NovelToon NovelToon

Salah Jatuh Cinta

Terpaksa menerima tawaran

"Apa Bapak setuju?" tanya Seno ajudan pribadi Tio.

"Saya akan tanyakan pada putriku, apakah dia mau bertemu dengan atasan anda atau tidak," jawab Setya.

"Baiklah, saya akan tunggu jawaban dari anda esok pagi," ucap Seno.

"Saya akan kabarin secepatnya kepada anda!"

"Baiklah, saya pamit!" Seno menjabat tangan Setya papa Sarah.

Setya menghela napasnya dan duduk kembali dikursi kerjanya. Dia bingung harus berkata apa dengan putrinya.

Malam harinya sekembalinya dari kantor, Setya mengajak putrinya bicara berdua karena ibunya sudah meninggal dunia sedangkan adik laki-lakinya tinggal di luar negeri untuk melanjutkan sekolahnya.

"Nak, maafkan Papa!" ucap Setya terbata

"Papa, kenapa sih?" tanya Sarah heran.

Setya terdiam sejenak sebelum melanjutkan kata-katanya, "Papa, ingin kamu menikah!"

Sarah terkejut kemudian tertawa kecil, "Sarah akan menikah jika memang ada jodohnya, calon aja Sarah belum ada gimana mau nikah?"

Setya menjawab ucapan putrinya, "Papa sudah punya calonnya."

"Papa, tidak bercandakan?" tanya Sarah melihat bola mata Papanya.

"Kali ini, Papa tidak bercanda sayang. Cuma kamu yang bisa menolong Papa!"

"Maksud Papa, apa?"

"Pria itu akan memberi pinjaman kepada Papa dengan syarat, kamu harus menikah dengannya," ucapnya lirih.

Sarah berdiri dari tempat duduknya, "Jadi Papa ingin menjualku dengan pria itu!"

"Papa tidak menjualmu, Nak. Tapi pria itu memilihmu!"

"Tapi dengan syarat menikah denganku agar pinjaman itu cairkan, Pah." Sarah menatap mata papanya tampak berkaca kaca.

"Tolonglah, Nak. Hanya kamu yang bisa menolong Papa, tapi jika kamu menolak Papa ikhlas menutup perusahaan," ujar Setya lirih.

Sarah berpikir sejenak sebelum menerima tawaran papanya, "Baiklah, Sarah akan coba bertemu dengan pria itu!"

Papa menggenggam tangan Sarah, "Terima kasih, Nak!"

...----------------...

Esok paginya Setya menelepon ajudan pribadi Tio bahwa putrinya setuju untuk bertemu dengan atasannya.

"Saya akan sampaikan kepadaTuan Tio bahwa anda telah menyetujui kesepakatan ini," ujar Seno dari ujung teleponnya.

"Kapan putri saya akan bertemu dengan atasan anda?"

tanya Setya.

"Saya akan mengirimkan alamatnya, pastikan putri anda tidak datang terlambat. Karena beliau tidak suka menunggu."

"Baiklah, saya akan katakan pada putri saya. Terima kasih sudah memberikan kesempatan pada saya." Setya menutup teleponnya dengan lemas.

Dia ragu tuk mengambil keputusan ini semua diserahkan kepada putrinya dan dia tidak memaksakan putrinya mengikuti keinginannya.

Sebuah pesan masuk ke gawainya dan membacanya. Pesan dari Seno ajudan pribadi Tio.

"Nak, Tuan Tio ingin kamu menemuinya jam 7 malam ini di kafe depan perusahaan mereka." Ucap Setya saat sarapan pagi bersama putrinya.

"Sarah akan menemui pria itu!" ucapnya mengelap tisu dibibirnya.

"Tapi Nak, Papa tidak memaksakanmu untuk menerima tawaran mereka!" Setya berusaha menahan air matanya.

"Papa tenang saja, semua akan baik-baik saja."

Malam harinya Sarah menemui pria itu, ia menggunakan gaun hitam berlengan panjang dan rambutnya disanggul ia memasuki ruangan khusus dimana ia akan bertemu.

"Nona Sarah, saya akan tunjukkan ruangannya," pelayan wanita itu menuntut Sarah menuju ruangan khusus. "Silahkan, Nona!" ia membukakan pintu untuk Sarah.

Sarah tersenyum ramah, "Terima kasih!"

Lima belas menit Sarah menunggu pria itu dari jadwal yang ditentukan, "Dia bilang, jangan terlambat padahal ia sendiri terlambat," batinnya.

"Selamat malam!" pria itu menyapa Sarah dan duduk dihadapannya.

"Ma..malam juga," ucap Sarah gugup.

"Santai aja, nikmati saja dulu makanan yang sudah dihidangkan ini."

Tio mulai menikmati makanan yang sudah dihidangkan pelayan ketika dia datang. "Kamu hanya melihat makanan itu begitu saja!"

Sarah tidak menjawab dia mulai makan karena dari tadi sudah lapar.

"Apa Ayahmu, sudah bercerita semuanya?" Tio memulai membuka pembicaraan.

"Sudah, apa tidak ada cara lain selain meminta saya menikah dengan anda."

"Ada!"

"Apa itu?"

"Jika Ayahmu mampu melunasi utang tersebut selama tiga bulan saya tidak akan menikahimu apa dia sanggup?" Tio tersenyum sinis menatap wajah Sarah.

"Tiga bulan, anda tidak salah? Bagaimana bisa kami melunasi utang sebanyak itu selama tiga bulan?"

"Itu bukan urusan saya," jawab Tio melanjutkan menyuapkan makanan ke mulutnya.

"Apa tidak ada cara lain lagi?"

"Menikah dengan ku!"

"Aku tidak mau," Sarah bersiap ingin berdiri.

"Jika kamu siap perusahaan yang di bangun oleh orang tuamu itu hancur!"

Sarah terdiam lalu berkata, "Aku tidak peduli!"

"Oh baiklah, berarti kamu ingin ratusan karyawan menjadi pengangguran!"

Sarah tidak menggubris ucapan Tio, dia lalu berdiri ingin meninggalkan ruangan itu.

"Kamu ingin adikmu tidak melanjutkan kuliahnya hanya karena kakaknya yang egois," sindir Tio.

Mendengar kata-kata itu Sarah mengurungkan niatnya untuk pergi dan kembali duduk.

"Aku gak mau adikku harus berhenti menggapai cita-citanya," batin Sarah. Dia tahu bagaimana adik laki-lakinya ingin sekolah di luar negeri untuk mengejar cita-citanya menjadi pengusaha hebat.

"Kenapa duduk lagi?"

Sarah berpikir sejenak, "Aku menerima tawaranmu!"

"Gitu dong !"

"Kapan kita akan menikah?"

"Esok pagi, aku akan datang melamarmu dan lusa kita menikah !"

"Apa!" ucap Sarah terkejut

"Iya, memangnya kenapa?" tanya Tio santai.

"Secepat itu!"

"Kamu gak suka, baiklah kalau begitu saya juga akan memperlambat memberikan pinjaman!"

"Ya ya, saya terima apa yang anda minta," gerutu Sarah.

...****************...

Pagi harinya rumah Sarah sudah bersiap menyambut kedatangan keluarga Tio Mahendraya persiapannya terburu buru karena Tio menginginkan pernikahannya dipercepat .

Jam sudah menunjukkan angka dua belas tapi keluarga Tio belum juga datang, perasaan cemas dan ragu menjadi satu di dalam hati Sarah. Cemas takut pria itu membohonginya dan buat malu dirinya dan papanya jika tidak jadi datang karena perwakilan keluarga besar Sarah sudah menunggu serta dirinya masih ragu menerima lamaran Tio.

"Mana calon suami mu?" Bibi Wina sepupu papanya menghampiri Sarah dikamarnya ia penasaran dengan lelaki pilihan Sarah.

"Bentar lagi dia datang, Bi!" Sarah berusaha tersenyum.

Sarah meremas tangannya dan mondar mandir di dalam kamarnya. Sejam kemudian keluarga Tio datang akhirnya Sarah bisa bernafas lega.

Tio datang bersama ayah, ibu dan ajudannya.

Acara lamaran berlangsung sejam saja dan akhirnya dari pihak Tio menginginkan pernikahan esok hari dilaksanakan dan hanya akan dihadiri oleh keluarga inti saja.

Esok harinya pernikahan Sarah dan Tio dilangsungkan hanya beberapa orang saja yang hadir tanpa liputan media seluruh orang yang hadir di acara tersebut dilarang mengabadikan momen tersebut dan mengomentarinya jika ada yang melanggarnya maka pihak Tio akan memberikan sanksi tegas.

"Saya, terima nikahnya Sarah Setyara Wihana dengan mas kawin cincin emas seberat sepuluh gram dibayar tunai," Tio mengucapkannya dengan lantang.

"Sah!" ucap serempak seluruh keluarga yang hadir.

Usai mengucapkan janji suci pernikahan tanpa berlama lama Tio segera mengajak Sarah untuk tinggal dirumahnya. Mereka pun berpamitan pada papa dan keluarga yang lain.

"Cepat banget sih, kalian pergi !" ucap Bibi Dwi adik tiri dari papa Sarah pada Tio.

"Iya Bi, Tio ada urusan pekerjaan yang gak bisa ditinggalkan," ucap Sarah berbohong.

Selama perjalanan menuju tempat tinggal mereka Sarah hanya diam membisu begitu juga dengan Tio . Sejam kemudian mereka sampai di sebuah rumah kecil minimalis di lingkungan perkomplekan .

"Turun!" perintah Tio dengan nada dinginnya.

Tanpa menjawab Sarah turun membuka pintu mobil.

"Biarkan, dia membawa barangnya !" saat ajudannya ingin membantu Sarah.

Sarah hanya diam, ia menurunkan koper pakaiannya dari bagasi mobil dan mengangkatnya.

"Kamu cukup mengantar kami sampai disini dan kamu boleh pulang!" perintah Tio pada ajudannya didepan pintu masuk rumah.

"Baik, Tuan!" pamit Seno.

Melihat ajudannya sudah menghilang dari pandangannya, Tio menghampiri Sarah. "Kamar di atas ada dua, kita akan tidur di kamar atas tapi ingat kita tidak tidur sekamar dan satu lagi di rumah ini tidak ada ART, jadi aku harap kamu yang akan membersihkan seluruh rumah ini!"

"Apa aku tidak salah dengar?"

"Tidak!" jawab Tio dingin.

Sarah menapaki satu persatu anak tangga menuju kamarnya sesampainya dikamar yang ditunjuk Tio ia melihat kamarnya begitu berantakan.

"Harusnya di hari pernikahan itu indah tapi aku harus mendapatkan semua ini!" batin Sarah mulai menangis.

Sementara Tio bisa menikmati tidur siangnya tanpa memperdulikan istrinya, "Ini baru awal!" gumamnya.

Hingga sore hari Sarah masih membersihkan kamarnya, hari itu dia sangat kelelahan tanpa sadar dia tertidur di kursi kamar tanpa menutup pintu kamarnya. Melihat Sarah tertidur, Tio membangunkan istrinya dengan kasar, "Malah tiduran, cepat bersihkan bagian bawah!"

"Tapi aku capek!" ucap Sarah memelas .

"Aku gak mau tahu, malam nanti jika aku pulang rumah ini tidak bersih, jangan harap kamu akan dapat makan malam!" ancamnya.

"Tapi..aku di tinggal sendirian di sini!" protes Sarah.

"Iya, aku sudah katakan di rumah ini cuma ada kita berdua!"

Tio berlalu pergi meninggalkan Sarah seorang diri di rumah.

"Aarrghhhhh....!" teriak kecil Sarah.

Pukul sebelas malam Tio pulang dia melihat beberapa sudut ruangan sudah rapi dan bersih dia tersenyum sinis, "Bisa juga wanita itu bersih-bersih!" gumamnya.

Tio mulai mencari istrinya ia melihat Sarah tertidur menutup wajahnya dengan lengan tangan di atas meja makan dan di depannya ada gelas kosong dan teko air putih.

"Hei, bangun wanita pemalas!" Tio menggoyangkan tubuh istrinya.

Sarah mengangkat kepalanya dan mengusap matanya, "Kamu sudah pulang, aku lapar!"

Tio memberi dua buah roti, "Kamu makan ini!"

"Terima kasih!" ucapnya lirih.

...----------------...

Pagi harinya beberapa orang suruhannya Tio datang membawa beberapa belanja makanan seperti sembako, buah, aneka lauk pauk dan sayuran tanpa sepengetahuan Sarah.

"Astaga jam tujuh, aku terlambat!" Sarah tersentak kaget saat ia melihat jam dinding, biasanya dia akan menyetel alarm di telepon genggamnya jika sudah kelelahan tapi suaminya malah menyita barang tersebut. Dia segera berlari ke kamar mandi membersihkan diri dan bersiap untuk bekerja. Sarah berlari kecil menuruni anak tangga menuju dapur untuk sekedar minum air putih. Tapi suara bariton memberhentikan langkahnya.

"Kamu mau kemana?"

Sarah membalikkan tubuhnya, "Hmm...aku mau kerja!"

"Mulai hari ini kamu tidak boleh bekerja di luar rumah!" ucap Tio dengan tegas.

"Maksud kamu?"

"Iya, mulai hari ini kamu hanya di rumah saja tanpa boleh kemana pun tanpa seizinku karna aku suamimu!" ucap Tio dengan tatapan tajam.

"Tapi aku.."

"Kamu ingin aku membatalkan pinjaman itu!"

"Jangan! Baiklah aku akan tetap di rumah."

"Bagus, sekarang buatkan aku kopi dengan gula dikit !"

"Kopi? Tapi gula dan kopi tidak ada ."

"Kamu lihat pakai mata di dalam lemari itu!" Tio menunjuk lemari tempat penyimpanan makanan didapur.

Sarah berjalan ke arah lemari tersebut ia membukanya dan benar saja ternyata ada beberapa kebutuhan makanan tersimpan di dalam lemari itu dia juga memeriksa isi lemari es, "Semalam tidak ada kenapa sepagi ini sudah ada ya?" batinnya.

"Ayo, cepat buatkan ku kopi!" perintah Tio.

"Iya ya ,sebentar ."

Sarah menghidupkan kompor untuk memasak air setelah mendidih ia mematikan kompor lalu menuangkan air panas kedalam gelas berisi kopi dan gula pekerjaan seperti bukan hal baru baginya biasanya ia juga yang menyediakan kopi untuk papanya dan dirinya sendiri di rumah dan untuk pekerjaan rumah tangga yang lain ia lakukan saat sekolah di luar negeri. Ia segera menyajikannya kepada suaminya.

"Rasanya, gimana sih ini?" Tio mengelap bibirnya dengan tisu setelah menyesap kopi buatan Sarah.

"Emangnya kenapa?" tanya Sarah keheranan.

"Kamu bisa buat kopi atau tidak ?" bentak Tio.

"Bi..bisa!" jawab Sarah terbata.

"Ulangi lagi aku tak mau terlalu manis dan encer!"

Sarah mengambil gelas Tio dan mengganti kopinya.

"Cepat dikit!" teriak Tio.

"Ini kopinya!" Sarah menyodorkan kopi yang baru.

"Iya, nanti ku minum!" Tio kembali menatap gawainya.

Selang beberapa menit, "Sarah!" teriaknya.

"Iya, ada apa?" Sarah berlari dari kamarnya karena mendengar panggilan dari suaminya.

"Kamu itu bisa tidak buat kopi , ini pahit sekali!" protesnya.

"Itu sesuai dengan permintaanmu!" Sarah mulai ketakutan.

"Aku tidak mau meminumnya, lebih baik aku ke kantor sekarang!" Tio berdiri dari tempat duduknya kembali berkata, "Nanti siang, aku kembali pulang untuk makan jadi kamu harus menyediakan makanan untukku gunakan bahan masakan yang ada, jangan lupa bersihkan seluruh rumah ini!"

"I...iya!"

Tio berlalu pergi ke kantor, Sarah menghela napasnya, "Aku gak boleh sedih jika papa tau dia akan merasa bersalah, aku harus kuat!"

...****************...

"Apa kamu sudah mengirimkan uang kepada lelaki tua itu?" Tio bertanya pada ajudannya.

"Sesuai permintaan Tuan, aaya sudah mentransfer apa yang diinginkan mertua anda!"

"Huss..jangan kamu bilang lelaki itu mertuaku!" bentak Tio.

"Kenyataan emang begitu," batin Seno. "Maafkan saya, Tuan!"

"Siang nanti saya akan kembali ke rumah. Saya mau pertemuan kita dengan perusahaan Paman diundurkan sore nanti."

"Baik, Tuan. Saya akan sampaikan pada beliau!"

Makan siang Tio kembali ke rumah, "Kemana dia?" gumamnya.

"Kamu sudah pulang?" ucap Sarah mengagetkan Tio.

Tio membalikkan badannya, "Apa makan siangnya sudah kamu siapkan?"

"Su... sudah."

Sarah berjalan ke meja makan menghidangkan makanan yang dimasaknya. Saat ingin menduduki kursi suara Tio mengejutkannya, "Siapa yang menyuruhmu ikut makan?"

Sarah berdiri menggelengkan kepalanya, "Tidak ada ."

"Kamu, berdiri di situ saja!" perintah Tio.

Sarah menggangukkan kepalanya.

Tio mengeluarkan makanan yang di kunyah ya, "Rasanya asin sekali, kamu bisa masak atau tidak?" bentak Tio.

"Saya tidak terlalu mahir memasak."

"Nyesel saya menikahimu, masak gak enak dan buat kopi pun gak bisa!"

"Ma.. maafkan saya!"

"Kamu habiskan makanan ini, jangan sampai tersisa atau besok kamu tidak aku beri makan lagi!" Tio menatap dengan tatapan tajam.

"Saya akan habiskan semua makanan ini!" ucap Sarah dengan gemetar.

"Bagus!" Tio menempelkan jari telunjuknya dikening Sarah. "Malam ini, aku pulang terlambat!" lanjutnya.

Tio kembali ke kantor selera makannya benar-benar terganggu karena masakan Sarah.

Sarah melahap semua makanan yang dimasaknya, "Enak begini, dibilang gak enak walau sedikit asin, aku 'kan bukan koki maklumlah," gumamnya.

...**...

Di kantor Tio

"Seno, pesankan saya makan siang nanti kamu bawa keruangan kerja!" Tio menelepon ajudannya.

Seno ingin bertanya tapi keburu teleponnya ditutup atasannya, "Katanya pulang makan siang tapi disuruh pesankan makanan," gumamnya.

Setengah jam kemudian pesanan makanan Tio datang. Di dalam ruangannya Tio melahap makanannya, "Besok kamu carikan koki !"perintahnya pada ajudannya.

"Untuk apa, Tuan?"

"Mengajari wanita itu masak!"

"Aku baru tau jika Nona tidak bisa masak pantas saja Tuan pesan makanan," batin Seno. "Baik, Tuan. Saya akan mencarinya," ucapnya.

"Saya mau kokinya seorang wanita atau lelaki tua!"

"Tuan, cemburu jika Nona dekat dengan koki muda," batin ajudannya. "Baik , Tuan!"

"Kamu, bereskan meja kerja saya !" Tio menenggak air putih dan mengelap bibirnya dengan tisu.

Di rumah, Sarah mengelus perutnya, "Kenyang banget aku." Karena kekenyangan Sarah akhirnya ia tertidur di sofa ruang santai.

Jam lima sore dia terbangun, "Sudah sore, nyenyak sekali aku tidur!" gumamnya. Dia segera mencuci piring dan membersihkan rumah walau tidak terlalu kotor Tio mau Sarah membersihkannya walau harus berulang kali. Selesai membersihkan rumah dia segera membersihkan diri.

Tio memutuskan pulang lebih awal karena urusan kantor selesai lebih cepat, Tio memang memegang kunci rumah sendiri jadi dia tidak perlu membangunkan Sarah untuk membukakan pintunya.

Sarah asyik menonton televisi ia mendengar suara pintu terbuka ia bangkit dari tempat duduknya untuk melihat siapa yang datang dan ternyata yang pulang suaminya.

"Aa...kamu sudah pulang?" tanya Sarah gugup.

"Hmm." ujar Tio dingin.

Tio memandang seluruh tubuh Sarah dari kepala hingga kaki. Sarah yang mendapati tubuhnya di pandang Tio lantas menutup bagian dadanya dengan kedua telapak tangannya. Malam itu Sarah memakai daster tidur selutut dengan belahan dada. Dia tidak tahu Tio akan pulang secepat itu. Pria itu berjalan mendekati Sarah.

Sarah memundurkan langkahnya, "Ka..kamu mau apa!"

"Kamu, sengaja berpakaian seperti ini di depan saya," Tio tersenyum jahat.

"Bukannya, kamu pulang terlambat malam ini?" Sarah mulai ketakutan.

"Terserah saya, ini adalah rumah saya," ucap Tio.

"Ma..maaf..!"

Belajar masak

"Jangan harap, kamu bisa menggodaku dengan pakaianmu begini!"

"Siapa pula yang menggodanya," batin Sarah.

Tio memalingkan pandangannya dan berlalu meninggalkan Sarah yang masih sedikit syok.

"Uh..untung saja!" Sarah mengusap dadanya. "Lagian siapa juga yang menggodanya kalau tahu dia pulang cepat tak mungkin aku mau turun ke bawah dengan pakaian seperti ini!" gumamnya. "Aku harus ganti pakaian," Sarah berlari ke kamarnya. Dia mengganti pakaiannya jika suatu waktu Tio menyuruhnya dia tidak berpakaian seperti tadi lagian juga Tio belum tidur pasti ada saja yang diperintahkannya.

"Sarah!" teriak Tio dari jauh.

Sarah berlari mendekati Tio, "I...iya ada apa?"

"Aku mau lemon tea hangat, cepat kamu buatkan!"

"Baiklah!" Sarah bergegas menuju dapur membuatkan minuman Tio.

Tak lama kemudian, "Ini lemon tea ya!" Sarah meletakkan tehnya diatas meja kerja suaminya.

"Kamu bisa pergi," Tio melambaikan telapak tangannya menyuruh keluar.

Sarah menundukkan kepalanya tanda pamit keluar kamar.

...****************...

"Selamat pagi, Nona!" sapa Seno.

"Pagi, ada apa ya? Tuan Tio sudah pergi kerja," ujar Sarah menatap wanita yang berada disebelah Seno.

"Saya kemari atas suruhan Tuan Tio!"

"Ada apa?"

"Saya membawakan Nona seorang koki!"

Wanita koki tersenyum memperkenalkan diri, "Nama saya Yuli, Nona!"

"Oh..iya!" Sarah membalas senyumannya.

"Yuli akan mengajari Nona untuk memasak, Nona akan belajar dengannya selama dua jam tiap pagi kecuali hari libur!" jelas Seno.

Sarah menganggukan kepala tanda setuju.

"Baiklah , Nona saya pamit. Hari ini, Nona sudah mulai bisa belajar!" pamit Seno.

Sarah mulai belajar memasak dengan koki, dia belajar mengenal nama-nama bumbu dapur lalu dia memperhatikan cara kerja sang koki lalu mencicipi hidangan yang dibuat oleh wanita itu.

Yuli menghidangkan nasi goreng seafood dihadapan Sarah dan ia mulai menikmati hidangan tersebut.

"Bagaimana rasanya , Nona?"

"Enak sekali!" Sarah mengacungkan dua jempolnya.

"Terima kasih, Nona!"

"Selesai Nona makan, kita akan praktekkan !"

"Oke siap!" ucap Sarah semangat.

...**...

"Kamu, sudah kirim koki itu ke rumah !"

"Sudah Tuan, Nona begitu semangat untuk belajar!"

"Bagus, ya sudah kembalilah berkerja!"

"Baik Tuan, saya permisi!"

Tio kembali menatap laptopnya, matanya mulai berkaca-kaca memandang foto yang ada di laptopnya.

"Aku akan buat wanita itu benar-benar menderita secara perlahan!" gumamnya.

Tepat jam dua belas siang, Sarah sudah menyelesaikan belajar memasak dan sebelum koki pengajar pulang Sarah memasak makanan untuk makan siang semua masakan diajari langsung oleh koki handal.

"Semoga, dia suka!" gumamnya penuh harap.

Namun orang yang ditunggu tak datang, jam dua siang akhirnya ia baru makan, "Lebih baik aku makan saja, untuk apa dia menyuruhku belajar masak tapi tidak pulang," Ia mulai menggerutu.

...****************...

Seminggu sudah pernikahan mereka tapi Sarah tetap tidak diperbolehkan keluar rumah bahkan gawainya masih ditahan suaminya.

"Hmm...a..aku boleh ngomong sesuatu?"nSarah ragu untuk bertanya.

"Cepat katakan!" Tio yang masih sibuk dengan gawainya di meja makan.

" Boleh minta ponselku?" pintanya hati-hati.

"Tidak boleh, selama kamu jadi istriku jangan harap aku akan memberi ponselmu!"

"Tapi aku ingin telepon papaku!" ia begitu rindu kepada orang tua satu- satunya.

"Tidak boleh!"

"Jika aku menemuinya?"

"Tetap tidak boleh!" jawab Tio tegas.

"Kenapa sih, kamu tak boleh aku menemui papaku bahkan menghubungi saja sekedar menanyakan kabar kamu larang?" Sarah setengah berteriak.

Tio menatap tajam ia bangkit dari kursinya dan menghampiri Sarah yang masih berdiri menahan emosinya, "Sudah berani ya, kamu!" Tio mencengkeram lengan Sarah hingga merintih kesakitan.

"Sa..sakit!"

"Tahu sakit 'kan?" bentak Tio.

Sarah menganggukan kepalanya.

"Jangan pernah membantah atau berkata kasar padaku jika tidak ingin aku menghukummu!" Tio melepas genggaman tangannya dengan kasar, "Merusak mood ku saja!"

Dia berlalu meninggalkan Sarah yang masih menangis memegang lengan tangannya.

"Rapat kita tunda !" ucap Tio menelepon ajudannya tanpa menunggu jawaban dari ajudannya dia menutup teleponnya, "Wanita itu sudah bertingkah!"batinnya.

Pagi itu Tio bukan ke kantor malah menuju arah pemakaman dia berdiri tegak di sebuah kuburan, "Aku sudah menikahi wanita itu sesuai permintaanmu tapi aku tidak bisa mencintainya, sulit bagiku melupakan kesalahan yang telah dibuatnya kepadamu. Entah kenapa kamu begitu mencintainya padahal ia sudah menyakitimu!" Tio menghela nafasnya. "Maafkan aku!"

Sementara Sarah terus menangis dikamarnya, "Papa, pria itu udah kasar denganku, aku gak kuat !" ia terisak

"Aku harus kabur dari rumah ini," ucapnya lirih lalu dia menggelengkan kepalanya. "Tidak,tidak,ini akan jadi beban tuk papa," Sarah mulai menghapus air matanya dan bangkit. "Aku gak boleh begini, pria itu akan menyakitiku jika tidak menuruti kata-katanya."

Sarah kembali melakukan rutinitas hingga suara ketukan pintu menghentikan pekerjaannya.

"Selamat pagi , Nona! maaf saya terlambat!"

Sarah melihat ke arah dinding ternyata sudah pukul sepuluh lewat biasanya jam sembilan pagi ia sudah mulai belajar memasak,"Tidak masalah, silahkan masuk!"

"Nona, Tuan meminta saya untuk mengajari anda membuat mi kari ayam karena ia ingin anda memasak dan menyiapkan makanan untuk makan siang!"

"Apa waktunya terkejar?" Sarah ragu.

"Semoga saja tepat waktu, Nona!"

"Ya sudah, ayo kita mulai!" ajak Sarah.

Mereka mulai memasak, Yuli seseorang yang tidak banyak bicara entah karena takut dengan Tio atau memang dia orangnya pendiam. Sarah memulai bertanya, "Kamu sudah menikah?"

Yuli berhenti sejenak lalu melanjutkan aktivitasnya, "Saya sudah bercerai."

"Oh maaf!"

"Tidak apa-apa , Nona!"

"Apa kamu punya anak?"

Yuli menggelengkan kepalanya, "Anak saya meninggal saat di kandungan," ucapnya dengan wajah sendu.

"Sekali lagi, maafkan aku!" Sarah bersalah bertanya begitu.

Yuli hanya tersenyum

"Jika kamu ingin cerita, kamu bisa cerita ke aku!"

Yuli hanya tersenyum, "Nona, waktu kita cuma sedikit, saya takut dimarahin Tuan karena lama menyajikan hidangannya."

"Oh ya ya, saya lupa !"

Mi kari ayamnya sudah siap dihidangkan,Yuli pamit pulang karena waktu mengajar memasaknya selesai.

Tepat pukul 12 siang Tio pulang. Sarah menyambutnya dengan senyuman.

"Kamu mau, aku buatkan mi kari ayamnya nanti atau sekarang?" Sarah sedikit gugup untuk bertanya.

Tio mendudukkan tubuhnya di kursi dan memandang malas istrinya,"Buatkan sekarang!

Sarah membuatkan mi kari kesukaan Tio, ia melihat suaminya itu memakan dengan lahap. Bagaimana dengan rasanya?"

"Biasa saja!" jawabnya ketus.

"Masa sih, biasa aja makan kayak orang kelaparan!" Sarah membatin.

"Aku mau istirahat, sore nanti aku akan rapat. Aku harap kamu tidak menggangu istirahatku!" jelas Tio.

Sarah menganggukan kepalanya tanda mengiyakan.

...****************...

"Seminggu ini aku di luar kota, jadwalmu belajar memasak tinggal dua hari lagi aku berharap kamu udah mahir memasak, jangan kecewakan aku dengan masakanmu!" jelas Tio di tengah-tengah sarapan paginya.

"Kamu ,mau ke mana?" Sarah ragu bertanya.

"Kamu tidak perlu tau!" Tio menjawab jutek. "Kamu harus manfaatkan waktu belajar dengan sebaik-baiknya, aku gak mau uangku terbuang sia-sia!" lanjutnya.

Sarah hanya menunduk.

"Aku ingatkan kepadamu selama aku pergi, jangan buat masalah dua hari sekali akan ada yang datang mengantarkan bahan makanan!"

"I...iya," Sarah tetap menunduk.

Tio segera berlalu menuju tempat kerja, ia ragu meninggalkan Sarah seorang diri di rumah tapi ia langsung membuang rasa kasihannya,"Aku tak perlu memikirkan wanita itu!" batinnya.

"Huft.. sendiri lagi, fasilitas lengkap makanan terjamin tapi sendirian seperti di penjara," gumam Sarah.

Seperti biasanya Sarah melakukan aktivitas pagi, rutinitas yang sama sehari hari. Sepi,sedih,marah,kesal menjadi satu selama menikah Tio tidak pernah mengizinkannya keluar pagar bahkan untuk sekedar menanyakan kabar papanya pun.

"Tuan, pertemuan kita dimajukan, besok pagi kita harus sudah sampai," tiba tiba Seno datang menghampiri bosnya.

"Kita berangkat sore ini juga!" perintah Tio.

"Apa kita pulang dulu, Tuan"

"Tidak usah kita langsung saja!"

"Baik, Tuan!"

Sore hari Tio berangkat ke kota S untuk tujuan pekerjaan keberangkatan di majukan lebih awal. Sarah tidak mengetahui jika Tio sudah berangkat. Pagi hari dia mulai mencari keberadaan suaminya. Selama Tio tidak di rumah dan sesuai perintah suaminya ia semakin giat belajar memasak ia berpikir bahwa dengan ia memasak hati Tio akan terbuka.

...****************...

Tio memandang langit kota dari jendela kamar hotelnya, ada beban pikiran yang dirasakannya sedikit rindu dengan istrinya tapi rasa egois, benci dan marah mengalahkannya hingga ia tersadar dari lamunannya saat ajudannya memanggil namanya.

"Tuan, ada telepon dari Nona Mayang?"

"Mayang?tumben sekali dia menelponku!" Tio menerima gawai yang disodorkan Seno.

"Kakak aku merindukanmu!" Mayang berteriak diujung teleponnya.

"Tumben, sekali kamu menelponku terakhir enam bulan yang lalu itupun karena ingin minta tolong!"

"Maafkan aku Kakak, di sini ku benar-benar repot harus sekolah belum lagi aku lagi mencoba belajar bisnis!"

"Kenapa baru sekarang berpikir berbisnis?"

"Iya aku baru tahu jika uangku tak selancar saat di sana!" ucap Mayang tertawa.

"Dasar anak nakal!"

"Kakak bulan depan aku akan pulang karena kami libur, aku mau kakak punya waktu tuk aku jangan sibuk kerja aja!"

"Iya Adikku paling cantik Kakak akan menemanimu selama di sini!"

"Makasih Kakak, sampai jumpa!"

"Iya sampai jumpa juga!" Tio menutup panggilan teleponnya.

"Bulan depan Mayang akan pulang, aku mau kamu tutup mulut soal wanita itu!"

"Nona akan pulang," batin Seno bahagia. "Baik Tuan, saya tidak akan memberitahu Nona Mayang tentang Nona Sarah!" jelas Seno.

"Kita ke proyek sekarang!"

Proyek yang dijalankan di kota S berjalan lancar, seminggu sudah mereka di sana.Tio hanya memantau istrinya dari CCTV rumah. "Semua kelihatan baik baik saja tidak ada masalah," gumamnya.

Hari selanjutnya Tio bersiap-siap kembali ke kotanya ia berangkat menggunakan mobil karena ia ingin singgah ke rumah beberapa temannya semasa kecil.

Dia sekedar ingin tahu, bagaimana kabar teman-temannya tersebut dan malam harinya menjelang dini hari ia baru sampai di rumah. Ketika ia ingin menaiki tangga ia mendengar suara dari arah dapur .

"Hatciim!" Sarah bersin dan mulai batuk saat segelas air putih sudah menempel dibibirnya.

"Ngapain kamu?"

Suara Tio mengagetkannya, "Aku haus, aku cuma ingin minum!"

"Lain kali bawa air minum ke kamar, kamu sakit?"

"Aku cuma sedikit flu!" jelas Sarah.

"Di dalam rumah saja bisa sakit padahal tidak ada orang lain di sini!" protes Tio.

"Ta..tadi sore ada bola anak tetangga masuk ke pekarangan rumah karena dia terus merengek aku ambilkan saja walaupun hujan."

"Sudah minum obat?" tanya Tio dingin.

Sarah menggelengkan kepalanya pelan.

"Besok kamu harus berobat, aku gak mau kamu menular penyakit dirumah ini!" Tio berbicara ketus.

Sarah menganggukan mengiyakan karena berbicara pun malas .

Esok paginya Sarah pergi berobat di antar sopir pribadi Tio, hari itu juga Sarah bisa menikmati udara luar setelah sebulan menikah. Baginya tidak masalah ia hanya keluar beberapa jam hanya untuk sekedar berobat ini,"Apa harus sakit baru bisa keluar rumah," batinnya lalu ia menggelengkan kepalanya,"Tidak,tidak hanya manusia bodoh yang ingin sakit."

Pulang berobat Sarah tetap melakukan aktivitasnya membersihkan rumah karena itu perintah dari suaminya tidak ada kata istirahat selama sakit.

Sore hari Tio pulang kerumah. "Kamu sudah pulang mau aku buatkan teh atau kopi?" tawar Sarah.

"Aku tidak mau!" Tio berjalan lalu menghentikan langkahnya, "Ayah Ibuku ingin bertemu denganmu karena kamu hari ini sakit jadi aku tunda dan lusa mereka akan datang, jadi aku mau lusa kamu harus sehat!" jelas Tio dengan dingin. Tadi pagi orang tuanya menelepon Tio ingin mengajak anak menantunya makan malam diluar tapi Tio mengusulkan agar makan malamnya dirumahnya saja.

"Bagaimana mau sembuh kalau harus disuruh kerja juga, belum tentu lusa bisa sehat!" batinnya.

...****************...

Hari kedatangan kedua orangtua Tio pun tiba, ia ingin istrinya yang memasak makanannya dan ia juga memanggil beberapa orang asisten rumah tangganya karena ia tidak ingin ke dua orang tuanya menganggap ia sebagai suami yang kejam dan ia tidak mau terlihat buruk dihadapan orang tuanya sendiri.

Malamnya pun tiba,"Kamu harus selalu tersenyum bahagia, agar orang tuaku tidak curiga," Tio berbisik.

Sarah menggunakan pakaian terbaik malam itu, semua karena perintah suaminya. Ketukan pintu menghentikan pembicaraan sepasang suami istri.

"Selamat malam, Nak!" Mama Tio memeluk Sarah begitu hangat.

"Malam juga Ayah,Ibu," Sarah mencium kedua tangan orang tua Tio.

"Mari Yah,Bu!" Tio mengarahkan kedua orang tuanya ke meja makan.

"Ini semua kamu yang masak?" Ibu melihat berbagai aneka makanan terhidang diatas meja.

"Di bantu beberapa pelayan,Bu," ucap Sarah tersenyum.

"Ya sudah! ayo makan,Ayah sudah lapar!" ayah begitu antusias melihat makanan yang dimasak menantunya.

Ayah dan Ibu menyuapkan makanan kedalam mulutnya lalu berkata,"Ini enak sekali, pintar kamu cari istri!" ujar ibu melirik Tio .

Tio yang mendengarnya langsung tersedak dan mengiyakan ucapan ibunya.

Sarah hanya tersipu malu karena dipuji. "Sarah belajar masak kok Yah, Bu. Mas Tio yang mendatangkan langsung koki kerumah!" ia menjelaskan.

"Benar Tio?" tanya ayah.

"Iya Yah, Bu. Tio gak mau terus menerus makan diluar jadi Tio sengaja manggilkan koki!"

"Nak Sarah, Tio ini jarang sekali makan di rumah selama tidak tinggal satu rumah dengan kami, ia pernah masuk rumah sakit karena salah makan," jelas ibu.

"Ibu ,apaan sih. Kenapa juga dijelasin," protes Tio.

"Ya, tidak apa-apa biar tahu istrimu," ucap ibu menerangkan lalu tersenyum menatap menantunya.

"Pantes saja dia menyuruhku belajar memasak," batin Sarah.

Malam itu Sarah bahagia karena mertuanya itu enak diajak ngobrol dan bercanda dia sedikit terhibur dengan kedatangan mereka. Lain dengan Tio wajahnya sedikit jutek dan kesal karena melihat kedekatan ibunya dengan Sarah.

"Ayah dan Ibu pamit lain kali kamu ajak istrimu main ke rumah kita," ucap ibu kepada Tio.

"Iya Bu, lain waktu kami akan berkunjung. Bulan ini Mas Tio begitu sibuk!" jelas Sarah berbohong.

"Kamu jangan sibuk terus , sesekali liburan apalagi sudah beristri sempatkan waktu juga untuknya," nasehat ibu dan dijawab anggukan oleh Tio.

Ayah dan Ibu sudah pulang Tio menyuruh kembali para asistennya untuk pulang,"Kalian pulang saja!"

"Tapi Tuan, kami belum menyelesaikan tugas kami!" ucap salah satu pelayan bertubuh kecil.

"Sudah biarkan saja!"

"Baik , Tuan," pamit pelayan pulang.

Sarah yang mendengar percakapan Tio dan pelayan menghampirinya ia berkata saat para pelayan berpulangan,"Kamu, kenapa menyuruh mereka pulang, yang mengerjai ini semua siapa?" Sarah melirik piring kotor .

"Kamu!" Tio menunjuk istrinya.

"Aku!"

"Iyalah kamu, biasanya memang kamu yang melakukannya. Ingat kamu di sini bukan Tuan putri!"ia menatap tajam Sarah dengan penuh kebencian.

"Harus sabar!" batinnya Sarah.

Tio berlalu menaiki anak tangga ke kamarnya untuk beristirahat. Sarah harus menyelesaikan tugasnya malam itu juga .

Paginya Sarah kesiangan, ia terbangun karena teriakan suaminya yang ingin berolahraga pagi. "Jam segini masih tidur!"

"Maaf, aku terlalu lelah!"

"Alasan aja, ambilkan sepatu olahragaku!" titahnya dan diiyakan istrinya.

Sarah mengambilkan sepatu suaminya,"Ini Mas!"

Tio mengambil sepatu yang diambil istrinya,"Aku pergi, nanti kamu jangan tidur lagi."

"Siapa juga yang mau tidur," jawab Sarah ketus.

Tio melirik Sarah,"Udah mulai melawan!"

Sarah langsung terdiam.

"Ingat yang aku bilang!"

"Ya, Mas !" ia pun segera mengerjakan tugas rumah.

menghadiri acara pesta pernikahan

Makan malam kali ini Tio mengajak istrinya makan bersama berdua,"Besok malam, ada undangan pernikahan dari teman bisnis ku!"

"Kamu ngajak aku?"

"Ya iyalah, sama kamu memangnya istri ku ada yang lain,"jawab Tio kesal.

"Oh,"jawab Sarah polos."Tapi aku gak punya gaun ?"lanjutnya.

"Besok siang orang butik dan penata rias akan datang,aku harap kamu dandan yang cantik jangan buat aku malu!"ujar Tio mengelap bibirnya dengan tisu.

Esoknya disiang hari pegawai butik dan penata rias datang membawa beberapa gaun yang akan digunakan oleh Sarah.

"Siang Nona,kami diperintahkan tuan untuk merias anda !"ucap salah satu pegawai butik tersenyum

"Oh iya ,saya sudah tau,"jawab Sarah ramah.

Hari itu Sarah dirias sangat cantik seperti dandanan ia sebelum menikah,ia tampil seperti saat masih gadis kaya walau dia sekarang menikah dengan pria kaya raya tapi hidupnya seperti upik abu.

Sore harinya Tio pulang dari kantor ia berpapasan dengan salah satu pegawai,"Apa kalian sudah meriasnya ?"

"Sudah, Tuan!"jawabnya dengan kepala menunduk.

"Kalian harus dandan ia dengan cantik!"

"Baik ,Tuan!"

Tio berlalu kekamarnya, membersihkan diri untuk bersiap menghadiri pesta pernikahan teman bisnisnya.

Tio menunggu Sarah di bawah tangga dan para pegawai butik serta penata rias sudah pulang."Sarah!"

teriaknya.

"Iya..!"Sarah menuruni anak tangga secara perlahan takut jatuh karena ia memakai gaun panjang berwarna coklat muda berlengan panjang dengan anting berlian. Rambut bawahnya dibuat bergelombang.

"Lama seka.."Tio membalikkan badannya."Cantik!gumamnya.

"Kamu bilang apa?"

"Tidak ada!"jawab Tio ketus.

Mereka pun menuju ke tempat undangan. Sesampainya semua mata memandang seseorang disebelah Tio karena berita pernikahannya sudah tersebar tapi resepsi tidak kunjung dilaksanakan.

"Kamu tunggu disini sebentar!"

Sarah menganggukan kepalanya.

"Lihatlah,itukan Sarah yang selalu menjadi idola dikampus kita!"ucap Rina yang sedari tadi sudah melihat kedatangan mereka.

"Iya,yuk kita samperin!"ujar Sinta wanita berambut pendek.

"Kamu Sarah, putri dari pemilik Setya grup?"tanya Rina

"Iya benar,ada apa ya?"Sarah mulai menatap tidak senang.

"Kabar yang beredar kamu sudah menikah karena perusahaan ayahmu akan bangkrut."ucap Rina dengan nada menyindir.

"Suami dia cucu pemilik Jaya grup,"tambah Sinta.

"Pantes saja,siapa sih gak mau orang kaya raya."ucap Rina yang mulai menyudutkannya

"Si..siapa yang berkata begitu?"Sarah mulai bingung mau menjawabnya.

"Kabar itu semakin luas,idola kampus wanita yang paling banyak disukai para lelaki ternyata menikah karena terpaksa!"Sinta berkata dengan senyum mengejek.

Mata Sarah mulai berkaca-kaca karena ucapan dua wanita dihadapannya tanpa mereka sadari Tio memperhatikannya, melihat wajah Sarah bingung dan sedih ia mendekati istrinya.

"Sayang!" ia memeluk pinggang istrinya."Mereka ini siapa?"

"Mereka teman kampusku dulu,"jawab Sarah.

"Oh begitu,kamu tidak pantas bergaul dengan mereka!"ucap Tio menyindir dan mengajak istrinya pergi.

Rina sudah mulai tersulut emosi tapi ditahan Sinta,"Kamu jangan cari masalah dengan dia,kamu mau perusahaan ayahmu juga hancur dibuatnya!"ucapnya berbisik.

Sarah hanya bisa terdiam karena kata kata diucapkan teman kampusnya itu menyakiti hatinya hingga lamunannya buyar karena sapaan salah satu teman bisnis suaminya,"Ini istri anda, Tuan Tio?"

"Iya Tuan Prama,maaf saya tidak mengundang anda diacara pernikahan kami ."

"Tidak apa-apa, tidak jadi masalah mungkin ada sebab dan lainnya hingga kalian tidak mengadakan resepsi."

Tio dan Sarah hanya tersenyum, ditengah tengah obrolan mereka Sarah izin mengambil minuman.

Seseorang mengejutkan Sarah yang baru saja mengangkat gelas.

"Sarah?"

"Devan?"

"Iya aku Devan,kamu apa kabar?"sapa dengan antusias.

"Baik baik saja,kamu?"

"Sama,aku baik baik saja.Kamu sendirian disini dengan siapa?"

"Hmm...suamiku,"Sarah berusaha tersenyum mengatasi kegugupannya bertemu dengan mantan kekasihnya waktu sekolah.

"Kamu sudah menikah?"

"Hmm..iya , ngapain juga lama pacaran tapi ujungnya tidak jadi menikah,"Sarah tersenyum sinis ia sengaja begitu, selama berpacaran dengan Devan ia tidak menemui keseriusan didalam diri mantan kekasihnya.

"Apa benar kamu menikah karena terpaksa?"tanya Devan yang penasaran.

"Haha..ya gak lah,mana mungkin aku menikah karena terpaksa kami saling mencintai ,"Sarah berusaha tersenyum .

"Aku kesana ya, udah ditunggui suami!"menunjuk Tio yang sedang mengobrol dengan rekan bisnisnya

"Tunggu Sarah!"Devan memegang lengan Sarah.

Sarah melihat tangan Devan yang memegang lengannya,Devan lantas melepas genggamannya.

"Aku masih mencintaimu!"bisik Devan.

"Sudah terlambat!"Sarah menekankan kata katanya.

Acara telah usai Tio dan Sarah kembali pulang."Kamu kelihatan bahagia sekali ?"ucap Tio menyetir mobilnya.

"Iya karena tadi aku bertemu dengan papa!"karena tadi diacara pesta Sarah bertemu dengan papanya yang juga kebetulan menjadi tamu undangan.

"Oh ya, bukan karena mantan?"

"Maksud kamu apa?"Sarah menoleh menatap wajah suaminya.

"Tadi aku lihat kamu asyik mengobrol dengan pria itu!"

"Kami hanya sekedar mengobrol tidak lebih,"jelas Sarah.

"Jika lebih kamu akan tau akibatnya!"Tio menegaskan ucapannya.

Sarah yang mendengarnya bersikap masa bodo.

"Mulai besok kamu,aku izinkan keluar rumah dengan syarat seluruh pekerjaan rumah harus beres,"ucap Tio didepan pintu kamarnya.

"Benarkah?"Sarah begitu antusias mendengar ucapan suaminya.

"Iya tapi hanya boleh dua jam saja,jika lebih kamu aku hukum!"

"Terima kasih,"Sarah tanpa sadar memeluk Tio sangking bahagianya diizinkan keluar rumah dua bulan ini ia berada dalam penjara berwujud rumah mewah.

Tio yang terkejut berdehem lalu berucap,"Aku lagi menyetir !"

"Maafkan aku,"ucap Sarah yang malu karena memeluk Tio.

Pagi harinya Sarah begitu ceria karena ia sudah mengantongi izin dari sang suami keluar rumah walau tidak bisa lama itu tidak masalah yang penting dia begitu bahagia sekali.

"Ceria banget !"ucap Tio yang menggeser kursi.

Sarah hanya tersenyum, menyodorkan segelas susu dan roti panggang di hadapan suaminya.

Tio sudah pergi bekerja waktunya ia berberes rumah rencananya hari ini ia akan kekantor papanya.

Tapi ia ingin berangkat tiba-tiba teringat kalau uang yang dimilikinya tidak cukup,"Bagaimana aku kekantor papa,ini sih uang cukup untuk pergi saja ?"gumamnya.

Akhirnya ia berangkat juga ke kantor papa,"Aku bisa minta papa untuk ongkos pulang,"batinnya.

Sesampainya dikantor, papanya lagi keluar kota itu di dapat dari sekretarisnya Wisnu.

"Papa kapan pergi keluar kota?"tanya Sarah yang kecewa.

"Tuan pergi keluar kota tadi pagi dengan adik laki-lakinya Tuan Fajar ,"jelas Wisnu yang sudah lima tahun menjadi sekretarisnya papanya karena ia anak sahabat papanya. Usia Wisnu dan Sarah terpaut lima tahun, Wisnu tiga puluh tahun dan Sarah dua puluh lima tahun.

"Kapan papa pulang?"

"Kemungkinan besok sore Nona,apa ada pesan yang harus saya sampaikan?"

"Tidak ada!"Sarah kembali duduk disofa depan ruangan kerja ayahnya dan Wisnu juga kembali mengerjakan pekerjaan kantornya.

Wisnu melihat Sarah begitu gelisah dari tadi duduk berdiri mondar mandir,"Nona!"panggilan Wisnu menghentikan langkah Sarah

"Eh..iya."Sarah menatap Wisnu.

"Ada yang bisa saya bantu?"tawar Wisnu.

"Hm..saya boleh minta tolong!"ucap Sarah ragu ragu.

"Minta tolong apa, Nona?"

"Saya bisa pinjam uang!"

"Apa!"Wisnu terkejut putri atasannya dan istri dari orang kaya raya minjam uang.

"Ma.. maaf jika ini membuatmu salah paham,"jelas Sarah.

"Boleh Nona,anda mau minjam berapa ?"

"Saya cuma butuh ongkos pulang saja,"ucap Sarah.

"Bagaimana saya antar saja, Nona pulang?"Wisnu menawarkan diri.

"Bagaimana dengan pekerjaanmu?"

"Tidak masalah Nona,saya akan mengantar anda tidak terlalu lama!"Wisnu menjelaskannya.

"Oh ,ya sudah terima kasih!"

Akhirnya Wisnu yang mengantar Sarah pulang,"Maaf Nona saya tidak tau alamatnya?"

"Saya akan menunjukkannya,"jelas Sarah. "Wisnu saya minta maaf sudah merepotkan mu!"

"Tidak masalah, Nona."

Perjalanan pulang tidak ada obrolan penting yang ada hanya keheningan hingga suara cacing diperut Sarah mengalihkan pandangan Wisnu.

"Apa Nona lapar?"

Sarah menganggukan kepalanya,ia baru ingat tadi pagi tidak makan nasi ia hanya meminum segelas jus alpukat saja,karena ia begitu bahagianya ia melewatkan makan siangnya.

"Kita singgah makan saja, Nona!"

"Tapi.."

"Saya yang bayar!"

Wisnu dan Sarah singgah sebuah warung.

"Kamu tidak makan?ia melihat Wisnu tidak memesan makanan.

"Saya sudah makan ,Nona!"

Sarah memakan makanannya dan duduk dihadapannya Wisnu,hal ini sudah biasa karena sepulang kuliah jika ia dijemput oleh Wisnu mereka sering makan bersama begini diluar.

"Dari awal kita bertemu,saya sudah menaruh hati pada Nona tapi karena demi menyelamatkan perusahaan dan kami semua, anda rela menikah dengan lelaki yang tidak anda cintai,"batin Wisnu ia teringat saat awal pertama mereka bertemu,Sarah curhat masalah kekasih dengannya padahal mereka baru saja bertemu.

"Kamu tau ,aku tuh sedih katanya dia hanya keluar kota rupanya dia ke luar negeri mana lagi sayang sayangnya,"ucapnya sambil mengelap ingusnya.

"Mana tau 'kan Nona yang jatuh cinta,"kata Wisnu cuek

"Iya sih,kami tuh baru jalan enam bulan tapi dia begini. Kalau begitu aku juga ke luar negeri untuk melanjutkan kuliah,"ujarnya yang masih terisak.

"Jangan dong, disini sepi tak da Nona!"mohon Wisnu .

"Biarin daripada aku disini galau teringat dia ,mending aku pergi saja,"lanjut Sarah.

"Ya terserah Nona ,jika itu yang terbaik!"

"Wisnu,hei!"Sarah menepuk pundak sekretaris papanya itu.

Wisnu tersadar dari lamunannya,"iya, Nona!"

"Kamu melamun aja,saya sudah selesai makannya. Ayo kita pulang!"

"Baik Nona,saya akan antarkan pulang!"

Wisnu mengantarkan Sarah pulang kerumah suaminya, sesampainya ia membuka pintu mobil Sarah tapi insiden kecil terjadi Sarah terpeleset saat kakinya hendak keluar dari mobil hingga tubuhnya hampir terjatuh tapi Wisnu sigap menolongnya,"Anda tidak apa-apa?"Wisnu memeluk tubuh Sarah yang hampir terjatuh.

Sarah langsung membenarkan posisi berdirinya,"Sa..saya tidak apa-apa! Terimakasih sudah mengantar saya pulang!"

"Sama sama Nona,saya pamit dulu!" ujar Wisnu .

Sarah membuka pintu pagarnya setelah ia tidak melihat lagi kendaraan Wisnu. Namun ia tidak menyangka bahwa suaminya sudah berada di rumah.

"Jam berapa ini?"tanya Tio dengan wajah penuh marah.

"Jam empat lewat lima belas ."

"Jam berapa kamu keluar rumah?"

"Jam dua siang!"

"Itu artinya kamu sudah melewati batas waktu yang saya tentukan!"bentak Tio.

"Maaf!"

"Kamu bilang maaf! "

Sarah mulai ketakutan,Tio menarik tangannya dan menyeret ia kekamarnya dan menghempaskan tubuhnya di atas kasur.

"Mulai hari ini ,kamu aku kurung!"

Sarah berdiri menarik tangan Tio ia menangis meminta maaf,"Tolong, jangan kurung aku !"

"Itu pantas untukmu!"ucap Tio penuh penegasan.

"Aku janji gak akan ulangi,aku janji akan tepat waktu,"ia mulai terisak.

Tio menatap wajah Sarah dan mencengkeram wajahnya penuh amarah,"Aku gak suka dibantah,aku gak suka dengan wanita pembohong seperti mu,aku gak suka dengan wanita liar seperti mu dan aku gak suka dengan mereka yang tidak bisa menepati janji!"ia kemudian melepaskan cengkramannya secara kasar hingga membuat Sarah memegang dagunya.

Tio tidak peduli dengan tangisan Sarah,ia meninggalkan istrinya begitu saja dan menutup pintu kamarnya. Sarah terus menerus menggedor pintu kamarnya.

"Papa!"ia terus menyebut papanya ."Aku takut!"

Pagi harinya ia masih tergolek lemas karena semalaman terus menangis dan melewati makan malam,suara pintu terdengar ia bergerak bangkit melihat siapa yang datang ternyata seorang wanita separuh baya yang mengantarkan makanan dan minuman.

"Pagi Nona, saya disuruh tuan mengantarkan sarapan!"

Sarah hanya diam tanpa menjawab.

"Saya permisi ,Nona!"ujar pelayan karena tidak ada sahutan dari nonanya.

Pelayan keluar kamar, Sarah melempari bantal kearah pintu dan menarik selimut ia terus menangis dan teriak,"Aku benci kamu! kamu tak lebih seperti penjahat!"

Teriakan Sarah terdengar kelantai bawah,para pelayan melirik majikannya karena mendapat tatapan para pelayannya,"Biarkan saja dia! saya peringatkan kepada kalian semua jangan ada yang membukakan pintu untuknya!"

"Baik ,Tuan !"jawab serempak para pelayan dan segera membubarkan diri.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!