Aileen tak sampai tertidur. Memang ya kalau sama orang pendiam.

"Lo kerja disini juga kan? Pokoknya lo jangan buat gue kesel lagi ya. Awas lo. Pokoknya kita harus kompak. Okay?" ucap Aileen meninju pelan lengan Vano yang hanya dibalas senyum oleh cowok itu.

"Ehh toilet dimana sih?" tanya Aileen.

"Yaudah sekalian saja. Saya juga mau ke toilet," balas Vano santai.

"Mesum!" Aileen menginjak kaki Vano dengan keras.

"Kamu ini apa-apaan. Siapa yang mesum?" balas Vano yang tak rela diinjak oleh Aileen.

"Tadi lo ngapain bilang sekalian? Lo mau macem-macemin gue di toilet hah?"

"Maksud saya sekalian itu ke toilet, saya tunjukin ke kamu toilet wanita baru saya ke toilet pria. Otak kamu tuh mikir aneh-aneh!" jelas Vano menyentil kening Aileen.

"Awww sakit!" ringis Aileen.

×××---

"Lho? Lo ngapain masuk di ruangan pemilik cafe?" tanya Aileen pada Vano yang baru keluar dari ruangan yang diketahui itu adalah ruangan pemilik cafe.

"Yukk kerja lagi!" Bukannya menjawab pertanyaan Aileen, Vano malah menarik Aileen menuju mesin pembuat kopi.

"Kamu mau nyoba meracik kopi?" tanya Vano.

"Nggak ah. Takut. Lebih baik gue kerja jadi pelayan. Gak tertarik ngeracik kopi. Beda kalau lo. Lo keliatan keren gitu!" balas Aileen cengesan.

"Keren?" tanya Vano tersenyum kecil.

"Ihh jangan gr lo. Maksud gue tuhh kalau barista cowok tuh lebih keren daripada cewek!" elak Aileen.

"Ohh ya?"

"Iyalah. Udah cepetan selesaiin kopinya. Kerja jangan lelet!"

"Iya. Ini udah selesai kok!"

Aileen pun kembali mengantarkan pesanan yang telah selesai dibuat oleh Vano.

"Kamu juga keliatan keren ngantar pesanan kek gitu!" ucap Vano dengan senyum gelinya.

"Apaan sihh lo!" balas Aileen dengan muka memerah.

Saat kembali, Aileen mendapati Vano yang sudah sedia dengan jaket kulit yang dipakai Aileen tadi.

"Ehh lo mau kemana? Kerjaan belum selesai!" tahan Aileen dengan merentangkan tangannya di depan Vano yang hendak keluar cafe.

"Saya ada urusan!" balas Vano menggeser Aileen dan berhasil keluar.

"Ihh ngeselin banget sihh tuhh cowok. Seenaknya ninggalin kerjaan. Emang dia yang punya cafe apa?!" kesal Aileen.

"Emang dia yang punya cafe kok!"

-TBC-

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!