NovelToon NovelToon

PERTAMA DAN TERAKHIR

1

" awaaaaaaasssss !!!"

Ponsel yang sedang dipegangnya melayang diudara, seketika itu pula tubuhnya tertelungkup di aspal panas. Hidungnya terasa panas dan nyeri , terdengar suara klakson mobil bersahutan ditelinganya ,

" cepat panggil ambulans ,kondisnya sangat kritis," terdengar jelas jeritan perempuan tua yg berdiri di sampingnya,

Ia coba berdiri , sikunya perih saat bergesekan dengan aspal jalan . Kepalanya sedikit pusing , tapi perlahan dicobanya untuk tegak . Terik matahari siang ini membuatnya sedikit mual , ditambah darah yang keluar dari hidung merembes masuk ke mulutnya .

" maaf mas" sesosok pria jangkung menyenggolnya , kondisinya yang kurang baik membuatnya oleng dan tubuhnya berbalik mengikuti arah pria itu berjalan.

Dibelakang beberapa orang berkerumun ,tidak jelas apa yang dibicarakan karna semua orang saling berbicara dan bersahutan .

" ya ampun ,kenapa ambulans nya lama sekali."

" darahnya terus keluar , bisa tidak selamat nih orang."

" coba liat dia kejang-kejang."

dan semakin banyak lagi sahutan orang didepannya , ia berjalan ke arah kerumunan dan menerobos masuk ditengahnya.

Seorang pria tergeletak dengan baju bersimbah darah , tas hitam disampingnya terbuka , beberapa buku dan lembaran kertas berhamburan dijalanan.

" Rey kamu sudah sadar , alhamdulilah ..." ketika matanya terbuka , bik Inah sudah berdiri didepannya , matanya nampak sembab.

" bik aku kenapa ? ini dimana ?" ia meringis kesakitan saat menarik tangannya , selang infus menempel di tangan kirinya.

" kamu tadi pingsan dijalanan ,orang-orang bawa kamu kesini dan tadi suster telpon kerumah." bik inah berusaha menjelaskan .

Seketika ia ingat kejadian tadi , waktu jatuh di jalan ,seperti ada orang yang mendorongnya dari belakang dan pria yang tergeletak tadi , yang penuh luka.

Apa dia selamat ? dan siapa dia?

Suara dering ponsel membuyarkan lamunannya .

" ini telpon dari mama."

Bik Inah menyodorkan ponselnya

" keadaan kamu gimana ? ga parah kan ? , oh ya mama minta maaf belum bisa pulang cepat ,masih ada acara sosial jadi ..

tiiiiiiiiit

Rey mematikan ponsel dan menaruhnya di meja.

Bik Inah menatapnya iba . Selalu saja seperti ini dan sudah menjadi hal yang biasa tentunya.

Rey berjalan pelan dilorong rumah sakit , tangan kanannya sembari memegang botol infus.

" kata orang yang ada ditempat kejadian , bapak itu berlari begitu tahu sebuah sedan melaju kencang dan berkali-kali ia berteriak , tapi kamu sama sekali tidak menggubrisnya."

Pria itu mendorong tubuhnya hingga tertelungkup , ia masih ingat jelas peristiwa itu.

" dia benar-benar berhati malaikat" bik inah bercerita dengan mata berkaca-kaca. " dia tidak memperdulikan keselamatannya sendiri."

KAMAR JENAZAH

dari kejauhan plang tulisan di atas ruangan itu terlihat jelas, seketika perutnya mual membayangkan yang ada didalamnya.

di depan ruangan , seorang wanita menangis histeris , disamping putrinya meringkuk di kursi .Sama seperti ibunya air matanya tak henti menetes ,sesekali ia menatap kedalam pintu ruangan.

Rey menghentikan langkahnya ,terdengar suara petugas rumah sakit memanggil ibu dan anak itu , terlihat ada sesuatu yg mereka bicarakan.

" jadi kamu yang sudah menyebabkan suami saya meninggal."

Rey terkejut , ketika tatapan matanya beradu dengan mata ibu yang depannya , tapi tidak ada kata yang keluar dari mulutnya .

Yah , ia sadar tadi hanya ketakutannya sendiri , apa yang akan dilakukan ibu itu ? apa dia akan menuntut tanggung jawabnya ?apa orang tuanya akan tahu? dan ribuan pertanyaan lain berseliweran dibenaknya.

Rey membalikkan badannya , dan berjalan cepat kembali ke ruangannya

AKU MEMANG SEORANG PENGECUT

2

Namanya Samsul ,seorang guru honorer di sma swasta. Sehari-hari ia tinggal bersama istri dan putri tunggalnya .Hidupnya bisa dibilang jauh dari cukup , gajinya sebagai guru honorer sangatlah minim untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Istrinya hanya ibu rumah tangga biasa ,sesekali ia mendapatkan pekerjaan untuk membantu tetangga yang sedang ada hajatan atau sekedar minta dibuatkan kue untuk acara arisan dll .Tentunya tidak banyak membantu , toh pekerjaan itu juga tidak setiap hari ada.

Andin satu-satunya harapan mereka , tidak hanya cantik , ia pun selalu menjadi juara di sekolah dan itu juga yang bisa membawanya ke sekolah favorit dikota ini , sekolah yang terkenal mahal , tidak mudah untuk bisa berada didalamnya , tapi berkat prestasi membuatnya berada disini , tak sepersen pun biaya yang dikeluarkan ,karena beasiswanya berlaku selama 3 tahun ,itupun dengan syarat prestasinya harus tetap stabil , kalaupun bisa harus lebih baik lagi dan lagi.Dan yang terberat mereka harus tinggal terpisah .

Andin tinggal di sebuah kost kecil tak jauh dari sekolah ,rumahnya terletak dikabupaten yang cukup jauh dari lokasi sekolah nya , jadi tidak memungkinkan kalo harus setiap hari pulang kerumah ,setiap sabtu sore bapak menjemputnya pulang , dan kembali lagi minggu malam.

Seperti itu terus sampe hampir 3 tahun lamanya.

ANDINI PUTRI , tahun ini pun berhasil menjadi juara umum .

Rey memasuki rumah petak kecil yang ada diujung gang , bendera kuning menancap di pagar kayu yang mulai rapuh beberapa bagiannya.

Diteras yang masih beralaskan tanah , beberapa tetangga sudah duduk berjajar, sebagian sibuk keluar masuk menyambut tamu .

" kamu murid nya samsul?" perempuan tua menyambutnya di depan pintu.

Ia mengangguk ragu.

Sembari masuk ke ruang tamu ,ditatapnya jenazah pak Samsul yang ada di tengah mereka ,disamping kiri istrinya masih menangis ,bibirnya bergetar memanjatkan doa.

Gadis berjilbab hitam yang duduk dipojokan menatapnya tajam.

REYHAN PUTRA WIBISONO

siapa yang tak kenal dengannya , hampir semua penghuni sekolah mengenalnya dengan jelas . Ayahnya salah satu penyumbang dana terbesar di sekolah .

Bisa dibilang ia murid terkaya di sekolah favorit yang memang untuk kalangan atas. Semua murid mengenalnya terlebih yg cewek.

Tapi sangat diyakininya ,kalo cowok kaya yang terkenal sombong itu bahkan tidak hafal wajah cewek-cewek yang selalu menggodanya saat ia sampai disekolah

" Rey ke kelas bareng yuk."

Dia memang cuek ato mungkin tuli ,bahkan melirik pun tidak . Pandangannya tetap lurus ke depan ,tak terlepas dari ponsel ditangannya.

Rey beradu pandang dengan gadis itu . Sepertinya tak asing wajahnya , tapi dimana mereka pernah bertemu?

Seorang pria menghampiri dan menyuruhnya duduk , tak lama dilihatnya bik Inah masuk menyusul , setelah menyalami istri pak Samsul dan anaknya , bergegas duduk menyandingnya .

" itu istri dan anaknya pak Samsul" bisiknya lirih.

Rey mengangguk sambil terus menatap gadis itu . Dia siapa ya ? pertanyaan itu bergulir lagi di benaknya.

Selesai disholatkan ,beberapa warga mengantarkan pak Samsul ke peristirahatan terakhirnya. Istrinya nampak terkulai lemas di kursi depan ,air matanya tak berhenti mengalir , ibu-ibu yang berdiri disamping berusaha menenangkannya.

" Ndin kamu disini aja jagain ibumu , nggak usah ikut ke makam." Andin mengangguk setuju.

Matanya tertuju ke seseorang yang berdiri di depan pagar rumahnya , menatap ke arah jalanan. Ia berjalan menghampiri.

" kenapa kamu bisa ada disini ?" Rey berbalik ke arahnya . " kamu kenal sama bapakku ?" tanyanya lagi.

7 hari kemudian...

" jadi bik Inah kerja di rumah kamu ?"

Rey mengangguk , Andin yang tadi kebetulan lewat didepan rumah bik Inah melihat Reyhan duduk sendirian diteras depan , lalu ia menyapanya ..

" Kok aku seperti pernah lihat kamu sebelumnya ." Reyhan menatap mimik mukanya yang terlihat malu-malu.

Andin menunduk ,merasa kikuk juga dipandangi seperti itu , tak lama ia menimpali ."ya iyalah , kan kita satu sekolah juga."

Reyhan membelalakkan matanya , "satu sekolah ?"

" iya , tapi pasti kamu nggak kenal ." Andin mengulurkan tangannya ." aku Andini putri kelas 3ipa1 ."

3

Rey mengemasi beberapa baju yang hanya beberapa saja dibawanya, sudah seminggu lebih ia menginap dirumah bik Inah ..bukan untuk mengisi liburan sekolahnya, melainkan mencari tau tentang Pak Samsul , yang kebetulan tetangga dekat bik Inah dikampungnya.

Setiap kali menyebut nama Pak Samsul membuatnya kembali teringat peristiwa itu, memang bukan sepenuhnya kesalahannya , tapi seandainya tidak ada Pak Samsul ,mungkin sekarang ia sudah tidak ada lagi didunia ini.

" Kamu ngapain pakai acara ikut bik Inah pulang kampung segala."mama memang kurang setuju dengan keputusannya kali ini.

" ikut mama ke bali aja ya , ada acara sama tante Nisa , Agnes juga ikut loh ,kamu masih inget sama Agnes kan? dulu kalian akrab banget , tapi setelah tante Nisa sekeluarga pindah ke Surabaya , kalian sepertinya jadi nggak begitu deket ya ."

Baru juga semalam mama sampe dirumah ,tanpa menanyakan lebih detail soal kecelakaan yang menimpanya kemarin , dan hari ini mama udah sibuk packing lagi.

Yah , dirumah besar ini cuma berisi 3 anggota keluarganya , tapi semua terasa asing, jarang bertemu , jarang kumpul bersama . Yang ada tiap hari cuma bik Inah selalu ada untuk menemaninya.

Dan soal tujuannya datang ke kampung bik Inah pun , mama juga nggak tau dan sepertinya memang tak mau tau, apalagi papa , terakhir mereka berkomunikasi seminggu lalu , saat ia dirumah sakit pun ponsel papa tak pernah aktif .

Apa ini yang dinamakan keluarga ?

Andin memasukkan bajunya ke tas yang lebih besar , biasanya kalo harus kembali kekota hanya tas ransel kecil yang dibawanya , toh hanya untuk 5 harian saja , sabtu bapak pasti sudah menjemputnya pulang.

"bapak." mulutnya berucap lirih , air matanya mulai menetes perlahan .Masih diingat dengan jelas hari-harinya bersama bapak , yang selalu setia mengantar jemputnya tiap minggu.

"ingat nduk ,kamu harus rajin belajar ,jangan mikirin yang lain-lain dulu ,fokus sama sekolah , kamu itu beruntung bisa masuk sana, jangan sampai beasiswa kamu dicabut , gara-gara prestasimu menurun."

Selalu itu yang diucapkan bapak saat mereka berdua diatas motor saat menjemputnya di kos an.

" nduk ,ini jaketnya sudah ibu setrika ,kamu masukin dulu biar nggak ketinggalan." Andin mengusap air matanya pelan ,jangan sampai ibu melihat nya bersedih begini." bawa bajunya sekalian agak banyak ,nanti kamu pulangnya 2 ato 3 minggu sekali yah ,biar sedikit ngirit kan sekarang harus naik angkutan umum." ibu duduk menyandingnya, meski tersenyum , ia tau sebenarnya masih ada kedukaan di mata ibu ,tapi berusaha untuk setegar mungkin didepannya.

Pukul 06.30

Rey sudah bersiap-siap diatas motornya ,hari ini memang sedikit berbeda , pagi-pagi sekali ia sudah bersiap kesekolah

Andini Putri

Rasa penasarannya kian memuncak , mereka ternyata sekolah ditempat yang sama dan sudah 2 tahunan ini ,tapi kenapa wajahnya sangat asing dimatanya ,ato karna selama ini ia tak pernah mau peduli orang disekitarnya.

15 menit kemudian

Ia sudah memasuki pelataran sekolah, setelah memarkir motornya ,ia bergegas masuk

"Woyy ada angin apa nih ,sang sultan jam segini udah disekolah ." Riki tiba-tiba merangkulnya dari belakang , Rino yang berjalan disampingnya menatapnya aneh ."loe sehat kan ?" ujarnya sembari memegang keningnya

Rey menghempaskan tangannya dengan kasar." Apaan sih!"lalu setengah berlari masuk , meninggal kan dua sohibnya di belakang.

Begitu sampai di lantai 2 ,ia berbelok ke kanan . "bro, loe mau kemana?" Rino berteriak dari belakang , ia hanya melambaikan tangan tanpa membalikkan badannya.Heran ,harusnya mereka naik 1 lantai lagi untuk sampe dikelasnya.

Rey berjalan di lorong yang masih nampak sepi ,hanya beberapa anak saja duduk di depan kelas.

"Rey , tumben main kesini ." cewek berkuncir 2 yang duduk didepan kelas tersenyum padanya .

Sok akrab , rutuknya dalam hati.

Rey mendongakkan kepalanya ,melihat tulisan di atas pintu kelas

3 ipa 1

"loe anak ipa 1?" Rey menunjuk cewek yang menyapanya tadi , dan terlihat matanya langsung berbinar senang.

" gue Putri." cewek yang mengaku bernama Putri itu mengulurkan tangannya.

Rey tak menggubris ,bahkan tak peduli sorot kekecewaan dari wajah cantik di depannya.

"Andin mana?"

Putri dan teman disebelahnya saling berpandangan, "Andin." seru mereka bersamaan.

Sebelum mendapat jawaban , Rey mengarahkan pandangannya ke jendela kelas . Disudut kelas ,cewek berambut panjang terurai , tengah sibuk dengan buku ditangannya , sesekali ia membetulkan posisi kacamata minusnya .

Itu dia. Tanpa mempedulikan ato sekedar berterima kasih pada Putri dan teman sebelahnya , Rey nyelonong masuk ke dalam kelas.

Didepan kelas , Putri dan temannya tengah berbisik-bisik dan sempat terdengar nama Andin dalam ghibahan mereka.

" Andin."

Andin mengangkat kepalanya , dahinya mengernyit sekilas , terheran-heran melihat sosok yang berdiri didepannya sekarang.

" Rey ". sapa Andin sedikit ragu.tangan kirinya menutup buku yang sedari tadi menjadi kesibukannya." ada apa ya ? kok tumben kesini ?"

Tanpa dipersilahkan , Rey duduk di depan Andin . Nampak kegugupan di wajah Andin , Reyhan yang selama ini tidak dikenalnya walaupun sudah 2 tahunan ini mereka di sekolah yang sama, tiba-tiba bersikap seperti mereka sudah berteman dan sekarang dengan santai dia duduk di depannya . Apa ini mimpi?

Diluar , Putri dan ketiga temannya yang baru juga sampai tapi sudah dihadangnya di depan , sembari menunjukkan pemandangan yang tak biasa di dalam kelas .

" Andin sama Rey , kok mereka kayak akrab gitu?" cewek berambut cepak dengan tas ransel besarnya berseloroh.

" padahal ga pernah liat mereka barengan , ya ngga." Putri menimpali .

satu temannya lagi mengangguk setuju.

Di dalam terlihat Andin dan Rey terlibat pembicaraan seru , sesekali Andin tertawa kecil dan Rey menyodorkan ponsel miliknya , Andin mengambil ponsel itu dan mengetikkan sesuatu didalamnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!