HAPPY READING....
______""" _______
Seorang pria bertubuh tinggi dan juga atletis berjalan di sebuah trotoar menuju kampus. Terdapat tas punggung berwarna hitam yang selalu setia menemani di setiap harinya. Pria itu berjalan tanpa henti, jarak tempat tujuan nya dari rumah nya tidak jauh hanya beberapa meter saja jadi dia tak mau membuang-buang modal hanya sekedar sampai di tempat tujuan nya.
Muhammad Rico Ferdian. Pria berumur 24 tahun, tampan, bertubuh tinggi dan atletis, berkulit putih mulus tanpa sedikit pun noda di wajahnya. Rico memiliki mata yang tajam dan juga hidung yang mancung beserta bibir yang begitu seksi kata para kaum hawa yang melihatnya.
Rico adalah pria yang dingin, tak mudah untuk bisa bergaul dengan nya apalagi jika ada seorang cewek yang mau mendekatinya baru beberapa menit saja mereka pasti akan memilih kabur dari hadapannya dari pada tak di anggap kedatangannya seperti seekor nyamuk.
Rico mempunyai usaha kecil-kecilan sebuah bengkel yang tidak terlalu besar yang ia namai " Bengkel Bang Rico " dan juga rumah makan yang menyediakan masakan tradisional Indonesia saja yang di namai " Resto Nusantara " ya karena hanya menu Indonesia lah yang di sediakan di sana.
Selain itu, Rico yang memang memiliki otak yang sangat cerdas dia juga menjadi mentor di salah satu Kampus ternama di kotanya, Kota Jakarta.
" Assalamu'alaikum, kak Rico. " seru seorang gadis berambut sebahu, berjalan di sisi Rico dan terus berusaha menyamakan langkah nya dengan kaki Rico yang jenjang.
Rico melirik lalu menjawab salam gadis yang tinggi nya hanyalah sebahu nya itu dan kembali fokus dengan bumi yang ia pijak " wa'alaikumsalam " jawab nya dengan begitu datar.
" Kak Rico! kenapa Kak Rico nggak pernah naik motor atau mobil sih? kan Feli bisa nebeng! besok bawa motor gede punya Kak Rico ya, sekalian boncengin Feli dan ajak Feli keliling kota " ucap nya dengan manja.
Felisha Apriani, gadis berumur 19 tahun. Felisha dia sangat cantik dia anggun dan memiliki mata berwarna sedikit kebiruan, dia juga mempunyai gigi gingsul yang menambah kesan imut pada nya.
Felisha kini tengah menjadi pelajar di kampus di mana Rico menjadi mentor, Rumah yang berdekatan membuat Felisha selalu saja mengganggu Rico. Tapi sebenarnya Felisha menaruh hati pada Rico namun sikap dingin nya Rico membuat Felisha tak berani mengatakan dengan sebenarnya.
Melihat Rico yang tak menggubris kata-kata Felisha, Felisha menjadi kesal dia tak mau di acuhkan oleh siapapun meskipun itu oleh Rico sekaligus, pria yang menjadi dambaan nya dalam diam.
" Kak Rico,,!! kenapa sih Kak Rico selalu saja diam? apa kak Rico sariawan atau sakit gigi? kalau emang iya, Felisha bisa belikan obat untuk Kak Rico. Tapi Felisha mohon jangan diamkan Feli seperti ini nggak enak kali kak" gerutu Felisha dengan mulut yang kian monyong.
Rico berjalan acuh tak memperdulikan Felisha yang terus mengoceh dan terus menggerutu sembari mengejar langkah Rico yang kian tertinggal. Dengan cekatan Felisha merangkul lengan Rico dan bergelayut manja di sana.
Rico berhenti mendadak, menghembuskan nafas panjang nya seraya menutup mata menahan amarahnya yang ingin meledak.
" kenapa berhenti Kak? " tanya Felisha yang sama sekali tak berfikir kalau yang dia lakukan ini telah membuat hati Rico meradang.
" Lepas, Feli. " lirih Rico namun Felisha malah menggeleng tak mau melepaskan tangan nya dan semakin mengeratkan " saya bilang lepas Feli, LEPAS,,!! imbuh Rico dengan suara tinggi.
Felisha tetap saja kekeuh, dia tak mau melepaskan nya dan terus menggeleng dengan semangat. " tidak Kak. Ayolah Kak, nanti kita telat. " Felisha mengalihkan amarah Rico dengan menarik nya untuk kembali berjalan namun itu tak akan muda untuk Felisha.
Dengan tenaga nya yang kuat Rico berdiri mematung membuat Felisha tak akan mudah menariknya. " bisa lepas nggak,!, aku sudah bilang, Feli. Antara pria dan wanita yang bukan mahram di larang keras bersentuhan, ini akan mendatangkan dosa. Sekarang lepas atau aku tidak mau kenal dengan mu lagi, Lepas,!! " ucap Rico menekankan.
" tapi Kak, kita kan nggak ngapa-ngapain, Feli hanya menggandeng Kak Rico saja apa itu nggak boleh?. Lagian banyak di luaran sana yang malah berpelukan dan berciuman dengan bebas tapi mereka tetap nggak kenapa-napa kan? " jawab Feli yang memang notabene gadis yang ngeyel dan pantang menyerah.
Rico menatap jengah gadis satu ini, karena hanya dialah yang selalu mengejar-ngejar Rico tiada henti. semua kata-kata Rico seakan seperti angin lalu baginya sama sekali tidak di tanggapi.
" kalau begitu kamu cari aja orang yang seperti itu dan pergi lah sejauh-jauhnya dari ku! " tegas Rico sembari melepaskan tangan Feli dengan paksa.
Rico berlalu pergi setelah berhasil melepaskan diri dari Feli, berjalan dengan cepat untuk ke kampus.
" Ihh.!! kak Rico cemen, norak, dan ketinggalan jaman. Bagaimana mungkin hanya bergandengan saja dosa. ish.. bilang aja kalau Kak Rico malu di lihat banyak orang! " ujar Feli seorang diri. " Kak Rico, tunggu..!!. Felisha berlari tunggang langgang mengejar Rico.Rico bagaikan magnet yang selalu menarik Felisha untuk selalu mendekati nya.
__________
" Assalamu'alaikum,, " seru dengan suara yang lantang pada Rico yang hampir saja masuk ke ruangan nya.
Rico menghentikan langkah, membalikkan badan dan langsung menoleh kepada orang yang telah menyapanya barusan." Wa'alaikumsalam.. Pak Farel.. " jawab nya sembari menatap pria yang juga seperjuangan seperti dirinya di kampus itu.
Farel Arkasa, pria yang berumur satu tahun lebih tua dengan Rico, usianya sudah menginjak 25 tahun beberapa bulan yang lalu.
Farel adalah laki-laki tampan yang penuh dengan karisma, tinggi, putih dan juga sangat taat dengan agama. Perbedaan nya sangat jauh dengan Rico yang hanya alakadarnya saja dalam mendalami ilmu agama dan ilmunya, tak begitu banyak dia tau yang dia tau hanyalah sholat yang rajin dengan benar itu saja lah yang Rico ketahui dengan pasti.
Farel adalah mentor muda yang banyak di gemeri oleh para siswa nya. dan dia juga seorang ustadz di salah satu pesantren yang sangat terkenal di kota itu.
Meskipun sekarang hanya menjadi mentor dan ustadz, tapi harta yang Farel miliki tak bisa di ragukan lagi, dia sangat kaya raya dia memiliki sebuah perusahaan yang sudah atas nama dirinya namun masih di kelola oleh kakak nya. Alasan nya Farel masih mau fokus dengan dunia nya yang sekarang, Ustadz dan juga mentor di kampus AA.
" ada apa pak Farel? ada yang bisa saya bantu.?" tanya Rico yang merasa sangat sungkan.
Ilmu, tahta, harta yang Farel miliki membuat Rico merasa sangat minder untuk berteman dengan Farel, apalagi jika sudah soal agama Rico bahkan tak bisa di bandingkan dengan Farel yang sangat taat.
Tapi tidak untuk Farel, berteman bisa dengan siapapun selama tidak membawa pengaruh buruk padanya. Harta bukan lah segalanya, dan Ilmu bisa di cari di mana saja dengan cara apapun, baginya orang yang terlihat tidak mengerti apapun belum tentu derajat nya lebih rendah di bandingkan dengan orang yang berilmu. Bisa saja ada sebuah amalan yang tidak bisa dia lakukan dan mengalahkan derajat nya di sisi Tuhannya.
Farel mengeluarkan sebuah amplop kecil berwarna biru dari tas nya, amplop yang tertulis kata Undangan di sana. Lalu memberikan nya pada Rico " ini undangan untuk pak Rico, saya harap bapak bisa datang. " ujar Farel seraya tersenyum sumringah saat memberikan nya pada Rico.
Rico mengernyit, undangan apa yang bisa membuat seorang Farel bisa begitu bahagia, apa mungkin undangan ulang tahun nya? atau mungkin...?
" Satu minggu lagi saya akan bertunangan, dan saya benar-benar berharap akan kehadiran pak Rico di acara saya " ucap Farel menghapus tanya di dalam kepala Rico.
Rico menjawab senyum Farel dengan senyum kecil nya namun belum berniat untuk membuka dan membaca undangan itu, entah di mana acara akan berlangsung dan dengan siapa Farel akan bertunangan Rico belum ada niatan untuk mengetahui nya, toh masih satu minggu juga kan.
" InsyaAllah saya akan datang pak Farel, saya pasti akan usahakan " jawab Rico.
" baiklah, terima kasih sebelum nya pak Rico. Kalau begitu saya permisi, Assalamualaikum " pamit Farel.
" Wa'alaikumsalam.. " jawab Rico begitu datar.
Rico hanya menatap amplop biru itu sebentar dan membolak-balikan nya sebelum dia akhirnya masuk ke dalam ruangan nya.
Rico menjentikkan bahunya acuh siapapun gadis yang akan menjadi pelabuhan hati seorang Farel belum tentu Rico mengenalnya kan. " Semoga kebahagiaan selalu Allah limpahkan pada anda pak Farel. " ucapnya sembari duduk menaruh tas nya dan membukanya untuk memeriksa pekerjaannya.
Baru saja Rico membuka tas nya dan mengeluarkan laptop nya undangan tadi terjatuh si lantai dan terbuka begitu saja.
" ishh,, " singkat Rico, Rico membungkuk dan mengambil undangan itu dari lantai, dan saat itu juga hatinya langsung berdetak tak karuan setelah nama yang tertera di sana terbaca oleh pikiran nya.
Deg...
" Aisyah Rahma Saputri., tidak mungkin dia kan? " lirihnya yang hatinya langsung tersayat sangat sakit.
BERSAMBUNG.....
____________
JANGAN LUPA SELALU TINGGALKAN JEJAK NYA YA.. RATE, LIKE, KOMEN DAN JUGA VOTE NYA..
TERIMA KASIH 😘😘🙏🙏🙏
Rico terduduk lemas di kamar nya sendiri. tangan nya terus memegangi undangan yang tadi pagi dia terima dari Farel. Pikiran Rico begitu buyar dan sangat kacau. Hanya satu pertanyaan yang sama di dalam benaknya. " kenapa bisa salah? baru kali ini yang Rico lihat ternyata salah dan tak sesuai dengan akal pikiran nya.
" Keahlian ku itu bukanlah jaminan akan semua kebenaran tentang hidupku dan masa depan ku.Aku bisa saja salah dengan semuanya. Belum tentu yang datang di kepalaku itu benar, semua itu bisa salah kan? bukannya kamu tau kebenaran hanyalah milik Allah Azza wajallah saja. Rico... Rico.. kau sungguh naif " ucapnya seorang diri.
Rico menaruh tas nya di meja, melepaskan jam tangan nya, mengeluarkan ponsel nya dan melemparkan nya di atas ranjang.
Rico menghempaskan tubuhnya di kasur dengan kasar. Dia seakan kehilangan semangat nya untuk bekerja. Jam seperti saat ini di kala Rico pulang dari kampus biasanya dia akan pergi ke bengkel atau kalau tidak dia pasti akan ke rumah makan, ya untuk meninjau langsung bisnis nya.
Namun berbeda untuk saat ini. Rico sama sekali tak berniat pergi ke manapun dan lebih memilih mengurung diri di kamar.
" Jika dia benar-benar jodohmu, dia tak akan pergi meskipun kau mengusirnya. Dia akan datang meskipun jauh. Dan dia akan kembali ke pelukan mu meskipun kini tengah bersama orang lain, ingat itu baik-baik,Rico. Dan biarkan lah Allah SWT yang menentukan semua nya.Dan terimalah semua kehendak-Nya, Rico.Semuanya yang terjadi akan sesuai ketentuan-Nya, bukan apa yang ada di dalam pikiran mu sendiri,Rico." gumam Rico menasehati dirinya sendiri.
Rico memejamkan matanya sejenak, mencoba melihat lagi apa yang biasanya dia lihat. Tak ada yang berubah dengan apa yang dia lihat di mata batin nya, hal yang sama pun tetap saja terjadi. Rico tersenyum hambar masih dengan menutup matanya. " Ternyata semuanya hanya indah di dalam hati dan pikiran ku saja, semuanya tak akan pernah bisa indah di dunia nyata ku dan takdir ku " ucapnya dengan sedikit kecewa.
Kring... kring... kring....
Bunyi ponsel Rico dengan sangat keras menusuk masuk ke telinga nya karena ponsel nya Rico tepat berada di samping telinga nya sebelah kanan.
Rico mengambil ponsel nya menatap layar yang menyala dan tertera nama Dante di sana. " ngapain nih anak, apa ada masalah di resto? "bingung Rico.
Dante adalah Chef yang Rico percayakan untuk membuat semua menu di restoran nya. Biasanya Rico juga akan ikut serta dengan Dante, Karena Rico juga sangat ahli akan semua masakan nusantara. Tapi tidak untuk kali ini, Rico benar kehilangan semangat nya. Jangan kan untuk memasak? untuk datang ke resto saja rasanya sangat malas.
Rico pun duduk dan langsung mengangkat panggilan dari Dante. " Assalamu'alaikum, Dan. Ada apa? " tanya Rico dengan kemalasan yang tetap bersarang di sana.
" Wa'alaikumsalam.. Astaga Bos. Bos, kapan datang nya sih? kalau bos nggak datang secepatnya bisa-bisa patah semua jari-jari ku. Bos cepat lah datang, aku nggak sanggup melakukan nya sendiri. Hari ini banyak sekali pengunjung nya. "
"......... "
"..... " Hening.
" Bos! bos! bos masih hidup kan? bos belum innalillahi kan?, Fixs.. nggak ngomong berarti besok aku takziah.! " celetuk Dante.
" gila luh, gue masih hidup nafas gua masih panjang! main mau takziah saja. Mau aku pulangin besok kamu! " sungut Rico.
"ih.... sensi amat Bos. Lagian siapa yang mau takziah ke tempat bos, Sih. Aku mau takziah di warung sebelah. Dapat kabar kalau tadi ayamnya di bunuh asisten nya lalu di mutilasi buat ayam goreng!! Cepat lah datang bos. Kalau bos nggak datang cepat, nasib ayam bos akan sama seperti ayam toko sebelah. Besok tinggal nama! " tut.. tut.. tut...
" Hallo! hallo!!.. ishh... dasar cecunguk sialan! " umpat Rico kesal.
_________
" Assalamu'alaikum, Bang Farel " sambut seorang gadis dewasa berhijab syar'i berwarna hitam dan juga gamis berwarna senada dengan pita merah marun di pinggang nya.
Gadis itu terus mengurai senyum, namun bukan senyum karena mengagumi ataupun karena berniat ingin memiliki, melainkan karena Farel sudah seperti kakak baginya dan akan tetap seperti itu meski sampai kapanpun.
Shelvia Anggraini. Gadis berumur 20 tahun, Cucu dari mendiang pemilik pesantren di mana Farel menjadi ustadz di sana. Shelvia adalah gadis yang murah senyum, namun kadang dia juga jutek dan sangat dingin. Dia juga kadang menjadi gadis yang sangat humble namun juga kadang sangat mengerikan.
Farel tersenyum. Meskipun Shelvia bukan lah adik kandung nya namun Shelvia sudah seperti adik bagi Farel. " Wa'alaikumsalam. kenapa? tumben senyum mulu nggak takut kembung? " gurau Farel.
Wajah Shelvia berubah masam karena pertanyaan Farel. Niatnya hanya ingin menggoda saja namun malah jadi Shelvia yang kena. " kalau kembung tinggal buang gas nya, Bang! kan beres gratis lagi nggak perlu modal.! " jawab nya.
"iya kali buang gas pakai modal! " ucap Farel seraya melangkah melewati Shelvia. " nggak usah teriak lagi, aku mau istirahat. " imbuhnya tanpa menoleh kearah Shelvia.
Mulut Shelvia menganga lebar baru saja dia mau berkomentar panjang kali lebar sudah langsung di skakmat begitu saja oleh Farel. Terpaksa Shelvia langsung kicep.
Shelvia terus mengawasi punggung Farel yang kian jauh ingin rasanya dia teriak namun dia juga tau akan batasannya. Mereka hanyalah adik kakak yang ketemu besar saja. Bukan kakak adik sepupu atau kandung jadi Shelvia harus tetap jaga diri akan norma yang harus berlaku.
" Padahal aku hanya mau tanya tentang pertunangan Bang Farel dan Aisyah. kenapa malah jadi kayak gini, astaghfirullah,," gumam Shelvia sembari geleng-geleng kepala.
" udah lah pulang saja. Mama pasti udah nungguin. Mama.. Papa.. Via back.! "
Farel tau apa yang akan di tanyakan oleh Shelvia, apalagi kalau bukan kelangsungan hubungan nya dengan Aisyah yang sebenarnya dia sendiri juga masih ragu. Farel tidak akan seragu ini kalau dia sudah mendapatkan jawaban yang pasti dari Aisyah nya sendiri. Meskipun orang tuanya Aisyah bersikeras akan menjodohkannya namun rumah tangga yang kelak akan dia jalani bukan hanya bergantung kepada orang guanya saja. Tapi Aisyah nya sendiri lah yang menjalaninya. Farel tidak mau jika mereka terlanjur menjalin hubungan serius namun tak ada cinta sama sekali.
" Jika memang Dia jodohku, maka mudahkanlah, Ya Allah. Namun jika dia bukan lah jodoh yang Kau takdir kan untuk ku maka jauhkan aku dengan nya jangan Kau beri harapan palsu sehingga akan membuat ku kecewa. Amiinnn. "'doa Farel sungguh-sungguh.
Farel berusaha ikhlas semuanya pasti akan terjadi sesuai dengan kehendak Allah SWT. . Farel beristirahat sejenak sebelum dia kembali dengan tugas nya yang lain.
BERSAMBUNG.....
Restoran dengan bangunan serba dari kayu yang di cat bewarna coklat tua, juga terdapat taman kecil di depan nya beserta beberapa mainan untuk anak-anak kecil, Dan juga terdapat tempat parkir yang sangat luas. Itulah Resto Nusantara milik Rico. Restoran yang begitu besar dan begitu nyaman bagi para pengunjung.
Rico turun dari sepeda motor besarnya. Rico datang atas panggilan dari Dante, Rico hanya mau tau seberapa ramai nya sih hingga Dante mengeluh? Melihat begitu banyak mobil dan motor yang parkir di sana membuat Rico percaya kalau yang di katakan Dante adalah benar.
Rico berjalan dengan malas masuk ke restoran nya yang begitu sangat ramai akan pengunjung. " Alhamdulillah,, ramai resto ku. Tapi kalau di pikir-pikir? biasanya kan ramai gini kalau udah pada gajian, tapi ini kan belum waktu nya gajian. Apa mungkin mereka dapat bonus?, syukur deh. " Batin Rico namun tetap dengan malas.
Restoran Rico memang di dirikan di tempat yang begitu strategis. Di dekat dua perusahaan besar sekaligus dan juga terdapat Mall dan tepat di pinggir jalan besar utama di kota.
Usaha yang di rintis seorang diri oleh Rico yang dulunya hanya warung kecil di pinggir jalan sekarang sudah berubah menjadi restoran yang cukup besar dan juga sangat di kenal oleh banyak orang. Bukan tempat nya saja yang nyaman yang menjadikan pengunjung kembali lagi ke sana namun juga karena makanan di sana juga enak dan juga terjangkau harganya.
Rico langsung masuk ke dapur tanpa mengganti bajunya dulu. Rico langsung memakai celemek berwarna putih dan juga langsung beraksi dengan semua daftar ya sudah terpajang urut di hadapan nya.
" Assalamu'alaikum, Dan. " sapa nya pada Dante yang tengah fokus juga dengan masakan nya.
Dante menoleh, tersenyum puas akhirnya bos nya datang juga. " Wa'alaikumsalam, Bos. Gue kira besok beneran bakal ada takziah. hahaha,,!! "
Itulah Dante. Bukan selayaknya pekerja dengan bos nya namun sudah seperti sahabat nya sendiri, atau mungkin sudah seperti saudara sendiri.
" sembarangan kalau ngomong!! kamu nyumpahin aku mati cepet! dasar nggak waras! " sungut Rico dengan tangan terus sibuk membolak-balikan masakan nya yang sudah ada di atas wajan.
Sungguh bahagia Dante bisa membuat Rico mengeluarkan tanduknya.Dante tak akan pernah berhenti sebelum Rico benar-benar sungut- sungut mengeluarkan kata-kata yang membuat Dante seakan kecanduan.
" Siapa yang nyumpahin sih, Bos. lagian aku juga kasian, Kan bos belum merasakan manisnya cinta tuh masak udah mau mati aja, kalah dong sama aku yang hanya memiliki wajah pas-pasan begini. " ledek Dante.
Kalau masalah tampan memang lebih tampan Rico daripada Dante, Namun masalah berpacaran Dante lah pemenangnya. " Makanya bos, Move-on dong masak masih mengharapkan yang lima tahun itu, nanti keburu tua. "
" kalau aku sih ya, Bos. Lebih baik bos terima aja tuh Felisa, dia cantik, imut, tubuh nya pun nggak buruk-buruk amat." ujar Dante.
Rico mengeluarkan nafas panjang nya. Memang yang di katakan Dante benar akan Felisa, tapi masalah hati tak bisa di paksa begitu saja untuk menerima.
Rico menyadari kalau Felisa dia juga sangat cantik, dia juga tak buruk-buruk amat sih dan dia juga anak dari orang kaya. Tapi bukan itu yang Rico cari. Ada hal lain yang masih Rico cari.
" Jangan banyak kata, Dan!. sampai ngeces di masakan mu maka aku potong gaji mu lima bulan! " kesal Rico.
" buset... lima bulan, kenapa nggak sekalian satu tahun? kayak kerja rodi saja. "
" terserah!! "
__________
" Pa. Apa ini tidak terlalu cepat? Mama takut, pa. Mama takut kalau sampai Aisyah menolak nya. Apa nggak sebaiknya kita bicara dulu dengan Aisyah tentang perjodohan ini? Mama takut kalau Papa paksakan hubungan Papa dan Aisyah akan kembali lagi seperti dulu. Mama takut Papa melakukan kesalahan lagi seperti dulu, Pa. "
Rayyan dan juga Keisha tengah duduk berdua di pendopo nya merundingkan perjodohan antara Farel dan Aisyah yang tanpa sepengetahuan Aisyah sendiri.
" Papa sudah yakin, Ma. Aisyah pasti akan menerimanya. Bukankah kata Shelvia waktu itu Aisyah sangat mengagumi Farel? jadi Papa yakin Aisyah pasti akan menerimanya." jawab Rayyan yakin.
" Tapi Pa..?
" Assalamu'alaikum, Om. Apa Om memanggil saya.? " Farel masuk dan bertanya dengan sangat sopan.
" Wa'alaikumsalam. " jawab Rayyan dan Keisha bersamaan seraya menoleh menatap Farel.
Rayyan tersenyum, dia sangat bahagia melihat sifat sopan santun yang Farel miliki, karena itu juga lah Rayyan percaya hanya Farel lah yang akan bisa membuat Aisyah menjadi lebih baik dan akan bisa menuntun Aisyah dan menjadi imam yang baik hingga ke Jannah.
" Farel, sini masuk. " ucap Rayyan.
Farel masuk dengan tubuh yang sedikit membungkuk, Farel sangat menghormati Rayyan dan Keisha yang sudah seperti orang tuanya sendiri. " iya Om. " jawab Farel pelan. Farel duduk di hadapan Rayyan dan juga Keisha dengan sangat gugup. Entah karena apa dia di panggil ke sana.
" Begini, Farel. Besok Aisyah akan pulang dari Kairo. Saya minta kamu yang menjemput nya di Bandara. Kamu harus pastikan dia pulang dengan selamat. Mulai besok aku tugas kan keselamatan Aisyah kepadamu "ujar Rayyan.
" Pa" lirih Keisha yang sebenarnya kurang setuju dengan keputusan sepihak dari Rayyan.
" ta-tapi Om.? " jawab Farel ragu.
" apa kamu tidak mau menerima tugas dari ku? cepat atau lambat dia juga akan menjadi istri mu dan kamu harus bisa menjaga nya dengan baik kan? " kekeuh Rayyan.
" ba-baik Om. " jawab Farel dengan gugup. Entah kenapa mendengar nama Aisyah saja sudah membuat Farel gugup bagaimana jika dia harus di hadapkan dengan nya, dan hanya berdua saja di dalam mobil mungkin Farel akan membeku.
" Sekarang pergilah! besok jangan sampai terlambat menjemput Aisyah. "
" iya, Om. Assalamu'alaikum. " Farel pun pamit dari sana.
" Wa'alaikumsalam. "
" Pa. apa ini tidak berlebihan? mereka belum menikah, Pa. lagian Aisyah juga belum tau, bagaimana kalau sampai.. " ucapan Keisha terhenti.
" sudah lah, Ma. jangan terlalu mengkhawatirkan sesuatu itu tidak akan baik. "
Farel berjalan begitu pelan di lorong pesantren, mencerna setiap kata-kata dari Rayyan barusan.
" Bagaimana ini? apa mungkin aku harus menjemput Aisyah seorang diri saja ke bandara besok.? eishhh... pusing aku. " bingung Farel.
Farel ragu untuk menjemput Aisyah besok tapi mau bagaimana lagi? dia tak bisa menolak keinginan Rayyan begitu saja. pikir besok ajalah bagaimana baiknya. " Farel bergegas.
________
Angin malam begitu sejuk, masuk ke rongga tubuh kekar dari Rico yang kini tengah
menapaki jalanan kota dengan sepeda motor nya.
" Angin ini? kenapa angin ini begitu sejuk malam ini. Kenapa juga hatiku terasa sangat bahagia. Adakah sesuatu yang menunggu ku untuk esok hari?. "
Lampu merah menyala membuat Rico harus berhenti sejenak di sana. Rico memejamkan matanya sejenak, menikmati angin malam yang tak seperti biasanya ini. " Bang Rico!! " Teriakan seorang gadis kecil begitu menggema di pikiran Rico.
Gadis kecil yang lima tahun ini tidak pernah dia lihat lagi. Entah seperti apa dia sekarang , entah pipinya tembem kayak bakpao seperti dulu atau mungkin seperti apa sekarang.
" Aisyah " terhenyak Rico membuka matanya menatap sekeliling namun tak akan mungkin dia bisa menemukan gadis kecil itu di hadapan nya. " bagaimana kamu sekarang, Syah? Apakah mungkin kita bisa bertemu lagi atau tidak aku tak tau. Seperti apapun kau sekarang, semoga kamu selalu baik-baik saja dan selalu bahagia. " gumam Rico.
Tin... Tin... tin...
Bunyi klakson bersahut-sahutan di belakang Rico. Rico tak sadar kalau ternyata lampu sudah berubah menjadi hijau. " Astaghfirullah.. maaf maaf!! " teriak Rico seraya menoleh lalu melajukan motornya dengan cepat.
BERSAMBUNG......
_________________
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!