NovelToon NovelToon

Sang Pendamping

Ch. 1 Pertemuan

Semarang tahun 1988

Ada ngga diantara kalian yang menginginkan dan bisa melihat sesuatu yang kebanyakan orang tidak bisa melihat ?

Jawabannya bervariasi... ada yang ingin dan banyak juga yang tidak.

Entah bagaimana hal ini bisa terjadi.....

Saat itu masih teringat dengan jelas pukul 12.30 saat jam pelajaran usai para murid dengan beramai-ramai meninggalkan kelas dan tertinggal satu anak yang masih duduk dengan tas dipundak tanpa ada keniatan beranjak pergi.

Ibu guru kelas 3 yang masih membereskan buku-buku diatas meja dan berniat meninggalkan meja nya terkejut dan bertanya :

" Lho, Wawan kok belum pulang. Kenapa.....? "

Sambil berjalan mendekat. Akan tetapi dari jauh Bu guru melihat bahwa anak didiknya kelihatan sangat ketakutan dan beliau menghentikan langkahnya.

" Huft.... " terdengar helaan nafas dari murid di depannya.

" Wawan, coba dari situ kamu cerita ada apa... "

" Anu Bu guru...... Anu..... "

" Anu.... anu.... anu kenapa...? Jawab dengan jelas "

" Bu Agnes khan ngga ngerti kalo kamu ngga cerita "

" Di.... di.... di samping Bu guru ada ular gedhe "

jawab Wawan dengan menunduk

"Apa Wawan bisa melihatnya.... " tanya Bu Agnes dan dijawab dengan anggukan kepala.

"Apa ular itu sudah mengganggu Wawan "

kembali dijawab dengan gelengan kepala

"Kalo begitu Wawan anak yang baik, rajin dan pintar. Sudah sana buruan pulang.... nanti dicari mamahmu lho... "

Sambil tangannya melambai untuk mengajak muridnya beranjak dari tempat duduk.

" Ada-ada aja.... dasar anak-anak kebanyakan nonton film hantu"

Sesaat kemudian Bu Agnes memegang tengkuknya manakala bulu kuduk nya berdiri dan segera bergegas meninggalkan kelas dengan tergesa-gesa.

****

" Kok kamu keluar paling akhir Mas.Teman-teman kamu sudah pada pulang lho. "

Kata mamah saat melihat anaknya baru keluar dari gerbang sekolah dan menghampirinya.

"Iya mah, tadi Wawan telat mencatat tulisan di papan tulis. " jawabnya bohong

kemudian duduk di jok motor astrea prima yang sekarang cukup legendaris.

Disepanjang jalan Wawan banyak melihat fenomena yang cukup mengerikan. Banyak penampakan yang cukup mengerikan untuk anak usia 9 tahun dan yang bisa dilakukan Wawan hanya menenggelamkan wajahnya ke punggung mamahnya.

****

Sesampainya di rumah

" Wan, tolong baju kotor ditaruh di belakang, kalo sudah cuci muka, salat dan langsung ke meja makan. Tuch adikmu sudah nungguin kamu dari tadi "

Wawan bergegas mengerjakan apa yang diperintahkan mamahnya.

" Dhek, kok belum maem..... " sapa Wawan ke Nanda adiknya

" Nanda nunggu Mas Wawan. Kok tumben Mas Wawan pulangnya telat"

" Iya.... tadi Mas Wawan harus nyalin tulisan di papan tulis dulu."

Kemudian Wawan mengambilkan nasi, sayur dan lauk ke piring adiknya.

Selepas makan dan mengerjakan PR Wawan langsung beranjak ke tempat tidur. Dalam tidurnya Wawan ada yang mengucapkan salam.

" Assalamu'alaikum wrwb "

" Wa alaikum salam wrwb "

jawab Wawan saat dirinya mendengar ada yang mengucapkan salam

" Tante siapa " saat dirinya melihat seorang perempuan mengenakan baju gaun berwarna putih berjalan mendekat ke dirinya. Parasnya cantik, berkulit putih dengan tubuh yang langsing serta dada yang membusung membuat Wawan harus menelan ludah beberapa kali.

" Heh... anak kecil... kamu lihat apa..... Ngga sopan "

Saat dirinya tau kemana mata anak itu memandang

" He.. he.. he... " Wawan cengengesan saat ketahuan.

" Habis tante pake bajunya kayak kurang bahan. Maaf tante kalo Wawan sudah ngga sopan. "

" Kenalkan namaku Rengganis..... Dewi Rengganis.... Akhirnya setelah menunggu ratusan purnama kita bisa ketemu lagi. "

" Maksud tante bagaimana.... kok Wawan ngga paham ya."

" Belum waktunya kamu paham, akan tetapi setidaknya dikehidupan sekarang kita bisa bertemu lagi. "

Mendengar jawaban Rengganis Wawan cuma garuk-garuk kepala yang tidak gatal.

" Apa kita saling kenal " dijawab anggukan oleh Rengganis.

" Emangnya kita pernah ketemu dimana Tante.... Perasaan Wawan baru kali ini melihat tante. "

Sesekali matanya melihat ke belahan dada Rengganis

" Anak ini ngga dulu ngga sekarang masih aja matanya jelalatan.... " bathin Rengganis

" Apa kamu penasaran ingin melihat isinya. " pinta Rengganis. Wawan langsung tersentak kaget dan malu mendengarnya.

" Ti... ti... tidak tante.. Ma.. ma... maafkan Wawan tante."

Jawab Wawan dengan terbata-bata ketakutan.

" Yakin nich... ngga penasaran. "

Kata Rengganis menggoda dengan menyodorkan tubuhnya ke depan.

" Mendekat lah kesini "

Bukannya mendekat akan tetapi Wawan hanya berdiri mematung dengan tubuh bergetar antara takut, ingin dan malu bercampur menjadi satu.

" Mas Wawan bangun..... sudah jam 5 sore. Sudah salat belum "

Tubuhnya digoyang-goyang adiknya.

" Alhamdulillah.... Makasih Dik sudah di bangunin. Mas Wawan belum salat. "

Sambil beranjak dari tempat tidur Wawan berjalan menuju ke kamar mandi.

Ch. 2 Buluh Perindu

Hari - hari berjalan dengan damai,pandangan mata Wawan sudah normal kembali bahkan dia sudah tidak melihat ular yang mengikuti Bu Agnes lagi. Hingga di penghujung waktu kenaikan kelas Bu Agnes memberikan informasi di depan kelas:

" Anak-anak Ibu mau memberikan pengumuman. Setelah penerimaan raport kenaikan kelas besok sabtu, sekolah akan mengadakan persami. Siapa yang tahu kepanjangan persami. "

Serempak teman - teman menjawab

" PERKEMAHAN SABTU - MINGGU Bu Guru. "

"Bagus.... Sekarang tolong dicatat ya perlengkapan apa saja yang harus dibawa besok sabtu. "

*****

Dengan menggunakan truk bak terbuka pukul 2 siang kita bersama - sama menuju lokasi perkemahan Tinjomoyo. Dengan duduk saling berdesakan - desakan kita semua bernyanyi penuh semangat. Tanpa terasa kita sudah sampai tujuan yang mana di lokasi tersebut sudah banyak berdiri tenda-tenda dari beberapa sekolah yang ada di Semarang.

Satu regu terbagi atas 10 orang, tiga diantaranya adalah sahabat Wawan sendiri Dwi, Anton dan Kartika.

" Wan... setelah merakit tenda jadwal kegiatan kita nanti apa saja....? "

Tanya Dwi

" Kalo ngga salah tadi Kakak Pembina memberitahu selepas salat Maghrib diadakan upacara pembukaan dilanjutkan dengan api unggun kemudian kegiatan mencari jejak. "

" Wah kayaknya bakal seru ya.... " celoteh Anton

" Wan, cewek-cewek dari SD itu cantik - cantik ya. " kata Anton sambil menunjuk tenda yang berada beberapa meter diatas lokasi tenda regu putra.

" Nanti kalo ada waktu kita berkenalan dengan mereka ya." kata Dwi dan semua mengangguk,selanjutnya mereka banyak becanda tentang hal - hal yang tidak penting

Bumi perkemahan berada di perbukitan. Yang mana lokasinya bersusun. Tenda untuk regu putri ada diatas berdekatan dengan tenda Pembina sedangkan tenda regu putra berada di bawahnya.

Setelah tenda berdiri Wawan beserta temannya beramai-ramai menuju ke sungai yang lokasinya berada dibawah tenda regu putra. Meski agak curam dan jauh mereka bersyukur karena tidak turun hujan dengan pengawasan dari Kakak Pembina.

Solusi tersebut diberikan panitia karena keterbatasan jumlah kamar mandi. Ada juga diantara peserta persami yang menumpang mandi di rumah warga.

***

" Adik - adik tolong jangan bercanda ya.... Kita tetap menjaga kesopanan di tempat ini. " Pesan pengawas setelah sampai di pinggir sungai yang sangat jernih airnya dengan batu batuan yang sangat besar menghiasi pemandangan di depan peserta.

Saat semua sedang mandi tiba-tiba mata Wawan melihat sesuatu yang menyala redup berwarna hijau di bawah batu besar. Meski pencahayaan di sekitar sungai masih terang.

" Kartika sini.... " panggil Wawan pelan

" Ada apa serius amat... " kata Kartika mendekat diikuti Dwi dan Anton.

" Kalian melihat sesuatu yang menyala disana ngga.. ?" dijawab dengan gelengan kepala yang kompak dari mereka semua.

" Aneh... kenapa hanya aku yang melihatnya ya " kemudian Wawan berjalan dengan hati - hati menuju sesuatu yang menyala tersebut.

Nampak di depan matanya seperti sekumpulan akar yang menyerupai rambut akan tetapi lebih besar berwarna coklat gelap saling bertautan berpasangan. Tanpa berpikir lama diambilnya 6 pasang akar tersebut dan dibawa ke hadapan teman-teman nya.

Wawan segera membaginya masing - masing sepasang. Karena penasaran lalu Wawan menanyakan ke pengawas yang berdiri di pinggir Sungai diikuti teman-teman peserta semuanya.

" Kak, kita boleh tanya ngga ini apa..." sambil menunjukkan sesuatu yang berada ditangan masing-masing.

" Darimana kalian mendapatkan nya.... "

" DI SUNGAI Kak " jawab mereka serempak

" Ini namanya buluh perindu.Sebaiknya dikembalikan ketempatnya lagi. Ngga baik anak anak memiliki barang seperti ini. "

" Apakah berbahaya? " tanya Dwi

" Kakak belum tahu... akan tetapi sebaiknya kalian jangan menyimpannya. "

Karena ketakutan Anton, Dwi dan Kartika dan Wawan segera menyerahkan barang tersebut ke tangan Kakak Pembina. Anehnya yang awalnya mereka bergerak- gerak seperti cacing tiba - tiba diam dan kaku setelah diletakkan ditelapak tangan Pembina tersebut.

Dan mereka beranjak meninggalkan sungai karena sudah menjelang maghrib.

" Wan, bukannya tadi jumlahnya 6 pasang kenapa tadi cuma ada 4 pasang. " tanya Anton

" Yang 2 pasang aku simpan. Bukankah kalian tadi melihatnya, saat barang itu berpindah tangan langsung diam seakan mati. "

"Sudah ngga usah dipikir.... Yuh keatas jangan sampai ketinggalan acara api unggun" Seru Wawan berlari meninggalkan teman-teman nya.

Ch. 3 Tragedi jembatan Bambu

Selepas salat Maghrib semua peserta berbaris sesuai regu mengelilingi kayu bakar yang sudah disusun dengan rapih. Protokoler membacakan susunan acara. Sambutan dari Pembina Cabang dan lain sebagai nya berjalan dengan baik hingga tiba waktu nya penyalaan api unggun yang dilakukan Panitia dengan memanah dari puncak menara.

Semua takjub memandang api unggun yang menyala dan menari - nari bagaikan seekor naga api di kegelapan malam. Kembali perasaan mencekam menyelimuti hati dan pikiran Wawan. Dia terkesiap manakala melihat berbagai macam bentuk makhluk tak kasat mata berdiri mengelilingi api unggun. Tinggi besar dengan rambut seperti rotan menjuntai dari atas kepalanya berjumlah belasan belum lagi yang berbentuk perempuan dengan t*t*k menggantung sampai bawah. Ekspresi wajah mereka seperti marah. Akan tetapi mereka hanya berdiri diam. Tanpa sengaja Wawan melihat dikejauhan seorang bapak tua sibuk melakukan sesuatu yang setelah sekian tahun baru Wawan paham apa yang dilakukan bapak tua itu.( Ternyata Beliau berusaha menenangkan penunggu tempat tersebut).

Setelah api unggun mulai mengecil protokoler menutup acara tersebut dan memberikan arahan terkait acara berikutnya yaitu mencari jejak. Kembali bapak tua itu muncul dan membisikkan sesuatu dan kemudian disampaikan protokoler mengingatkan supaya peserta tidak boleh sembarangan di tempat ini, tidak boleh ngomong kotor, pipis sembarangan dan lain sebagainya.

Wawan mengambil nomer undian dan peta selaku wakil pinru untuk melaksanakan pencarian jejak.Kebetulan regu Wawan mendapatkan giliran nomer enam dari tiga puluh regu.

Berdasarkan peta ada empat posko,dimana jarak masing masing adalah 1 km dengan interval waktu tiap regu 15 menit. Tiap posko akan memberikan ujian terkait kepramukaan. Mulai tali temali, semapor, P3K serta kepanduan.

Sepanjang perjalanan dari posko satu ke posko dua Wawan melihat penampakan... ada mba kunyit, ada mas Poci akan tetapi saat Wawan melintas mereka menjauh. Menuju posko ketiga regu Wawan melihat jembatan kayu dari bambu yang dirakit melintasi Sungai yang tidak begitu lebar. Mendadak Kartika merasakan sakit perut dan ingin buang air besar. Karena bingung tidak berani sembarangan dia akhirnya BAB di kresek hitam dibalik rerumputan yang agak tinggi.

" Kartika sudah belum.... " tanya Anton

" Sudah.... " jawab Kartika

" Hey aku punya ide bagus.... Kartika apa kamu tadi BAB di plastik. "Kata Dwi

" Hmm.. " jawabnya malu

" Sekarang kamu ambil lagi... Nanti saat melintas jembatan itu kamu olesi pegangan nya dengan t*i kamu ya..... "

" Najis.... jorok kamu Dwi." Kartika sedikit emosi.

" Nanti kamu cuci tangan pake air yang aku bawa... okay... " Dwi mengedip - kedipkan matanya dan wajah memelas.

" Nanti kalo dimarahi gimana. " jawaban Kartika seakan menyetujui ide cemerlang Dwi.

" Mas Wahyu yang akan bertanggungjawab "

" Lho kok aku " Mas Wahyu

" Khan selaku Pinru " dijawab dengan ketawa semua

" Seru juga... Okay biar mereka punya kesan untuk acara ini " jawab Mas Wahyu mantap. Setelah semua sepakat Kartika menjalankan ide tersebut.

****

Posko tiga

Atas saran semua Kartika tidak diijinkan mencuci tangannya.

" Kok bau nya t*i ya.... " kata panitia posko tiga

" Anu Kak tadi ada yang jahil ngoles t*i di pegangan jembatan "

" Lho kok kamu tahu kalo itu t*i ?" tanya panitia

" Ya tahu lah.... tadi setelah megang trus tak cium "

" Wkwkwkwkwkwk... "

" Jelas - jelas kamu tahu dari bau nya kalo itu t*i kenapa masih juga dicium "

" Ini yang namanya tragedi jembatan bambu. " Kata Panitia yang lain.

" Wkwkwkwkwk.... "

Semua tertawa makin pecah sampai perut terasa kram.

Belum usai mereka tertawa kembali datang regu berikutnya

" *SU..... b*ngs*t siapa yang bertingkah kurang ajar ... "

Umpat peserta dari regu lain ditambah lagi beberapa Panitia juga mengalami hal yang sama.

Tawa makin meledak hingga air mata mengalir tiada henti. Saat melihat amarah dari Panitia nyali regu kita langsung menciut.

" Mas Wahyu gimana ini kalo kita ketahuan... " tanya Dwi

" Jangan khawatir..... untung tadi Wawan mengingatkan supaya Kartika mengoleskan t*i yang masih tersisa di kresek... " Sambil tubuhnya begidik antara mual dan jijik.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!