NovelToon NovelToon

Hati Berdarah

Meninggalkan Rumah

Malam itu Cika tengah bersantai menikmati suasana malam di teras kamarnya. Dia hanya terdiam dan membisu memandang kearah langit yang ditemani sang rembulan. Berbeda dengan dirinya yang sampai saat ini masih tetap sendiri tanpa ada yang menemani.

Cika mencoba memejamkan matanya menikmati sentuhan angin malam yang tengah membelai lembut rambutnya. Bisikan angin membuatnya terbuai dalam lamunan, pikirannya bahkan berlayar tak tentu arah dan tujuan.

Cika teringat dengan ayahnya yang sudah tiada. Ayahnya telah pergi untuk selama-lamanya dan tidak akan pernah kembali. Rindu itu benar-benar terasa menyiksa dijiwanya.

"Cika sangat merindukan ayah. Cika ingin sekali memeluk ayah dan menceritakan segala gundah yang bersarang di hati Cika saat ini. Mengapa ayah meninggalkan Cika sendiri, Yah?" gumam Cika sembari menengadah menghadap langit.

"Braaak...Braaak..."

Cika tersadar dari lamunannya saat mendengar suara keributan dari arah luar. Suara pertengkaran itu lagi-lagi membuat kakinya bergetar. Jantungnya seakan berhenti berdetak dan bibirnya yang merah jambu, seketika berubah pucat seperti orang yang baru saja melihat setan.

"Ya Tuhan, cobaan apa lagi ini?" batin Cika sembari meneteskan air matanya.

Cika sepertinya sudah mengetahui apa yang sedang terjadi diluar sana. Dia memilih tetap diam di dalam kamar karena sangat takut melihat kemarahan ayah tirinya yang beberapa kali pernah melukai dirinya.

Tidak ada kedamaian sama sekali di dalam rumah itu. Tinggal di sana serasa bagaikan tinggal di dalam neraka.

Sejak kepergian ayahnya, Cika bahkan sudah lupa bagaimana caranya untuk tersenyum. Semuanya hilang lenyap dan ikut terkubur seiring berjalannya waktu.

Cika adalah sosok gadis yang sangat cantik dan manis. Memiliki kulit putih bersih, berambut panjang dan memiliki pipi yang sangat menggemaskan.

Ayah Cika adalah seorang pengusaha yang cukup sukses. Namun sangat disayangkan, hidupnya berakhir menyedihkan saat mengetahui istrinya telah berselingkuh dibelakangnya. Saat mengetahui semua itu, dia mengalami serangan jantung dan meninggal saat dilarikan ke rumah sakit.

Setelah ayahnya meninggal, ibu Cika kembali menikah dengan selingkuhannya. Harta peninggalan dari ayah Cika pun habis seketika di tangan ayah tirinya. Yang tersisa hanya rumah yang mereka tinggali saat ini. Itupun sebentar lagi juga akan dijual oleh ayah tirinya itu.

Ibu Cika sangat mencintai laki-laki kasar itu. Walaupun sifatnya sangat buruk, namun ibunya tidak pernah melawan atau membantah sedikitpun perkataan dan kemauan suaminya.

Bahkan dia lebih mencintai laki-laki itu dari pada anaknya sendiri. Kebutaannya akan cinta telah membuatnya melupakan jati dirinya sebagai seorang ibu.

Cika beranjak dari tempat duduknya. Dia berjalan menuju kamar mandi dan segera mencuci wajahnya yang mulai terlihat sembab karena tidak sanggup menahan air matanya.

"Aish, sudahlah. Tidak ada gunanya menangisi semua ini! Mereka saja tidak pernah memikirkan perasaanku. Untuk apa aku memikirkan mereka?" gumam Cika sembari membasuh wajahnya dengan air.

Setelah membasuh wajahnya, Cika segera keluar dari kamar mandi. Cika mencoba membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Wajahnya terlihat seperti orang yang sedang kebingungan.

Namun tidak lama berbaring, Cika kembali bangkit dan berjalan menuju lemari pakaiannya.

"Sekarang aku sudah dewasa. Aku berhak menentukan pilihan hidupku sendiri!" gumam Cika sembari berdiri di depan cermin yang ada di pintu lemari.

Cika ingin sekali merasakan kebahagiaan. Dia juga ingin hidup damai seperti orang-orang di luar sana. Cika bertekad untuk menata hidupnya sendiri, percuma juga bertahan dalam keluarga yang sudah hancur seperti ini.

Cika meraih koper yang ada di atas lemari. Dia mulai memasukkan beberapa pakaian kedalamnya. Dia telah memutuskan untuk meninggalkan rumah keesokan harinya dan belajar melupakan segala kenangan buruk yang telah menghancurkan hidupnya.

"Maafkan Cika Yah. Cika harus pergi dari rumah ini. Cika ingin melanjutkan hidup Cika tanpa membebani siapapun lagi. Kehadiran Cika di rumah ini juga tidak ada artinya sama sekali bagi mereka!" gumam Cika sembari menutup resleting kopernya yang sudah terisi pakaian.

Cika melangkah mengambil foto ayahnya yang ada di atas meja. Dia kembali berjalan dan naik ke atas tempat tidurnya.

Malam ini adalah malam terakhir untuk Cika bisa tidur di kamar yang sudah dia tempati sejak dia kecil. Banyak sekali kenangan yang telah dia lalui di kamar itu.

Cika berusaha untuk memejamkan matanya sembari memandangi setiap sudut yang ada di kamar itu.

Pukul 02.30 dini hari, akhirnya Cika pun tertidur sambil memeluk foto ayahnya yang sangat dia rindukan.

"Kring... Kring..."

Cika terbangun dari tidurnya sesaat setelah mendengar bunyi alarm yang ada di samping tempat tidurnya. Cika menoleh kearah jarum jam yang sudah menunjukkan pukul 07.00 pagi.

Cika dengan segera bangkit dari tempat tidur dan melangkah masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Tidak memakan waktu lama, Cika pun keluar dan segera mengenakan pakaiannya. Setelah rapi, Cika kemudian memoles wajahnya dengan make up secukupnya.

Cika melangkah keluar dari kamar menuju ke arah dapur. Seperti biasa, tidak ada seorangpun di luar sana yang sedang menunggunya untuk sarapan bersama.

Ibu dan ayah tirinya sudah pergi dari rumah untuk melakukan aktivitas mereka masing-masing. Cika merasa seperti anak yang tidak diharapkan sama sekali dalam keluarganya sendiri.

Cika mulai memakan sepotong roti dan meminum segelas susu yang dia buat sendiri.

"Maafkan Cika ya Bu. Cika harus pergi meninggalkan kalian semua. Meskipun Ibu tidak pernah menyayangi Cika, Cika akan tetap menyayangi Ibu!" batin Cika menahan sesak di dalam dadanya.

Selesai sarapan, Cika kembali ke kamarnya dan segera menarik koper yang telah disiapkannya tadi malam. Tidak lupa juga dia meninggalkan selembar kertas yang dia letakkan di atas kasur.

Tanpa menunggu lama, Cika segera melangkahkan kakinya meninggalkan rumah dan pergi menaiki taksi yang telah dia hubungi sebelum sarapan tadi.

"Silahkan masuk Non!" ucap sopir taksi sembari membukakan pintu dan memasukkan koper Cika ke dalam taksinya.

"Terima kasih Pak! " jawab Cika dengan tersenyum seadanya.

Setelah Cika duduk di bangku belakang, sopir pun masuk dan segera melajukan taksinya sesuai arahan Cika.

"Kita mau kemana Non?" tanya pak sopir dengan sopan.

"Ke terminal saja ya Pak!" jawab Cika yang sebenarnya masih bingung dengan tujuannya.

"Baik Non!" ucap pak sopir yang masih fokus mengendarai taksinya.

Butuh waktu sepuluh menit saja untuk sampai di terminal karena memang jarak antara rumah Cika dan terminal itu tidak terlalu jauh.

"Kita sudah sampai Non!" ucap pak sopir.

"Iya Pak!" sahut Cika sembari mengambil uang di dalam tasnya. Cika pun langsung turun dari taksi dan segera membayarnya.

"Terima kasih ya Pak!" ucap Cika dengan lemah lembut.

"Sama-sama Non!" jawab pak sopir sembari berlalu pergi meninggalkan Cika di terminal.

Cika masuk ke dalam terminal dan segera membeli tiket untuk berangkat ke Ibukota.

Setelah mendapatkan tiket, Cika langsung masuk ke dalam sebuah Bus besar yang sebentar lagi akan berangkat meninggalkan kota kelahirannya.

Sesampainya di dalam Bus besar itu, Cika mencari tempat duduk sesuai nomor yang tertera di dalam tiket yang sudah dia beli.

Ternyata di sana sudah ada seorang wanita cantik yg duduk di samping jendela.

"Maaf, apa aku boleh duduk disini?" tanya Cika dengan suara yang sangat ramah.

"Iya boleh. Silahkan!" sahut gadis yang terlihat lebih tua beberapa tahun dari Cika.

Bertemu Sahabat Baru

Cika menekuk kakinya dan duduk di samping gadis cantik itu. Tidak lama berselang, bus yang dia tumpangi itupun mulai melaju menuju Ibukota.

Sembari menarik nafas panjang, Cika mulai bersandar pada sandaran kursi yang saat ini tengah dia duduki.

"Maaf, apakah kita boleh kenalan? Siapa namamu?" tanya gadis cantik yang duduk di sebelah Cika.

"Aku Cika. Namamu siapa?" balas Cika sembari mengulurkan tangannya ke arah gadis cantik itu.

"Perkenalkan namaku Sela!" Sela juga mengulurkan tangannya kembali untuk membalas salaman dari Cika.

"Senang berkenalan denganmu." ucap Cika sembari tersenyum dengan manis.

"Kamu mau ke Jakarta juga?" tanya Sela yang sebenarnya memang sedikit banyak bicara.

"Iya kamu benar." jawab Cika singkat.

"Apa kamu kuliah di sana?" tanya Sela lagi sembari melirik ke arah Cika.

"Tidak, aku tidak kuliah. Aku hanya ingin mencari pekerjaan!" jawab Cika.

"Oh, sama siapa kamu tinggal di sana? Apa ada keluarga kamu juga?" tanya Sela lagi mencari tau.

"Aku bahkan tidak punya keluarga di sana. Aku hanya ingin mengadu nasib untuk mencari ketenangan dalam hidup ini!" balas Cika dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"Kok kamu jadi sedih, maafkan aku ya. Aku tidak bermaksud membuat mu menangis seperti ini!" ucap Sela sembari memegang tangan Cika dengan erat.

"Tidak apa-apa, ini bukan salah mu. Tidak perlu meminta maaf!" jawab Cika yang kemudian menyandarkan tubuhnya kembali ke sandaran kursi.

"Dimana kamu tinggal di sana?" tanya Sela lagi yang mulai sedikit kepo.

"Aku juga belum tau, mungkin nanti aku akan mencari kos-kosan saja!" jawab Cika.

"Apa kamu mau mampir ke tempatku dulu? Nanti kita akan sampai pada malam hari. Bahaya kalau anak gadis seperti kamu ini berjalan di tengah malam sendirian tanpa tau arah dan tujuan!" ajak Sela yang ingin membantu Cika.

"Terima kasih ya, tapi aku tidak mau merepotkan kamu!" ucap Cika menatap ke wajah Sela.

"Tidak merepotkan sama sekali Cika. Aku malah senang kalau kamu mau ikut bersamaku. Aku hanya tinggal sendirian, Ayah dan Ibuku sudah berpisah. Mereka sudah mempunyai keluarga baru masing-masing. Kamu mau kan?" pinta Sela sedikit memaksa. Sela tau sekali bagaimana rasanya hidup sendiri tanpa ada keluarga yang mendampingi.

"Iya baiklah. Aku akan ikut bersamamu!" jawab Cika dengan sedikit keraguan .

"Tidak perlu berterima kasih. Bukankah mulai sekarang kita berdua sudah bersahabat?" celetuk Sela yang pada dasarnya memang agak cerewet dan mudah bergaul.

Sela adalah seorang gadis yang sangat baik dan juga cantik. Sela bekerja di salah satu perusahaan milik om nya. Tapi dia memilih untuk tinggal sendirian di apartemen miliknya.

Sejak orang tuanya memutuskan berpisah, Sela sudah jarang bertemu dengan ayah dan ibunya. Mereka sudah sibuk dengan keluarga mereka masing-masing. Itulah sebabnya Sela ingin sekali memiliki teman di apartemennya. Dia selalu merasa kesepian hidup sendiri.

Entah karena kebetulan atau memang sudah takdir yang membuat mereka berdua bertemu. Dua orang gadis yang tidak saling mengenal itu akhirnya menjadi sahabat dalam waktu singkat di atas bus yang tengah melaju menuju Ibukota.

Sela yang biasanya menggunakan mobil pribadi, malam itu memilih untuk kembali ke Ibukota menaiki bus umum. Mobil miliknya rusak dan harus diperbaiki terlebih dahulu. Dia meninggalkan mobil beserta sopirnya di sana karena lusa dia sudah harus ada di kantor untuk menghadiri rapat penting.

Sela memang hidup serba berkecukupan. Tapi dia sangat rendah hati. Sela tidak pernah bangga dengan harta yang dia miliki apalagi bersikap sombong.

Malam itu tepat pukul 23.00 Wib, bus yang mereka tumpangi akhirnya sampai di terminal Ibukota. Sela bergegas turun dari bus bersama Cika. Dia bahkan sudah ditunggu oleh kakak sepupunya yang bernama Ilham.

"Sela, ini siapa Dek?" tanya Ilham sembari melirik ke arah Cika.

"Kenalin Kak, ini sahabat Sela. Namanya Cika." jawab Sela mengenalkan Cika kepada kakak sepupunya itu.

"Hai Kak, perkenalkan namaku Cika!" sapa Cika sembari mengulurkan tangannya ke arah Ilham.

"Oh iya Dek, kenalin aku Ilham Kakak sepupunya Sela. Kamu panggil Kak Ilham saja ya seperti Sela!" ucap Ilham sembari mengulurkan tangannya kembali ke arah Cika.

"Ya sudah, ayo masuk!" ucap Ilham sembari memasukkan barang-barang mereka ke dalam bagasi mobil.

Setelah mereka bertiga masuk ke dalam mobil, Ilham segera melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju apartemen Sela.

"Kamu yakin mau langsung ke apartemen, gak mampir dulu ke rumah Kakak?" ucap Ilham sambil melirik lewat kaca spion.

"Gak mau Kak, aku mau langsung ke apartemen saja. Aku gak mau jadi nyamuk di sana. Gangguin pengantin baru yang masih hot banget." jawab Sela sambil tertawa meledek kakak sepupunya itu.

"Kamu ini ya, bisa gak sih sekali saja gak ledekin Kakak. Makanya cepat nikah biar gak jadi nyamuk terus!" sahut Ilham membalas ledekan adik sepupunya itu.

"Boro-boro mau nikah Kak, pacar saja Sela gak punya!" jawab Sela sambil memanyunkan bibirnya.

"Hahaha... Makanya jangan banyak milih. Gak laku-laku kan jadinya." ucap Ilham sambil menertawai Sela.

Cika yang dari tadi diam pun ikut-ikutan tertawa melihat keakraban kedua kakak adik itu.

*****

"Yuk kita turun, kita sudah sampai!" ucap Sela sambil membuka pintu mobil.

Cika bergegas turun dari mobil dan membantu Ilham menurunkan barang-barang yang ada di bagasi belakang.

"Mau Kakak bantu sampai ke dalam?" ucap Ilham yang masih berdiri di samping bagasi mobil.

"Gak usah Kak, Kakak pulang saja. Kasihan Kak Mila sendirian di rumah!" jawab Sela sambil mengambil kopernya di tangan Ilham.

"Ya sudah, cepat masuk! Kalian hati-hati ya, kalau ada apa-apa hubungi kakak!" ucap Ilham sambil melangkah masuk ke dalam mobilnya kembali.

"Baik Kak, terima kasih!" ucap Sela dan Cika secara bersamaan.

Ilham pun pergi berlalu meninggalkan apartemen Sela. Sementara Sela dan Cika sudah melangkah memasuki apartemen mewah itu lebih dulu.

Cika sama sekali tak bersuara. Dia hanya menoleh ke sana kemari melihat setiap sudut yang dia lewati sambil mengikuti langkah kaki Sela.

"Ayo, masuk Cika!" ajak Sela.

"Iya Sela, terima kasih!" sahut Cika yang masih terlihat seperti orang kebingungan.

"Kamu tinggal di apartemen sebesar ini sendirian?" tanya Cika dengan ekspresi penuh kekaguman.

"Iya Cika, makanya aku senang kamu mau ikut tinggal bersamaku di sini. Aku gak kesepian lagi jadinya." ucap Sela dengan senyum manis diwajahnya.

Malam itu mereka berdua asyik mengobrol dan menceritakan kisah hidup mereka masing-masing. Ternyata kisah mereka berdua tidak jauh berbeda. Hanya saja Sela sedikit lebih beruntung karena masih memiliki kedua orang tua walaupun sudah tidak tinggal bersamanya lagi. Sedangkan Cika sudah kehilangan ayah tercintanya.

Hanya ada ibu yang sama sekali tidak pernah menyayanginya.

"Mulai hari ini kita buka lembaran baru. Anggap aku ini saudara mu, gak boleh sedih lagi ya!" ucap Sela sambil memeluk Cika dengan erat.

"Terima kasih ya Sela, kamu benar-benar baik. Aku beruntung bertemu sahabat seperti kamu." sahut Cika sembari membalas pelukan Sela.

Tidak terasa malam sudah semakin larut.

Waktu sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari.

"Ayo kita tidur dulu, aku sudah mengantuk!" ucap Sela yang sudah mulai menguap berulang kali.

"Iya Sel, aku juga sudah ngantuk nih." jawab Cika sembari memejamkan matanya.

Bertemu Pria Tampan

Sang surya sudah terbit dari ufuk timur dan semburannya memancarkan aura indah kepada semua insan.

Cika terbangun dari tidur lelapnya. Sambil mengumpulkan nyawanya kembali, dia bergegas membuka kedua mata indahnya.

Hari sudah menunjukkan pukul 06.30 pagi. Cika dengan segera membangunkan Sela yang masih tertidur pulas.

"Sela bangun, Sela!" ucap Cika sambil menggoyangkan tubuh Sela.

"Hmm," Sela hanya bergumam.

"Katanya pagi ini mau ke kantor, bukannya ada rapat penting ya?" ucap Cika sambil menarik selimut yang digunakan Sela.

Sela seketika tersentak dan mencoba untuk bangun dari tempat tidurnya.

"Cepat sekali pagi ini datang, aku masih ngantuk banget Cika!" sahut Sela yang masih menguap dan mencoba bangkit untuk segera ke kamar mandi.

Cika yang tinggal sendiri di atas kasur, segera bangkit dari tempat tidur. Dia dengan sigap mulai membersihkan tempat tidur itu dan merapikannya kembali. Cika memang sudah terbiasa hidup mandiri sedari kecil.

Tidak lama kemudian Sela pun keluar dari kamar mandi.

Cika mengambil pakaian gantinya di dalam koper. Dia bergegas masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Setelah selesai mandi, tubuhnya terasa begitu segar dan dia melangkah menuju dapur untuk menyiapkan sarapan.

"Gak ada yang bisa di masak Sela?" teriak Cika dari arah dapur.

"Ada mie instan di dalam kulkas. Masak itu saja dulu, nanti kita belanja ke supermarket!" teriak Sela dari pintu kamar.

Dengan sigap Cika langsung memasak mie instan tersebut. Sementara Sela masih bersiap-siap untuk berangkat ke kantor. Setelah semua persiapannya selesai, Sela langsung berjalan menuju dapur menemui Cika.

"Ayo sarapan dulu, ini buat kamu!" ucap Cika sambil memberikan semangkok mie rebus lengkap dengan telur dan sosis kepada Sela.

"Hmm, harum sekali. Kelihatannya juga lezat." ucap Sela yang segera menyantapnya.

"Hari ini kamu istirahat di rumah dulu ya. Nanti aku coba tanyain lowongan pekerjaan sama teman-teman aku!" ucap Sela sambil menghabiskan makanannya.

"Aku gak punya keahlian apa-apa Sela. Mungkin aku akan cari pekerjaan di toko-toko atau rumah makan saja!" jawab Cika sambil meneguk segelas air putih yang ada ditangannya.

"Gak apa-apa Cika, yang penting kita usaha dulu. Jangan menyerah sebelum bertanding!" ucap Sela memberi semangat kepada Cika.

"Iya Sel, terimakasih. Kamu juga yang semangat ya kerja nya." ucap Cika kembali sambil membawa piring kotor ke tempat cucian piring.

"Ya sudah, aku pergi dulu ya. Hati-hati di rumah!" teriak Sela sambil berlalu pergi meninggalkan apartemen miliknya.

"Iya Sela, kamu juga hati-hati di jalan ya!" sahut Cika yang sedang asyik membersihkan dapur yang sudah berantakan.

Setelah semuanya beres, Cika berjalan menuju ruang tamu. Dia menyalakan televisi agar tidak terlalu merasa bosan sendirian di rumah.

Sesekali Cika membuka ponselnya untuk melihat pesan masuk. Namun hatinya kembali merasa sedih karena tidak ada satupun pesan yang masuk di ponselnya. Bahkan Ibunya sendiri tidak mencoba untuk menghubunginya ataupun menanyakan kabarnya.

"Ya sudahlah, apa lagi yang bisa aku harapkan dari mereka?" batin Cika dari dalam hatinya.

Sementara itu, Sela sudah sampai di kantor dan bergegas masuk ke ruangannya. Dia mempersiapkan segala keperluan untuk meeting yang akan diadakan beberapa menit lagi.

"Kamu sudah pulang Sela?" tanya Aldo sambil berjalan memasuki ruangan Sela.

"Sudah semalam, kamu kemana saja aku hubungi gak bisa-bisa?" ucap Sela tanpa melihat Aldo sedikitpun.

"Aku ketiduran, kamu sudah siap untuk meeting kan?" tanya Aldo sambil melangkah meninggalkan ruangan Sela.

"Sudah, tenang saja!" sahut Sela sambil memeriksa berkas yang ada ditangannya.

Aldo adalah sepupu Sela, adik dari Ilham. Wajahnya sangat tampan dan mempesona. Namun sayangnya pria satu ini tidak pernah membuka hatinya untuk seorang wanita. Dia merasa nyaman dengan kesendiriannya karena belum bertemu dengan wanita yang cocok dengan dirinya.

Meeting selesai. Semua orang keluar meninggalkan ruangan. Aldo kemudian berjalan menghampiri Sela.

"Sela, kamu masih banyak pekerjaan gak? Temani aku dong cari pakaian buat nanti malam!" pinta Aldo sambil membantu Sela mengumpulkan berkas yang ada di atas meja.

"Aku mau aja sih, tapi aku harus cepat pulang. Kasihan Cika sendirian di apartemen." sahut Sela.

"Siapa Cika?" tanya Aldo sedikit bingung.

"Cika itu sahabat aku dari Surabaya, kasihan dia kabur dari rumah. Aku membawanya pulang biar aku ada teman." sahut Cika kembali.

"Oh, ajak dia saja kalau gitu. Nanti kita mampir dulu ke apartemen kamu buat jemput dia!" ucap Aldo sambil melangkah meninggalkan ruangan bersama Sela.

"Ya sudah kalau begitu, aku coba hubungi dia dulu!" jawab Sela sambil berjalan kembali menuju ruangan mereka masing-masing.

Setelah sampai diruangannya, Sela segera mengeluarkan ponsel dan langsung menghubungi Cika.

"Halo Sela, ada apa?" jawab Cika dari balik telepon.

"Kamu lagi ngapain?" tanya Sela.

"Lagi diluar nonton, memang nya ada apa?" tanya Cika balik.

"Aku mau ke mall, kamu ikut ya. Sebentar lagi aku jemput!" ucap Sela dan memutuskan telpon yang tadi tersambung.

Cika bergegas masuk ke dalam kamar. Dia melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Tidak lama, dia pun keluar dan langsung mengganti pakaian. Dia tidak lupa juga memoles wajahnya dengan makeup secukupnya.

Cika memang tidak suka berdandan berlebihan. Menurutnya tampil natural itu lebih enak dipandang mata.

"Titt...Titt...Titt..."

Terdengar bunyi klakson mobil dari arah parkiran apartemen. Ponsel Cika pun ikut berbunyi tanda ada pesan masuk.

"Cika, aku sudah di bawah. Kalau sudah selesai, cepat turun ya!" isi pesan dari Sela.

"Iya Sela, aku segera turun!" balas Cika sambil berjalan menuju luar.

Cika segera turun dan melangkahkan kaki meninggalkan apartemen. Sesampainya di luar Cika melambaikan tangannya saat melihat Sela yang sudah menunggunya di dalam mobil.

"Hai Sel, kita mau kemana?" tanya Cika yang masih berdiri di samping mobil.

"Gak usah banyak tanya, ayo masuk!" ajak Sela.

"Ya Tuhan, cantik sekali wanita ini. Ini orang atau jelmaan bidadari sih?" batin Aldo yang seketika merasakan getaran di dalam hatinya.

Setelah Cika berada di dalam mobil, Aldo pun segera melajukan mobilnya menuju mall tempat dia biasa berbelanja.

"Kamu cantik banget sih Cika." puji Sela sambil menatap Cika dari ujung rambut sampai ujung kaki.

"Apaan sih Sela, biasa aja kali. Jangan berlebihan!" sahut Cika sambil tersenyum malu.

Aldo yang tengah mengemudi, merasa ada sesuatu yang aneh pada hatinya. Sesekali dia mencuri pandang ke arah belakang dengan tatapan yang sedikit berbeda. Sela pun dengan cepat menyadari tatapan Aldo yang tak biasa itu. Dia pun mulai bersuara untuk memperkenalkan mereka berdua.

"Cika, kenalin ini Aldo sepupu aku. Dia adiknya kak Ilham yang semalam mengantar kita pulang!" ucap Sela memperkenalkan mereka berdua.

Cika kemudian melemparkan senyum ke arah Aldo. Aldo yang memandanginya dari kaca spion, juga membalas senyuman dari Cika.

Aldo merasa sedikit canggung karena baru kali ini dia merasakan sesuatu yang lain ketika melihat wanita secantik Cika berada di dalam mobilnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!