Cerita ini hanyalah fiksi dan tidak terkait dengan kejadian tertentu..
Disalah satu pusat perbelanjaan terbesar dikota Jakarta, tampak dua orang wanita dan satu anak laki-laki tengah berjalan santai keluar dari pusat perbelanjaan tersebut.
" Kak, sayang banget ya sepatu tadi nggak ada diskonnya. Coba ada, 20% aja pasti bakal aku beli deh. " keluh salah satu wanita yang terlihat lebih muda sambil cemberut.
" Ya belum rezekimu aja kali dek, nabung lagi aja, nanti kita kesini lagi. " Jawab kakaknya itu.
" Tapi kapan kita kesini lagi? Masa kita jauh-jauh datang kesini cuma buat beli satu sepatu itu doang. Terus iya kalau sepatunya masih, kalau nanti udah nggak ada lagi gimana? " Keluhnya.
" Ya beli yang model baru lagi lah, pasti nanti ada lagi yang kamu taksir. Maumu kan banyak. " Jawab si Kakak sambil menyubit hidung Adiknya itu.
"cari makan aja yuk, laper nih." Ajak si Adik sambil menunjuk salah satu kedai Mie Ayam yang tak jauh dari sana.
Tanpa menyadari apa yang akan menimpa mereka kemudian, mereka bertiga melangkah dengan penuh keceriaan diwajah mereka.
Benar saja, belum lagi mereka sampai di kedai Mie tersebut, terdengar suara ledakan besar dari dalam gedung pusat perbelanjaan itu disertai dengan getaran dari lantai yang mereka pijaki
Sontak saja ledakan itu membuat semua orang yang ada didalam maupun diluar gedung panik. Mereka yang ada didalam gedung langsung berhamburan keluar. Asap tebal mulai mrnyelimuti sekitar gedung, dinding-dinding beton mulai roboh, kaca-kaca pecah beterbangan.
Semua orang sibuk berlarian menyelamatkan diri mereka. Begitu juga dengan dua Kakak beradik itu dan satu anak laki-laki berusia lima tahunan yang merupakan anak dari si Kakak.
" Apa yang terjadi ini? Ayo kak cepat lari! " Teriak si Adik sambil menggendong keponakannya dan berusaha membantu Kakaknya untuk berdiri karena terjatuh saat terjadi ledakan tersebut.
Keduanya secepatnya lari menjauh dari gedung itu tanpa memperdulikan luka-luka ditubuh mereka akibat terkena dari kaca-kaca pecah yang beterbangan.
Akhirnya mereka sampai diseberang jalan. Asap debu masih bertebaran disana, orang-orang berlarian, berteriak, menangis, menjerit meminta tolong pada orang-orang atau kendaraan-kendaraan yang berhenti. Sebagian dari mereka ada yang menolong, namun ada juga yang hanya sibuk mengambil gambar ataupun video dari ponsel mereka.
Semua orang panik, sebagian orang dengan cekatan langsung menghubungi menelepon sanak saudara mereka, teman, polisi, ambulance ataupun damkar agar pertolongan segera datang.
Sungguh keadaan yang sangat kacau balau, riuh ricuh tak terkendali. Saat itu Adik hanya bisa meringis perih dari luka-luka ditubuhnya yang mulai terasa. Tak ada sanak saudara yang bisa mereka hubungi, karena tak ada saudara atau keluarga lain yang mereka punya di ibukota besar ini.
Kepalanya teras pusing dan mulai berkunang-kunang, namun pada saat itulah matanya tertuju pada satu tempat, didalam kepulan debu yang pekat ia melihat sesosok pria yang terjebak disana. Pria itu terlihat sedang berusaha untuk meloloskan diri dari tumpukan puing-puing reruntuhan yang menimpa kakinya.
Tanpa pikir panjang Adik berlari kembali kedalam reruntuhan itu, menerjang asap dan debu, melewati, melompati dan memijakkan kakinya diantra puing-puing beton tersebut.
Kakak yang melihat Adik satu-satunya itu lari kedalam reruntuhan hanya bisa berteriak untuk melarangnya. Tapi sayang Adiknya itu tidak lagi bisa mendengar suara teriakannya maupun dari orang-orang yang ada disana.
" oh tidak! Kakimu terjepit, apa anda masih bisa merasakan kakimu? " Tanyanya begitu sampai ditempat pria tersebut
" Pergilah, saya akan baik-baik saja, Disini berbahaya. " Jawab pria itu sambil mendorong tubuh Adik agar menjauh darinya.
" Ya. saya tau, disini berbahay. " Kata Adik yang tak mempedulikan omongan pria itu dan berusaha mengangkat bongkahan-bongkahan dinding beton yang menimpa kaki kanan pria itu. " Karena itu, saya harus mengeluarkan Bapak dari sini. " Lanjutnya dengan suara tertahan karena mencoba mengangkat bongkahan beton yang cukup besar.
" Sudahlah, ini percuma. Kamu pergi saja. Terima kasih atas niat baikmu untuk menolong saya. " Ujar si Bapak yang mulai putus asa.
" Hei, jangan ngomong begitu! Seharusnya beri saya semangat, agar puing-puing ini jadi terasa enteng!!" Bentak Adik marah.
*jangan lupa like dan klik favorite ya...
silahkan tinggalkan komen, kritik dan sarannya. Terima kasih☺️
Sementara itu Kakak yang khawatir sibuk meminta orang-orang yang ada didekatnya untuk membantu Adiknya, tapu tidak dari mereka yang berani mendekat kedalam gedung itu yang tidk tau kapan akan runtuh kembali.
" Ayolah pak, disna ada orang yang masih selamat yang buyuh bantuan. Tidakkah kalian merasa kasihan melihat mereka ?" Pinta Kakak berusaha membujuk orang-orang itu.
" Mbak, mbak gak lihat itu ? Gedungnya bisa runtuh kapan saja. Kita nggak mau mati sia-si mbak. " Jawab salah seorang dari mereka.
"Mas, saya mohon tolong adik saya. Gimana kalau seandainya mas yang ada disana lalu nggak ada yang mau bantu mas ? Gimana perasaan mas ?" Bujuk Kakak pada salah seorang pemuda.
" Saya pasti sedih si, tapi saya ini belum menikah, mbak. Masa saya mati jomblo. " Jawab pemuda itu menolak.
" Nanti saya do'ain deh mas, setelah ini mas bakal langsung dapet jodoh yang baik, cantik, sholehah. " Rayu si Kakak untuk meyakinkan pemuda itu.
" Heemmm.. Okedeh saya bantu. tapu jangan lupa do'anya ya mbak ?" Jawab pemuda itu.
" Pasti mas! Pasti saya do'a kan tahun ini mas nikah sama cewek yang cantik, baik dan sholehah. " Seru Kakak sumringah
" Amiin."
Pemuda itu langsung lari menuju tempat dimana si Adik yang sedang menolong pria itu berada.
" Hei, mari kubantu!" Seru pemuda itu yang kemudian bergabung dengan Adik yang masih berusaha sekuat tenaga mengangkat bongkahan beton yang besar.
" Ah, masnya baik banget. Makasih ya mas. " Seru Adik sumringah.
" Ini karena kakakmu yang minta tolong. Dan kalau bukan karena dia mau do'ain aku nikah tahun ini mah saya nggak akan mau bantuin kamu. " Jawab pemuda itu.
" Ya tetap saja kan, masnya kesini buat bantuin aku. Hehehe.. " Ledek si Adik.
"Iya iya, udah ayo angkat pake kekuatan penuh. "
" Bismillahirahmanirrahiim..... Allah huakbar!!! " Teriak mereka bersama-sama, dan akhirnya bongkahan beton itupun berhasil diangkat.
" Alhamdulillah.. " Kata Adik sambil menghela nafas lega.
" Iya Alhamdulillah. " Sahut pemuda itu.
Tapi, bagaikan petir menyambar, guntur kemudian, belum lagi mereka lolos dari tempat itu, suara ledakan kembali terdengar dari bagian gedung lainnya. Sontak saja membuat mereka kaget. Dan tanpa permisi pemuda itu langsung lari meninggalkan Adik dan pria itu yang ternyata kakinya masih lagi tersangkut diantara besi-besi.
"Ah! Bom sialan!! " Umpat si Adik. " Baru saja lega, udah bikin jantungan lagi aja." Gerutunya.
" Kaki saya masih tersangkut, Akan lama lagi untuk melepasknnya. Kamu lebih baik segera pergi selamatkan diri kamu sendiri. " Pinta pria itu.
" Pak, Bapak tau nggak, seberapa berat beton tadi ? Nafas saya hampir putus lo waktu mengangkatnya. Sekarang Bapak mau suruh saya pergi lagi ? Bapak mau bikin usaha dan nafas saya sia-sia ya ?" Kata si Adik geram sambil berkacak pinggang.
" Maaf maaf, tapi gedung ini sebentar lagi akan menimpa kita. " Jawab si Bapak sambil menunjuk kearah dinding tak jauh dari mereka yang kondisinya sudah sangat mengkhawatirkan.
" Kamu gak usah pedulikan saya lagi. " Katanya lagi.
Adik yang bertekad untuk menolong Bapak itu tak mau memperdulikan permintaanya untuk meninggalkannya. Justru semakin berusaha untuk menolongnya. Dengan keras Adik berusaha berfikir untuk mengeluarkan kaki si Bapak dari besi-besi itu.
" Coba bapak tarik pelan-pelan. " Kata Adik sambil berusaha mengngkat salah satu besi yang menjerat kaki Bapak.
" Aaarrghh!! Tetap tidak bisa. " Teriak Bapak sambil meringis kesakitan.
" Aiyo-aiyo, gitu aja udah nyerah. Saya coba angkat lagi, Bapak kakinya dimiringkan, pelan-pelan saja nariknya. Ayo semangat !" Serunya
Dengan sekuat tenaga Adik mengangkat besi itu agar si Bapak bisa menarik kakinya. Tapi karena pergelangan kaki si Bapak sudah bengkak dan terluka, dan sepatu yang dipakainya jugalah yang membuatnya susah untuk menggerakkannya.
Melihat itu, akhirnya Adik mencari cara agar kaki si Bapak segera terlepas dari besi-besi itu tanpa menambah luka. Setelah melihat disekelilingnya, Adik mendapatkan ide untuk mengambil beberapa puing beton untuk dijadikanny pngganjal besi. Kemudian dengan hati-hati Adik melepaskan sepatu si Bapak.
Sementara itu, aparat kepolisian beserta tenaga medis mulai berdatangan dan segera mengevakuasi para korban dan menjauhkan orang-orang yang berkerumun dari TKP. Tak terkecuali dengan Kakak dan anaknya.
" Pak, adik saya masih disana pak, tolong selamatkan dia. " Teriaknya yang masih belum rela untuk ikut petugas medis yang menuntunnya kedalam mobil ambulance.
" Iya, kami pasti akan menyelamatkan adik ibu. Sekarang saya minta ibu ikut kami agar segera mendapatkan perawatan. " Jawab petugas itu dengan tegas.
Meski cemas dan khawatir, namun Kakak tak berani untuk melawan petugas itu hanya bisa berdo'a agar adiknya itu terselamatkan.
Jangan lupa like, klik favorite dan tinggalkan komentar kalian untuk kritik dan saran kalian. Terima kasih 😘😘
Sementara itu ditempat Adik dan pria itu berada..
"Wah, akhirnya lepas juga. Ayo pak cepat saya bantu berdiri. Kita harus segera pergi dari sini." Ujarnya sambil membantu pria itu untuk berdiri dan memapahnya berjalan.
"Terima kasih sekali ya dik, berkat kamu saya selamat." Ujarnya sambil meringis kesakitan.
"Wah, gak bisa nih, banyak pecahan kaca. Ya ampun, serpihan temboknya aja tajem-tajem gini. Kaki bapak nggak pakai alas, bisa tambah luka." Kata adik khawatir. "Ah!! kan ada itu. Padahal dari tadi saya bawa-bawa malah nggak kepikiran." Serunya tiba-tiba.
Kemudian Adik mengambil sebuah kantong yang tadi dibawanya saat keluar dari gedung itu sampai saat dia harus lari untuk menyelamatkan pria itu yang dia ketakkan dilantai dan dilupakannya.
"Hampir aja lupa, untung langsung ingat. Bapak pakai ini saja dulu. Agak kekecilan si sepertinya, tapi kan lumayan untuk menghindari pecahan-pecahan kaca dan tembok yang tajam-tajam itu." Ujarnya.
Dengan hati-hati dia membantu pria itu memakaikan sandal yang rencananya akan dia hadiahkan untuk ayahnya itu dikaki pria yang tak dikenalnya. Meski ingin menolak, tapi pria ini tak bisa melakukannya karena tidak mungkin dia bisa berjalan tanpa alas kaki sampai ketempat yang aman. Belum lagi gadis didepannya ini pasti akan mengomel jika dia menolaknya.
"Jangan geer, sandal ini saya beli untuk ayah saya, jadi jangan berharap ini gratis, Bapak harus menggantinya dengan yang baru dan lebih bagus, oke?" Kata Adik menohok yang membuat rasa terharu pria itu hancur.
"Pasti." Jawab pria itu tegas.
"Baguslah. Ayo cepat sebelum kita tertimbun reruntuhan berikutnya." Ajak Adik sambil memapah pria itu.
"Ngomong-ngomong, sandalnya kekecilan." Seloroh pria itu sambil tersenyum mengejek
"Wah, nggak tau terima kasih dia. Kalau nggak suka nggak usah dipakai." Jawab Adik menggerutu.
Pria itu hanya tersenyum jail melihat ekspresi Adik yang kesal. Dan tanpa mereka sadari, apa yang mereka takutkan akhirnya terjadi. Dinding-dinding beton dibelakang mereka yang sudah retak-retak tak karuan akhirnya sudah sampai pada saat mereka harus melepaskan diri dari dinding-dinding yang lainnya.
-Kreeketratraktak-
Suara mereka yang seakan memberikan isyarat agar Adik dan pria itu segera meninggalkan tepat itu dengan cepat. Mendengar suara itu Adik segera mempercepat langkahnya berharap dinding-dinding itu tak menimpanya.
"Ayo pak, agak cepat lagi jalannya !! Saya belum mau mati !!" Teriak Adik khawatir.
" Ah, iya-iya, haris cepat." Jawab pria itu cemas.
Namun dinding-dinding berkehendak lain, mereka tak mau menunggu sampai dua makhluk malang ini sampai ditempat yang aman. Saat itu Adik menoleh keatas dimana dinding-dinding itu siap untuk terjun bebas kearah mereka.
Dengan cepat Adik mendorong tubuh pria itu dengan sekuat tenaga. Sementara ia mencoba untuk lari sekencangnya. Namun dinding-dinding itu nampaknya sudah menargetkan Adik, sehingga Adik masih tetap terkena puing-puing dan tertimbun didalamnya.
Sedangkan pria itu berhasil selamat karena Adik sengaja mendorongnya diarea rerumputan yang kebetulan kondisi tanahnya sedikit menurun yang membuatnya menggelinding menjauh dari tempat itu.
Untuk beberapa saat pria itu dak dapat menggerakkan tubuhnya akibat sudah terlalu lemas, ditambah kakinya yg bengkak membuatnya tak mampu untuk sekedar bangun dan duduk. Ia mencoba dan mencoba untuk berdiri dan mencari Adik disekitarnya. Saat itulah ia teringat bahwa ia didorong saat dinding-dinding itu roboh.
Tanpa memperdulikan rasa sakit ditubuhnya pria itu kembali merangkak ketempat reruntuhan untuk mencoba mencari Adik sambil berteriak-teriak memanggil Adik berharap suaranya masih dapat dapat didengar. Tapi apa mau dikata, Adik tak dapat lagi mendengar suara pria itu, sekeras atau sebanyak apapun pria itu memanggilnya.
"Hei dik! Kau dengar aku? Apa kau masih disana? Kau baik-baik saja? Jawab aku!! Jangan diam saja. Hei!! Saya janji saya akan membelikan sandal ataupun sepatu baru untuk ayahmu. yang terbaik didunia ini. Saya janji. Jadi, jawab aku, dimana kau!!" Teriaknya yang mulai frustasi karena tak dapat menemukan ataupun mendapat jawaban dari Adik. "Kumohon, kau harus hidup!!" Isaknya yang mulai pasrah tak dapat menemukan keberadaan Adik.
Tiba-tiba datang sekelompak pria berpakain jas hitam datang menghampiri beliau.
"Maaf kami terlambat, tuan." Sapa salah seorang dari mereka yang merupakan pimpinan dari sekelompok pria yang ternyata adalah bodyguard pria tersebut. "Mari kita kerumah sakit agar tuan segera mendapat perawatan medis." Ujarnya lagi sambil memapah pria itu untuk berdiri. Tapi dia menolak untuk berdiri.
"Tidak tidak, kalian harus menemukan gadis itu didalam reruntuhan ini. Dia menyelamatkan saya, jadi kalian harus menemukannya. CEPAT!!" Perintahnya dengan penuh amarah dan kecemasan.
"Baik tuan." Jawab bodyguardnya itu. " Lima orang temukan gadis itu, sisanya ikut saya antar tuan kerumah sakit." Perintahnya pada rekan-rekannya.
"Saya akan kerumah sakit jika gadis itu sudah diemukan." Sela pria itu menolak.
"Tapi tuan, luka tuan cukup parah, harus segera mendapat perawatan." Bantah bodyguard itu.
"Kau.. Berani menentangku?!" Tanya pria itu lirih namun dengan tatapan mata yang tajam seakan mampu menggores pupil mata orang yang melihatnya.
"Maaf, tidak berani tuan." Jawab bodyguard itu ketakutan.
"Cepat temukan dia!!" Bentak pria itu.
Tanpa berani menjawab lagi mereka segera mencari tubuh gadis yang dimaksud tuannya itu. Membongkar setiap tumpukan reruntuhan yang ada.
Jangan lupa like, klik favorite dan tinggalkan komen untuk kritik dan sarannya ya readers yang budiman.. Terima kasih🤗🤗
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!