"Kita itu adalah kedua insan yang tidak sengaja untuk bertemu dan mungkin akan saling menyukai satu sama lain. Seperti aku yang selalu setia menyukaimu, menunggumu, dan memperjuangkan dirimu sampai detik ini."
....Asalina Hyena....
"Lu tahu? Gua itu bagaikan sebuah rembulan yang selalu bersembunyi di siang hari dan terlihat di malam hari seorang diri. Tapi sebuah rembulan tidak akan pernah lengkap kalau tidak ada sang Purnama. Dan kini gua sadar, gua membutuhkan lu untuk menjadi sang Purnama yang selalu menemani gua."
....Algasa Adistia Renanda....
Tringgg ...
Suara bel mulai berbunyi, jam istirahat yang dinanti-nantikan oleh seorang gadis pun telah tiba. Gadis itu mulai tersenyum sumringah sambil menatap sebatang coklat yang dibuat khusus olehnya sendiri untuk seseorang. Seseorang yang dari dulu maupun sekarang sangat spesial bagi dirinya bahkan kehidupannya selama ini.
"Semoga Kak Alga menyukai coklatnya." Ucap seorang gadis berparas putih, yang selalu memakai bandana pink menghias di kepalanya. Sebut saja nama panggilannya Asa!
Yah ... dia adalah Asalina Hyena. Sang pemeran utama wanita di cerita antik ini.
Langkah Asa yang mulai berhenti di depan kedua lelaki remaja di hadapannya. Dirinya mulai menundukkan kepalanya sambil memberikan sebatang coklat yang sedari-tadi di dalam genggamannya. Salah satu lelaki remaja yang memiliki mata coklat tua dengan pandangannya yang datar mengenai tingkah gadis di hadapannya. Dirinya tersenyum kecil dan menerima pemberian coklat buatan Asa.
"Gua terima pemberian lu kali ini."
Asa yang mendengar suara yang sangat familiar di kedua daun telinganya. Dirinya mulai mendongakkan kepalanya dan tersenyum lebar ke arah lelaki remaja di hadapannya, yaitu, Algasa Adistia Renanda.
"Tapi lu jangan senang dulu, kalau buatan lu bukan selera gua. Maka gua minta ke lu untuk berhenti mengirim begitu banyaknya makanan di bawah meja gua maupun ke rumah gua kedepannya nanti." jelasnya.
Asa menganggukkan kepalanya. "Kakak tenang aja, Asa tidak akan pernah berhenti untuk berusaha membuat coklat yang terbaik buat Kakak."
Alga yang mendengar lontaran gadis di hadapannya. Dirinya mulai melanjutkan langkahnya kembali ke arah kantin bersama dengan kawannya, BomBom.
"Ini buat lu, Bom."
"Serius?"
"Yah, gua serius."
"Bukannya barusan lu terima coklat ini? Seharusnya lu memakannya, supaya lu tahu dan bisa menilai rasa coklat yang dibuat olehnya. Bagaimana lu bisa menilai rasa coklatnya itu selera lu atau kagak, kalau lu aja sama sekali tidak mencobanya sedikitpun?" tanya BomBom heran.
"Gua hanya menerima pemberian dia kali ini. Bukan untuk mencoba dan menyicipinya sampai habis." jelas Alga.
BomBom mangut-mangut mengerti. "Jadi maksud lu? Lu akan tetap memberi komentar tentang coklatnya walaupun tanpa lu memakannya sedikitpun?" tanya BomBom lagi.
"So true! And after that I will be free from him."
"Parah lu, Ga! Sama aja lu menghancurkan semua pengorbanan besar yang dia lakukan ke lu selama ini."
"Gua nggak pernah mengharapkan itu semua dari dia. Dia ganggu kehidupan damai gua, maka gua akan membuat kehidupan dia bagaikan sebuah neraka."
"Itu bukan mengganggu namanya, Alga! Lu tahu perjuangan, kan? Nah, itu gadis sedang berjuang untuk mendapatkan perasaan lu untuk luluh ke dia." jelas BomBom gemas.
"Struggling? It's all his bullshit."
"Terserah lu, Ga! Gua capek sama sikap dan sifat batu lu." BomBom pun mulai melangkahkan kedua kakinya dengan sangat besar dan meninggalkan Alga seorang diri bersama dengan keras kepalanya.
Alga pun melangkahkan kedua kakinya mendekati tiang pembatas sambil meletakkan tangannya di tiang tersebut. Dirinya menatap langit yang sedang menerangi seluruh dunia dengan kehangatan yang diberikan oleh sang Surya, Matahari.
"Gua pun juga bingung, gua kira selama 6 bulan gadis itu memperjuangkan gua. Mungkin perasaan gua ke dia tidak pernah berubah, yaitu, gua akan selalu tetap menunggu kehadiran seorang gadis yang akan selalu gua tunggu selama ini. Tapi ternyata, perasaan gua ke gadis itu mulai berubah dan gua pun nggak tahu seperti apa perasaan gua ini untuk dirinya." Gumam Alga dengan helaan nafasnya.
"Mungkin cara gua memang sangat keterlaluan sebagai seorang lelaki sejati ke dia. Tapi dengan cara ini juga, gua bisa menjaga perasaan gua hanya untuknya seorang saja sampai kapanpun itu." Gumam Alga sekali lagi yang mulai menyusul para sahabatnya ke kantin.
'Mungkin aku tahu, dari dulu maupun sekarang perasaanmu masih ada dirinya. Karena aku yakin ... selama tujuh tahun aku menyukaimu, menunggumu, dan sampai sekarang aku memperjuangkan dirimu. Cepat atau lambat dirimu pasti akan menyukai dan membalas semua perasaanku juga.'
...💘ALGASA💘...
Perpustakaan yang terlihat sangat sunyi, tidak ada kehadiran mahluk hidup di dalam ruangan yang saat ini dirinya berdiri dan berada. Yah, Asa saat ini sedang mencari beberapa buku fisika yang disuruh oleh Bu Yati, guru fisika favoritnya.
Mungkin, Asa memang tidak akan heran lagi tentang ruangan Perpustakaan yang begitu banyaknya sebuah buku yang ingin kita cari pasti akan ditemukan. Karena tempat ini memang selalu sunyi, sekali ramai paling untuk para siswa-siswi berandalan untuk bolos disaat jam pelajaran dilaksanakan dan ada juga yang numpang untuk tidur siang.
Kini tinggal satu buku yang berada ditempat paling tinggi jauh dari jangkauannya. Helaan nafas mulai terdengar berat di ruangan tersebut, berulang kali dirinya mencoba menggunakan bangku untuk menambah tinggi badannya, itu semua sama sekali tidak ada hasilnya. Apalah dayanya yang mempunyai bentuk tubuh mungil dan pendek, itulah ciri khas seorang Asalina Hyena yang dimiliki olehnya dari lahir.
"Lagian orang kalau letakin buku itu jangan terlalu tinggi banget napa! Apa alasannya coba meletakkan buku paling atas banget kek gitu? Biar nggak ada yang nyolongin bukunya? Dan lagipula—" gumam Asa yang mulai terpotong oleh suara berat di belakangnya.
"Ini itu tempat perpustakaan! Apa lu nggak tahu setiap peraturan ruangan apa? Otomatis peraturan yang sering dipakai, yaitu, dilarang berisik! Dan suara lu sudah mengganggu waktu tidur siang gua." ketusnya.
Asa yang mendengar suara yang sangat familiar di kedua daun telinganya. Dirinya mulai mendengus sebal, jujur, ketika dirinya bertemu dengan lelaki remaja di belakangnya saat ini. Pasti itu akan menjadi sebuah drama antara Tom And Jerry. Begitulah menurutnya, karena lelaki di hadapannya sekali berkata pasti akan seperti sebuah pidato yang sangat panjang. Sebut saja namanya Putra Perquelino Rachelan, dirinya adalah salah satu sahabat lelaki yang saat ini Asa perjuangkan. Alga.
Asa pun hanya memberikan cengiran kuda dengan bodohnya. "Kebetulan Kak Putra ada disini, Asa boleh minta tolong ambil buku fisika di atas sana? Soalnya Asa nggak ada waktu lagi untuk bersantai-santai." jelasnya.
Putra yang melihat arah pandangan Asa. Dirinya mulai menatap ke arah Asa kembali dari atas sampai ke bawah dengan sangat terintimidasi. Sedangkan Asa yang diperlakukan seperti itu, itu mampu membuatnya sangat risih dan canggung atas pandangan yang Putra berikan kepadanya sangat aneh.
"Kak Putra kenapa ngeliatin Asa kek gitu? Ada yang salahkah sama Asa?"
"Iya, ada yang aneh sama lu, Sa."
Asa pun mulai mengernyitkan keningnya. "Oh, yah? Apa ada yang kotor di wajah Asa? Di bagian mana Kak yang kotor?" tanyanya.
"Bukan itu masalahnya, Sa."
"Terus? Kenapa Kak Putra ngeliatin Asa kek gitu?"
"Gua hanya heran aja, pantesan Alga nggak pernah menyukai maupun membalas semua perjuangan lu selama 6 bulan terakhir ini?"
Asa pun semakin mengernyitkan keningnya lagi dengan heran. "Maksudnya Kak Putra apa sih? Kalau mau ngomong itu jangan basa-basi kalau sama Asa, karena Asa nggak akan mengerti." jelasnya.
"Lu bukan nggak ngerti, Sa. Tapi lu bukan orang yang peka, kalau lu peka terhadap perasaan seseorang. Gua yakin, lu pasti akan tahu siapa yang menyukai lu selama ini. Tapi nggak apa-apa juga sih kalau lu nggak peka, bukan urusan gua ini."
Putra pun mulai mengambil alih buku yang berada tepat di belakang Asa saat ini. Dengan jarak yang tidak dapat untuk terhitung lagi, karena jarak di antara mereka berdua sangat terlalu dekat. Sampai-sampai Asa dapat mendengar detak jantung Putra dan Putra dapat mendengar hembusan nafas tidak karuan dari Asa. Bahkan tanpa Asa sadari, sebuah tatapan mata mulai menatap setiap inci wajahnya dengan sangat dekat dari samping, dan dia pun tersenyum kecil tanpa dirinya sadari.
"Nih, buku yang lu butuhkan? Makanya jadi orang itu jangan kek kurcaci. Pendek." ejek Putra.
Asa hanya mendengus sebal dan menatap instens Putra dengan tajam. "Asa nggak akan marah sama Kak Putra—" sekali lagi perkataan Asa terpotong lagi oleh lelaki di hadapannya.
"Tentu saja, malah lu harus berterimakasih sama gua. Bahkan, semua perkataan gua juga nggak ada yang salah sama sekali. Bukannya lu itu memang gadis pendek yang selalu memakai bandana pink di kepala lu." Ujar Putra dengan muka yang paling bikin orang kesel.
"Kak Putra! Bisa nggak sih, jangan bikin orang kesel mulu! Jadi cowok itu harusnya lembut sedikit kek sama perempuan, tapi ini malah bikin harga diri seorang gadis jatuh seketika!" jelasnya.
Putra tersenyum kecil. "Bukannya harga diri lu sudah jatuh dari dulu, yah? Sejak tekad lu itu untuk memperjuangkan Alga selama 6 bulan lu dipermalukan olehnya di depan umum. Dan sekarang lu ingin membahas harga diri lu di hadapan gua, hah? Lu lagi ngelawak sama gua, Sa?" sindir Putra.
Asa tersenyum kecil. "Asa tahu itu kok, lagipula itu semua juga nggak ada urusannya sama Kak Putra, kan? Kecuali kalau Kak Putra memang memiliki sebuah perasaan ke Asa saat ini." tanya Asa.
"Dan sekarang gua tanya sama lu, kalau gua memang suka sama lu, apa lu juga akan menyukai gua?"
Asa pun menggelengkan kepalanya.
Putra tersenyum sinis. "Gua tahu itu! Dan lu tenang aja, gua sangat membenci seseorang yang tidak pernah menghargai dirinya sendiri seperti lu. Jadi lu jangan mengungkit harga diri di depan gua, daripada lu dipermalukan atas kesalahan diri sendiri." Putra pun mulai menatap ke arah lain dan menghela nafasnya dengan berat.
"Gua itu sudah bantuin lu, dan lu sama sekali tidak ada kata untuk berterimakasih kepada seseorang yang sudah menolong lu." sindirnya kembali.
"Jika Kak Putra memang ingin Asa terimakasih ke Kakak. Asa memang ingin bilang itu kok, tapi Kak Putra malah menjelekkan Asa dan menguji kesabaran Asa." lirihnya.
"Bukannya sabar lu itu unlimited, yah? Karena yang gua lihat selama ini, setiap Alga memperlakukan lu seperti itu, lu selalu saja memperjuangkan dirinya dan tidak menggubris semua perkataannya."
"Dan sekarang gua yang cuman menyindir lu secara fakta dan kenyataan! Lu malah baper?"
Asa pun menghela nafasnya dengan berat. "Makasih Kak. Kalau begitu Asa permisi dulu, yah?" Asa pun mulai meninggalkan Putra seorang diri dan Putra hanya bisa menatap kepergian Asa dari pandangannya.
'Gua tahu, semua perkataan gua barusan memang menyakitkan untuk lu. Tapi gua lakuin semua ini juga buat kebaikan dan kebahagiaan lu sendiri, Sa.'
...💘VISUAL TOKOH DI PART INI💘...
...💘NEXT PART ALGASA💘...
Bel pulang akhirnya mulai berbunyi. Semua siswa-siswi pun mulai berjalan keluar kelas, ada yang berjalan ke arah kantin, ke lapangan, bahkan ada juga yang langsung pulang ke rumahnya.
Alga yang mulai berjalan keluar dari kelasnya yang diikuti oleh David di sampingnya. Langkah mereka berdua pun mulai dihentikan oleh seorang gadis yang berdiri di hadapan mereka dan menghalangi jalan kedua lelaki tersebut.
David yang mengerti dari tatapan Alga, dirinya mulai menatap gadis di hadapannya. "Lu bisa minggir nggak? Kita berdua mau kelapangan sekarang!" Pinta David dengan penekanan.
Asa mulai menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Nggak mau! Kalau Kak Alga ingin mendengarkan perkataan Asa dulu, baru kalian berdua boleh pergi." Jelas Asa dengan tegas.
Alga yang mulai bosan dengan setiap permainan murahan dari gadis di hadapannya. Dirinya mulai melangkahkan lagi kakinya, tapi langkahnya mulai di hentikan oleh seorang gadis yang sama, yaitu, Asalina Hyena.
"Kak Alga kasih Asa waktu lima menit saja!" Pintanya dengan memohon.
Alga yang masih ingin meninggalkan gadis di hadapannya, dirinya mulai mengambil langkahnya lagi dan sekali lagi langkahnya dihentikan oleh Asa.
"Dua menit, deh!" Pintanya sekali lagi dengan memohon-mohon sambil menatap ke arah wajah Alga. Asa yang melihat dari tatapan tidak suka dari Alga, dirinya mulai menghela nafasnya dengan sangat berat.
"Satu menit, deh! Ijinkan Asa bicara, yah?" Pintanya lagi dengan memohon.
Alga yang mulai merasa emosinya sudah meluap atas permainan murahan dari seorang gadis yang sekarang ada di hadapannya. Kini dirinya mulai menarik lengan Asa dengan kencang dan mendorongnya tersungkur ke lantai dengan kasar.
"Seorang gadis murahan tidak pantas menghalangi jalan gue. Lagi pula, percuma lu mau ngomong apa saja ke gue, nggak akan gue dengerin sampai kapan pun!" Jelasnya dengan emosi dan sama sekali tidak ingin melihat kondisi Asa sekarang.
Asa yang di perlakukan dengan kasar, mungkin ada rasa sakit atau sedih di dalam hatinya. Tapi, Asa tidak ingin menyerah begitu saja untuk memperjuangkan seseorang yang dirinya cintai.
"Kak Alga, dengerin Asa sebentar saja!" Panggilnya dengan nada yang mulai ditinggikan.
Alga yang mulai tidak tertahan lagi semua emosinya, dirinya mulai menarik lengan Asa untuk mengikutinya dengan langkah yang sangat besar. Mungkin, Asa tidak bisa mensejajarkan setiap langkah yang diberikan oleh lelaki di hadapannya sampai detik ini.
Sekali lagi, Alga menghempaskan Asa dengan kasar di tanah. Tanpa merasa bersalah sedikit pun, Alga tersenyum kemenangan.
"GUE BILANG SEKALI LAGI KE LU! MAU PUN DENGAN YANG LAIN! GUE NGGAK AKAN PERNAH MENYUKAI SAMA BARANG YANG MURAHAN, SEPERTI ASALINA HYENA!" Teriaknya dengan sebuah kalimat penekanan.
Asa yang mendengar perkataan Alga. Dirinya mulai berusaha untuk bangkit dan menatap lelaki di hadapannya sekarang dengan senyuman kecil.
"Kak Alga, apa salahnya jika Asa ingin memperjuangkan Kak Alga?"
"Apa salahnya, jika Asa mencintai Kak Alga?"
"Apa salahnya, jika Asa menyayangi Kak Alga? Salah Asa dimana, Kak?" Tanyanya bertubi-tubi, sambil mengeluarkan sebuah tetesan air mata yang mengalir dengan deras.
Alga tersenyum sinis. "Bullshit, jangan pernah bilang semua itu ke gue." Ucapnya dengan datar.
"Lu mau tahu? Salah lu apa? Salah lu adalah mencintai seseorang yang sangat salah dan gue pun nggak akan pernah menyukai lu."
"Seperti yang pernah gue bilang, seseorang yang pernah gue tolak akan selalu gue pandang murah, dan sama halnya dengan cewek murahan di hadapan gue sekarang."
"Cewek murah yang selalu di tolak berkali-kali sama gue sampai sekarang, seperti dirinya nggak ada muka sama sekali. Apa di rumah lu nggak ada kaca yang besar?" Sindirnya dengan tajam.
Asa yang mendengar hal itu, dirinya kembali tersenyum lirih. "Kak Alga nggak tahu satu hal. Asa punya sebuah kaca yang sangat besar dan setiap Asa ingin berangkat ke sekolah, Asa selalu mengaca kok."
"Lagi pula, di balik sebuah kaca wajah Asa terlihat sangat cantik dan sempurna. Makanya itu, banyak lelaki yang suka sama Asa sampai detik ini, dan hanya Kak Alga seorang saja yang tidak menyukai Asa." Jelas Asa dengan membanggakan dirinya.
Alga tersenyum sinis. "Kalau lu banyak di sukai lelaki lain, lebih baik pacaran saja sana sama yang lain." Ucapnya dengan ketus.
"Walaupun banyak lelaki yang menyukai Asa. Tapi Asa malah jatuh cinta sama Kak Alga." Jelasnya dengan jujur.
Alga yang mendengar perkataan gadis di hadapannya, dirinya pun mulai tersenyum kecil. "Kalau begitu buktikan rasa sayang dan cinta lu itu ke gue, sekarang!" Pintanya dengan ketus.
Deg ...
Asa mulai memikirkan apa yang terjadi tadi siang di kelas Alga. Apakah, lelaki di hadapannya kini sedang meminta hal itu kepadanya?
"Yang lu pikirkan memang benar, lanjutkan lagi permainannya. Keburu Wisnu sahabat gue nggak ada untuk membela lu." Ucapnya dengan sinis.
Asa sudah paham kok. Tapi apakah Asa sudah siap? Tidak, Asa masih belum siap, untuk memberikan hak miliknya, kepada seseorang yang sama sekali tidak dirinya cintai untuk menyentuhnya.
"Kenapa? Lu nggak sanggupkan? Lebih baik, jangan bilang tentang semua perasaan lu lagi di hadapan gue, kalau itu semua hanyalah sebuah omongan belaka."
Asa yang mendengar hal itu, Asa mulai memberanikan dirinya untuk menganggukkan kepalanya. "Asa sanggup kok, dan perasaan Asa untuk Kak Alga nggak omongan belaka." Ucapnya dengan pelan dan lirih.
Alga yang mendengar hal tersebut, dirinya mulai menatap wajah sahabatnya. "Lanjutkan, Vid." Perintahnya dengan datar.
David yang dipanggil mulai tersenyum lebar, kini dirinya mulai menatap tajam ke arah Asa.
"Sorry, yah. Bukan kemauan gue untuk melakukan hal ini ke lu. Tapi karena lu yang menerima tawaran dari Alga." Jelas David yang takut nanti di salahkan.
Asa mulai menganggukkan kepalanya, dengan sangat berat dirinya mulai menutup kedua matanya, dan di satu sisi semua penonton tidak sabar ingin melihat adegan panas tersebut.
Bugh ...
Seketika, sebuah bola basket mulai melayang sempurna ke arah kepala David. David yang merasa sakit, kini dirinya mulai meringis kesakitan.
"Lu berdua kayak tuyul, yah? gue cari kemana-mana tahunya ada di sini." Ucap Putra dengan emosi.
David yang merasa kesal, karena birahinya di tunda mulu. Dirinya mulai menghela nafasnya dengan berat. "Yah Tuhan, hamba salah apa? Sampai-sampai semua kegiatan hamba harus di tunda-tunda lagi." Ujarnya dengan ngelantur.
Putra yang mendengar perkataan David, kini dirinya merasa heran. "Gini-nih, yang otaknya nggak waras dari kecil. Gara-gara kebanyakan minum susu formula SGM." Jelasnya.
"Lu tuh, gara-gara lu gagal lagi gue. Kenapa sih, gue punya sahabat nggak ada yang ngertiin gue sedikit pun?" Gumam David dengan ketus, sambil berjalan ke arah lapangan basket dengan kesal.
Asa yang hampir di perlakukan seperti itu, kini dirinya mulai menghela nafasnya dengan lega. Sedangkan, Alga yang melihat seorang gadis di hadapannya, dirinya hanya tersenyum sinis.
"Gue tegaskan ke lu! Kalau lu nggak bisa melakukannya, lebih baik jangan pernah ada di hadapan gue sampai kapan pun!" Jelasnya dengan tegas, sambil meninggalkan Putra berduaan dengan Asa di lapangan dekat area parkiran.
Putra yang masih di tatap tidak suka oleh seluruh mahasiswa. Kini dirinya mulai menatap seluruh mahasiswa itu dengan tatapan tajam.
"UDAH BUBAR PADA! NGAPAIN NGURUSIN MASALAH ORANG, SIH? DRAMA UDAH KELAR, KARENA GUE TAHU PASTI BANYAK PEMBACA YANG DI BAWAH UMUR." Jelas Putra dengan gemas dengan teman satu sekolahnya.
Putra pun mulai beralih menatap ke arah Asa dan tatapan mereka berdua pun bertemu satu sama lain.
"Makasih, Kak." Ucap Asa dengan senyuman.
Putra mulai membalas senyumannya. "Sama-sama. Gue harap, lu bisa jauhin sahabat gue, jangan pernah lu dekatin Alga lagi. Karena gue nggak mau persahabatan kita hancur cuma gara-gara masalah perempuan!" Pinta Putra dengan tegas, supaya Asa bisa menjauhi sahabatnya.
Putra yang merasa perkataan yang dirinya lontarkan sudah selesai. Kini dirinya mulai mengambil bola basketnya yang tergeletak di tanah dan berjalan ke arah dimana para sahabatnya pada kumpul.
Asa yang mendengar perkataan lelaki yang sudah menolongnya, dirinya mulai tersenyum lirih, dan menghela nafasnya dengan berat.
"Kenapa? Semua orang pada suruh Asa untuk melepaskan Kak Alga? Asa hanya ingin mendapatkan perasaan Kak Alga untuk Asa saja kok." Gumamnya dengan pelan sambil tersenyum kecut.
"Ternyata susah juga, yah? Jika kita harus berjuang seorang diri, untuk seorang lelaki yang sama sekali tidak ada rasa sedikit pun untuk kita."
"Asa mencintainya dan ingin memperjuangkannya. Tapi dirinya tidak mencintai Asa dan malah menjauh dari Asa."
"Apa Asa memang semurah itu? Sampai-sampai untuk mencintai Asa saja Kak Alga nggak ingin, apalagi untuk menatap Asa?" Gumamnya dengan lirih sambil menundukkan kepalanya dan menatap kedua sepasang sepatunya.
Sebuah tepukan pelan di pundak Asa, mampu membuatnya kembali tersadar ke alamnya.
"Maaf yah, Sa. Tadi gue dipanggil sama wali kelas kita." Jelas Nanda dengan nafas yang tidak beraturan.
Asa pun mulai menyembunyikan semua rasa hancurnya seketika, seorang gadis yang tadinya sedang bersedih. Kini dirinya mulai tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Yaudah, ayok, kita pulang." Ucap Nanda dengan senyuman.
Asa pun menganggukkan kepalanya dan memberikan jawaban dengan senyuman manisnya.
Inilah seorang gadis yang bernama Asalina Hyena. Walaupun dirinya mempunyai beribu banyak luka dan kesedihan yang mendalam. Asa tidak pernah menunjukkan bahwa dirinya sedang bersedih kepada orang lain, melainkan dirinya malah menyembunyikan semua luka yang ada di dalam kehidupannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!