Tolong Jadi Istri Saya!
Prolog
Jian yang baru masuk dari halaman belakang, sedikit kaget. Bukannya baru lima menit tuannya berangkat kerja?
Felix melangkah lebar menghampiri pembantunya.
Jian yang melihat tuannya ketakutan, hanya diam
Felix
Saya sudah bantu kamu beberapa kali. Kali ini kamu harus bantu saya
Jian
Kan saya tidak minta tolong, bapak aja yang suka bantu orang lain
Felix
Pokoknya kamu harus mau
Jian
Bapak juga gertak saya
Keduanya diam dengan saling melempar tatapan tajam
Felix
Gaji kamu saya naikkan lima kali lipat jika bantu saya
Jian
#dalam hati
Lima kali lipat?! 25jt tiap lima bulan
Felix
#dalam hati
Ujung-ujungnya demi uang anak itu mau membantunya
Felix menarik tangan jian. Tangan yang penuh tanah basah itu, membuat Felix geram
Jian
Kemana pak? Katanya minta tolong, kok malah diajak pergi
Felix
Kita ke K.U.A sekarang
Jian menarik tangannya. Ia mulai mencurigai tuannya
Jian
Bapak minta tolong apa ya?
Felix
Tolong jadi istri saya!
Ulang Jian. Barang kali telinganya salah pendengaran
Felix
Kamu jadi istri saya. Kita berdua nikah, saya suaminya kamu istrinya
Felix
Kita sudah sepakat Jian
Jian
Bapak minta tolongnya kaya gitu saya tidak bisa. Ini bukan film sinetron pak
Felix
Kamu menolak uang 50jt tiap bulan?
Jian
Uang bukan segalanya pak. Saya masih bisa makan saja sudah bersyukur
Felix
Berapapun yang kamu minta saya berikan
Felix benar-benar tidak percaya dengan Jian. Banyak wanita yang mengincarnya tanpa perlu ia cari. sedangkan pembantunya sudah ia tawarkan apapun yang ia inginkan masih menolak. sungguh manusia langka itu memang ada
Jian
Bukan. Maksudnya saya saya setuju bapak kasih saya 100jt tiap bulan
Jian
Ayok pak kita berangkat
Felix tersenyum lebar. Kekayaan miliknya tidak penting dibandingkan dengan reputasi dirinya. Lagian uang senilai itu tidak ada apa-apanya baginya
Felix
Maskawin nya cuman uang 10 ribu nggak masalahkan?
Jian
Seribu aja juga tidak masalah pak. Asal yang uang gede tiap bulan tidak bapak kurangin hehe
Felix
Kita berangkat sekarang
Asisten Baru
Felix
Kalau mau kabur jangan ke rumahku. Rumahku bukan penampungan bagi orang pengangguran sepertimu
Kris
Numpang makan sama tidur tidak membuatmu miskin kak
Felix tertawa bangga. Ia tutup dokumen di tangannya, beralih duduk di kursi impor kemarin baru ia beli. Dimana adiknya sedang tiduran di kursi miliknya sambil anak itu memakai sepatu.
Felix
Lepas sepatu kotormu itu
Kris
Aku jamin tidak ada bakteri di sepatuku
Felix
Lepas atau relakan kedua kaki itu hilang
Kris bangun dan langsung melepas sepatunya. Ancaman kakaknya tidak main-main harus kalian tahu.
Kris
Perempuan itu masih belum pulang?
Kris mengangguk walaupun tidak peduli. Sejak kakaknya menjalin hubungan dengan perempuan itu, ia sedikit tidak suka. Dua kali ia mempergoki perempuan itu jalan dengan seorang lelaki. Ia tidak mau memberi tahu kakaknya, sebab percuma. Kakanya terlalu bucin dengan perempuan itu.
Kris
Bagaimanapun umurmu sudah tua kak. Jika perempuan itu terus menyuruhmu menunggu, aku benar-benar akan melangkahimu
Kris
Masalahmu juga masalahku kak
Felix
Aku tidak memintamu untuk mengurusiku. Tanpa kalian aku bisa hidup dengan baik
Tidak habis pikir dengan pola pikir kakaknya. Bagaimana papa dan mamanya bisa mendidik Felix menjadi seperti ini.
Kris
Tahun ini umur kakak sudah tiga puluh tahun kalau kakak lupa
Felix
Apa masalahnya dengan umur tiga puluh? Toh yang jalani bukan kamu juga
Felix
Nggak usah banyak bicara. Katakan bagaimana dengan studimu? Mau tambah berapa semester lagi?
Kris
Otakku standar, tidak sepertimu
Felix
Ah maaf maaf, aku melupakan itu
Kris
Ledek sepuasmu kak, aku ikhlas. Selagi bisa membuat umurmu panjang
Balas Kris jauh lebih kejam.
Bel pintu di rumah itu menarik perhatian dua lelaki tampan itu. Mereka saling melempar tatapan mata. Sama-sama mengisyarakatkan kalimat, siapa yang datang?
Kris
Seharusnya mama tidak tahu kalau aku kemari
Felix
Hari ini Radit juga libur
Radit, bawahan Felix yang menjadi orang kepercayaannya.
Felix
Kamu memberi tahu alamat rumahku pada temanmu?!
Kris
Tck, terserah kalau tidak percaya
Bel pintu itu kembali berbunyi.
Felix berdiri dan keluar dari ruang kerja. Beruntung ruangnya berada di lantai bawah, ia tidak perlu repot-repot turun naik.
Felix
Maaf, ada perlu apa kalau boleh saya tahu?
Gadis itu mengeluarkan secarik kertas dari tas kecilnya. Memperlihatkan tulisan itu pada orang didepannya.
Felix
Kalau boleh tahu kamu siapa?
Jian
Perkenalkan pak, nama saya Jiantri. Saya menerima telepon dari admin kalau ada yang membutuhkan asisten rumah tangga. Saya diberikan alamat ini, menyuruh saya langsung ke rumah ini
Memang beberapa hari yang lalu Felix mencoba mencari langsung asisten rumah tangga. Semua asisten yang Radit carikan untuknya tidak ada yang sesuai.
Felix
Kalau gitu silahkan masuk
Jian yang akan melepas alas kakinya, lebih dulu Felix ingatkan.
Jian
Beneran tidak papa pak?
Jian masuk ke dalam rumah lebih dulu. Kekaguman dalam rumah itu tidak bisa membuatnya tenang. Untuk pertama kali dalam seumur hidupnya melihat rumah semegah ini. Di desanya atap genting adalah rumah orang paling yang kaya.
Jian duduk di sofa dengan ragu-ragu.
Felix
Saya pemilik rumah ini
Jian
Berantai bapak majikan saya?
Telinga Felix terus saja berkedut mendengar panggilan bapak untuknya. Apa memang dirinya sudah terlihat setua itu?
Felix
Nama saya Felix. Kamu boleh memanggil saya senyamannya
Harusnya kalau orang pintar dengan ucapan itu, pasti paham maksudnya. Sayangnya tidak dengan Jian. Ia anak polos dan berpendidikan rendah.
Felix
#dalam hati
Itu jauh menyakiti telinganya
Felix
Panggil saya nama langsung sepertinya lebih baik
Jian
Tidak berani bos, nanti dikira saya tidak sopan
Sepertinya panggilan "pak" lebih cocok daripada "bos". Walaupun keduanya sama-sama panggilan yang buruk untuknya.
Felix
Panggil saja pak saja. Saya lebih suka itu
Jian
Siap pak. Apa yang bapak katakan saya turuti
Felix
Saya boleh bertanya?
Felix
Apa saya melihat tua?
Jian
Tidak. Malah kelihatan umur dua puluh lima tahun
Felix sedikit terbatuk. Memperjelas jika memang ucapan itu patut untuk dirinya.
Felix
Lalu kenapa kamu panggil saya bapak kalau kelihatan masih umur dua puluh lima?
Dengan lantang Jian menjawab.
Jian
Karena yang telepon bilang pada saya kalau pemilik rumah tempat saya kerja sudah berumur tiga puluh tahun. Makanya dari rumah saya sudah membuat panggilan itu untuk bapak
Bagaikan petir di siang hari. Ucapan itu layaknya belati yang menusuk tepat mengenai ulu hatinya.
Seharusnya ia juga sadar kalau umurnya memang sudah setua itu.
Jian
Umur bapak tiga puluh ya?
Felix
#dalam hati
Siapapun! Tunjukkan jalan di mana jurang paling dalam. Aku ingin terjun detik ini juga!
See you di next chapter ❤️❤️❤️
Pembantu Polos
Usai Felix menjelaskan beberapa tugas yang harus dikerjakan serta mengantarkan letak kamar anak itu, ia kembali ke ruang kerja.
Felix
Asisten rumah tangga
Kris
Udah dapet yang baru?
Kris
Hahaha semoga kali ini lebih normal
Ditambah yang terakhir sudah terhitung hampir sepuluh kali kakaknya mengecat pembantu di rumahnya. Dan semua pembantunya tidak ada yang normal.
Paling menjengkelkan salah satu dari semua yang dipecat itu adalah perempuan baru keluar penjara karna kasus pembunuhan. Langsung saja kakaknya meminta Radit mengeluarkan pembantu itu. Kakaknya berasumsi siapa tahu habis itu giliran dia yang dibubuh.
Antisipasi lebih baik sebelum terjadi kejadian yang tidak-tidak.
Kris
Di mana bibi itu sekarang?
Felix
Bibi? Siapa yang kamu bilang bibi?
Kris
Tentu saja pembantu barumu itu. Masa aku panggil adik kan lucu
Felix
Umurnya belum ada dua puluh tahun. Namanya Jian
Kris menegakkan tubuhnya, memasang wajahnya dengan serius.
Kris
Aku tahu kamu sedang kondisi kurang baik kak. Papa mana selalu menyudutkan kakak setiap pulang ke rumah, memintamu untuk segera membangun keluarga
Felix bermuka datar mendengar ceramah tidak terduga itu.
Kris
Walaupun sudah seperti ini, kakak jangan berbuat nekat. Pedofil itu kejahatan semua negara kak!
Kris
Kenapa kakak mengerjakan anak sebagai asisten rumah tangga. Kalau bukan karena rencana licik kakak, apa lagi?
Kris
Aku mengingatkanmu kak! Jangan terjerumus di jalan yang sesat!
Felix
Jalanku lurus. Otak kamu yang tersesat
Felix
Diamlah. Dengarkan baik-baik akan aku ceritakan
Felix mulai menceritakan seperti apa yang Jian tadi ceritakan kepadanya. Dimana anak itu bercerita harus menginap di jalan karena tidak menemukan rumahnya. Ia bekerja jauh-jauh dari desa karena ingin mengubah hidup keluarga. Hanya untuk makan saja keluarganya harus meminjam hasil panen tetangganya. Ia mengatakan jika uangnya sudah cukup untuk keluarganya makan dan bisa sebagai model menanam, ia akan pulang ke desa. Dengan jaminan ia berkerja dengan baik.
Kris
Apa anak itu tidak punya saudara? Atau mungkin kerabatnya
Felix
Jian anak tunggal. Karna keadaan ekonomi itu kerabat justru ikut merendahkan keluarganya. Anak itu beberapa kali dijadikan pekerjaan tanpa upah karena berpendidikan rendah
Kris
Mereka ditindas karena ekonomi
Kris beranjak berdiri. Meregangkan ototnya yang terasa kaku karna tiduran di atas sofa.
Felix
Kenapa? Jangan bully anak polos seperti itu
Kris
Apa wajahku seburuk itu?
Felix
Satu minggu yang lalu, ditaman kota. Kamu buat anak perempuan menangis, jangan menyangkalnya
Felix
Bocah tidak tahu diri
Kris
Kalau tidak mau kasih tahu biar aku cari sendiri
Kris keluar. Ia lihat ruang tamu tidak ada orang, namun ransel di aja meja bisa diartikan kalau anak itu belum pergi ke kamar.
Kris
#dalam hati
Bau sambal
Kris langsung pergi menuju dapur. Benar, anak itu sedang mengambil nasi.
Jian
Maaf mas, saya pinjam dapurnya buat masak. Saya pakai beras yang saya bawa dari rumah kok mas, sama lauknya saya bawa sendiri.
Kris
#dalam hati
memang masih muda. Walaupun dibandingkan dengan semua mantannya kalah cantik, anak ini lebih manis
Kris
Ah. Saya Kris, adiknya kak Felix
Jian sedikit membungkukkan badan, memberi sopan santun.
Jian
Salam kenal mas, saya Jiantri pembantu barunya pak Felix
Sejarah hidupnya selama dua puluh lima tahun tidak sia-sia. Semua mahluk hawa di dunia ini baru ia temukan satu perempuan memanggil kakaknya "pak". Itu benar-benar lucu. Ia harus segera menceritakan pada mamanya.
Jian
Mas mas, masnya kenapa ketawa?
Kris menghentikan tawanya walaupun ia masih ingin. Ia duduk di kursi, melihat beberapa masakan berbeda di dalam toples.
Kris
Kamu yang masak sendiri?
Jian
Iya mas. Ini masakan yang paling saya sukai. Ini sambal terasi, ini tumis kacang, lauknya saya pakai tempe sama peyek
Kris
Ambilkan nasi, saya juga mau makan
Jian
Baik mas. Nasinya seberapa mas?
Jian membawa dua piring nasi yang masih hangat. Meletakkannya di meja makan.
Jian
Masnya pengen yang mana?
Kris
Ambilkan semuanya. Sambalnya banyakin juga, saya suka makanan pedas
Jian melakukan sesuatu permintaan orang di depannya. Lalu ia mengambil lauk untuk dirinya sendiri. Saat ia akan duduk di lantai, lengannya ditahan.
Jian
Saya duduk di bawah saja mas
Kris
Kursi gunanya buat duduk, bukan panjangan
Jian
Tidak sopan mas duduk sama majikan. Di rumah saya juga tidak ada kursi, jadi tidak terbiasa
Kria tahu itu hanya kebohongan. Walaupun di rumahnya tidak punya kursi, tidak mungkin anak itu tidak pernah duduk di kursi.
Kris
Kalau gitu saya duduk di bawah juga
Jian
Eh jangan mas. Jangan, mas tidak boleh duduk di bawah
Kris
Kenapa saya tidak boleh duduk di bawah sedangkan kamu boleh. Cepat pilih mana, kita duduk di bawah atau duduk di kursi? Saya udah lapar ini
Kris
Nah gitu. Cepetan duduk
Jian
Maaf ya mas kalau nanti kotorin kursinya
Kris
Iya-iya. Kalau kamu bicara terus kapan kita makannya
Jian hanya tersenyum malu. Ia perhatikan Kris yang melahap masakannya.
Kris
Besok buatin lagi buat saya
Jian tersenyum lebar. Kekhawatirannya tentang majikannya yang buruk sudah hilang. Ia sudah bertekad akan bekerja dengan sebaik mungkin dan tidak mengecewakan majikannya.
See you next chapter ❤️❤️❤️
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!