NovelToon NovelToon

MENIKAHI DUREN ANSA

Kabar Mengejutkan

Hai othor manis datang lagi ke hadapan para readers setia nan baik hati. Maaf ya baru bisa menghadirkan sequelnya Ary sekarang 🙏🙏🙏

Happy Reading 🤗🤗🤗

Braaakkk...

"Arghhhh!" teriak Alex.

Alex melemparkan semua barang yang ada di mejanya. Emosi Alex sudah menuju ambang batas. Alex marah bahkan sangat marah saat orang suruhannya memberikan laporan bahwa Paula istrinya telah berselingkuh dengan bos di tempat Paula bekerja.

Alex tidak pernah menduga kalau istrinya akan berselingkuh. Karena selama ini Paula lah yang selalu mengejar cinta Alex. Tapi cinta Alex untuk Ary lebih besar dibandingkan dengan cinta Alex terhadap Paula.

Disaat Alex menemukan bukti perselingkuhannya, Alex juga mendapat kabar dari Eno bahwa Ary akan segera mengakhiri masa kesendiriannya.

Beberapa menit sebelumnya...

Terdengar suara pintu diketuk dari luar, tak lama kemudian pintu ruang kerja Alex terbuka.

"Ada apa, Ben?" tanya Alex begitu melihat orang suruhannya menyembul dari balik pintu.

"Maaf, bos! Saya mau melapor, ternyata dugaan kita selama ini benar adanya. Nyonya Paula memiliki hubungan dengan atasannya. Itulah kenapa nyonya Paula sering keluar kota bersama atasannya itu. Semua bukti perselingkuhan nyonya Paula ada disini. Silahkan bos lihat!" lapor Benyamin, orang suruhan Alex.

Alex mengambil amplop coklat yang diserahkan Ben kepadanya. Dia mulai membuka amplop itu kemudian meneliti satu persatu berkas itu. Terdapat beberapa lembar foto Paula bersama Carlos di berbagai tempat yang berbeda. Dalam semua foto itu terlihat kemesraan Paula dan Carlos.

"Cuiihhh! Dasar pela cur murahan!" dengus Alex.

Terdengar suara dering telepon seluler milik Alex.

Alex melirik sekilas ke arah HP-nya, tertera nama Mundar Mandir muncul di layar HP nya.

"Oke, kamu bisa keluar sekarang! Tunggu perintah selanjutnya dariku!" kata Alex mengusir orang suruhannya itu secara halus.

Setelah Ben meninggalkan ruangannya dan pintu menutup sempurna, Alex bergegas menggeser tombol hijau pada HP nya.

"Ya, kenapa Ndir?" tanya Alex.

"Dasar gak ada akhlak! Gue tutup lagi ya, males gue ngomong ma loe!" jawab Eno.

"Iya, apa kabar Eno Mundar?" tanya Alex dengan suara lebih lembut sambil menggeretakkan giginya.

"Kabar gue baik, alhamdulilah! Gue gak mau basa basi ma loe. Gue cuma mau kasih info kalau dua Minggu dari sekarang Ary mau nikah. Loe datang gak?" cerocos Eno.

"Apa yang loe bilang barusan? Ary mau nikah? Yang benar aja, jangan prank ya! Awas kalau loe cuma nge prank doang?" jawab Alex.

"Eh, kagak percayaan banget sih loe ama gue! Gue ngomong serius ini. Surat undangannya aku kirim via WhatsApp aja ya." jawab Eno.

Bagaikan disambar petir di siang hari, bukan hanya disambar petir saja rasanya. Sudah tersambar terlempar jauh pula dari tempatnya. Hari ini merupakan hari yang buruk bagi Alex.

Kalau saja hanya bukti perselingkuhan istrinya yang dia dengar, rasanya tidak akan sesakit ini. Bahkan dia tidak sanggup berkata-kata lagi begitu mendengar kabar Ary akan segera menikah. Badannya lemas seketika, bahunya pun langsung turun.

"Halo... halooo! Masih adakah orang diseberang sana?" teriak Eno, dia mulai merasa jengkel karena setiap kata yang keluar dari bibirnya tidak didengarkan oleh Alex.

"Iya, gue gak percaya! Mana mungkin Ary menikah, dia itu masih nungguin gue tau!" jawab Alex dengan lantang.

"Eh, loe ngigau ya? Masih siang ini bro! Sadar woi!" kata Eno.

"Serius loe? Ma siapa dia mau nikah? Lakinya ma gue gimana? Tidak lebih baik dari gue kan?" berondong Alex.

"Woi, kalau nanya itu satu satu! Mana dulu yang mau dijawab?" sahut Eno.

"Hmm, calon suaminya anak juragan sawit dari pulau Sumatera. Ary dapat brondong man! Bayangkan brondong, kalau loe itu sudah tuir. Sudah ada anak, mana ada lagi cewek yang mau ma loe. Mau sih tapi ma harta loe doang!" jawab Eno sambil tertawa mengejek.

Eno tahu semua masalah Alex, karena selama ini mereka saling bertukar kabar. Tidak heran jika Eno selalu mengejek Alex, begitu juga sebaliknya, Alex mengejek Eno sudah menjadi bagian dari hidup Alex.

"Nyindir gue loe?" jawab Alex.

"Oh, loe merasa tersindir ya? Syukurlah, gue gak harus ingetin loe tiap hari buat ceraiin bini loe!" jawab Eno ketus.

"Makanya kalau punya burung itu dijaga, jangan sampai salah masuk sangkar. Kan repot jadinya kalau salah masuk kandang, yang ada malah di depan pintu terus! Mau masuk gak nyaman soalnya." sambung Eno.

"Sindir terooosss!" jawab Alex.

"Loe sih pakai buntingin anak orang, jadi kehilangan Ary kan! Coba dulu loe setia, gak bakalan Ary nikah ma orang lain!" kata Eno.

"Iya, gue salah! Sekarang gue sudah dapat karmanya, puas loe!" jawab Alex.

"Yeee, sapa suruh loe mabuk-mabukan! Jadi repot sendiri kan sekarang? Udin ye, gue udah kasih info ke loe. Jangan nangiss ye! Papay!" Eno langsung mematikan hp nya setelah selesai ngomong panjang lebar.

Kata-kata Eno tadi masih terngiang-ngiang di telinga Alex. Bahkan bergema di ruangan itu. Sebenarnya itu hanya halusinasi Alex saja, rasa bersalah selalu menghantuinya.

Ingatan Alex pun kembali pada saat dia masih kuliah. Saat dia masih tetap sendiri, menutup rapat-rapat pintu hatinya. Alex hanya membukanya untuk Ary seorang. Ary cinta pertamanya sejak duduk di bangku SMP.

Jika saja waktu itu dia tidak menerima ajakan temannya untuk pergi ke club, dia masih ada harapan untuk bersanding dengan Ary. Kejadian di club telah merubah keadaan, Alex yang saat itu dijebak Paula, mau tidak mau harus menikah dengan Paula.

Paula mengincar Alex sejak mengetahui kalau Alex calon pewaris perusahaan besar se Asia. Paula terus mendekati Alex dengan berbagai usaha, termasuk mencampur obat dalam minuman Alex. Hingga akhirnya malam terlarang itu terjadi, dan Alex menikahi Paula.

Paula merupakan salah satu anak pengusaha sukses di Singapura. Paula berdarah campuran, Chinese dan Indonesia. Karena itu Paula tahu sedikit bahasa Indonesia, itulah yang akhirnya menjadi alatnya untuk mendekati orang tua Alex.

Paula perempuan yang licik, dia menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keinginannya. Paula juga memiliki kepribadian yang kurang baik. Dia bersikap manis di depan Alex dan keluarganya, tapi tidak di belakangnya.

Alex hanya bisa terduduk diam di kursi kebesarannya. Alex merasa harapannya untuk bersama Ary pupus sudah. Padahal dia berencana akan meminang Ary setelah bercerai dengan Paula.

Selama setahun terakhir dia berusaha keras mencari bukti yang menunjukkan kelicikan Paula. Begitu mendapatkan semua bukti itu, malah mendengar kabar bahwa Ary akan menikah Minggu depan. Semua diluar dugaannya.

Alex masih menyimpan harapan indah untuk bersanding dengan Ary. Hanya nama Ary yang mengisi seluruh relung hatinya. Setiap hembusan nafasnya selalu nama Ary yang mengiringi.

"Aku yakin! Sangat yakin kita pasti bisa bersama hingga maut memisahkan. Tapi aku tidak tahu kapan itu akan terwujud. Aku akan tetap berusaha mewujudkannya, walaupun harus merebut kamu dari suamimu..."

Pupus

"Saya terima nikah dan kawinnya Aryanti Wihardja binti Kemal Wihardja dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan emas 24 karat seberat 1000 gram dibayar tunai."

"Sah?" tanya penghulu.

"Sah!" jawab beberapa saksi serempak.

"Arghhhh!" teriak Alex sambil melempar hpnya.

Alex baru saja mendapat kiriman video dari Eno. Video pernikahan Ary dengan Rendy.

Pupus sudah harapan Alex untuk bersanding dengan Ary. Seandainya dia tidak mabuk pasti saat ini yang mengucapkan janji suci itu adalah dia.

Alex hanya bisa berandai-andai dan menyesali perbuatannya dulu. Penyesalan memang datang terlambat, datang belakangan. Tapi sebuah penyesalan bukanlah untuk diratapi, tetapi jadikanlah motivasi agar tidak mengulangi kesalahan kembali.

Alex hanya tahu tentang kabar pernikahan Ary, tapi Alex tidak tahu bahwa pada hari itu juga Ary berubah status. Dari gadis menjadi menikah kemudian manjadi janda.

Belum sempat merasakan bahagia sebagai pengantin baru, Ary harus kehilangan suaminya. Bagaimana hancurnya perasaan Ary, saat seharusnya di hari pernikahannya dia bahagia, tapi tanpa diduga malaikat maut telah menjemput sang suami.

Alex hanya tahu Ary bahagia karena telah menikah. Tanpa Alex tahu bahwa bukan hanya dirinya saja yang kehilangan gairah hidupnya. Alex juga tidak tahu begitu terpuruknya Ary. Alex hanya merasa dirinya saja yang hidupnya kurang beruntung, mencintai tapi tidak bisa memiliki. Dia merasa Tuhan tidak adil kepadanya.

***

"Anton, jemput gue di Adi Sucipto nanti malam jam tujuh!" kata Alex begitu terdengar suara telpon sudah tersambung.

"Hah, serius loe pulang? Kenapa, loe berantem lagi ma bini loe?" tanya Anton.

"Udah, jangan banyak bacot loe! Pokoknya jemput gue ntar malam, jangan banyak protes loe! Loe ikutin aja instruksi dari gue!" perintah Alex langsung memutuskan sambungan telepon.

"Untung loe bosnya! Jadi loe gak ngerasain gimana rasanya jadi kacung kampret kayak gue?" gumam Anton.

Anton saat ini bekerja dengan orang tua Alex, dia menjadi orang kepercayaan papanya Alex. Anton lah yang menghandle semua pekerjaan Alex yang ada di Indonesia. Hal ini dikarenakan Alex membuka usaha sendiri di Singapura. Alex tidak mengharapkan sedikit pun harta orang tuanya. Dia ingin lepas dari bayang-bayang nama besar Kusuma Wijaya.

Alex sudah memutuskan untuk bercerai dengan Paula. Hak asuh anak akan dia ambil, karena setelah melakukan tes DNA, Kevin adalah darah dagingnya. Oleh karena itu apapun yang terjadi, Alex akan tetap mempertahankan Kevin disisinya.

Hanya Kevin lah satu-satunya harta Alex saat ini. Karena Kevin juga dia mampu bertahan dengan kehidupan rumah tangga yang diambang kehancuran. Seandainya tidak ada Kevin, mungkin Alex lebih memilih mengakhiri hidupnya. Setiap melihat Kevin kecil, semangat Alex muncul.

Alex berniat untuk pulang ke kampung halaman, dia akan mengurus perceraiannya dengan Paula. Selama ini orang tuanya melarangnya untuk bercerai, berharap masih bisa diselamatkan rumah tangganya. Tapi sepertinya keinginan orang tua Alex tidak akan pernah terwujud, mengingat betapa buruknya perilaku Paula.

Alex pulang membawa anaknya, Kevin. Anak hasil pernikahannya dengan Paula. Pernikahan karena kecurangan Paula. Alex dijebak Paula, sehingga Paula hamil dan Alex pun menikahi Paula. Pernikahan tanpa cinta, karena Paula hanya terobsesi dengan Alex. Paula lebih mencintai harta orang tua Alex.

***

Alex sampai juga di bandara Adi Sucipto jam tujuh malam. Alex membawa serta Kevin dan pengasuh anaknya. Alex sudah mantap untuk bercerai dengan Paula.

"Ton!" Alex menyapa teman sekaligus tangan kanannya.

"Hai bos! Selamat datang kembali ke kota penuh kenangan!" sambut Anton.

Mereka bersalaman ala laki-laki kemudian saling berpelukan. Sudah hampir setahun mereka tidak bertemu. Terakhir kali bertemu saat, mami Alex sakit. (Saat Alex dan Eno bertemu di mall, baca selengkapnya di Sepenggal Kisah Ary).

"Halo jagoan! Apa kabar?" sapa Anton pada Kevin.

Bocah kecil berusia dua tahun itu hanya diam melihat Anton. Karena belum pernah bertemu sebelumnya, Kevin menyembunyikan wajahnya di ceruk leher pengasuhnya. Kevin kecil hanya mau berinteraksi dengan orang yang biasa dekat dengannya saja.

"Loe, jangan nakutin anak gue!" kata Alex sambil memukul lengan Anton.

"Siapa yang nakutin, orang cuma menyapa doang ini!" jawab Anton sambil mengusap lengannya yang terkena pukulan dari Alex.

"Udah yuk jalan, keburu malem! Si Kevin sudah ngantuk itu, sudah waktunya tidur." ajak Alex.

Akhirnya mereka keluar dari bandara, lama perjalanan dari bandara menuju rumah Alex sekitar dua puluh menit. Dalam perjalanan itu, Kevin kecil sudah terlelap usai minum susu.

Tin... tiinnn...

Anton membunyikan klakson mobil denga tidak sabaran, hal itu membuat Kevin kecil terbangun karena mendengar suara berisik.

Kevin mulai menggeliat, dan tak lama kemudian terdengar suara tangisan dari jok belakang. Kevin menangis karena tidurnya terganggu.

"Gila loe! Pencet klakson kek pencet anu aja!" kata Alex memarahi Anton.

"Anu apa bos? Kalau ngomong yang jelas!" jawab Anton sambil menahan tawanya.

"Dasar bego loe! Sudah tua juga kagak ngerti!" jawab Alex sambil keluar dari mobil.

"Sini!" kata Alex sambil mengulurkan tangannya hendak mengambil Kevin kecil dari gendongan pengasuhnya.

"Dad..." kata Kevin masih mengantuk sambil mengulurkan tangannya minta gendong sang ayah.

"Kita sudah sampai rumah eyang, mulai saat

ini kita akan tinggal bersama-sama dengan eyang." kata Alex sambil mengusap punggung Kevin. Berharap Kevin kecil kembali terlelap.

"Hmmm..." gumam Kevin.

Tak lama kemudian Kevin kembali tertidur dalam gendongan sang Daddy. Alex melangkahkan kakinya masuk ke rumah. Di depan pintu masuk mami Alex sudah menunggu.

"Kamu pulang gak kasih kabar dulu! Untung tadi si Anton kesini dulu sebelum jemput kalian, bilang kalau mau jemput kalian di bandara. Apa kabar cucu eyang?" omel mami Alex.

Begitulah seorang ibu, anak pulang diomeli, gak pulang juga dimarahi. Nggak pernah ada benarnya si anak, orang tua selalu benar. Rindu tapi malu mengakui, jadi saking senangnya anak datang dari perantauan, disambut omelan sayang yang otomatis keluar dari bibir.

"Kevin sudah tidur mami, besok aja ganggu cucunya. Biarkan mereka istirahat dulu, nanti dilanjutkan lagi ngobrolnya!" tegur papi Alex.

"Mami sama papi sehat kan?" tanya Alex pelan, terus berjalan sambil tetap menggendong anaknya.

"Kami sehat, sudah sana tidurkan dulu anakmu. Kamu juga capek di perjalanan, sebaiknya kamu bersihkan diri dulu. Nanti kita lanjutkan obrolan lagu." jawab papi Alex.

"Kamu sudah makan malam belum, Lex?" tanya mami Alex.

"Kalau belum, sehabis bersihkan badan segera makan malam. Gak baik telat makan, kalau telat makan bisa sakit!" sambung mami Alex.

"Iya, mi! Alex ke kamar dulu, sudah lengket banget nih!" jawab Alex meninggalkan kedua orang tuanya di ruang keluarga.

"Kok menantu kita gak ikut ya Pi?" tanya mami Alex setelah Alex pergi.

"Sibuk mungkin, menantumu kan wanita karir jadi wajar kalau sibuk." jawab papi Alex acuh.

Sebenarnya papi Alex tahu bagaimana keadaan rumah tangga Alex, tapi hanya diam saja. Tidak mau ikut campur urusan rumah tangga anaknya. Toh anaknya sudah dewasa, sudah bisa menentukan sikap jika ada masalah.

"Sesibuk apapun seorang istri tetap harus mengurus anak dan suami!" gerutu mami Alex.

Menantu Idaman

"Bukannya Paula itu menantu pilihan kamu mi? Kenapa sekarang baru sadar dengan kelakuan wanita itu?" sindir papi Alex.

"Dulu dia kan manis Pi, suka bantu mami masak terus ngurus rumah. Dia juga perhatian ma anak kita. Sudah lama tidak bertemu kok begini, anak ma suami nggak diurus." bela mami Alex.

"Itu kan dulu mi, dulu sebelum dapat hati mami ma anak mami. Sekarang kan beda, semua sudah dalam genggaman jadi ya... begitulah!" kata papi Alex sambil mengedikan bahu.

"Tapi Pi, bisa juga dia sibuk urusan kantor lho. Jadi gak sempet lagi ngurus anak ma suami. Mami yakin nanti kalau libur kerja dia pasti urus anak ma cucu mami. Dia itu menantu idaman lho Pi, sudah cantik, sopan, lemah lembut dan yang pastinya ilmu yang didapat sewaktu kuliah bermanfaat. Yang jelas tidak bergantung ma duit suami." mami Alex masih tetap membela Paula, walaupun anak dan cucunya tidak terurus.

"Sesibuk apapun seorang istri itu tetap harus bisa mengurus suami. Anak bisa bayar orang buat urus, masak suami diurusin orang lain. Apa kata dunia???" celetuk papi Alex sambil berjalan meninggalkan istrinya.

"Kok malah kita yang berantem sih Pi?" tanya mami Alex yang tersadar ketika suaminya pergi meninggalkan dia sendirian.

"Pi, tunggu mami dong! Masak mami ditinggal sendirian sih, tega ih papi." kata mami Alex sambil mengikuti suaminya menuju kamarnya.

Setelah selesai menidurkan anaknya dan membersihkan diri, Alex keluar kamar hendak makan malam. Dilihatnya di dapur sudah sepi tidak ada orang, bahkan para asisten rumah tangganya sudah masuk kamar.

"Huh, selalu makan sendiri. Tidak di Singapura, tidak disini. Punya istri seperti angka satu. Serba sendiri." gerutu Alex sambil mengambil makan malam.

Setelah selesai makan malam, Alex kembali ke kamarnya. Kamar yang penuh kenangan bersama teman-temannya semasa putih biru dan putih abu-abu.

***

Pagi-pagi sekali Alex sudah terbangun, dia sudah berdandan rapi dan akan pergi. Alex pergi setelah sarapan dengan secangkir kopi dan sandwich. Kebiasaan yang berawal dari patah hati karena berpisah dengan Ary. Awalnya dia hanya mencoba minum secangkir kopi pahit, tapi lama kelamaan menjadi candu.

Alex hari pergi menyusuri tempat-tempat yang pernah dilalui bersama Ary. Walaupun hanya sebentar menjadi pacar Ary, tapi lama mereka bersama-sama sebagai sahabat.

Dimulai dari SMP tempat mereka pertama kali bertemu dan berkenalan, kemudian berlanjut menjadi sahabat. Kemudian, Alex menuju SMA tempat dimana mereka menjalin kasih. Tempat yang meninggalkan banyak suka dan duka saat bersama Ary.

Tempat yang menorehkan luka, karena Ary meminta berpisah karena ingin fokus belajar. Tidak hanya itu saja, Ary yang minder karena perbedaan yang begitu besar diantara mereka berdua. Walaupun Alex dan Ary masih sama-sama menyimpan rasa, mereka harus menekannya agar tidak tumbuh semakin subur.

Masing-masing mencoba mencari pengganti untuk melanjutkan hari, menuju masa depan. Walaupun kenyataannya, hati dan pikiran tetap sama. Tidak ada yang bisa tergantikan oleh orang lain.

Terakhir Alex mendatangi kafe tempat biasanya dia dan Ary sering nongkrong. Kafe dekat sekolah mereka sewaktu memakai seragam putih abu-abu. Tempat yang penuh sejuta kenangan, entah kenangan berdua saja ataupun bersama teman dekat. Ary yang selalu bersama Eno, Alex yang selalu bersama Anton.

"Mau minum aja atau makan juga mas?" sapa pemilik kafe begitu Alex duduk.

"Minum aja pak! Seperti yang dulu sering saya pesan ya!" jawab Alex.

"Siap bos! Pesanan segera datang!" kata pemilik kafe semangat.

Pemilik kafe langsung menuju dapur untuk membuat minuman kesukaan Alex, sebenarnya kesukaan Ary saja. Es kasmaran namanya, es sirup yang diisi dengan berbagai jeli dan biji selasih ditambah lelehan susu kental manis. (Es kesukaan othor sewaktu masih SMK sebenarnya🙈🙈🙈)

"Lama banget mas-nya gak kesini, mbak Eno masih sering kesini lho. Mas Anton juga! Tapi mereka datang sendiri-sendiri saja, dan gak pernah ketemu disini. Kalau ketemu pasti rame kafe ini." kata pemilik kafe sambil membawa pesanan Alex.

Saat akan meminum es tersebut, Alex kembali teringat dengan Ary. Saat mereka berdua memesan es kasmaran sehabis pulang sekolah, dengan cuaca yang sangat panas.

***Flashback on***

"Panas banget ya!" kata Ary sambil mengibaskan tangannya untuk dijadikan lupa.

"Iya panas banget. Kita minum dulu yuk ke kafe "Cinta", minum es kasmaran pasti seger!" jawab Alex.

"Eeh, kita ajak Eno juga dong. Jangan lupa ajak juga si Anton. Biar makin rame!" kata Ary mengingatkan.

"Wokeeh tuan putri, apapun itu untukmu akan aku lakukan." jawab Alex sambil meletakkan tangan kiri di dada, sedangkan tangan kanannya berada di belakang punggung.

"Idih apaan sih!" kata Ary dengan wajah memerah menahan malu karena mendapat gombalan dari Aelx.

Sesaat kemudian mereka berempat sudah sampai di kafe "Cinta". Kemudian mereka memesan minum dan beberapa makanan ringan. Alex dan Ary secara kebetulan memesan es kasmaran secara bersamaan.

"Cieee, yang lagi kasmaran! Kompak banget ya, pesanan sama ngomongnya juga bersamaan!" celetuk Eno.

"Jangan ganggu mereka, Ndir! Kita pindah meja aja, biarkan mereka menikmati kasmaran." ajak Anton langsung meninggalkan meja itu kemudian disusul Eno. ( Baca Sepenggal Kisah Ary ya, biar tau nama panggilan untuk masing-masing 🤗🤗🤗)

"Yaahhhh, padahal gue mau liat mereka berdua pacaran!" jawab Eno.

"Ayok sini buruan! Ganggu orang pacaran aja loe!" teriak Anton.

"Iyaa, gue kesitu! Tapi awas ya jangan dekat-dekat!" kata Eno sambil mendatangi Anton.

"Ihh, najis gue deketan ma loe! Loe duduk di depan gue, tapi jangan di meja! Loe duduk di seberang meja aja, biar jauhan kita!" jawab Anton dengan entengnya.

"Gila loe, masak gue duduk di atas meja! Yang bener aja loe!" sungut Eno.

"Buahaahahaa..." Alex dan Ary secara bersamaan tertawa mendengar perdebatan Anton dan Eno.

"Uhuk... uhhukkkkk..." Ary tersedak karena tertawa terbahak-bahak.

Dengan sigap Alex mengulurkan tangannya, mengusap punggung Ary.

"Kan jadi tersedak, kamu sih tertawa kuat banget! Minum dulu, biar gak kering tenggorokannya." kata Alex sambil mengambil air mineral dari tasnya.

Alex selalu membawa air mineral di tasnya. Untuk persediaan jika suatu saat butuh, karena dia banyak mengkonsumsi air putih, untuk menjaga kesehatan.

"Cieee.... mesranya! Gue sapa dong merhatiin kek Ary gitu? Jadi pengen..." kata Eno sambil ngeliatin Alex dan Ary dari tempatnya.

"Loe kalau pengen sini gue elusin punggung loe pakai kaki gue!" kata Anton sambil menyedot jus jeruk hingga berbunyi "Sroootttt!"

"Ogah!!! Emang gue apaan, dielus pakai kaki! Mana kaki loe bau lagi! Yang ada badan gue gatel-gatel kena jamur kaki loe!" jawab Eno ketus.

"Cewek itu harus manis, gak boleh galak. Harus lemah lembut kek Ary gitu, biar banyak cowok yang kesengsem!" nasehat Anton.

"Sok bijak loe!" jawab Eno.

Di sisi lain, Alex dan Ary juga asik bercerita.

"Lucu ya mereka berdua, berantem mulu. Tapi kalau gak ketemu saling nyari." kata Ary.

"Sama kek aku, sehari gak ketemu kamu berasa ada yang hilang. Keributan mereka hanya nutupin kecanggungan aja. Biar enak ngobrolnya kali. Mungkin mereka berdua sungkan untuk berbicara biasa-biasa aja seperti orang pada umumnya." jawab Alex.

"Hmm... gombal" kata Ary.

"Serius, gak bohong. Kamu sangat berarti buatku." jawab Alex meyakinkan Ary.

Wajah Ary sudah seperti kepiting rebus, mendengar gombalan dari Alex.

***Flashback off***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!