NovelToon NovelToon

Oh My Teacher

Siapa Dia?

Tin! Tin!

Vin-Vin yang mendengar bunyi klakson motor di depan rumah langsung berlari meninggalkan makanannya di meja makan.

"Mah, maaf Vin-Vin nggak bisa bantu cuci piring. Axel sudah jemput."

"Nggak usah lari-larian Vincia!" teriakan Luci, mama Vin-Vin tak membuat Vin-Vin berhenti.

Saat membuka pintu utama rumahnya, Vin-Vin melihat Papi nya -Aldrich- sedang berdiri sambil berkacak pinggang persis di samping Axel yang masih duduk di motor gedenya.

"Memangnya Lo sudah punya SIM? Masi SMA sudah bergaya bawa-bawa motor!" ucap Papi Al ketus.

"Sudah Om, saya sudah punya kok. Kan bulan kemarin saya sudah 17 tahun," jawab Axel penuh hormat. Bagaimanapun sikap Aldrich padanya, dia harus tetap sopan karena Aldrich adalah ayah dari gadis yang dia suka.

"Naik motor itu bahaya tau! gue nggak suka ya kalau anak gue kenapa-kenapa gara-gara Lo ugal-ugalan bawa motornya!"

"Papi..." Vin-Vin merangkul tangan Papi nya, "jangan ketus lah sama Axel. Dia kan sudah mau susah payah jemput Vin-Vin padahal rumahnya jauh loh dari sini."

"Siapa suruh! memangnya Papi nggak bisa anter kamu berangkat sekolah!"

"Papiii..." Vin-Vin mengerucutkan bibirnya, berpura-pura kesal pada sikap Papinya. Memang sejak kecil Papi nya itu tak begitu menyukai Axel, entah kenapa. Padahal Vin-Vin dan Axel sudah berteman sejak mereka masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak.

"Hmmm... iyalah sudah sana berangkat, nanti terlambat lagi!" Aldrich mencium kening putri kesayangannya.

"Hati-hati Lo bawa motornya! awas kalau sampai Vin-Vin kenapa-kenapa!" pesan Aldrich pada Axel.

"Siap Pi!"

"Pi! Pi! pipi Lo!"

"Iya Om, maaf.." Axel menutup kaca helm bogo warna hitamnya. Lalu tak lama Vin-Vin mulai naik ke jok belakang motornya dan mereka pun melesat meninggalkan rumah Vin-Vin.

Vincia atau yang biasa di panggil Vin-Vin, sudah beranjak dewasa. Sekarang dia sudah duduk di bangku kelas 2 SMA dan sebentar lagi, tepatnya 3 bulan lagi dia akan merayakan ulang tahunnya yang ke 17.

Vin-Vin adalah gadis yang sangat terkenal di sekolahnya, karena dia begitu cantik. Banyak anak lelaki yang menyukainya namun tak satupun dari mereka berani mendekatinya karena Vin-Vin punya seorang bodyguard yang selalu mengikutinya kemanapun dia pergi.

Siapa lagi kalau bukan Axelio Pratama, teman semasa kecil Vin-Vin yang selalu menganggap Vin-Vin sebagai pacarnya, walaupun Vin-Vin sendiri hanya menganggapnya sebagai teman biasa.

Axel tak mempermasalahkan jika Vin-Vin hanya menganggapnya sebagai teman, karena baginya bisa terus bersama Vin-Vin itu sudah cukup membahagiakan untuknya.

"Vin-Vin!"

Vin-Vin membuka helm nya dan menyerahkannya pada Axel lalu menoleh ke asal suara yang memanggilnya, "Emuutt..."

"Emuut! Emuut! namaku Mutiara tau!"

"Iyalah Mut, gitu aja marah," Vin-Vin langsung memeluk sahabatnya itu.

"Xel, aku masuk dulu sama Emuut ya."

"Iya sayang, hati-hati," jawab Axel sambil tersenyum.

"Yee! sembarangan panggil-panggil 'sayang' bikin aku nggak laku aja!" cebik Vin-Vin sambil lalu meninggalkan Axel yang masih berkutat memarkirkan Hon*a PCX warna putihnya.

Axel hanya tertawa renyah mendengar celotehan Vin-Vin. Baginya, Vin-Vin adalah gadis paling menggemaskan di dunia.

Mutiara langsung menarik Vin-Vin agar mereka berdua berjalan cepat dan beriringan menuju kelas.

"Vin!" bisik nya, "kamu kok bisa sih nggak suka sama Axel. Cowok super ganteng begitu kenapa nggak bisa bikin kamu jatuh cinta?"

Vin-Vin menoleh dan menatap Axel sebentar, lalu menatap sahabatnya, "emangnya Axel ganteng?" tanyanya polos.

"Buset!!!" Mutiara menepuk jidatnya. "Kalau menurut kamu cowok seganteng Axel itu 'b' aja, terus ganteng menurut kamu itu yang kayak apa sih?!"

Vin-vin berpikir sejenak lalu tersenyum, "ntar kalau aku sudah ketemu cowok yang ganteng, aku kasih tau kamu deh," ucapnya sambil tertawa gelak-gelak.

"Dasar cewek egois!" cebik Mutiara.

"Mut, setiap hari aku di kelilingi lelaki tampan tau! jadi buat aku Axel itu 'b' aja."

"Iyalah aku tahu, Papi kamu kan model, Papah kamu juga artis. Walaupun mereka sudah berumur, tapi mereka berdua masih kelihatan ganteng banget. Apalah aku yang tiap hari cuma lihat Ayah aku yang perutnya buncit, lihat Axel aja sudah mleyot."

"Hahaha..." Vin-Vin langsung tertawa gelak-gelak mendengarkan gerutuan Mutiara.

"Hai Vin-Vin."

Vin-Vin menoleh ke arah cowok yang memanggilnya lalu tersenyum.

"Boleh aku ngobrol sebentar," pinta si cowok berkaca mata yang tadi memanggilnya.

"Ada perlu apa. sama Vin-Vin!" Axel langsung berjalan mendekat saat melihat Vin-Vin di dekati teman sekolahnya.

"Gue mau ngomong empat mata sama Vin-Vin."

"Urusan Vin-Vin itu urusan gue juga!" ketus Axel. Dia nggak mau melepaskan Vin-vin dari pandangannya apalagi membiarkannya berdua saja dengan lelaki lain.

"Vin?" si cowok berkaca mata menatap Vin-Vin.

"Kalau Axel bilang begitu, ya berarti harus begitu," ucap Vin-Vin sambil tersenyum.

"Apa kalian berdua pacaran?"

"Iya! kenapa? masalah buat Lo?!" jawab Axel ketus.

"Ya udah, sorry kalau gitu." Si lelaki berkaca mata langsung pergi meninggalkan Vin-Vin.

Axel menghela napas sambil menatap Vin-Vin, "sayang banget kita nggak sekelas. Aku jadi nggak bisa jagain kamu," keluhnya.

"Tenang aja Xel, ada aku."

Axel tersenyum manis pada Mutiara lalu berlalu pergi meninggalkan mereka berdua untuk masuk ke kelasnya sendiri. Dan senyuman nya tadi berhasil membuat Mutiara meleyot dan hampir saja meleleh di tempat. Axel memang super duper ganteng. Mungkin ada yang salah di otak Vin-Vin sampai dia menganggap kalau Axel itu biasa aja.

"Vin, ayo masuk ke kelas.."

Tapi Vin-Vin tetap diam.

"Vin?" Mutiara memandang sahabatnya yang sedang bengong.

"Heh! kamu kenapa sih! kok malah bengong?!"

"Hah? eh iya, kenapa?" Vin-Vin terbangun dari lamunannya karena teriakan Mutiara.

"Kamu lagi ngapain si? ngelamunin apa?"

"Mut... kamu liat cowok tadi nggak?" bisik Vin-Vin.

"Cowok mana?"

"Yang tadi!"

"Yang tadi mana?!" Mutiara celingukan.

"Yang tadi masuk ke ruang guru."

Mutiara menggelengkan kepalanya, "udah lah bentar lagi bel masuk nih! ayo buruan ke kelas," ajak Mutiara sambil menarik tangan Vin-Vin.

Vin-Vin pun menurut walaupun pandangan matanya masih terpaku ke ruang guru. Baru saja dia melihat sesosok lelaki yang sangat tampan dan membuatnya terpesona dan penasaran.

"Aku.. barusan lihat cowok ganteng banget Mut!" bisik Vin-Vin.

"Jangan nge-halu deh! cuma Axel yang paling ganteng di sekolah ini."

"Tapi kayaknya dia bukan murid deh! tapi ganteng banget..."

Mutiara hanya menggelengkan kepalanya mendengar celotehan sahabatnya. Mana ada cowok ganteng lagi di sekolahan ini selain Axel, kayaknya otak sahabat ya ini memang rada konslet.

vincia

Axelio Pratama.

Guru baru.

"Vin!"

"Hmmm..." Vin-Vin masih asyik mencorat-coret buku tulisnya, tapi entah kemana pikirannya melayang hingga tak mendengarkan panggilan Mutiara.

"Vincia!"

"Apaan si Mut!" Vin-Vin melotot ke arah sahabatnya, dia kesal karena Mutia sudah mengganggu lamunannya.

"Ada kabar terbaru! kamu tau nggak?!"

"Apaan?"

"Ada guru baru! ganteng banget!!!" Mutiara heboh sambil mencubit lengan Vin-Vin.

"Apaan sih, biasa aja lah..."

"Emang kamu sudah lihat?"

Vin-Vin menggeleng.

"Ayo!"

"Eh? kemana?" Vin-Vin terkejut karena tiba-tiba Mutiara menarik lengannya.

"Kita lihat si guru ganteng!"

"Tapi kan sebentar lagi Pak Sugeng datang..."

"Bilang aja habis dari toilet!" Mutiara tak menggubris ucapan Vin-Vin, dia terus menarik tangan sahabatnya hingga mereka berjalan cepat meninggalkan ruang kelas.

Setelah sampai di lapangan voli, Vin-Vin sangat terkejut karena ternyata di sana sudah banyak siswi-siswi berkerumun untuk menonton.

"Ada tontonan apa sih?" gumam Vin-vin.

"Ni anak, dari tadi aku ngomong sampe berbusa nggak denger apa?!" kesal Mutiara, tapi tangannya terus menarik Vin-vin untuk menerobos kerumunan teman-teman sekolahnya yang di dominasi oleh siswi perempuan.

Akhirnya Mutiara berhasil membawa Vin-vin keluar dari lautan siswi-siswi sekolahnya dan berada di barisan paling depan sehingga bisa dengan jelas melihat sosok yang sudah membuatnya heboh.

Vin-vin terdiam tanpa kata saat matanya terpaku pada guru tampan yang sudah membuat heboh seluruh murid perempuan di sekolah ini. Guru itu ternyata adalah lelaki tampan yang dilihatnya pagi tadi. Ternyata dia adalah seorang guru. Guru olah raga pula, pantas saja tubuhnya sangat atletis dan berotot.

Vin-vin bahkan sampai menutup mulutnya saat melihat lengan terbuka si guru tampan karena dia memakai kaos olahraga tak berlengan.

Lengannya sangat kencang dan berotot, di tambah dengan lelehan keringat yang mengalir, membuat Vin-vin berulang kali harus menelan ludah.

Ini pertama kalinya Vin-vin merasa tertarik dan terpesona pada seorang lelaki. Jantungnya berdebar-debar dan wajahnya terasa panas. Mungkinkah ini yang namanya cinta??

"Di... dia siapa Mut?" gumam Vin-vin sambil mencubit lengan Mutiara.

"Kan tadi aku sudah bilang, guru olah raga!"

"Ya aku tau kalau dia guru olah raga! maksud aku namanya!"

"Namanya... siapa ya?" Mutiara tampak berpikir sambil menggaruk-garuk kepalanya.

"Namanya Pak Ivan, lengkapnya Ivan Xander. Umur 25 tahun. Guru olahraga baru kita!" Tiba-tiba seorang siswi yang berdiri di sebelah Mutiara berceletuk memberikan informasi walaupun kurang begitu akurat.

.

"Single atau double?" tanya Vin-vin, tatapanya masih melekat pada sosok yang berdiri di tengah lapangan voli sambil meniupkan peluit.

"Emangnya pertandingan badminton pake acara single double!" ketus Mutiara. Matanya pun tetap melekat ke arah si guru tampan.

"Kayaknya sih masih single, semoga saja. Kita doakan " ucap cewe lain yang ada di sebelah Vin-vin.

"Aamiin!" timpal Mutiara dan cewe yang ada di sebelahnya.

"Aamiin..." Vin-vin pun ikut mengamini. Tentu saja dia berharap Pak Ivan masih single, karena ini pertama kalinya dia berdebar-debar saat melihat lawan jenis. Nggak lucu kan kalau baru jatuh cinta langsung patah hati.

"Awas!" Ada suara teriakan yang sangat keras membuyarkan lamunan Vin-vin. Tak lama kemudian sebuah bola voli melesat kencang menuju tepat di wajah cantik Vin-vin, membuat Vin-vin tersentak dan pingsan di tempat.

"Vin-vin!!!" Mutiara langsung berteriak dengan panik saat melihat sahabatnya jatuh pingsan tepat di sebelahnya.

"Permisi, tolong minggir!" si guru tampan berlari secepat kilat menghampiri Vin-vin lalu membopongnya dan membawanya ke UKS.

...***...

"Uuhh..." Vin-vin mulai tersadar dan mengejap-ejapkan matanya. Kepalanya terasa pusing dan berputar-putar.

Saat tangannya menyentuh pelipis, dia merasakan nyeri.

"Aduuhh... sakit..." rintihnya lirih.

"Kamu sudah sadar?"

Vin-vin membuka matanya lebih lebar, tak percaya jika di sampingnya ada si guru tampan.

Dengan terburu-buru dia berusaha bangun dari tidurnya namun kepalanya malah terasa semakin pusing. Lagi-lagi dia memegangi pelipisnya.

"Jangan bangun dulu," ucap Pak Ivan

"Aku.. aku.. di mana?"

"Kamu di UKS, tadi kamu pingsan karena kena bola voli," jelas Pak Ivan.

"Ohh..."

"Ada yang sakit?"

"Ehmh? sakit? kepala aku sakit banget..." ucap Vin-vin lirih.

Pak Ivan mendekat, lalu menempelkan kantong es ke pelipis Vin-vin yang memerah karena pukulan dari bola voli tadi.

Vin-vin yang merasa sedang di perhatikan dan di rawat oleh Pak Ivan, seketika merasa bahagia, bahkan rasa nyeri di kepalanya sudah tak terasa lagi.

"Sakit?" tanyanya lembut, suaranya begitu dalam dan berat membuat Vin-vin makin terlena. Pesona lelaki dewasa memang beda, nggak seperti teman-teman seumurannya.

"Sakit?" ulangnya, karena Vin-vin tak menjawab pertanyaannya.

"Uh? ehm.. i.. iya, sakit..." jawab Vin-vin terbata-bata.

"Nama ku Vincia Pak... panggil saja Vin-vin..." entah kenapa Vin-vin malah mengenalkan dirinya sendiri pada si guru tampan.

"Pak Ivan masih single kah?" Entah kesambet jin apa, Vin-vin tiba-tiba bertanya masalah pribadi gurunya.

Pak Ivan tampak terkejut dan terdiam, bingung mau menjawab apa.

"Kenapa memangnya?"

"Kalau masih single, aku mau jadi pacar Pak Ivan..." wajah Vin-vin langsung merona. Entah darimana keberanian Vin-vin berasal, dia hanya tau ini adalah kesempatan buatnya, dia takut akan sulit memiliki kesempatan seperti ini lagi nanti.

"Vin-vin!!!"

Tiba-tiba Axel menghambur masuk ke ruan UKS tempat Vin-vin di rawat, "kamu nggak apa-apa sayang?" Axel langsung duduk di tepi ranjang dan memeluk Vin-vin, dia tampak sangat khawatir.

"A-aku nggak apa-apa kok.." Vin-vin berusaha melepaskan pelukan Axel, dia merasa canggung pada Pak Ivan.

Pak Ivan yang masih terkejut dengan pengakuan Vin-vin akhirnya malah tersenyum sinis.

"Baiklah... karena pacar kamu sudah datang, sebaiknya saya pergi."

"Axel.. Axel bukan pa..."

"Sayang, jidat kamu merah.. duh, gimana nih kalau sampai aku di marahin Papi Al gara-gara nggak bisa jagain kamu..." Axel malah mengeratkan pelukannya.

"Xel..." Vin-vin makin kelabakan karena Pak Ivan malah semakin tersenyum sinis.

"Pak... ini bukan..."

Pak Ivan melambaikan tangannya sambil tersenyum dan pergi meninggalkan Vin-vin dan Axel di ruang UKS.

Gagal sudah rencana Vin-vin mendapatkan hati guru tampan pujaannya. Dan semua ini gara-gara Axel yang terlalu dekat dengannya.

Mungkin sekarang saatnya Vin-vin menjaga jarak dengan Axel demi mendapatkan hati guru tampan pujaannya. Vin-vin tak mau perasaan yang baru sekali ini dia rasakan berlalu begitu saja.

Tujuan Vin-vin sekarang adalah mendapatkan hati Pak Ivan Xander, guru olah raganya yang tampan.

Ivan Xanders

cewe penurut.

"Ini aku bawakan susu coklat, susu strawberry, roti sari, martabak kantin, bala-bala.. biskuit... dan masih banyak lagi... ayo makan." Axel meletakkan kresek penuh dengan makanan di atas meja tepat di depan Vin-vin.

"Aku nggak laper Xel..." Vin-vin menggeser makanan yang ada di depannya dan kembali merebahkan kepalanya di atas meja.

"Nggak boleh! istirahat pertama tadi kamu nggak makan apapun gara-gara pingsan. Istirahat ke dua ini kamu harus makan!" Axel melipat kedua tangannya di dada sambil menatap Vin-vin dengan tajam. Dia terus berdiri di samping Vin-vin, tak mau beranjak sampai Vin-vin mau makan makanan yang di bawanya.

"Iya, iya.. aku minum susu strawberry aja ya," dengan malas-malasan Vin-vin mengambil sekotak susu strawberry dan menyesapnya.

Vin-vin tak napsu makan sama sekali karena terus memikirkan si guru olah raga. Ingin sekali Vin-vin melihatnya lagi. Bahkan kalau boleh memilih, dia ingin di UKS terus jika bisa bersama Pak Ivan.

Setelah melihat Vin-vin meminum susu yang di bawanya, Axel pun berpamitan untuk kembali menuju kelasnya. Tak lupa dia berpesan pada Mutiara untuk menjaga Vin-vin dan menghubunginya jika Vin-vin sakit.

Setelah Axel pergi, Mutiara langsung mencubiti lengan Vin-vin gemas.

"Apaan sih, Mut!" kesal Vin-vin.

"Kamu di kasih perhatian seperti itu sama Axel kok bisa sih nggak meleleh... ya ampuunn.. kalau aku, aku pasti sudah jadi jelly..."

Vin-vin mendesah, "gara-gara Axel, Pak Ivan menganggap kami pacaran! padahal aku udah bilang suka.."

"Apa!!!"

"Sttttt!!!!" Vin-vin langsung membungkam mulut Mutiara.

"Ka.. kamu gila ya Vin? kok berani si bilang suka sama Pak Guru." Teriak Mutiara Lirih.

"Emangnya, kamu juga nggak suka sama Pak Ivan?"

"Suka sih, tapi ya cuma sebatas suka aja, mengidolakannya tapi nggak kepengin juga jadi pacarnya. Gila apa, ketuaan lah!"

"Cuma beda 8 tahun... Kalau aku udah nggak pake seragam putih abu-abu, jalan sama dia juga nggak kelihatan kok." Gumam Vin-vin.

"Kamu benar-benar gila! aku nggak nyangka ternyata kamu itu nekat..."

"Mut, ini pertama kalinya aku merasa tertarik sama cowok, jadi aku harus dapetin dia!" Vin-vin mengepalkan tangannya, membulatkan tekad untuk mendapatkan hati Pak Ivan, guru pujaannya.

"Terus? reaksi Pak Ivan gimana waktu kamu bilang suka?"

"Dia kaget... lalu belum sempat bicara apa-apa, Axel datang panggil 'sayang' pula! Langsung deh Pak Ivan anggep Axel itu pacarku." Vin-vin mendesah.

"Kamu tu ya, banyak cowok yang muda dan ganteng yang naksir, malah suka sama orang tua macam Pak Ivan."

"Nggak tua ah! Mateng," Vin-vin tersenyum-senyum sendiri sambil membayangkan ketampanan guru barunya.

"Aaahh jadi pengen liat dia lagi."

"Serah lu dah..." Mutiara hanya bisa menggelengkan kepala sambil membuka buku pelajarannya.

...***...

"Pak Ivan, bagaimana hari pertama bekerja sebagai guru olah raga?"

Ivan yang sedang membaca buku pendidikan jasmani di meja kerjanya, otomatis mendongak untuk melihat orang yang mengajak dia berbicara.

Ternyata Bu Yosephine, guru matematika yang masih single di usianya yang sudah menginjak 30 tahun.

"Oh, Ibu Yosephine... selamat siang."

"Jangan panggil Ibu lah, panggil saja Pipin." Bu Yosephine mengedipkan sebelah matanya membuat Pak Ivan hampir tersedak karena kaget.

"Oh.. baiklah.. Bu Pipin..."

"Aaahh .. Pak Ivan, Pipin aja jangan pake 'Bu'," pinta Bu Yosephine sambil memukul pelan bahu Ivan.

Ivan hanya tersenyum garing sambil mengangguk, lalu pandangannya kembali fokus ke buku yang dia pegang.

Olah raga adalah pelajaran yang selalu di berikan di pagi hari atau maksimal setelah jam istirahat pertama. Jadi di siang hari biasanya guru olah raga lumayan senggang, dan itu membuat Ivan merasa kurang nyaman karena harus berada di ruang guru dan di dekati guru-guru wanita yang masih single tanpa bisa mengelak karena tak punya alasan apapun untuk pergi.

"Kelas XI IPS 4, jam pelajarannya Pak Waluyo yang sedang ijin. Tadi pagi beliau nitip tugas buat anak-anak, tolong dong ke kelas XI IPS 4 untuk mengumpulkan tugas ini."

"Eh, Bu Ani!" Ivan bangun dari duduknya saat mendengar percakapan Bu Ani dan pak Sanusi.

"Ada apa Pak Ivan?"

"Anu, biar saya saja yang ke kelas XI IPS 4. Saya kan lumayan senggang," Ivan langsung berjalan menuju meja Bu Ani dan meninggalkan Bu Yosephine yang masih tak bergeming di dekatnya.

"Pak Ivan mau di temani? Saya juga senggang," celetuk Bu Yosephine.

"Ehm... nggak perlu Bu, Saya bisa sendiri." Ivan buru-buru mengambil kertas tugas di meja Bu Ani dan bergegas keluar dari ruang guru.

Setelah keluar dari ruang guru, barulah Ivan dapat bernapas lega. Dia sungguh sangat terganggu dengan sikap Bu Yosephine yang menurutnya terlalu berlebihan.

Paling tidak dia bisa melarikan diri selama satu jam di kelas XI IPS 4, mending duduk di dalam kelas dari pada di ruang guru dan terus-menerus di ganggu.

"Kelas IPS 4, oh, ini dia..." Ivan memperhatikan papan nama kelas yang ada di atas pintu kelas lalu masuk.

"Selamat siang anak-anak, hari ini Pak Waluyo tidak bisa hadir dan Beliau menitipkan tugas..." Saat pandangan Ivan menyapu seisi kelas, matanya tiba-tiba saja bertatapan dengan seorang siswi wanita yang tersenyum-senyum sampai giginya kering sambil terus menatapnya.

"Ternyata ini kelas anak itu..." batin Ivan saat melihat Vin-vin tersenyum girang sambil terus menatapnya tanpa berkedip.

"Semuanya kerjakan tugas dan kumpulkan setelah satu jam." Ivan berjalan menuju meja guru yang ada di pojok depan kelas lalu duduk di sana sambil menunggu anak muridnya mengerjakan tugas yang di bawanya.

Semua murid langsung sibuk dengan tugas yang di berikan, kecuali Vin-vin yang belum juga mulai mengerjakan tugasnya. Dia masih asyik menyangga dagunya sambil terus menatap Ivan sambil tersenyum.

Ivan sampai menggelengkan kepalanya kesal.

"Ada apa dengan sekolah ini! nggak gurunya, nggak muridnya, semuanya aneh!" kesalnya dalam hati.

Karena Vin-vin tak juga mengerjakan tugasnya dan tatapannya membuat Ivan kesal, Ivan pun berjalan menuju meja Vin-vin dan mengetuknya beberapa kali.

"Vincia! kapan kamu mulai mengerjakan tugasmu! jangan melamun terus!" Ucapnya Lirih sambil menatap Vin-vin.

"Sebentar lagi pak..." jawab Vin-vin sambil terus tersenyum nggak jelas.

Ivan pun balas menatap matanya, membuat Vin-vin mati kutu dan tertunduk.

Ivan menundukkan badannya dan berbisik di dekat telinga Vin-vin.

"Kamu tau yang paling tidak aku suka itu adalah cewek bodoh. Jangan jadi salah satu di antaranya kalau kamu benar-benar suka dengan ku!" bisiknya lalu dia pun berjalan kembali ke meja guru yang ada di depan.

Dan ancamannya berhasil, Vin-vin langsung sibuk mengerjakan tugasnya. Ivan pun tersenyum puas sambil memperhatikan Vin-vin.

"Ternyata penurut juga dia, lucu..."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!