NovelToon NovelToon

Kekasih Dari Abad Ke -9 Season 1 & 2

Dongeng sebelum Tidur

*Sebelum membaca, jangan lupa untuk vote, like, dan comment ya*

.

.

Hai namaku Cahaya Nararia. Aku lahir di Desa Tambakan, Kabupaten Klaten. Aku saat ini tinggal bersama nenek dan mamaku. Bapakku meninggalkan kami semenjak aku masih dalam kandungan mama.

Masa kecilku terasa kurang bahagia dengan ketidakhadiran bapak. Tapi aku cukup nyaman tinggal bersama mama dan nenek. Aku memiliki banyak teman di masa kecilku.

Malam ini aku tidur bersama Simbok (nenek). Aku tertarik dengan cerita yang simbok berikan padaku. Maklum di desaku jarang ada tv, sehingga dongen menjadi hal favorit ketika mendengarkannya.

"Nara, Simbok ameh nyritakne cerito Sewu Candi ('Nara, simbah mau menceritakan tentang kisah Seribu Candi')." kata Simbokku dalam Bahasa Jawa. Aku memanggil nenek dengan sebutan simbok.

"Sewu Candi, mbok?" kataku.

"Iya, di Daerah Prambanan sana berdiri tegak seribu candi, Nduk. Kamu ngerti nggak, asal usulnya gmn?"

"ora, Mbok" jawabku singkat.

Untuk anak SD kelas 4 aku memang masih sedikit awam, karena di sekolahku belum diajarkan tentang cerita Candi Seribu. tetapi, aku tahu kalau tidak jauh dari desaku ada banyak candi, dan yang paling terkenal adalah Candi Sewu, yang hampir semua seantero penjuru dunia tahu.

Simbok kemudian menceritakan tentang legenda Roro Jongrang dan Bandung Bondowoso. Mulai dari peperangan antara Kerajaan Boko dan Pengging. Terbunuhnya Prabu Boko, yang terkenal benggis dan suka memakan daging manusia, serta kesaktian Pangeran Bandung yang mendapatkan kekuatan dan bantuan dari Jin Bondowoso. Sehingga dapat membunuh Prabu Boko yang gagah perkasa dan sakti. kemudian Putri Roro Jonggrang mengajukan persyaratan jika pangeran Bandung ingin menikahinnya. Syaratnya ialah harus membuatkan 1.000 candi dalam waktu semalam. Berkat bantuan Jin Bondowoso, akhirnya candi itu hampir slese, tapi krna kelicikan Jonggrang akhirnya dapat digagalkan. Bandung murka dan marah begitu tahu jika Jonggrang telah membohonginya dan dikutuklah dia menjadi patung Roro Jonggrang.

Akupun kemudian bertanya "Apa kira - kira patung Jonggrang itu akan bisa hidup jadi manusia lagi, Mbok?"

Simbok tertawa begitu mendengar pertanyaanku.

"Enggak Ra, patung Jonggrang ya tetep jadi patung batu." kata simbok.

"Lha kenapa Mbok, tadi bilangnya kalau Jonggrang itu dari manusia karena dikutuk." kataku

"Bandung Bondowoso sangat sakti, makanya nggak bisa jadi manusia lagi Jonggrangnya." jawab simbok.

Aku semakin penasaran dengan penjelasan Simbok.

"Mbok, apa Bandung itu lelaki yang jelek, kenapa Jonggrang menolaknya." tanyaku

"Bandung itu seorang lelaki yang tampan, hebat, sakti, dan gagah perkasa. Tapi Jonggrang tidak mau karena Bandung telah membunuh ayahnya." jawab Simbok.

"Jadi Bandung itu jahat, Mbok?" tanyaku

Aku semakin semangat dengan cerita yang Simbok dongengkan kepadaku.

"Oh iya Mbok, kenapa Prabu Baka suka makan daging manusia?" tanyaku

"Juru masak istana tidak sengaja terpotong ibu jarinya saat masak. Potongan ibu jarinya masuk dalam masakan yang akan disajikan." kata Simbok

"Kenapa masakannya tidak diganti, Mbok?" tanyaku

"Tidak sempat kalau masak lagi, karena Prabu Baka sudah kelaparan." jawab Simbok

Aku tidak habis pikir dengan pelayan raja, kenapa masakannya itu masih disuguhkan. Secara kesehatan makanan itu pasti tidak sehat.

"Mbok, terus apa sebabnya Prabu Baka jadi hobi makan daging manusia?" tanyaku

"Ia mencicipi masakan yang ada daging manusianya. Ia merasakan makanannya sangat lezat dan membuat tubuhnya menjadi segar. Ia tanya kepada juru masak kenapa makanannya enak." jawab Simbok

Aki berpikir kenapa juri masak itu sangat polos. Ia terlalu jujur pada rajanya dalam hatiku.

"Mbok, setelah itu Prabu Baka langsung doyan daging manusia?" tanyaku

"Iya, setiap hari harus dimasakan dan memakan daging manusia." kata Simbok.

"Lalu juru masak membunuh masyarakat Baka, Mbok?" tanyaku.

"Prajurit kemudian mencari brandalan dan musuh Prabu Baka untuk dijadikan santapan." kata Simbok.

Aku bergidik ngeri mendengar penuturan Simbok tentang Prabu Baka.

"Apakah banyak prajurit Pengging yang dibunuh oleh prajurit Baka. Sehingga membuat Bandung menjadi marah?" tanyaku

"Iya, Pengging dan Boko dekat. Makanya Bandung menantang Baka dan ingin menghentikan kejahatan Boko." jawab Simbok

"Lalu Bandung menyerang dan jatuh cinta dengan Jonggrang?" tanyaku

"Kemenangan Bandung membuat seluruh istana Boko beserta isinya menjadi milik Bandung. Begitu melihat putri Baka. Bandung jatuh cinta pada pandangan pertama." kata Simbok

Aku kemudian tersenyum membayangkan romantisnya Bandung dan Jonggrang saat bertemu dan bertatap muka.

"Jonggrang tidak mau menikah dengan Bandung trus dia mengajukan syarat yang berat." kata Simbok

"Syarat meminta seribu candi dalam satu malam, Mbok?" tanyaku

"Iya, mungkin Jonggrang berpikir kalau syarat itu tidak mungkin bisa dipenuhi Bandung. Tapi Bandung seorang pemuda sakti yang memiliki kekuatan hebat. Ia memanggil jin perewangannya yang bernama Bondowoso untuk membantunya." kata Simbok

"Jadi Bandung Bondowoso itu gabungan antara manusia dan jin?" tanyaku

Belum sempat, Simbok menjawab pertanyaanku, Mamaku masuk kamarku, dan menyuruh kami istirahat karena sudah larut malam.

"Nara, Simbok, wes bengi iki, ayo gek ndang turu (Nara, Simbok, sudah larut ini, ayo buruan tidur)."

"Tapi Ma, ak belum ngantuk masih mau dengerin cerita Simbok." renggekku kepada Mama. Mamaku kemudian bilang dengan nada sedikit kesal "Besok kalau dibangunin buat sekolah nggak mau bangun, tidur sekarang!!"

"Yowes, Sri rasah bentak - bentak nggono kui, mesakne, Nduk gek ndang tidur sana, besok dilanjut lagi ya ceritane". kata Simbokku setengah protes kepada mamaku yang kesal padaku, karena aku bandel.

Akupun kemudian mulai tidur dan Simbokku menyelimuti aku dengan selimut jarik batik. Simbok kaget begitu melihat ada tanda teratai di punggungku.

"Sri, ayo metu, aku ameh cerito (Sri, Ayo keluar saya mau cerita)" pinta Simbokku kepada Mamaku.

mamaku pun kemudian mengikuti Simbok keluar dari kamarku.

_____

"Sri, kamu harus sadar, bahwa anakmu itu istimewa, dia bukan anak sembarang. Aku akan ceritakan tentang kisahmu dan sedikit takdir anakmu itu".

"Maksudnya, Mbok?" tanya mamaku singkat, karena penasarannya.

Sambil menghela nafas dan tersenyum. Simbokku menuju kamarnya dan mengambil sebuah buku kuna.

Mamaku masih binggung dan penasaran dengan buku itu dan bertanyalah mamaku ke simbok.

"Mbok, iki buku opo? (Mbok, ini buku apa?) Aku kok nggak pernah lihat buku ini?" tanya mamaku.

Simbokku tiba-tiba menitikan air mata dan dengan seksama melihat ke arah Mamaku. Perasaan binggung dan penasaran semakin membuat mamaku tak sabar ingin segera tahu apa rahasia yang selama ini disembunyikan oleh Simbok.

"Mbok, kenapa malah nanggis? ada apa to? Aku ora mudeng iki. (saya tidak tahu ini)." mamaku kemudian menggoyangkan bahu Simbok karena semakin penasaran dengan simbok.

"Baiklah Sri, Simbok mau menceritakan tentang riwayat hidupmu dulu, sebenere ingin Simbok sembunyikan, tapi Simbok takut nanti tidak ada waktu buat menceritakannya kepadamu. Simak dan dengarkan baik-baik ya Sri" kata Simbok kepada mamaku.

Mama kemudian mendengarkan dengan seksama penuturan simbok.

"Mbok, emang aku kenapa dulu?" tanya mama

"Dulu kamu mengidap penyakit aneh, Sri." kata Simbok

Simbok juga menceritakan bagaimana kehidupan simbok ketika masih muda.

"Sri, simbok dan bapakmu dulu menikah karena dijodohkan." kata simbok.

"Dijodohkan pie mbok?" tanya mama

"Waktu aku dijodohkan sama bapakmu. Aku masih gadis, Sri. Umurku sama bapakmu terpaut jauh." kata Simbok

Simbok hanya mengangguk kepala. Simbok juga menceritakan kalau anak - anak tirinya tidak terima.

"Mbok, terus kenapa Mbak Inem nggak mau menerima simbok? tanya mama

Mbak Inem adalah anak pertama kakung dari pernikahan sebelumnya.

"Kakakmu tidak suka dengan simbok karena takut kalau simbok akan merebut harta bapakmu." kata simbok

**

* Episode kali ini cukup ya untuk perkenalan kita.

Terimakasih sudah mampir

With love

Citralekha.

Dongeng sebelum Tidur

"Nara, Simbok ameh nyritakne cerito Sewu Candi ('Nara, simbah mau menceritakan tentang kisah Seribu Candi')", kata Simbokku dalam Bahasa Jawa. Aku memanggil nenek dengan sebutan simbok.

"Sewu Candi, mbok?", kataku.

"Iya, di Daerah Prambanan sana berdiri tegak seribu candi, Nduk. Kamu ngerti nggak, asal usulnya gmn?".

"ora, Mbok", jawabku singkat. Untuk anak SD kelas 4 aku memang masih sedikit awam, karena di sekolahku belum diajarkan tentang cerita Candi Seribu. tetapi, aku tahu kalau tidak jauh dari desaku ada banyak candi, dan yang paling terkenal adalah Candi Sewu, yang hampir semua seantero penjuru dunia tahu.

Simbok kemudian menceritakan tentang legenda Roro Jongrang dan Bandung Bondowoso. Mulai dari peperangan antara Kerajaan Boko dan Pengging. Terbunuhnya Prabu Boko, yang terkenal benggis dan suka memakan daging manusia, serta kesaktian Pangeran Bandung yang mendapatkan kekuatan dan bantuan dari Jin Bondowoso. Sehingga dapat membunuh Prabu Boko yang gagah perkasa dan sakti. kemudian Putri Roro Jonggrang mengajukan persyaratan jika pangeran Bandung ingin menikahinnya. Syaratnya ialah harus membuatkan 1.000 candi dalam waktu semalam. Berkat bantuan Jin Bondowoso, akhirnya candi itu hampir slese, tapi krna kelicikan Jonggrang akhirnya dapat digagalkan. Bandung murka dan marah begitu tahu jika Jonggrang telah membohonginya dan dikutuklah dia menjadi patung Roro Jonggrang.

Akupun kemudian bertanya "Apa kira - kira patung Jonggrang itu akan bisa hidup jadi manusia lagi, Mbok?".

belum sempat, Simbok menjawab pertanyaanku, Mamaku masuk kamarku, dan menyuruh kami istirahat karena sudah larut malam.

"Nara, Simbok, wes bengi iki, ayo gek ndang turu (Nara, Simbok, sudah larut ini, ayo buruan tidur)".

"Tapi, Ma, ak belum ngantuk masih mau dengerin cerita Simbok". Renggekku kepada Mama. Mamaku kemudian bilang dengan nada sedikit kesal "Besok kalau dibangunin buat sekolah nggak mau bangun, tidur sekarang!!".

"Yowes, Sri rasah bentak - bentak nggono kui, mesakne, Nduk gek ndang tidur sana, besok dilanjut lagi ya ceritane". kata Simbokku setengah protes kepada mamaku yang kesal padaku, karena aku bandel.

Akupun kemudian mulai tidur dan Simbokku menyelimuti aku dengan selimut jarik batik. Simbok kaget begitu melihat ada tanda teratai di punggungku.

"Sri, ayo metu, aku ameh cerito (Sri, Ayo keluar saya mau cerita)", pinta Simbokku kepada Mamaku.

mamaku pun kemudian mengikuti Simbok keluar dari kamarku.

_____

"Sri, kamu harus sadar, bahwa anakmu itu istimewa, dia bukan anak sembarang. Aku akan ceritakan tentang kisahmu dan sedikit takdir anakmu itu".

"makdusnya, Mbok?". Tanya mamaku singkat, karena saking penasarannya.

sambil menghela nafas dan tersenyum, Simbokku menuju kamarnya dan mengambil sebuah buku kuna.

Mamaku masih binggung dan penasaran dengan buku itu dan bertanyalah mamaku ke simbok.

"Mbok, iki buku opo? (Mbok, ini buku apa?) Aku kok nggak pernah lihat buku ini?". tanya mamaku.

Simbokku tiba-tiba menitikan air mata dan dengan seksama melihat ke arah Mamaku. Perasaan binggung dan penasaran semakin membuat mamaku tak sabar ingin segera tahu apa rahasia yang selama ini disembunyikan oleh Simbok.

"Mbok, kenapa malah nanggis? ada apa to? ak ora mudeng iki. (saya tidak tahu ini)". Mamaku kemudian menggoyangkan bahu Simbokku karena semakin penasaran dengan simbok.

"Baiklah, Sri, Simbok mau menceritakan tentang riwayat hidupmu dulu, sebenere ingin Simbok sembunyikan, tapi Simbok takut nanti tidak ada waktu buat menceritakannya kepadamu. Simak dan dengarkan baik-baik ya Sri". kata Simbok kepada mamaku.

-------

Riwayat Hidupku

Simbokku kemudian menceritakan rahasia hidup Mama dan diriku.

"Dulu, Aku menikah dengan bapakmu yang duda. Aku masih gadis, entah kenapa Aku mau menikah dengan bapakmu, karena aku kasian, bapakmu disia - siakan oleh istri pertamanya. Aku kemudian menikah dengan bapakmu, tapi dari pernikahan kami tidak berjalan mulus. Anak yang aku lahirkan selalu meninggal sebelum lahir. Kejadian itu terus berulang hingga 6 kali".

Flashback ke th 1940an.

"Pak, iki ngopo yo, kok anakmu mesti keguguran terus, wes ping 6 iki (Pak, ini kenapa ya, kok anakku keguguran terus, sudah 6 kali ini). Apa dosanya kita, ya Pak?" Tanya Simbok kepada Mbah Kakungku.

Mbah Kakungku bernama Harjo Driyo, seorang yang terkenal sangat sakti di wilayahku. Sambil melihat Simbok, Mbah Kakung kemudian memejamkan mata dan berkata "Kem, (nama pendek dari Simbokku yang memiliki nama lengkap Sanikem) kita harus semedi dan memohon kepada Sang Akaryo Jagad untuk kelangsungan keturunan kita".

"Opo, ono syarate? (Apa ada syaratnya?)." tanya Simbokku.

"Awake dewe kudu poso 40 dino (kita harus puasa selama 40 hari). Kamu puasa mutih dan Aku akan puasa laku. Apa kamu sanggup?" kata Kakungku.

Tanpa pikir panjang, Simbok menjawab "Sanggup, Pak, demi keturunan kita".

Puasa mutih dan niti laku pun dilakukan oleh Kakung dan Simbokku. Kakung sering ke gunung merapi dan Parangtritis dengan jalan kaki. Hingga suatu ketika Kakungku kungkum (berendam dalam air) di tempuran Kali Opak (sungai yang letaknya disamping Candi Prambanan).

Dalam tapa itu, Kakungku bertemu dengan seorang Kakek berjubah putih dan berkata "Kau hanya akan memiliki 1 anak wanita, tapi anakmu ini nanti terpilih untuk melahirkan hanya seorang wanita yang akan menjadi ratu di rumah dan akan bisa mempengaruhi negri ini. Cucu wanitamu nantinya akan berpasangan dengan seorang lelaki yang merupakan keturunan dari Wangsa Syailendra. Akan tetapi anak dan cucumu akan mengalami suatu ujian yang berat." Kakek jubah putih itu kemudian menghilang.

-----

Beberapa bulan kemudian, terlihat Simbokku mengandung. Betapa gembiranya Simbok dan Kakung karna sebentar lagi akan memiliki anak yang selama ini dinantikan. Waktu berjalan tak terasa Simbokku melahirkan seorang bayi perempuan, ya bayi itu adalah Mamaku. Bayi itu diberinama Sri Slamet. Harapannya agar senantiasa selamat sampe kapanpun.

Kelahiran mama ku membuat kebahagian terpancar dari keluarga kecil Kakung dan simbok.

"Pak, astungkare kita diberikan kesempatan untuk mempunyai seorang anak wanita." kata Simbok

"Iya mbok, ini semua anugrah dari Tuhan. Kita harus menjalani ritual yang berat untuk mendapatkan Sri." timpal Kakung.

Mama kecil tumbuh dengan baik dan sehat. Tiap pagi mama membantu Simbok jualan keliling.

"Mbok, ayo kita jualan keliling cari uang yang banyak untuk beli perhiasan." kata mama.

"Yo berangkat, kamu bawa kerupuk dan sayur ya." kata Simbok.

--

Mamaku menjalani kehidupan secara normal seperti anak - anak desa lainnya. Hingga kira-kira berumur 8th saat SD kelas 2, mamaku diserang penyakit aneh. Penyakit yang membuat seluruh kepala mamaku penuh dengan borok. Keadaan itu, membuat mamaku harus keluar dari sekolah. Simbok merawat mama dengan telaten. Akhirnya, mamaku meninggal dunia.

Simbok dan Kakung sangat sedih karna harus kehilangan anak semata wayangnya. Tetangga kami mulai berdatangan dan menghibur Simbokku. Simbokku sering jatuh bangun dalam pingsannya dan masih tidak terima jika Mamaku harus meninggal.

"Pak, pie iki?

wes pirang pirang tahun lehku nunggu pengin ndue anak, ee saiki la kok wes dpundut kersaning Widhi" (Pak, gimana ini, sudah berpuluh-puluh tahun, aku menunggu kehadiran anak, kok sekarang sudah diambil lagi sama Hyang Widhi)." suara simbokku yang dengan diiringi suara tangisan

Kakung kemudian menuju kamar sucinya dan bersemedi. Dalam semedinya Kakung ditemui oleh sosok pangeran dari Abad ke 9.

"Harjo Driyo anakmu akan kembali hidup, tapi dia hanya akan memiliki seorang anak wanita. Jika nanti anakmu hamil lebih dari sekali. Maka bayi selain anak pertama akan meninggal." kata sang pangeran

"Terimakasih pangeran, lalu kapankah anakku akan kembali bangun?" tanya kakung

"Sekarang keluarlah kamu dari kamar sucimu ini. Berikan ketisan air suci ini. Tak berapa lama anakmu akan sadar dan bangun dari kematiannya." kata pangeran

---

Kakak sepupu mama, bernama Pakde Somo Tyoso yang seorang Ulu-ulu desa bersama warga pun kemudian memandikan jenazah Mamaku. Mama kemudian diletakan di atas meja dan ditutupin dengan kain jarik. Simbok ndak kuat melihat anaknya menjadi mayat.

Mbok Temu dan keluarga besar kami pun ikut menangis. Mereka tahu bagaimana susahnya Kakung dan simbok untuk mempunyai seorang anak. Niti laku dan menjalani serangkaian ritual untuk mendapatkan anak tidaklah mudah.

"Sri bangun Sri, kasian Simbok dan bapak kalau harus kehilangan dirimu." kata Pakdhe Ulu

"Sri bangun Sri, jangan pergi ke alam surga dulu. Kasian Simbok dan bapak." kata Budhe Ulu sambil terisak.

Semua warga yang datang ikut menangis dan merasakan kesedihan yang dirasakan oleh Kakung dan simbok.

Tak berapa lama, rombongan warga yang ingin mendoakan dan sembahyang untuk layu - layu berdatangan. Pandita menyiapkan ritual untuk kematian. Bunga, dupa, kemenyan, dan sesajen lainnya telah siap di atas meja. Lilin pun dinyalakan tanpa boleh mati.

Para wanita dan remaja duduk di halaman rumah dengan mengelar tikar. Mereka menyiapkan rangkaian bunga untuk di sampirkan di peti mati.

Simbok kemudian keluar dari kamarnya dan langsung masuk menuju meja tempat disemayamkan jenazah mama.

"Sri bangun Sri, jangan pergi. Jangan tinggalkan aku dan bapakmu. Kamu itu satu - satunya keturunanku. Kalau kalau meninggal, maka keturunanku akan habis dan aku tidak akan meninggalkan cerita di kehidupan selanjutnya. Bangun Sri kasihani aku." kata Simbok sambil menangis di hadapan mayat mama.

Budhe Ulu dan Mbok Temu datang menghibur Simbok.

"Sudah Mbok, kasian Sri kalau Simbok terus nanggis. Nanti Sri tidak tenang di alam sana." kata Budhe Ulu

"Tapi Sri ini menyambung hidup dan keturunanku, Lu." kata Simbok.

Tak berapa lama Kakung keluar dari kamar sucinya sambil membawa air dalam kendi pemberian sang pangeran. Kakung kemudian memercikan air ke mayat mama ku.

"Kok dipercikin, Pak?" tanya Simbok

"Iya, semoga Sri bangun kembali." kata Kakung.

Simbokku pun berujar atau berjanji yang disaksikan oleh warga desaku.

"Aku berjanji, jika anakku Sri Slamet nanti bangun dari tidurnya. Aku akan menggelar pertunjukan wayang kulit semalam suntuk. Uang untuk membayar dalang aku akan dapatkan dengan cara mengemis." kata Simbok

warga Desa Tambakan menjadi saksi akan janji dari Simbok.

"Mbok, apa kamu yakin mau menggelar wayang kulit?" tanya pakdhe ulu.

"Iyo, Lu ... Aku berjanji, aku akan mengemis kepada semua orang di desa ini." kata Simbok

*

Episode ini cukup dulu ya.

Terimakasih sudah mampir.

With love

Citralekha

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!