NovelToon NovelToon

Love In Silent

Where it all began

Visual Cast

Sky Violet

Ayana Bella Woodard

Star Violet

🍁🍁🍁

Seorang gadis yang baru duduk di kelas 3 SMA, tengah membaca di ruangan perpustakaan, sekarang adalah jam istirahat sekolah, dia menggunakan sisa waktunya untuk membaca, setelah makan siang terlebih dahulu. Suasana tenang dan sepi membuatnya begitu nyaman dan  betah untuk berlama-lama di tempat tersebut.

Namun, suasana nyaman itu berubah menjadi gaduh saat seorang pemuda dengan tiba-tiba masuk dan memanggil namanya dengan keras, membuat semua yang berada di sana marah karena terganggu, pemuda itu berlari menghampirinya.

"Ayana ...!" Gadis yang bernama Ayana sangat terkejut saat temannya itu berteriak.

"Hey, sebaiknya Kau keluar sekarang juga! Dasar tidak tahu aturan." Sang penjaga perpustakaan marah pada pemuda itu yang diketahui bernama Kiga.

"Ayo, cepat Ayana!" Kiga menarik tangan Ayana dengan paksa untuk mengikutinya.

"Ya ampun, Kau ini kenapa Kiga? Ada apa? mengganggu saja," teriak Ayana namun tetap mengikuti langkah temannya itu.

"Pacarmu dan kembaranya sedang berkelahi." Kiga berkata dengan tetap berjalan dan menarik tangan Ayana.

"Apa? Dasar tidak punya kerjaan." Ayana terdengar kesal.

Ayana dan Kiga berlari ke tempat kejadian dimana kekasih gadis itu sedang berkelahi, di tengah lapangan basket serta di bawah terik matahari, dua orang pemuda terlihat sedang menendangi seseorang yang tergeletak di lantai lapangan, sesekali mereka menginjak jemari pemuda yang terlihat tidak berdaya itu, banyak siswa lain yang melihat kejadian tersebut, bukannya memisahkan mereka malah membuat perkelahian itu menjadi sebuah tontonan.

Ayana begitu marah saat salah seorang pemuda berambut merah kembali menginjak jemari tangan si pemuda yang berada di bawah kakinya.

"Hentikan, Nara!" Teriakan Ayana membuat pemuda yang bernama Nara menghentikan aksinya.

"Ayana?" Nara sedikit terkejut saat Ayana berteriak padanya.

"Dasar bodoh, Kau mau jadi preman di sini?" marah Ayana pada Nara, dan gadis itu memukul kepala pemuda berambut merah dengan buku yang kebetulan terbawa saat dia membaca tadi.

"Aww ... sakit, Ayana. Kenapa memukulku? Aku ini pacarmu, 'kan?" ucap Nara sedikit merajuk.

"Diam. Dasar kau ini, apa yang kau lakukan? Kenapa kau berkelahi?" tanya Ayana dengan bersedekap.

"Dan Kau, Gari! Kenapa kau ikut-ikutan, hah?" Ayana juga berteriak pada kembaranya Nara.

"Eh? Itu ... Aku hanya membantu Nara," jawab Gari polos.

Ayana benar-benar kesal pada kekasihnya Nara, pandanganya dialihkan pada pemuda yang tadi yang dipukuli Nara, pemuda itu bangkit berusaha untuk berdiri, Ayana merasa iba, dia ingin membantu pemuda itu  berdiri, namun tanganya ditepis oleh si pemuda.

Ayana melihat ada darah yang mengucur di pelipis kiri pemuda itu, dari hidung dan juga sudut bibirnya mengeluarkan sedikit darah, Ayana terkejut saat melihat siapa pemuda itu, dia teman sekelasnya, pemuda jenius dengan peringkat tertinggi di sekolah, Sky Violet.

Ayana hanya menatap kepergian pemuda itu, fokusnya kembali kepada Nara.

"Ayo, cepat ikut aku!" perintah Ayana pada Nara sambil menarik tanganya.

"Hey ... kita mau kemana?" tanya Nara saat tanganya ditarik Ayana.

"Tentu saja mengobatimu, wajahmu memar," jawab Ayana, dia mengajak Nara duduk di bangku taman dekat lapangan basket, semua siswa sudah kembali bubar dari tontonan gratis yang baru saja terjadi.

"Tunggu, aku segera kembali." Ayana meninggalkan Nara sebentar,  beberapa menit kemudian gadis itu kembali membawa peralatan P3K.

"Kau dari mana?" tanya Nara.

"UKS," jawab Ayana singkat.

"Aku tahu, kau pasti tidak mau kesana," ucap Ayana yang mulai mengobati sedikit memar di wajah Nara.

"Kenapa kau berkelahi dengan si Violet itu?"

"Apa kau punya masalah dengan dia?"

"Atau kau merebut kekasih orang lain lagi? kekasihnya mungkin?" Rentetan pertanyaan Ayana membuat Nara memutar matanya bosan.

"Pertanyaanmu banyak sekali, baiklah akan kujawab."

"Pertama aku tidak menyukai si Violet itu, kedua dia musuhku jadi tentu saja aku ada masalah denganya, dan ketiga aku tidak merebut siapapun darinya, lagi pula dia tidak pernah punya pacar," jawab Nara yang hanya didengarkan Ayana.

"Begitu? lalu kenapa kau dan Gari mengeroyoknya dasar pengecut," ucap gadis itu dengan kesal.

"Sudahlah, kau cerewet sekali, aku mau ke kelas, mau ikut bersama?" ajak Nara lalu berdiri.

"Tidak aku mau ke UKS dulu, mengembalikan alat-alat ini," jawab Ayana sambil merapikan kembali kotak P3K.

"Kalau begitu aku duluan," ucap Nara kemudian pergi meninggalkan Ayana.

 

Love In Silent

 

Ayana melangkahkah kakinya menuju ruang UKS, tadi dia tidak sempat meminta izin pada dokter sekolah untuk meminjam kotak P3K, karena di ruang tersebut tidak ada siapapun saat dia mengambilnya, mungkin dokter sekolah tidak hadir hari ini.

Saat memasuki ruang UKS, dia terkejut saat ada seseorang di dalam sana, pemuda itu Sky Violet sedang terlihat mencari sesuatu.

Ayana semakin terkejut saat melihat luka di tubuh dan wajah pemuda itu semakin bertambah, gadis itu berpikir siapa lagi yang tega menghajar Sky.

Entah perasaan apa yang menghinggapi hati gadis berambut panjang tersebut, yang jelas dirinya tiba-tiba merasa khawatir saat melihat keadaan Sky.

"Kau mencari ini?" tanya Ayana, sambil menunjukan kotak yang dia bawa, bukanya menjawab pemuda itu malah mengambil kotaknya secara kasar, membuat Ayana terkejut.

Sky membuka kotak itu untuk mencari sesuatu yang dia perlukan, Ayana masih berdiri melihatnya, pemuda itu tampak kesulitan karena luka di jari tangannya, bahkan terlihat kuku jari pemuda itu seperti mau lepas.

Ayana meringis saat membayangkan betapa sakit dan perihnya luka itu, dia berpikir ada apa dengan Sky? banyak pertanyaan yang ada di kepala Ayana tentang pemuda bernama Sky, yang sangat misterius baginya.

Gadis itu sering sekali melihat Sky dengan berbagai macam luka di tubuhnya, paling tidak satu hari dalam dua minggu, selalu ada memar di tubuh Sky, apa dia suka berkelahi? Entahlah, Ayana tidak tahu, karena selama menjadi teman sekelas pemuda itu, tak pernah sekalipun dia terlihat bercengkrama dengan siswa lainnya.

Ayana masih melihat Sky yang kesulitan, entah keberanian dari mana, Ayana menghentikan tangan sang pemuda yang masih mencari keperluanya.

"Biar aku saja," ucap lembut Ayana, namun tangannya kembali ditepis oleh Sky, walaupun tidak kasar, pemuda itu menggelengkan kepalanya, tanda dia tidak mau di bantu.

"Tidak apa, anggap saja sebagai permintaan maaf atas nama Nara."

Mendengar ucapan si gadis, tatapan Sky semakin tajam pada Ayana, kemudian tangannya mulai sibuk membersihkan luka, Ayana kembali membantu Sky membersihkan lukanya.

"Sudah kubilang aku saja, kau kesulitan, ini yang pertama dan terakhir aku membantumu, aku berjanji, jadi biarkan aku mengobati lukamu." Mendengar ucapan Ayana akhirnya pemuda itu diam dan menurut, lagi pula dia memang kesulitan untuk mengobati lukanya sendiri.

Sebelum mengobati, Ayana membersihkan luka Sky terlebih dahulu dengan air bersih dan handuk yang juga bersih, Ayana merasa aneh, ada begitu banyak luka di tubuh Sky, tapi pemuda itu seperti tidak merasakan apapun, tatapanya datar, tidak sekalipun dia meringis saat lukanya diobati.

Ayana merasa ragu saat akan mengobati jari tangan Sky, dia tahu rasanya pasti sangat sakit saat luka itu bersentuhan dengan alkohol.

"Ini akan sedikit sakit, jadi tahanlah sebentar!" Ayana mulai membersihkan luka, dengan sedikit alkohol dia pakai untuk mengobatinya, Sky memejamkan matanya, Ayana tahu pemuda itu sedang menahan rasa sakit, dan tanpa di sadari, dia meneteskan air matanya.

Ayana segera menghapus air matanya, dia tidak mengerti dengan dirinya, kenapa dia menangis?

'Ada apa dengan diriku?'

Sky membuka matanya kembali, Ayana sudah selesai mengobati tanganya, mungkin sudah hampir satu jam gadis itu membantunya.

"Sekarang tinggal luka di kepalamu, bisakah kau memejamkan matamu?" Lagi-lagi Sky menurut, darah yang megucur di wajahnya karena luka di kepala, segera Ayana bersihkan, dengan ragu tangan kiri gadis itu menahan pipi kanan Sky, tanpa sadar dia menatap wajah Sky, pemuda ini mempunyai wajah yang rupawan, mulai dari mata, hidung, bentuk wajah dan bibir, benar-benar hasil pahatan tangan Tuhan yang sangat indah.

Ayana meneguk ludahnya sendiri, saat menatap bibir Sky, bagaimana mungkin seorang laki-laki mempunyai warna bibir yang alami seperti bibir seorang perempuan? Ayana membayangkan bagaimana rasanya jika bibir itu bersentuhan dengan bibirnya, apakah rasanya dingin dan lembut atau hangat menggairahkan?

Sadar dari lamunanya gadis itu segara menggelengkan kepalanya, dia gugup dan dengan cepat mengobati luka Sky, membereskan semua peralatan kemudian beranjak.

"L-lukamu sudah s-selesai kuobati, sekarang aku permisi, s-semoga cepat sembuh." Ayana segera pergi dan keluar, tanpa dia ketahui Sky masih menatap pintu yang dilewati Ayana, tatapanya begitu sendu dan sulit terbaca.

Dengan sedikit berlari, Ayana menjauh dari ruang UKS, dadanya bergemuruh karena detakan jantungnya yang begitu cepat. Setelah dirasa cukup jauh, gadis itu berhenti kemudian menyandarkan punggungnya pada dinding.

'Kenapa ini? Ada apa denganku? Tiba-tiba saja jantungku berdetak tidak karuan seperti ini'

Ayana meraba dadanya, dia mengingat perasaan ini bahkan tidak muncul saat Nara menyatakan cintanya satu tahun lalu, tapi sekarang perasaan itu muncul dan bukan karena Nara.

Ayana kembali menitikkan air mata, perasaan itu muncul karena Sky, kenapa itu bisa terjadi? Apakah itu hanya rasa iba? Atau adakah rasa lain yang masuk ke dalam hatinya?

To be continue

**C u next chapter ...

Who Are You

Hari itu adalah hari kenaikan kelas dari kelas satu ke kelas tiga di Fortuna highschool, semua murid tidak ada yang tinggal kelas semua lulus, aku mendapat nilai tertinggi kedua setelah Nara Purrot, atau orang yang selama ini berstatus kekasihku.

Sekolah ini memang sekolah favorit, harus punya kepintaran lebih jika ingin masuk ke sini, kehidupan di sekolahku biasa-biasa saja, tetapi siswa yang bernama Nara selalu menggangguku.

Hari pertama setelah libur kenaikan kelas, aku berangkat lebih semangat, itu dikarenakan aku sudah duduk di kelas dua, itu artinya satu tahap dalam kehidupanku bertambah, dan tentunya usiaku juga bertambah.

Dari temanku aku mendengar bahwa hari ini juga akan ada seorang murid baru.

"Hey, apa kau tahu katanya hari ini akan ada murid baru?" kata temanku bernama Aino, aku hanya terdiam.

"Ya ... kudengar dia dari keluarga Violet, tapi bukankah hanya senior Star satu-satunya anak dari keluarga Violet?" timpal temanku yang bernama Flora, kami sedang berada di kantin dan duduk bersama.

"Iya kau benar, keluarga Violet sangat terkenal jadi sepertinya semua orang tahu anggota keluarga mereka," ucap Aino seperti sedang berpikir.

"Haduh ... kalian dasar penggosip, nama Violet itu banyak bukan hanya mereka, percuma kalian masuk sekolah ini, kalau kalian masih terlihat bodoh," ucap temanku Ling, gadis tomboy yang jago bela diri ini memang selalu bertengkar dengan Aino dan juga Flora.

"Ling, kau menyebalkan," gerutu Aino dengan kesal, kemudian perhatiannya beralih padaku.

"Ayana, kalau menurutmu bagaimana?" tanya Aino padaku.

"Hm ...." gumamku sambil menyentuh daguku dengan jari telunjuk, ketiga temanku masih menunggu jawabanku.

"Kalau menurutku, kita akan tahu nanti." Ketiga temanku melongo mendengar jawabanku dan aku hanya tertawa ringan.

"Hah ... jawabanmu tidak memuaskan," kesal Flora, dan kami semua tertawa bersama.

Bel sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu semua siswa sudah masuk ke kelas masing-masing, seorang guru masuk diikuti seorang siswa, mungkin dia murid baru yang dibicarakan.

'Ya Tuhan ... dia tampan sekali'

Inner ku benar-benar mengakuinya, dalam hati aku tersenyum, rasanya seperti orang bodoh, saat aku tersenyum tanpa alasan.

Guru James memperkenalkan pemuda itu yang bernama Sky Violet, kalau dilihat lebih teliti dia memang sedikit mirip dengan Star yang berada di kelas tiga, apa mungkin benar dia adik Star? Tetapi setahuku Star memang anak tunggal keluarga Violet, keluargaku dan keluarga mereka memang dekat sebagai rekan bisnis, jadi paling tidak kami tahu silsilah keluarga masing-masing.

"Wah ... Sky benar kau dari keluarga Violet?" Sky hanya menganggukan kepalanya.

"Ooh ... jadi kau adiknya senior Star?" Sky menundukan kepalanya mendengar pertanyaan itu.

"Sky ... kenapa diam saja, jawab dong pertanyaan kami." Itu suara Aino dia memang cerewet.

Guru James segera menatap Sky seolah meminta ijin sesuatu yang aku tidak tahu, dan pemuda itu menganggukan kepalanya seolah memberi ijin.

"Begini anak-anak, sebenarnya ada yang kalian belum tahu, tapi sebelumnya bapak harap kalian bisa menerima kehadiran Sky." Guru James menghentikan ucapanya.

"Memangnya kenapa, Pak Guru?" Aino bertanya lagi.

"Sky penyandang cacat tunawicara, jadi dia tidak bisa berkomunikasi secara normal dengan kalian, jadi bapak harap kalian bisa membantunya." Semua siswa termasuk diriku sangat terkejut, aku bahkan menutup mulutku karena tidak percaya, dapat kulihat senyuman pahit di wajah Sky.

"Oh ... jadi Sky tidak bisa bicara alias bisu, 'ya?" Semua orang tertawa, apa mereka pikir ini lelucon?

"Lalu bagaimana caranya kalau kau ingin mengungkapkan cintamu pada seorang gadis?" tanya temanku yang bernama Rocky, semua orang kembali tertawa, aku mulai kesal dan berdiri.

"Hentikan, Rocky! Akan lebih baik kau tidak bisa bicara dari pada mempunyai mulut tajam sepertimu," ucapku kesal.

"Ayana ... aku kan cuma bercanda, kenapa kau marah?" kilah Rocky sambil menggerutu.

"Apa kekurangan seseorang merupakan lelucon bagimu?" ucapku lagi, kulihat Sky menatapku, tapi dengan segera kualihkan pandanganku ke arah lain.

"Sudah, kalian jangan bertengkar, kita mulai pelajarannya!"

Begitulah awal mula pertemuanku dengan Sky, tidak ada yang istimewa setelahnya, tidak pernah ada yang berbicara denganya, terkadang aku bertanya apakah dia tidak kesepian? Bahkan Aino dan Flora yang biasanya bersikap aktif pada pemuda tampan, tampak tidak antusias sama sekali, mereka bilang bicara dengan orang bisu itu merepotkan.

Aku bertanya pada diriku, apakah hanya aku yang memperhatikanya? Tetapi aku tak pernah menyapanya, satu tahun berlalu tapi keadaan tidak berubah, hanya statusku yang berubah dari single menjadi berpacaran dengan Nara, hampir setiap hari pemuda itu mengikutiku, karena bosan akhirnya aku terima saja cintanya.

Sejak saat itu Sky terlihat jauh lebih dingin, pemuda itu seperti tenggelam dalam dunianya.

Yang tidak kumengerti kenapa Sky bersekolah di sekolah umum? Kenapa dia tidak sekolah di tempat khusus seperti sekolah untuk orang yang berkebutuhan khusus juga, bukan apa-apa itu akan mempersulitnya. Dan semua benar pemuda itu tidak memiliki teman di sekolah ini.

Ternyata alasan dia bersekolah di sini adalah kepintaranya yang melebihi Nara Purrot dan juga diriku, para dewan sekolah menjadikan Sky seorang pencetak piala, itu terbukti selama setahun ini dia selalu membawa piala untuk sekolah kami, semua itu karena dia selalu diikut sertakan dalam berbagai kompetisi di bidang pelajaran, namun tetap saja hal itu tidak membuat dirinya menjadi istimewa.

Love In Silent

Ayana kembali menetralkan jantungnya, dia memutuskan kembali ke kelas setelah tertinggal satu mata pelajaran, selama di kelas dia tak hentinya melirik ke arah bangku Sky, mungkin pemuda itu pulang, dan beristirahat di rumahnya.

Jam pelajaran sudah selesai Ayana dan tiga sahabatnya beranjak pulang, setelah semuanya pergi, gadis itu masih menunggu jemputan kakaknya, sekilas dia melihat Nara di luar gerbang sekolah tampaknya dia sedang berbicara dengan seseorang.

Ayana berpikir minta diantar pulang oleh Nara saja, dengan perlahan dia menghampiri pemuda berambut merah itu, orang yang bicara dengan Nara memang tidak terlihat karena terhalang dinding beton sebagai benteng sekolah.

Ayana menghentikan langkahnya, Nara tidak menyadari kehadiranya, dia masih saja serius berbicara dengan orang itu, dan Ayana terkejut saat mendengar pembicaraan mereka.

"Bagaimana, Nara?" tanya sesorang dari balik benteng.

"Tenang saja semua sesuai rencana, kurasa dia terluka parah." Nara menyeringai setelah mengucapkan itu.

"Baguslah, dan kita akan menambahnya nanti malam," ucap orang itu lagi.

"Baiklah, kita bertemu di tempat biasa," ucap Nara, kemudian orang itu segera pergi.

Begitupun dengan Nara, pemuda itu juga pergi dengan mobilnya, dan Ayana mengurungkan niatnya pulang bersama Nara.

Ayana duduk di bangku yang ada di dekat gerbang sekolah, pikiranya masih melayang mengingat pembicaraan Nara dengan orang tidak dilihatnya, tetapi kalau mendengar suaranya, dia seperti mengenal pemilik suara tersebut.

Lalu siapa orang yang dibicarakan mereka, jika teringat dengan kata 'luka' Ayana akan teringat pada Sky.

'Sky?'

Tiba-tiba saja Ayana merasa khawatir, kenapa dia khawatir? Gadis itu tidak tahu, tapi hatinya tidak bisa memungkiri, perasaan takut menghinggapi hatinya.

'Oh ... Ayana apa yang kau pikirkan?'

Gadis itu menggelengkan kepalanya, dia tidak boleh berprasangka buruk, apalagi Nara adalah kekasihnya, walaupun Nara sangat arogan, tapi dia tidak mungkin menyerang orang tanpa alasan.

Ayana hanya berharap tidak ada masalah antara Nara dan Sky, tetapi sepertinya Nara sangat membenci pemuda bisu itu. Apa sebaiknya dia mencari tahu?

To be continue.

C u next chap ...

Cold Husband

Ayana sudah masuk ke dalam mobil, Nicky sang kakak yang menjemputnya, selama di dalam mobil, gadis itu tampak memikirkan sesuatu.

"Kau tidak pulang 'denganya'?" tanya Nicky dengan tetap fokus pada kemudi mobil.

"Dia pulang duluan, tadi 'dia' berkelahi lagi," jawab Ayana datar.

"Apa? Anak itu benar-benar seorang berandalan. Apa setelah ini kau mau kerumah ayah?" Nicky kembali bertanya pada adiknya yang masih melamun.

"Tidak, aku pulang ke apartemen saja."

"Hn, baiklah. Kalau ada apa-apa hubungi aku saja."

"Terima kasih, Kak Nicky."

...

Ayana berjalan gontai menuju apartemen, rasanya hari ini sangat melelahkan. Ada begitu banyak hal yang dia pikirkan. Dia tekan tombol tanda panah atas kemudian menekan angka dua tujuh setelah masuk ke dalam lift.

Password yang dia hafal membuat pintu apartemen terbuka. Ayana masuk ke dalam ruangan tersebut, hal pertama yang dia rasakan adalah 'sepi'. Ya  tempat tinggalnya ini sangat sepi, tidak ada suara apapun yang terdengar.

Sudah sekitar satu bulan Ayana tinggal di tempat itu, semenjak sang suami membawa dirinya untuk tinggal di apartemen tersebut.

'Suami? Tunggu! Ayana sudah menikah?'

Ya, dia sudah menikah, pernikahan yang dirahasiakan. Kenapa status pernikahanya harus dirahasiakan? Tidak ada yang tahu, bahkan semua sahabatnya pun tidak tahu hal itu.

'Bukankah Ayana kekasih Nara? lalu bagaimana hubunganya dengan pemuda itu?'

Sebenarnya, Ayana sudah mengakhiri hubungannya dengan Nara, jauh sebelum dia menikah, tetapi pemuda itu tidak mau menerima keputusan Ayana. Secara sepihak Nara tetap menganggap hubungan mereka masih berjalan, dan semua orang juga masih beranggapan Ayana dan Nara masih menjalin hubungan.

Ayana menuju sebuah pintu bercat hitam, sepertinya itu adalah pintu kamar, dengan ragu dia  mengetuk pintu, tidak ada jawaban dari dalam, tidak mau menunggu Ayana mencoba memutar knop pintu.

'Eh? Tidak terkunci, tidak biasanya.'

Gadis muda itu  menyembulkan kepala dan melihat ke dalam kamar. Sepi hanya ada seseorang yang tidur di sana, di atas tempat tidur yang terlihat hangat.

Ayana mencoba masuk walaupun sedikit ragu dan takut, perlahan dia berjalan mendekat dan berdiri di samping tempat tidur suaminya. Lelaki yang sudah menikahinya satu bulan lalu, lelaki yang tidak pernah menyapa, tidak pernah tersenyum bahkan tidak pernah menyentuh makanan yang dia masak. Suami yang selalu mengabaikannya, lelaki yang misterius.

'Sky Violet.'

Ayana menatap wajah Sky yang tertidur, pemuda itu sakit, sepertinya dia kelelahan atau semua karena luka yang ada di tubuhnya, si gadis menyentuh kening Sky, sedikit panas, wajahnya pun terlihat pucat.

Dia ingin membangunkan Sky, tetapi dia berpikir ulang untuk tidak melakukanya, Sky tidak akan suka dan pasti marah padanya.

Ayana tidak jadi membangunkan Sky, dengan segera dia mengambil air dan kain untuk mengompres pemuda itu, sebenarnya gadis itu tahu suaminya tidak suka jika dia menyentuhnya.

"Maafkan aku, sepertinya aku melanggar janjiku untuk tidak membantumu," gumam Ayana yang tidak didengar siapapun, kejadian di UKS tadi siang masih terasa segar di ingatannya, dimana dia mengatakan bahwa dia membantu Sky untuk pertama dan terakhir kalinya.

"Kau begitu misterius, aku bahkan tak tahu apapun tentang dirimu, siapa kau sebenarnya?" ucap Ayana dengan menatap wajah suaminya.

Deg...

Debaran itu kembali terasa di dada Ayana, gadis itu menyentuh dada kirinya, terasa sesak dan sakit.

Ayana duduk di sisi ranjang sambil menyentuhkan kain kompres. "Katakan padaku! Bagaimana caranya, agar kau tidak mengabaikanku?"

"Apa kau membenciku?"

"Kalau kau tidak suka pernikahan ini, kenapa kau menikahiku?"

"Jangan abaikan aku seperti ini, Sky!"

Gadis itu masih bergumam, tentu saja sang suami tidak akan mendengarnya, karena pemuda itu tertidur di tengah rasa sakitnya.

Dua bulan yang lalu ...

Ayana baru saja pulang sekolah, cuaca panas membuatnya merasa lelah berkali lipat. Dengan langkah lemah dia menuju lantai dua dimana kamarnya berada. 

Namun, belum sampai ke tempat tujuan dia dipanggil ayahnya saat melewati ruang kerja sang ayah. "Ayah ingin bicara denganmu, ayo ikut!" 

Ayana mengikuti ayahnya menuju ruang tamu, di sana sudah ada seorang pria yang merupakan tamu ayahnya. Entah apa maksud Mark Woodard mengajak putrinya untuk bertemu pria tersebut.

"Ayana. Beliau adalah Tuan Harry Hanson dari Violet Corporation," ucap sang ayah. Ayana mengulurkan tangan untuk bersalaman. "Dan dia adalah putri saya, Ayana Bella Woodard," tambah Mark Woodard.

Ayana duduk di sebelah ayahnya, sebenarnya dia ingin bertanya kenapa pria itu memanggil dan mengenalkannya pada pria tersebut.

"Ayana, Tuan Harry ingin mengajukan sebuah lamaran untukmu," ucap ayahnya tanpa basa-basi.

Ayana sangat terkejut dengan ucapan ayahnya."Ap-apa? Ta-tapi ayah, aku- …." Gadis itu menelan ludah, dia melihat ke arah Harry, pria itu memang tampan, tetapi kenapa ayahnya ingin menikahkan dia dengan pria tersebut? Usianya pasti jauh berbeda, lagipula Ayana tidak ingin menikah muda.

Harry tertawa renyah melihat tingkah Ayana, pria itu menggelengkan kepalanya. "Jangan khawatir, Nona. Lamaran ini bukan untuk saya pribadi," ucap Harry seolah tahu apa yang ada dalam pikiran Ayana.

"Eh? Lalu untuk siapa?" tanya Ayana penasaran.

"Untuk anak asuh saya," jawab Harry kembali.

"Oh, boleh saya tahu siapa dia? Apa mungkin saya mengenalnya?" Ayana kembali bertanya.

"Ya kau mengenalnya, dia satu sekolah bahkan satu kelas denganmu," jawab Harry dengan tersenyum, "dan dia adalah, Sky Violet."

Mulut Ayana terbuka, gadis itu tidak percaya dengan apa yang didengarnya, pandangannya beralih pada sang ayah. Mark Woodard mengangguk seolah mengerti pertanyaan Ayana melalui sorot matanya.

"Mmm, Tuan Woodard, bolehkah saya bicara berdua dengan putri anda?" pinta Harry pada kepala keluarga Woodard.

"Baiklah. Silahkan!." Mark pergi meninggalkan ruang tamu, sesuai permintaan Harry.

"Begini, Nona. Saya adalah wali Sky, saya membutuhkan seseorang untuk membantu menjaganya," ucap Harry. Pria itu memulai percakapannya kembali setelah melihat Ayana yang masih kebingungan.

"Saya ingin dia menikah dengan Nona Ayana."

"Kenapa harus saya? Masih banyak gadis lain."

Harry kembali tersenyum dia mengerti dengan sikap Ayana yang sepertinya menolak. "Saya punya alasan untuk memilih anda. Jangan khawatir ini hanya pernikahan sementara, dan anda akan mendapat keuntungan."

"Bukan begitu! Pernikahan adalah hal yang istimewa, kita tidak bisa sembarangan melakukanya. Maksudku, orang yang akan menikah harus saling mencintai, dan saya belum ingin menikah." Ayana memotong ucapan Harry, dia berkata panjang lebar.

"Karena anda bisa bahasa isyarat. Saya tahu anda pernah mempelajarinya." Ucapan Harry memang benar. Ayana pernah belajar, walaupun dia tidak tahu alasanya waktu itu, saat dia ingin sekali belajar bahasa isyarat.

"Bagaimana, apa anda setuju? Tolonglah hanya anda satu-satunya harapan saya," pinta Harry seolah memohon.

Ayana tampak kebingungan dan tidak tahu harus berbuat apa. "Saya akan pikirkan, bisakah anda memberikan waktu untuk mempertimbangkanya?" 

"Baiklah, maaf hanya tiga hari. Semua keputusan ada di tangan anda. Saya tidak memaksa, tapi saya akan sangat senang jika anda menerimanya." Ayana mengangguk mengerti.

Setelah Harry pamit karena pekerjaan, tanpa buang waktu dia segera meminta penjelasan pada ayahnya tentang hal tersebut. tetapi sang ayah  malah bicara tentang keuntungan yang akan didapatkan.

Tentu saja Sky adalah pemuda yang memiliki banyak uang dan juga harta, di usia remaja dia sudah memiliki beberapa perusahaan. Ayana tidak habis pikir pada sikap ayahnya, apakah uang yang mereka punya belum cukup untuk pria itu.

'Sudah waktunya kau membuatku senang. Ayah ingin kau menikah dengannya, tetapi dengan satu syarat, dia tidak boleh menyentuhmu, karena aku tidak ingin memiliki cucu yang juga cacat seperti dirinya.'

Ucapan ayahnya selalu terngiang, pria itu memang tahu tentang kecacatan Sky, jika dia begitu takut lalu kenapa dia ingin menikahkan putrinya dengan orang yang cacat?

Setelah tiga hari Harry datang kembali menemui Ayana dan ayahnya, pria itu sangat senang karena Ayana menerima lamaran tersebut.

Ayana dan Sky dipertemukan dalam sebuah acara makan malam. Sky sempat terkejut saat bertemu gadis itu. Dia tidak tahu bahwa gadis yang dilamar Harry untuknya adalah Ayana. Sedangkan yang dilakukan Ayana hanya menunduk, dia merasa malu karena merasa dirinya seperti seorang gadis materialistis.

Dengan tidak tahu malunya Mark Woodard mengajukan persyaratan untuk pernikahan mereka. Hal itu membuat Ayana semakin malu terutama pada Sky, walaupun pada akhirnya persyaratan tersebut disetujui oleh Harry Hanson.

Satu minggu kemudian mereka menikah, tidak ada pesta atau pun sanak saudara yang menghadiri, mereka hanya menikah di catatan sipil, dan tak ada orang yang tahu tentang hal tersebut.

Harry pergi keluar negeri setelah pernikahan mereka selesai, sedangkan Ayana dibawa Sky untuk pindah ke apartemen miliknya.

Satu yang tidak dimengerti Ayana, mengapa mereka tinggal di apartemen dan bukan di mansion Violet. Karena yang Ayana tahu semua anggota keluarga Violet tinggal di sana.

Love In Silent

Ayana masih duduk di tepi ranjang Sky. Gadis itu tersenyum pahit saat mengingat itu semua. Sky memang menepati janji dengan tidak menyentuh Ayana, bahkan mereka tidur di kamar yang berbeda, tidak ada komunikasi sama sekali. Sky selalu pergi di malam hari dan pernah satu kali dia pulang dengan banyak luka setelah sebelumnya mendapat panggilan dari seseorang.

Setiap kali Ayana ingin mengobatinya, tapi pemuda itu menolaknya kasar, memang bukan dengan kata-kata melainkan dengan bahasa tubuhnya, dia selalu menepis tangan Ayana.

"Apa semua karena ayahku?" Ayana kembali berkata lirih.

Dia kembali menyentuh kening Sky, sudah tidak panas, Ayana melirik jam dinding yang sudah menunjukan pukul tujuh malam, pantas saja perutnya keroncongan, sudah dua jam dia berada di kamar suaminya.

Ayana beranjak bermaksud ingin menyiapkan makan malam. "Aku akan menyiapkan makan malam, kalau kau mau kita bisa makan bersama." Ayana bergumam, kemudian pergi dari kamar Sky, tanpa dia sadari pemuda itu membuka kelopak matanya yang terpejam, dia melihat ke arah kepergian Ayana.

To be continue 

See u next chap

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!